BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD di Ahmad Yani Gugus Ahmad Yani Kota Salatiga Semester II
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar yaitu SD Negeri Randuacir 01 dan SD Negeri Randuacir 02 tahun ajaran 2014/2015 yang siswanya masing-masing berjumlah 15 dan 19 siswa. Kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah diuji kesamaan variannya yang menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas homogen. Artinya memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen dapat diberi perlakuan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah.
Kedua kelompok diberi alokasi waktu yang sama dalam pembelajaran yaitu 2 x pertemuan (4 x 35 menit). Sebelum diberi treatment kedua kelas diberi tes (pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi treatment. Setelah akhir penyampaian semua materi kedua kelompok diberi tes dengan soal yang sama
(posttest) tujuannya untuk mengetahui apakah treatment yang digunakan
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada pertemuan pertama kelas eksperimen siswa diajarkan menggunakan metode ceramah, guru menjelakan materi dan siswa mendengarkan, agar siswa lebih mudah memahami materi ketika pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) . Pada pertemuan kedua kelas eksperimen tampak antusias dan bersemangat
untuk memulai pelajaran dengan permainan kartu. Siswa-siswi saling berebut untuk mencocokan kartu-kartu. Kendala yang dihadapi Pertemuan kedua adalah kegaduhan siswa saat mencari pasangan dari kartu. Selain itu ada juga siswa yang tidak mau berpasangan dengan lawan jenisnya karena malu. Kelas kontrol juga melakukan 2x pertemuan.
Pada pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan tanya jawab. Kemudian guru menjelaskan materi. Saat tanya jawab banyak siswa yang malu menjawab pertanyaan dari guru tetapi juga ada siswa yang tidak malu dan menjawab pertanyaannya. Sama seperti pertemuan pertama, pada pertemuan kedua pembelajaran dimulai dengan tanya jawab tentang pelajaran lalu. Kemudian guru melanjutkan materi selanjutnya. Setelah semua materi disampaikan lalu guru memberikan soal untuk evaluasi.
Berikut merupakan jadwal penelitian dan tes yang dilaksanakan pada kedua kelas.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SD Negeri Randuacir 01 dan
SD Negeri Randuacir 02
Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015
No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan 1. 01 desember 2014
Ijin Penelitian ( pada pertemuan ini, meminta ijin kepada pihak sekolah di kedua SD untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut) 4. 03 desember 2014
Perkenalan dengan siswa untuk kelas eksperimen Memberikan uji kesetaraan kepada kelas eksperimen dan dengan materi sebelumnya. 5. 05 desember 2014
Perkenalan dengan siswa untuk kelas kontrol Memberikan uji kesetaraan kepada kelas kontrol dan dengan materi sebelumnya.
6. 10 desember 2014 Kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen
7. 12 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas eksperimen
8. 11 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 1 pada kelas control 9. 13 desember 2014 Kegiatan pembelajaran 2 pada kelas control
4.2. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data skor hasil belajar matematika yang terkumpul dari hasil
posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan analisis
deskriptif dan Uji t. Langkah-langkahnya sama dengan langkah-langkah yang dilakukan pada saat pra-penelitian. Kedua analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS 18,0 for windows.
4.2.1 Analisis Deskriptif Data
Analisis deskriptif pada data penelitian posttest dilakukan dengan bantuan SPSS
18,0 for window s. Sebelum analisis deskriptif dilakukan terlebih dahulu dibuat tabel
destribusi frekuensi skor hasil belajar pretset dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi yang dibuat bertujuan untuk mempermudah dalam membuat interval kelas. Sugiyono (2011:34-35) Untuk menentukan jumlah kelas digunakan rumus yang mengacu dari Sturges (K=1 + 3,3 log n) dan n merupakan jumlah siswa. Rumus dalam penentuan interval sebagai berikut:
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal Banyaknya kategori / kelas = 1 + 3,3 log n
interval
4.2.1.1 Data Pre Tes
Analisis data pretest dilakukan dengan membuat destribusi frekuensi dari nilai
pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui persebaran dan interval nilai. Berikut ini hasil perhitungan dan destribusi frekuensi nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen :
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal = 86
- – 40 = 46
Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 46 =1 + 5.49 = 6.49 (dibulatkan menjadi 6)
46
6 = 7,66 (dibulatkan menjadi 8)
Berikut disajikan Tabel 4.2 destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen
Tabel 4.2 Destribusi Frekuensi Pretest Kelas EksperimenKelas Eksperimen NO. Interval Frekuensi Persentase
1
40 2 13,33% – 48
2
49 3 20% – 57
3
58 4 26,67% – 66
4
67 3 20% – 75
5
76 2 13,33% – 84
6
85 1 6,67% – 93 Jumlah 15 100%
Dari Tabel 4.2 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil posttest yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 40 sampai dengan 48 sebanyak 2 anak dengan peresentase 13,33. Siswa yang mendapat skor 49 sampai dengan 57 terdiri dari 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 58 sampai dengan 66 sebanyak 4 anak dengan persentase 26,67%. Siswa yang mendapat skor 67 sampai dengan 75 sebanyak 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 76 sampai dengan 84 sebanyak 2 anak dengan persentase 13,33% dan Siswa yang mendapat skor 85 sampai dengan 93 sebanyak 1 anak dengan persentase 6.67%. Berikut grafik skor posttest kelas eksperimen yang disajikan pada grafik 4.1
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
40
49
58
67
76
85
– 48 – 57 – 66 – 75 – 84 – 93
Destribusi frekuensi prettest kelas kontrol :
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal = 90
- – 63 = 27
Banyaknya kategori = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 27 =1 + 4,72 = 5,72 (dibulatkan menjadi 6)
Interval
=
27 =
6
=4,5 (dibulatkan menjadi 5)\ Berikut disajikan Tabel 4.3 destribusi frekuensi pretest kelas kontrol
Tabel 4.3 Destribusi Frekuensi Pretest Kelas KontrolKelas Kontrol NO. Interval Frekuensi Persentase 1 60-65 8 42,11% 2 66-71 3 15,79% 72-77 3 15,79%
3 78-84 1 5,26%
4 5 85-90 4 21,05 19 100% Jumlah
Dari Tabel 4.3 dapat diketahui destribusi skor postest kelas kontrol. Skor hasil
posttest pada kelas kontrol sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai
dengan 65 terdiri dari 8 anak dengan persentase 42,11%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79% siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 84 sebanyak 1 anak dengan persentase 5,26% dan siswa yang mendapat skor 85 sampai dengan 90 sebanyak 4 anak dengan persentase 21,05%. Berdasarkan nilai-nilai skor hasil posttest kelas kontrol tersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.2 sebagai berikut.
9
8
7
6
5
4
3
2
1 60-65 66-71 72-77 78-84 85-90 Berikut disajikan Tabel 4.4. destribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tabel 4.4 Destribusi Frekuensi Skor Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol NO. Interval Frekuensi Persentase Frekuensi Persenta se1
40 2 13,33% – 47
2
48 3 20% – 55
3
56 3 20% 8 42,11% – 63
4
64 1 6,67% 3 15,79% – 71
5
72 4 26,67% 3 15,79% – 78 6 79 - 86 2 13,33% 1 5,26% 7 87 - 94 4 21,05% Jumlah 15 100% 19 100%
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil pretest yang telah dilaksanakan. Skor hasil pretest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 terdiri dari 0 anak dengan persentase 0 %. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 sebanyak 5 anak dengan persentase 33,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2 anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 3 anak dengan persentase 12,50%. yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 terdiri dari 9 anak dengan persentase
47,37%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 1 anak dengan persentase 5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53% dan siswa yang mendapat skor
90 sampai dengan 95 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%.. Berdasarkan nilai- nilai skor hasil pretest tersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.3 sebagai berikut:
9
8
7
6
5 Kelas Eksperimen
4 Kelas Kontrol
3
2
1
40
- – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71 72 – 78 79 - 86 87 - 94
Destribusi frekuensi pretest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 sebagai berikut:
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal = 90
- – 40 = 50
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 50 =1 + 5,61 = 6,61 (dibulatkan menjadi 7)
interval =
50 =
7 = 7.14 (dibulatkan menjadi 7)
4.2.1.2 Data Post Tes
Data posttest diperlukan untuk mengetahui hasil belajar kedua kelas eksperimen setelah dikenai model pembelajaran yang berbeda dengan bantuan media pembelajaran yang sama. Hasil posttest siswa ini diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang diberi perlakukan yang berbeda pada kelas eksperimen. Analisis data posttest dilakukan dengan membuat destribusi frekuensi dari nilai
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Destribusi frekuensi ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui persebaran dan interval kelas pada nilai posttest. Berikut ini hasil perhitungan dan destribusi frekuensi nilai dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
Destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen :
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal = 95
- – 65 = 30
Interval
Berikut disajikan Tabel 4.5 destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen
Tabel 4.5 Destribusi Frekuensi Posttest Kelas EksperimenBanyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 30 =1 + 4,87 = 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
2
66 – 71 2 13,33%
3
72 – 77 3 20%
4
78 2 13,33% = =
30
6 = 5
NO. Interval Kelas Eksperimen Frekuensi Persentase 1 60-65 1 6,67%
5
84 3 20% – 89 6 90 - 95 4 26,67% Jumlah 15 100%
Dari Tabel 4.5 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar posttest kelas eksperimen. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil posttest yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 1 anak dengan peresentase 6,67%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 2 anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2 anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 4 anak dengan persentase 26,67% Berikut grafik skor posttest kelas eksperimen yang disajikan pada grafik 4.4:
posttest kelas eksperimen
4.5
4
3.5
3
2.5 Interval
2
1.5
1
0.5 60-65
66
72
78
84 90 - 95- – 71 – 77 – 83 – 89
Destribusi frekuensi posttest kelas kontrol:
Range/ jangkauan = skor maksimal
- – skor minimal
= 90
- – 60 = 30
Banyaknya kelas 1 + 3,3 log n
=
= 1 + 3,3 log 30 =1 + 4,87 = 5,87 (dibulatkan menjadi 6)
Range interval
= Banyak kelas 30 =
6 = 5
Berikut disajikan Tabel 4.6 destribusi frekuensi posttest kelas kontrol
Tabel 4.6 Destribusi Frekuensi Posttest Kelas kontrolKelas kontrol NO. Interval Frekuensi Persentase 1 60-65 5 26,32%
2
66 3 15,78% – 71
3
72 4 21,05% – 77
4
78 1 5,26% – 83
5
84 3 15,79% – 89 6 90 - 95 2 10,53% Jumlah 19 100%
Dari Tabel 4.6 dapat diketahui destribusi skor postest kontrol. Skor hasil
posttest pada kelas kontrol sebagai berikut: siswa yang mendapat skor 60 sampai
dengan 65 sebanyak 5 anak dengan peresentase 26,32%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15,78%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 4 anak dengan persentase 21,05%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 1 anak dengan persentase 5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%. Berdasarkan nilai-nilai skor hasil posttest kelas
= 5
6 60-65
7
35
= Range Banyak Kelas =
post test kelas kontrol
Interval84
78
72
66
5
4
3
2
1
- – 71
- – 77
- – 83
- – 89 90 - 95
Dibulatkan menjadi 9 Berikut disajikan Tabel 4.7 destribusi frekuensi skor hasil belajar dari hasil postest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.
interval
Banyaknya kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 35 =1 + 6,10 = 7 (dibulatkan menjadi 7)
Range/ jangkauan = skor maksimal
\ Destribusi frekuensi posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
- – skor minimal = 95
- – 60 = 35
dan Kelas kontrol Kelas Eksperimen Kelas kontrol NO. Interval Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase 1 60-65
1 6,67%
5 26,32%2
66
2 13,33%
3 15,78%- – 71
3
72
3 20%
4 21,05%- – 77
4
78
2 13,33%
1 5,26%- – 83
5
84
3 20%
3 15,79%- – 89 6 90 - 95
4 26,67%
2 10,53% Jumlah15 100%
19 100%Dari Tabel 4.7 dapat diketahui destribusi skor hasil belajar postest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Interval merupakan persebaran nilai dari hasil pretest yang telah dilaksanakan. Skor hasil posttest pada kelas eksperimen sebagai berikut : siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 1 anak dengan peresentase 6,67%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 2 anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 3 anak dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 2 anak dengan persentase 13,33%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan persentase 20% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 4 anak dengan persentase 26,67%.
Skor hasil belajar postest pada kelas kontrol antara lain: siswa yang mendapat skor 60 sampai dengan 65 sebanyak 5 anak dengan peresentase 26,32%. Siswa yang mendapat skor 66 sampai dengan 71 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15,78%. Siswa yang mendapat skor 72 sampai dengan 77 sebanyak 4 anak dengan persentase 21,05%. Siswa yang mendapat skor 78 sampai dengan 83 sebanyak 1 anak dengan persentase 5,26%. Siswa yang mendapat skor 84 sampai dengan 89 sebanyak 3 anak dengan persentase 15,79% dan Siswa yang mendapat skor 90 sampai dengan 95 sebanyak 2 anak dengan persentase 10,53%.
Berdasarkan nilai-nilai skor hasil posttest tersebut dapat disajikan ke dalam Grafik 4.6 sebagai berikut.
1
78
72
66
6 60-65
5
4
3
2
- – 71
- – 77
- – 83
- – 89 90 - 95 Series1 Series2
kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dengan jumlah siswa (N) sebanyak 15
Berdasarkan analisis destribusi frekuensi yang dibuat, maka dapat dilakukan analisis deskriptif. Analisis deskriptif pada penelitian berisi tentang gambaran data tentang jumlah data, nilai maksimum, nilai minimum, mean dan standar deviasi. Data yang akan dianalisis berupa skor hasil belajar Matematika dari hasil posttest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Berikut ini analisis deskriptif yang disajikan kedalam Tabel 4.8
11 Output Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa skor hasil posttest kelas eksperimen dan
65.00
95.00 80.6667 8.83715 Valid N (listwise)15
60.00
90.00 75.0000 9.57427 kelas eksperimen19
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation kelas kontrol
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol84 mempunyai skor minimum 65 dan nilai maksimum 95, sedangkan mean 80,67 dan standar deviasinya (ukuran persebaran) sebesar 8,84.
Pada kelas kontrol skor hasil posttest dengan jumlah siswa (N) sebanyak 19 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Sedangkan mean 75 dan standar deviasinya (ukuran persebaran) 9,57. Semakin kecil standar deviasi berarti semakin kecil persebarannya atau semakin tidak terlalu jauh dari rata-rata, berarti data tersebar disekitar rata-rata.
Dari skor posttest tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata skor
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata skor posttest kelas kontrol.
4.3 Analisis Data
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan dari hasil belajar siswa kelas IV SD yang dikenai model pembelajaran tipe CTL (Contextual Teaching and
Learning ) dengan media kelereng dengan hasil belajar siswa kelas IV SD yang
dikenai model ceramah pada materi bilangan bulat maka dilakukan uji t atau uji beda pada nilai posttest.
Uji Beda yang digunakan adalah uji dua sampel tidak berhubungan (Independen Samples T Tes). Independen Samples T Tes digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Uji hipotesis dengan uji perbedaan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terhadap hasil belajarnya. Uji t dilakukan dengan bantuan Independent Sample T-Test dari
SPSS 16,0 for windows . Sebelum dilakukan uji beda maka dilakukan uji prasyarat
terlebih dahulu. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas seperti yang dilakukan pada saat uji kesetaraan.
4.3.1 Uji Normalitas dan Homogenitas
4.3.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data
windows pada data uji Kolmogorov-Smirnov/Shapiro-Wilk kriterianya adalah jika
signifikansi hasil perhitungan > 0,05 berarti berdestribusi normal (Priyatno, 2010).Hasil uji normalitas yang dilakukan dapat dilihat dari Tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen 1 Dan Kelas Eksperimen 2
Tests of Normality
a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk * kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig. nilai kelas kontrol .162 19 .200 .938 * 19 .248 kelas eksperimen .15515 .200 .955 15 .612
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output pada Tabel 4.9 diatas diperoleh hasil bahwa data kelas eksperimen dan kelas kontrol yang didapat berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil Siginifikansi > 0,05 yaitu kelas eksperimen 0,248 dan kelas kontrol 0,612 jadi dari tabel output bahwa data tersebut dinyatakan berdestribusi normal. Berdasarkan analisis uji normalitas hasil belajar posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut dapat disajikan Grafik 4.7 dan 4.8 sebagai berikut:
Grafik 4.7. Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Eksperimen Grafik 4.8 Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Posttest Kelas Kontrol
Pada Grafik 4.7 dan 4.8 dapat dilihat sebaran data masih berada disekitar garis normal yang menunjukkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berdestribusi normal atau persebarannya merata.
4.3.1.2 Uji homogenitas
Uji homogenitas untuk memastikan kelompok data berasal dari populasi yang
homogen atau memiliki varience sama. Uji homogenitas menggunakan bantuan
software SPSS 16,0 for windows pada uji tests of normality dengan kriterianya adalah
jika hasil perhitungan > 0,05 berarti kedua kelas homogen (Priyatno, 2010). Hasil uji homogenitas yang dilakukan dapat dilihat dari Tabel 4.10 sebagai berikut
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas KontrolLevene Statistic df1 df2 Sig.
.002 32 30,98 .967
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas dengan metode levene’s menghasilkan nilai signifikan sebesar 0,002 (kurang dari 0,05), artinyakedua kelompok sample berasa dari populasi yang memiliki variansi yang tidak sama (heterogen).
4.3.2 Analisa Uji-t
Setelah melakukan uji homogenitas maka dilakukan uji independent sampel t test untuk membandingkan rata-rata hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terdapat dua macam independent sample t test yaitu Equal variances assumed dan Equal variances not assumed. Berdasarkan hasil uji homogenitas yang mneyimpulkan bahwa
kedua kelompok sample berasal dari populasi yang mrmiliki variansi yang tidak sama (heterogrn) maka
indepenpent sample t test yang digunakan adalah Equal variances not assumed. Hasil uji tersebut
dapat dilihat pada table 4.11.
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the
Difference Sig. (2- Mean Std. Error Uppe F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower r Nilai Equal
- varian
.2552 ces .002 .967 -1.956 32 .059 -6.19298 3.16565 12.641
3 assu 19 med
Equal varian
- ces
.2144
- 1.971 30.980 .058 -6.19298 3.14155 12.600 not
2
38 assu med
Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa hasil uji independent sample t tes berjenis equal variances not assumed menghasilkan nilai t sebesar -1,971 dengan probabilitas signifikansi 0,058 (lebih dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan hasil belajar siswa kelas IV SD yang dikenai model pembelajaran ceramah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh CTL dan ceramah terhadap hasil belajar matematika kelas IV SD N Randuacir 1 dan SD
4.4 Uji Hipotesis
Ho diasumsikan sebagai hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antar variabel, sedangkan Ha diasumsikan sebagai hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Berikut ini merupakan hipotesis statistik yang diuji dalam penelitian ini yaitu: H : Tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran make a match dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02. Ha : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02. Dari uji F yang menyatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan kelas yang setara berarti uji t menggunakan Equal Variance Assumed. Pengujian hipotesis menggunakan uji dua sisi (Sig. (2-tailed)) dengan probabilitas signifikansi > 0,05. Apabila tingkat signifikansi (> 0,05) maka Ho diterima dan Ha ditolak dan apabila signifikansi (< 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima.
- 1.956
Berdasarkan Tabel 4.11 tersebut hasil uji t diketahui bahwa nilai t adalah dengan probabilitas signifikansi (> 0,05) yaitu 0, 967 , maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan melihat dari tingkat signifikansi hasil yang didapat dari uji t yaitu 0,967 , maka kriteria tingkat signifikansinya adalah signifikan. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02 tahun ajaran 2014/2015.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november 2014 sampai dengan januari 2015. Proses dan alur kerja penelitian dimulai dari a) tahap persiapan, b) tahap pelaksanaan, c) tahap penyusunan. Tahap persiapan tahap ini mencakup penyusunan judul, penyusunan proposal, pembuatan instrumen, permohonan izin serta survei di sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian. Tahap pelaksanaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah yang meliputi uji coba instrument dan pengambilan data. Pada proses pelaksanaan tidak lepas dari treatmen yang digunakan, serta bagaimana cara melaksanakan treatment tersebut secara optimal agar mencapai tujuan atau hasil yang optimal pula. Selanjutnya tahap pengelolaan data dan konsultasi yang diikuti penyusunan skripsi serta persiapan ujian.
Berdasarkan hasil analisis hasil pretest pada siswa kelas 4 SDN Randuacir 01 dan SDN Randuacir 02 tahun ajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen. Artinya data berdestribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan dan kedua kelas sebelum diberi perlakuan mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelas eksperimen dapat diberi treatment yaitu metode pembelajaran contextual teaching and learning sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Setelah diberi treatment pada kelas eksperimen dan kontrol diberi posttest atau tes akhir.Dalam pembelajaran kelas eksperrimen dan kontrol menggunakan alokasi waktu yang sama yaitu 2 pertemuan atau 4 jam
× pelajaran.
Pada kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning agar suasana pembelajaran dalam kelas menyenangkan dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.
Pada kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Peranan lebih banyak dan aktif diperankan oleh guru dibandingkan siswa. Karena guru memberikan penjelasan mengenai materi pelajaran. Siswa duduk ditempat sambil mendengarkan penjelasan guru. Hal tersebut membuat siswa menjadi pasif tanpa melakukan kegiatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru kelas di dapatkan bahwa kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen berlangsung dengan baik. Baik dari persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur dalam metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini dibuktikan pada rata-rata hasil belajar untuk posttest pada kelas eksperimen lebih banyak dibandingkan pada kelas kontrol yaitu 80,67 pada kelas eksperimen dan 75 pada kelas kontrol. Selisih dari rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol adalah 5,67. Dari hasil posstest tersebut dibandingkan pretest pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pretest pada kelas eksperimen 63,27 sedangkan nilai rata-rata posttset kelas eksperimen 80,67 Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebanyak 17,4 pada kelas eksperrimen sedangkan, sedangkan pada kelas kontrol mengalami peningkatan yaitu nilai pada pretest kelas kontrol 71,52 sedangkan nilai rata-rata posttset kelas kontrol 75. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebanyak 3,48 pada kelas kontrol.
Berdasarkan uji t-tes hasil t-hitung menunjukan -1.956 dengan ρ value 0,590 > 0,05, artinya terdapat pengaruh yang kurang siginfikan setelah melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan metode ceramah. Dapat dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbadaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 80,67 dan kelas kontrol sebesar 75.
Secara umum adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena pada kelas eksperimen diterapkan metode pembelajaran contextual teaching and learning pada mata pelajaran matematika sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.