Pendekatan Sosial Humaniora Dalam Studi

Pendekatan Sosial Humaniora Dalam Studi Islam

Nadiya Virginia Aspalam
73
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A, Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111
E-mail: Nadiyavasp@gmail.com

Keutuhan manusia dengan manusia lain sangat diperlukan dalam
kehidupan hal ini tidak terlepas dari apa yang hendak dicapai manusia itu sendiri.
Dalam studi kasus banyak beberapa pendekatan yang digunakan demi
terwujudnya visi dan misi untuk menjaga keutuhan manusia yaitu dengan
Pendekatan Sosial Humaniora dalam Studi Islam.
Humaniora bertujuan untuk memajukan manusia sehingga mencapai
kemanusiaan yang sesungguhnya. Pandangan humanistis mengajarakan bahwa
ada suatu “Kesatuan dan Kesamaan” diantara manusia. Perbedaan antara ras
ataupun bangsa tidak berarti dan akan lenyap tenggelam dalam suatu masyarakat
dunia yang tidak mengenal perang, kekerasan dan kekejaman. Semua manusia
adalah sama, tiap jiwa bagian dari api ketuhanan. Tidak ada perbedaan antara
kaya, miskin, majikan, buruh, laki-laki dan perempuan.1
Setiap manusia dengan demikian saling membantu agar menjaga keutuhan

manusia yang lebih manusiawi, yakni dengan mengembangkan setiap potensipotensi yang ada dan dapat mengaktualisasikannya. Kemudian akan terbentuk
manusia yang utuh, memilki kematangan emosional, moral dan spiritual. Pasti
setiap bangsa memilki keanekaragaman tersendiri yang ditandai dengan adanya
pluralitas agama dan budaya. Untuk mengatasi iklim yang berbeda ini setiap
manusia atau setiap pribadi mempunyai dimensi individual dan sosial. Karena ini
erat kaitannya dengan bagaimana hidup bersama orang lain demi mengembangkan
kepedulian untuk saling menghormati dan menghargai.
H. Anwar Saleh Daulay, “Pendidikan Humaniora untuk Mengembangkan Wawasan
Kemanusiaan dan Kebangsaan,” Jurnal Ilmu Pendidikan 9, no. 1 (2016): 12.

1

1

Hal yang melatarbelakangi adanya pendekatan sosial humaniora dalam
studi Islam yakni 1) kebudayaan, 2) manusia sebagai pengemban nilai-nilai, 3)
manusia sebagai makhluk termulia, 4) Budaya sebagai sarana kemajuan dan
sebagai ancaman. Untuk itu penulis mengambil salah satu kasus yang terjadi yaitu
pemikiran Islam dalam jejak kajian humaniora.
Seturut semakin berkembangnya fenomena sosial dan semakin hingar

bingarnya politik, seturut itu pula ilmu-ilmu sosial kemanusiaan atau sering
disebut disiplin ilmu humaniora mengalami pasang surut dan perkembangannya.
Saat-saat tertentu, ia berada pada puncak perkembangan tetapi disaat lain ia
berada hanya menjadi sekedar pelengkap (complement).2
Sosial Humaniora menyiapkan manusia untuk berfikir fleksibel, luwes,
dan lincah dalam segala visi dan misi untuk mempersiapkan segalanya.
Pemikirannya adalah apa yang berasal dari dalam diri dengan cara pemahaman
bahasa dan tahu beradaptasi dengan lingkungan dan tuntutan zaman. Meski ingin
menghargai dalam pendekatan sosial humaniora perlu adanya kajian spefikasi
Iptek, humaniora tidak ingin konsepnya dikotak-kotakkan melainkan all off the
box,sehingga dapat berkembang.

Salah satu anggapan bahwa pendekatan sosial humaniora dalam studi
Islam adalah adanya fenomena taklid yang muncul akibat usaha Al-Ghazali dalam
pemikiran filfasat yang ia anggap menyesatkan manusia. Tetapi anggapan tersebut
dibantah dengan adanya kitab Ihya’ Ulum Al-Din dan Tahafut Al-Filsafah seolah
menjadi andil Al-Ghazali dalam pemikiran studi Islam. Bagaimanapun hal ini erat
kaitannya dengan konsep dan humanisme Islam yang rentang waktu
penyusunannya sangat berhubungan dengan sosial kondisi masyarakat. Oleh
karena itu inilah yang melahirkan ketajaman berfikir untuk melahirkan

pendekatan sosial humaniora dalam studi Islam. Dengan demikian pendekatan
sosial humaniora dalam studi Islam pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang Insan kamil dan menyeluruh pada pencapaian segala aspek
M. Alie Humaedi, “Pemikiran Islam dalam Jejak Kajian Humaniora,” Al-Tahrir: Jurnal
Pemikiran Islam 12, no. 2 (2016): 401.
2

2

kehidupan. Apabila kita kaitankan dengan dunia pendidikan makan pendekatan
humaniora sangatlah cocok untuk diterapkan apalagi dalam studi Islam. Sehingga
hal tesebut tidaklah rancu untuk diterapkan sebagai contoh adalah evaluasi dalam
mendidik ini tidak hanya membutuhkan kajian studi secara medalam melainkan
adanya kolaborasi dengan berbagai pendekatan.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan guru untuk menentukan hasil nilai- nilai
yang di lakukan oleh pendidik. Ketika pendidik melakukan hal- hal layaknya
seorang pendidik maka dapat kita fahami bahwasannya seorang pendidik tidak
hanya melakukan suatu proses mengajar akan etapi layaknya seorang pendidik
juga melakukan suatu metode, evaluasi, strategi dan penilaian.3


Dedi Wahyudi Dan Rahayu Fitri AS, “Islam Dan Dialog Antar Kebudayaan (Studi Dinamik
Islam Di Dunia Barat)” Vol 3 (2 Desember 2016): 269.

3

3