PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DENGAN PENDEKATAN ADITIF DI SEKOLAH DASAR

  

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DENGAN PENDEKATAN ADITIF DI SEKOLAH DASAR

1 2 1 Lisa Retnasar i, Muhamad Taufik Hidayat 2 Dosen Pendidikan Gur u Sekolah Dasar, Univer sitas Ahmad Dahlan

  Dosen Pendidikan Gur u Sekolah Dasar, Univer sitas Muhammadiyah Sur akar ta e-mail:

  

ABSTRACT

  The plur ality of Indonesians becomes a challenge for the educational w or l d in managing people, not conflict. Until pr esent still few people under stand w hat is r eal ly behind the cultur e of the nation. Elementar y School have being basic layer s of education need for mul ticultur al education ystematically. Multicul tur ali sm education is impor tant because for aw ar e the students to be toler ant to diver sity of Indonesian. Multicultur al education can not be deter mined by a certain time standar d, cr eating a plur al ity of tr ibes, r aces, cultur es and r eli gions to develop str engths and pr ovide multicul tur al education as a national cur r i culum development appr oach. Besides, multicultur al education in elementar y schools can be thr ough an additive appr oach.

  

Keywor ds: Mult icult ur al Educat ion, Addit if appr oach, Element ary School

PENDAHULUAN

  Per seter uan antar suku ter jadi di beber apa daer ah di Indonesi a. Salah satu yang paling menonjol adalah yang ter jadi sekitar tahun 2000 di Sampit, Kalimantan Tengah antar a suku Dayak dan suku Madur a. Suku Dayak sebagai suku pr i bumi, tidak ber kenan dengan kehadir an suku Madur a sebagai pendatang. Konfli k ini tel ah memakan banyak kor ban ji w a. Senada dengan kejadian ter sebut, ter jadi pula konflik antar suku di Papua yang juga memakan banyak kor ban jiw a (Mania, 2010). Pada masa kini, konflik antar suku ter jadi utamanya antar a suku pr ibumi dan non pr ibumi. Konflik yang mengangkat etnis Tionghoa dan Ar ab ser i ng sekali ter jadi dalam per debatan dalam sosial media.

  Sementar a itu konfl ik yang ter jadi kar ena per bedaan agama dan alir an juga marak ter jadi. Pada tahun 1999-2003, konflik ber dar ah ter jadi di Ambon antar a pemeluk Islam dan Kr isten (Mania, 2010). Konflik ini juga ter jadi di Kabupaten Poso, Sulaw esi Tengah antar a dua agama yang sama pada kur un w aktu yang hampir ber samaan (Alganih, 2016). Kedua konfli k i ni juga memakan banyak kor ban jiwa. Konflik ber basis agama juga ter jadi dalam agama yang sama, yang pal ing lazim dalam agama Islam. Menur ut Hasani dan Naipospos (2010) dar i Setar a Insti tute, Jamaah Ahmadiyah sepanjang kur un w aktu 2007 sampai 2010 mendapat cukup banyak pelanggar an. Tahun 2007 ter jadi 15 pelanggar an, tahun 2008 naik dr astis menjadi 193 pelanggar an, kemudian pada tahun 2009 ter jadi 33 pel anggar an, ser ta pada tahun 2010 ter jadi 50 pelanggar an.

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569

  

16 Selain suku dan agama, golongan juga mendasar i beber apa konfl ik antar a penduduk Indonesia. Di Jakar ta contohnya, Komisi Nasional Per li ndungan Anak mencatat jumlah kasus taw ur an antar sisw a pada tahun 2011 yai tu 128 kasus dan pada tahun 2012 yai tu 139 kasus. Taw ur an ter sebut kebanyakan ber upa keker asan antar pelajar SMP dan SMA. Taw ur an-taw ur an ter sebut menyebabkan 12 diantar anya ber ujung pada kematian (Mar yati, 2012).

  Konfl ik-konfl ik ber basi s suku, agama, r as dan antar golongan ter sebut mengindi kasi kan belum dimani festasikannya semboyan Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” atau ber satu dalam ker agaman. Padahal semboyan “Bhineka Tunggal Ika” sudah ditanamkan pada w ar ga negar a indonesia sejak usi a di ni. Seti daknya pengenal an Pancasila beser ta semboyannya sudah masuk dalam kur ikulum Sekol ah Dasar sejak lama, mulai dar i kur ikulum 1968, kur ikulum 1975, kur ikulum 1984, kur ikulum 1994, kur ikulum 2004, kur ikulum 2006 dan kur ikulum 2013. Mater i Pancasila sudah dikenalkan pada si sw a Sekolah Dasar mul ai dar i mata pelajar an Pendidi kan Mor al Pancasila (PMP), Pendidikan Pancasi la dan Kew ar ganegar aan (PPKn), sampai pada masa sekar ang mater i Pendidikan Kew ar ganegar aan (PKn).

  Namun semua pr ogr am ini dianggap belum sepenuhnya ber hasil dalam membangun toler ansi dalam per bedaan. Diskr iminasi antar a golongan ter tentu masih ter jadi dew asa ini, khususnya dialami oleh minor itas. Rasa super ior itas masih dimiliki oleh golongan ter tentu. Kur ikulum yang ber agam dan mer angkul segala r epresentasi budaya juga belum diter apkan secar a sempur na. Konflik-konflik ber basis Suku, Agama, Ras dan Antar Gol ongan (SARA) juga masih ter jadi pada masa ini apalagi di er a kebebasan ber ekspr esi dan media sosial.

  Konsep multikultur alisme telah banyak dikaji dan dikembangkan oleh beber apa negar a contohnya Kanada, Amer ika Ser ikat, dan Austr al ia. Negar a-negar a ter sebut cukup ser i us dalam mengkaji dan mengembangkan pendidi kan multikultur al kar ena negar a mer eka didominasi oleh imigr an yang sangat majemuk. Tiga negar a yang telah disebutkan menjadi sal ah satu contoh negar a yang cukup sukses membangun jati dir i kebangsaan, dengan maupun tanpa menghilangkan identitas budaya asal.

  Amer i ka Ser i kat ber usaha menjalin per satuan dan kesatuan bangsa Amer ika, w alaupun pada tahun 1960-an, sebagi an masyar akat Amer ika Ser ikat belum ter penuhi hak-haknya. Masyar akat Afr ika Amer ika, Latin Amer ika dan etnis lainnya mer asa hak sipi lnya belum dilindungi. Kemudian mer eka mengembangkan konsep multicultur alism yang ber usaha member ikan penghar gaan pada hak minor itas. Pada akhir nya, multikultur alisme mer upakan konsep untuk membangun kekuatan bangsa yang majemuk dengan menghor mati sel ur uh hak sipil mer eka. (Rosyada, 2014).

  Senada dengan negar a-negar a yang telah disebutkan atas, Indonesia sebagai salah satu negar a yang sangat multikultur , seyognyanya member ikan per hati an lebih pada pendidikan multikultur al khususnya di Sekolah Dasar . Tulisan ini ber usaha mendeskr ipsikan apa ur gensi pendi dikan multikultur al di Sekolah Dasar ser ta bagaimana str ategi implementasinya.

METODE PENELITIAN

  Ar tikel ini mer upakan sebuah penelitian pustaka atau yang menggunakan metode kualitatif deskr i ptif. Jenis data yang digunakan dal am penulisan ar tikel ini adalah data sekunder yang ber asal dar i li ter atur -l iter atur seper ti halnya buku, pr oseding dan ar tikel ter bitan ber kala ilmiah yang ber kaitan dengan pendidikan multikultur al ser ta pendidikan di Sekolah Dasar .

  Data dan infor masi yang diper ol eh dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskr ipti f. Pr oses penyusunan ar tikel dilakukan dengan car a mengidentifikasi masalah, menganalisis sumber penyebab masalah, kemudi an menentukan solusi pemecahan masal ah dengan studi per bandi ngan ter hadap data yang di gunakan. Tahap akhir penulisan ini adalah penar ikan kesimpulan dar i pembahasan.

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569

  

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pembahasan dalam kajian ini ter dir i atas enam bagi an yaitu, pembelajar an di Sekolah Dasar , pendekatan aditif, pembelajar an di Sekolah Dasar , pendi dikan multikultur al , ur gensi pendidikan multikultur al , ser ta str ategi pendidikan multikultur al aditif di Sekolah Dasar

  Pembelajar an di Sekolah Dasar

  Sekol ah Dasar adal ah jenjang paling dasar dalam lembaga pendidikan formal yang ada di Indonesia yang ditembuh dalam 6 tahun. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar yakni member i kan bekal kemampuan ber upa pengetahuan, sikap, keter ampilan yang ber manfaat bagi dir inya untuk memper siapkan kejenjang pendidikan selanjutnya (Suhar jo, 2006:1). Hal ini menunjukan bahw a peser ta didi k pada jenjang Sekol ah Dasar har us dibekali konsep w aw asan pengetahuan secar a jelas, supaya ti dak ada pengabur an pengetahuan di jenjang selanjutnya. Dalam pr oses pendidikan Sekol ah Dasar memi liki per an membentuk gener asi pener us bangsa yang tidak hanya ber kualitas dar i sisi kognitif saja, namun juga har us dibentuk sikap dan per ilaku yang sesuai dengan ci ta-cita bangsa. Ketidakseimbangan per kembangan aspek pengetahuan, sikap dan keter ampilan mengakibatkan gener asi muda kelak tidak dapat menjaga keutuhan NKRI. Per lu dukungan komponen pendi dikan sesuai, fungsi dan tujuannya masing-masing.

  Pendidi k atau tenaga pendidi k mer upakan tenaga pr ofesional yang menjadi kunci pembangun bangsa yang har s ada dalam pr oses penyelenggar an pendidikan. sal ah satu komponen yang har us ada dalam r angka penyelenggar aan pendidi kan. Per lu pr oses kualifikasi pendidikan dalam penyesuaian tugas dan kew enangan sebagai seor ang pendidi k. Selain itu per lu di dukung kur ikulum, Nasution (2008:5) menyatakan kur ikulum sebagai suatu r encana yang disusun guna memper laancar pr oses belajar mengajar di baw ah bimbingan dann tanggungjaw ab sekolah. Kemudian sar ana pr asana yang memadai juga di per lukan guna mencapai tujuan pendidikan. Oleh kar ena itu pendidik dalam memper siapkan pembelajar an har us menyesuaikan antar a sumber bel ajar dan media dengan tujuan pendi dikan yang akan di capai.

  Pendekatan Aditif

  Banks (1993) memapar kan beber apa pendekatan yang bi sa dilakukan untuk menyisipkan mater i-mater i pendidikan mul tikul tur al ke dalam kegiatan belajar mengajar di sekol ah. Satu dar i pendekatan itu dinamakan pendekatan adi tif atau aditif appr oach. Hal yang dilakukan dengan pendekatan adaptif adalah menambahkan konsep-konsep, mater i -mater i, tema-tema, ser ta sudut pandang ter hadap kur ikulum tanpa mengubah ker angka dasar nya (str uktur , tujuan dan kar akter istik). Pendekatan ini ser ing dilengkapi dengan buku atau modul ter hadap kur ikul um tanpa mengubah substansi dasar nya. Pendekatan ini mer upakan tahap aw al dalam mener apkan pendidikan mul tikul tur al kar ena belum menyentuh pada kur ikulum utama.

  Pendidikan Multikultural

  Di lihat dar i segi etimologi, pendidikan multikultur al ter dir i dar i dua ter m yaitu pendidikan ser ta multikultur al. Pendidikan dimaknai sebagai sebuah pr oses pengembangan sikap dan per il aku indivi du atau kumpulan individu dalam upaya pencapaian kedew asaan melalui kegi atan pengajar an, pelatihan, pr oses ser ta car a mendi dik (Umar , 2010:28). Multikultur al dimaknai sebagai suatu kemajemukan kultur atau budaya. Sedangkan dar i segi ter mi nol ogi , pendidikan mul tikultur al dimaknai sebagai pr oses pengembangan potensi-potensi manusia yang menghor mati plur alitas sebagai konsekuensi ker agaman suku, agama, r as dan golongan (Masgnud, 2010:19-21). Pendidikan multikultur al juga bisa dimaknai sebagai sebuah pendidikan ker agaman budaya atau sebuah pendidikan untuk membina sikap sisw a agar menghor mati dan mer ayakan ker agaman budaya (Sunar to, 2004)

  Menur ut Gor ski (2010), ter dapat tiga tujuan pendidi kan multikultur al , yaitu menghilangkan diskr imi nasi dalam pendidikan, memastikkan siswa mampu mencapai

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 pr estasi akademi k sesuai dengan potensi yang di mili ki, ser ta menyadar kan si sw a bahw a mer eka adalah bagian dar i w ar ga masyar akat lokal, nasional, dan dunia (kosmopolitan). Rosyada (2014) ber pendapat jika pendidikan multikultur al har us dilakukan secar a utuh dan menyelur uh. Rancangan kur ikulum dan r ancangan pr oses pembelajar an, bisa menumbuhkan sikap sisw a agar menghar gai hak-hak or ang lain secar a adil. Pr estasi dar i pendidikan mul tikul tur har us bisa diukur oleh alat evaluasi yang r elevan.

  Urgensi Pendidikan Multik ultur al

  Pendidi kan multi kultur al per lu diber i kan kepada anak sedini mungkin, agar anak bisa menger ti dan menyadar i bahw a ker agaman budaya ada di lingkungan mer eka. Ker agaman budaya ter sebut akan sedi kit banyak ber pengar uh ter hadap car a ber fikir , sikap dan per il aku manusia, sehingga memi liki tata car a kebiasan-kebiasan, atur an mor al ser ta adat yang ber beda satu dengan yang lainnya. Bila per bedaan-per bedaan ter sebut tidak bisa diter ima dengan baik dan bijaksana, maka per tentangan akan ser ing ter jadi di masyar akat. Hal ini bi sa dilihat dalam kehidupan masyar akat Indonesi a pada masa-masa belakangan (Hanum dan Rahmadonna 2009)

  Negar a Indonesia ter dir i dar i ber agam kelompok suku, agama, budaya, dan golongan sehi ngga masyar akat Indonesia dapat disebut sebagai masyar akat yang multikultur al . Dengan ker agaman yang amat tinggi, Indonesia menjadi salah satu negar a yang paling multikultur al di dunia. Jumlah pulau yang dimiliki Indonesia ada sekitar 13.000 pulau. Jumlah penduduk Indonesia lebih dar i 200 juta jiwa, terdir i dar i lebih dar i 300 suku yang ber beda ser ta menganut agama dan keper cayaan yang ber beda-beda (Yaqin, 2005).

  Menghadapi pl ur ar itas ini per lu adanya par adigma bar u yang lebih toler an, yaitu par adigma pendidi kan multi kultur al (Mahfud, 2016:185). Pendidikan ber par adigma multikultur al penti ng, kar ena member ikan dampak kepada peser ta didik untuk ber per ilaku tol er an memandang keber agaman yang ada dan mampu menjaga ser ta mencintai keber agaman yang budaya yang dimiliki nya. Masyar akat lupa akan semboyan bhineka tunggal ika yang secar a natur al dan sosio-kultur al dibangun di atas keber agaman. Par adigma multikultur al yang ser ing didengungkan masih sebatas w acana semata.

  Pendidi kan multikultur al dapat dikatakan ber hasi l apabila peser ta di dik ter bentuk sikap tol er an, tidak ber musuhan dan ber konflik yang dilatar belakangi per bedaan SARA. Per ubahan dalam konteks multikultur al tidak ter letak pada penilaian secar a kognitif, namun l ebih kepada ter ci ptanya kondisi kehi dupan masyar akat yang damai dan toler ansi . Adanya sikap etnosentr isme golongan yang masih ada ser ta kuat mampu membuat bentur an konflik. Selain itu, er a globlalisasi saat ini, per temuan antar budaya menjadi ancaman ser ius bagi peser ta di dik yang dapat meluntur kan budaya asli Indonesia (Mahfud, 2016:218).

  Guna menyikapi fakta global ter sebut, hendaknya pesar ta didik diberi penyadaran dan pengetahuan tentang keber agaman, sehingga memiliki kompetensi yang luas mengenai pengetahuan global ter masuk aspek pengetahuan kebudayaan. Meli hat kenyataan multikultur al di Indonesia sejatinya adalah modal untuk mengembangkan kekuatan budaya. Maka kekayaan ter sebut patut dijaga dan dilestar ikan di tengah er a globalisasi. Hal yang ter penting lainnya menjadikan multicultur al sebagai landasan pengembangan kur ikulum. Ki Hadjar Dew antar a (1946) menyatakan bahw a kebudayaan mer upakan faktor penti ng sebgai akar pendidikan suattu bangsa. Ahli kur ikulum lainnya seper ti Pr int (1993:150) menyatakan bahw a cur r icul um is a constr uct of that cul tur e. Pendekatan multi kul tur al dalam kur ikulum nasional diar tikan sebagai suatu dasar dengan menggunakan keber agaman kebudayaan peser ta didik dal am mengembangkan filosofi, misi, tujuan, komponen kur ikulum, dan lingkungan belajar , sehingga peser ta didik dapat menggunakan kebudayaannya untuk memahami dan mengembangkan ber bagai w aw asan konsep, sikap, keter ampilan dan nilai mor ao guna mendukung pembentukan kar akter bangsa.

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569

  

19

  Str ategi Pendidik an Multik ultur al Aditif di Sek olah Dasar

  Peser ta didik Sekolah Dasar kel as tinggi sudah mampu menger ti makna-makna, sehi ngga pendekatan adi tif tepat untuk diber ikan. Beber apa contoh pener apan pendekatan aditif dalam pendidikan multikultur al di Sekolah Dasar yaitu: mengajak sisw a Sekol ah Dasar untuk menikmati ber agam bacaan-bacaan yang ber asal dar i ber agam budaya seper ti dongeng dar i ber bagai daer ah bahkan ber bagai negar a. Mengembangkan sumber belajar pendidikan multikultur al untuk mater i pel ajar an lain. Mengajak peser ta didi k untuk meni kmati film-film anak yang menggambar kan kehidupan di daer ah lain seper ti film “Denias” yang menggambar kan kehidupan di Papua, “Laskar Pelangi” di Pulau Belitung, atau “Hafalan Sur at Del isha” di Aceh. Mengajak sisw a untuk menjalin per sahabatan dengan si sw a di ber bagai daer ah lain melalui sur at-menyur at atau media sosial. Sebagai tambahan, gur u semestinya dapat selalu mengintegr asikan nil ai-nilai multi kultur al dan mener apkannya dalam pembelajar an kelas.

  Hal yang tel ah disebutkan di atas di lakukan untuk member ikan keluasan fikir an dan pandangan pada sisw a. Keter tar ikan dan keingintahuan ter hadap ker agaman budaya yang di dapatkan di dalam pembelajar an, akan memacu sisw a untuk mencar i tahu lebih banyak dengan membaca ber agam r efer ensi maupun ber tanya pada seseor ang yang lebih tahu. Dengan pengetahuan dan w aw asan yang l uas tentang ker agaman, sisw a akan tumbuh menjadi inkl usif, toler an, menghor mati ser ta menghar gai per bedaan. Sisw a akan mudah ber adaptasi dan membaur dengan lingkungan bar u yang memiliki per bedaan dengan dir inya.

  KESIMPULAN

  Pendidi kan multi kultur al yang ber si fat si stemik dan holistik pada Sekolah Dasar per l u dikembangkan. Pendidikan multikultur al di Sekolah Dasar dikemas ber dasar kan kar akter dan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan multikultur al ber tujuan membentuk pemikir an, sikap dan per ilaku peser ta didik lebih komper hensif dalam memandang keber agaman, sehi ngga mampu memumbuhkan toler ansi. Peser ta didik tidak menjadikan pl ur ali sm menjadi w ahana pemicu konflik pemecah per satuan dan kesatuan, sebali knya menjadikan modal kekayaan pemer satu bangsa.

  Dalam pelaksanaanya pendidikan multikultur al di Sekolah Dasar dapat dilakukan melalui str ategi pendekatan adi tif dan per an ser ta pendidik pada pr oses pengi ntegr asian nil ai-nilai mul tikultur al dalam pembelajar an. Selain i tu pendi dik har us cakap dalam penguasaan ilmu pengetahuan khususnya pendidikan multikultur dan mampu memilihh mater i sesuai yang sesuai pembelajar an di Sekol ah Dasar . Kemudian per lu dukungan pemer intah di dalam kur ikulum ter kait pendidikan multikultur al yang efekti f sebagai kontr ibusi pembentukan “keikaan” di tengah “kebhi nnekaan” yang benar -benar aktual tidak hanya sekedar jar gon.

DAFTAR PUSTAKA

  Algani h, I. 2016. “Konfli k Poso (Kajian Histor is 1998-2001). CRIKSETRA: Jurnal 5 (10).

  Pendidikan Sejar ah dan I lmu Sejar ah Banks, J. A. 1993. An Intr oduct ion t o Mult icultural Educat ion. Boston: Allyn and Bacon.

  Budianta, M. 2003. “Multikultur ali sme dan Pendi dikan Multikultural, Sebuah Gambaran Umum”. Tsaqafah I (2):8. Dew antar a, Ki Hajar. 1946. Dasar-dasar pendidikan, dalam Kar ya Ki Hajar Dewant ar a

  Bagian Per t ama; Pendidikan . Yogyakar ta : Majelis Luhur Per satuan Taman Si sw a.

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569

  

Jur na l Pendidika n I lm u Sosial, Vol 28, No.1, Juni 2018,

p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569

  ( multicultural/ ini tial.html.Diakses ) Diakses 10 Mar et 2018. Hanum, F. dan Rahmadonna, S. 2009. “Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah Dasar di Pr opinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” . Artikel Multikultural-

  Stranas.

  Hasani, I. dan Naipospos, B.T.. 2010. Negara Menyangkal Kondisi Kebebasan Beragama/ Ber keyakinan di Indonesia. Jakar ta: Setar a Institute. Mahfud, Chair ul. 2016. Pendidikan Mult ikultur al. Yogyakar ta: Pustaka Pelajar. Mania, S. 2010. “Implementasi Pendidikan Multikultur al dalam Pembelajar an”. Lentera

  Pendidikan 13 (1); 78-91

  Mar yati. Tawur an Pelajar Meningkat . (2012). Diakses 12 Mar et 2013 ( diakses 10 Mar et 2018.

  Nasuti on, S. 2008. Kur ikulum dan Pengajar an. Jakar ta: Bumi Aksar a Pr int , M. 1993. Cur r iculum Development and Design. St . Leo-nar d: Allen & Unw in Pty. Rosyada, D. 2014. “Pendidikan Multikultural di Indonesia Sebuah Pandangan Konsepsional” . Sosio Didakt ika. 1(1). Suhar jo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar . Jakar ta: Depar temen Pendi dikan Nasional Dir ektor at jendr al Penidi kan Tinggi dan Dir ekto r at Ketenagaan. Sunar to, K. 2004. “Multicultur al Education i n Schools, Challenges in its Implementation”.

  Mult icultur al Educat i on in Indonesia and Sout h East Asia , I: 47.

  Yaqin, M.A.. 2005. Pendi dikan Mult ikultur al Cr oss-Cultur al Under st anding untuk Demokr asi dan Keadi lan.

  Yogyakar ta: Pi lar Media.