Pengaruh Keberadaan Komunitas Musik Sast

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

Pengaruh Keberadaan Komunitas Musik Sastra Terhadap Identitas Ruang
Publik ( Studi Kasus : Taman Suropati – Jakarta, Dago Tea House –
Bandung, dan Sanggar Anak Alam – Yogyakarta )
Mahardika Fadmastuti, 0906635261
Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia

Abstract
This research tells about how far the impression of classical music community for
the identity of space where the community is living. This study uses a theory of
identity formation proposed by Peter J.M Nas (2011) as the primary basis
supported by the theory of the public sphere based on its classification, according
to Habermas (1989). The analysis technique to measure the rank of impression
from the existing classical music community is adapted by the characteristic of
public space which is used for the community’s activities. By fusing the identity of
classical music community and the identity of the place, can be observed how far
the community take over the image that was made from the location. For the
public space, the existence of classical music community is the main factor that
makes the public space identity transforms. But in the private space and the quasi,
the existence of the classical music community contributes as reinforcing factor

for the existing identity of space.

Keywords : Classical Music, Identity of Community, Identity of Space, Public
Space
Abstrak
Penelitian ini mengungkap tentang seberapa jauh kedudukan dari suatu komunitas
musik sastra dalam pengaruhnya terhadap identitas ruang dari lokasi tempat
berkumpul komunitas tersebut. Penelitian ini menggunakan teori pembentukan
identitas ruang yang dikemukakan oleh Peter J.M Nas (2011) sebagai landasan
utama didukung dengan teori penggolongan ruang publik berdasarkan sifatnya,
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

1

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
menurut Habermas (1989). Analisis dari pengaruh kedudukan komunitas ini
disesuaikan dengan sifat ruang publik yang digunakan sebagai sarana bergiat
komunitas musik sastra. Dengan leburnya identitas dari komunitas musik sastra
dan identitas dari lokasi yang dimaksud, maka dapat diamati sejauh mana

komunitas tersebut memegang kendali terhadap image yang dibentuk dari lokasi
tempat berkumpul tersebut. Pada jenis ruang publik, keberadaan komunitas musik
sastra ini menjadi faktor penentu utama terjadinya perubahan identitas ruang
publik. Sedangkan pada ruang yang sifatnya privat dan quasi, keberadaan
komunitas musik sastra menjadi faktor penguat dari identitas ruang yang telah ada
sebelumnya.

Kata Kunci : Musik Sastra, Identitas Komunitas, Identitas Ruang, Ruang Publik

1. Latar Belakang
Berkembangnya

kota-kota besar didukung oleh adanya aktivitas sosial yang

berkembang pula di kalangan masyarakat perkotaannya. Adanya kegiatan
masyarakat perkotaan yang beragam memicu terbentuknya komunitas-komunitas
dari kelompok masyarakat yang ada yang didukung oleh adanya kesamaan tujuan
dan pandangan terhadap sesuatu dalam cakupan wilayah tertentu, salah satunya
komunitas musik sastra.
Musik sastra, yang lebih dikenal masyarakat luas sebagai musik klasik ini,

merupakan musik yang mulai berkembang di Eropa semenjak tahun 1750-an.
Setelah peristiwa revolusi industri, musik sastra ini mulai menyebar ke negaranegara di luar Eropa, termasuk mulai diperkenalkan di Indonesia.
Dalam perjalanannya, sebuah komunitas sosial, termasuk komunitas musik sastra,
membutuhkan wadah berupa ruang yang digunakan sebagai tempat untuk
mengapresiasikan seni dari komunitas tersebut. Ruang berkumpul, sebagai
bagaian kecil area dalam suatu perkotaan memiliki fungsi yang berbeda, sehingga
mendorong keberagaman karakter lokasi yang terbentuk. Hal tersebut dapat

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

2

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
memicu adanya perbedaan citra terhadap lokasi berkumpul dari komunitas
tersebut.
Pencitraan yang merupakan dasar dari terbentuknya identitas dari suatu area di
tengah perkotaan dapat tersirat dalam bentuk fisik wilayah tersebut maupun
ditinjau dari aspek kegiatan sosial yang terjadi di dalamnya (Peter J M Nas dalam
Cities Full of Symbols, 2011). Penelitian ini menitikberatkan pada faktor sosial

sebagai indikator utama terbentuknya identitas ruang dalam suatu perkotaan.
Ruang yang dimaksud ialah ruang yang dimanfaatkan oleh berbagai komunitas
sebagai wadah untuk berkumpul dan melakukan interaksi sosial. Penelitian ini
mengidentifikasi kaitan keberadaan komunitas musik sastra terhadap identitas
ruang di perkotaan.
Sebuah komunitas membutuhkan wadah (ruang) sebagai tempat berkumpul
komunitas ini. Karena adanya interaksi yang terjadi antara komunitas dengan
ruang berkumpulnya, maka komunitas ini memiliki kemungkinan untuk menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya identitas ruang. Ruang yang diteliti dalam
penelitian ini hanya mencakup ruang publik saja dimana ruang publik tersebut
memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga perlu dianalisis perbedaan identitas
yang terjadi sesuai kaitannya dengan keberadaan komunitas musik sastra di
dalamnya.
Objek yang dikaji dalam penelitian ini berada di tiga lokasi yang terdapat di
Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan ketiga kota tersebut
merupakan kota besar yang merupakan ibu kota provinsi, dengan tingkat
pergerakan penduduk yang cukup tinggi dan didukung dengan banyaknya
sekolah, universitas, dan instansi pendidikan lain yang menjadi daya tarik
pendatang untuk menetap di ketiga kota tersebut. Selain itu, pemilihan ketiga
lokasi ini juga dengan mempertimbangkan berkembang atau tidaknya komunitas

musik sastra yang berkembang di ketiga kota besar tersebut. Berkembangnya
komunitas musik sastra di ketiga kota tersebut, erat kaitannya dengan berkembang
atau tidaknya lembaga pendidikan formal, yang juga menyediakan pendidikan
musik di dalamnya. Hal ini, selain menjadi indikator meningkatnya daya tarik

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

3

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
pengunjung kota tersebut, juga menjadi indikator akan berkembangnya komunitas
musik sastra di kota tersebut.
Penelitian ini hanya akan fokus pada komunitas Kota Seni Jakarta di Taman
Suropati – Jakarta, komunitas anime yang bertempat di Dago Tea House –
Bandung, dan komunitas Ngayogstring Karto di Sanggar Anak Alam –
Yogyakarta. Pada dasarnya, ketiga lokasi ini telah memiliki ciri khas kota yang
berbeda. Untuk itu, penelitian ini ingin menganalisis sejauh apa perbedaan
identitas yang ada serta dengan mengaitkannya dengan keberadaan dari komunitas
musik sastra di ketiga tempat tersebut didukung dengan perspektif ruang

berkumpul komunitasnya.
Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana karakteristik ruang publik dari
lokasi berkumpul komunitas musik sastra dan bagaimana pengaruhnya komunitas
musik sastra terhadap identitas ruang publik tersebut. Dalam pembahasannya,
lebih banyak dititikberatkan pada analisis gejala yang nampak dari aspek
keruangan sebagai salah satu objek kajian ilmu geografi dimana terjadi interaksi
antarindividu, kelompok, serta interaksi terhadap lingkungannya yang menjadi
salah satu penciri kajian ilmu geografi.
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan analisis deskriptif
komparatif, dimana hasil data yang diperoleh dari semua variabel atau indikator
penelitian terkait akan dianalisis secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan
dan dikaitkan dengan teori-teori identitas ruang publik yang ada. Kemudian
dibandingkan dengan data yang diperoleh dari lokasi lainnya. Sehingga dapat
dianalisis dengan jelas perbedaan karakteristik ruang yang ada di ketiga lokasi
kajian, kaitannya dengan karakteristik komunitas musik sastra di ruang tersebut.
Sehingga didapat hasil yang diinginkan berupa pengaruh dari keberadaan
komunitas musik sastra terhadap identitas ruang yang terbentuk. Kemudian
nantinya hasilnya akan ditinjau ulang dengan metode cross case analysis dimana
fenomena diketiga lokasi akan dicoba untuk disilangkan, dan dianalisis


Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

4

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
pengaruhnya. Sehingga hasil analisis yang didapat nantinya akan didapat analisis
perbandingan di ketiga lokasi penelitian tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung
dengan narasumber di lokasi yang dimaksud, serta dengan melakukan pengamatan
partisipatif dimana penulis pun ikut serta menjadi bagian dari komunitas yang
diteliti. Dengan metode pengumpulan data ini, diharapkan dapat menjadikan
penilitian ini lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
Indikator kunci dari penelitian ini ialah identitas komunitas musik sastra dan
identitas ruang publik yang digunakan sebagai tempat berkumpul komunitas.
Dalam analisisnya, indikator kunci ini dapat diamati dengan beberapa faktor
pendukung, yaitu : jenis musik sastra, tingkat kesulitan bermain musik sastra,
motivasi bermain, eksistensi komunitas, aktivitas komunitas, sifat ruang publik,
keadaan sekitar ruang berkumpul, latar belakang pendirian ruang publik yang

dimaksud, fungsi ruang publik yang dimaksud, serta karakteristik ruang sebagai
sarana berkumpul komunitas.
3. Tinjauan Teoritis
Komunitas
Komunitas terbentuk dari sekelompok orang yang saling berinteraksi secara sosial
di antara anggota kelompok itu berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau
tujuan dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok yang lain. Menurut
Hillery (1995), komunitas biasanya memiliki wilayah-wilayah individu yang
terbuka untuk anggota kelompok lain. Sehingga masyarakat dengan mudah masuk
ke kegiatan komunitas. Keterkaitan emosi antarindividu dalam satu komunitas
sangat kuat. Keterkaitan emosi tersebut pun mampu menarik empati masyarakat di
sekitar komunitas tersebut untuk ikut aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan
komunitas dan melakukan aktivitas sosial lain yang menunjang komunitas.
Komunitas membutuhkan lokasi berupa ruang, untuk berkumpul dan melakukan
kegiatan. Lokasi yang tepat menunjang kegiatan interaksi sosial komunitas
dengan masyarakat sekitar. Keterbukaan ruang, menjadi nilai positif suatu
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

5


Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
komunitas yang menjadi simbol keterbukaan komunitas tersebut terhadap
masyarakat.

Komunitas

yang

menutup

diri

terhadap

masyarakat

sekitar,menjadikannya sebagai komunitas yang ekslusif dan secara tersirat
membentuk image sebagai selfish community.
Musik Sastra

Menurut Anansa Sukarlan (2013), istilah ‘musik sastra’ atau yang lebih dikenal
dengan sebutan ‘musik klasik’ sering digunakan oleh masyarakat untuk menyebut
musik yang diciptakan oleh komponis-komponis Eropa sebelum tahun 1900-an.
Berdasarkan zamannya, apa yang bisa dianggap oleh masyarakat sebagai musik
sastra dapat digolongkan atas musik abad pertengahan (sebelum tahun 1400),
musik renaissance (tahun 1400-1600), musik barok (tahun 1600-1750), musik
klasik (tahun 1750-1825), musik romantik (tahun 1825-1900), dan musik modern
(1900-1954). Penggolongan jenis musik sastra ini semata hanya untuk
mempermudah dalam mempelajarinya. Selain itu juga musik sastra ini memberi
penekanan pada melodi, harmoni yang seimbang, serta ritme yang konstan tanpa
ada perubahan.
Identitas Ruang
Secara garis besar, pembentukan identitas suatu wilayah terjadi karena adanya dua
faktor, yakni faktor fisik dan faktor sosial, yang dalam bukunya yang berjudul
Cities Full of Symbols (2011), Peter J M Nas menjabarkannya menjadi
berdasarkan :
 Struktur ruang perkotaannya,
 Peristiwa-peristiwa bersejarah yang terjadi di sekitar lokasi,
 Ikon dari suatu simbol, bisa berupa patung, bangunan, dan lain-lain,
 Kegiatan yang menjadi rutinitas dan mampu menggerakkan emosional

masyarakat
Identitas ruang tersebut berbeda-beda, bila ditinjau dari aspek sosialnya,
tergantung dari citra/image yang diciptakan dari suatu aktivitas kelompok
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

6

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
masyarakat yang berkembang dan membudaya di wilayah tersebut. Aktivitas
kelompok masyarakat yang berbeda semakin memperkuat adanya perbedaan
karakter dari kelompok masyarakat tersebut. Didukung dengan lokasi berkumpul
yang berbeda dimana setiap lokasi tersebut juga telah memiliki karakteristik
lokasi masing-masing yang berbeda pula satu sama lainnya. Perbedaan karakter
kelompok komunitas masyarakat ini, dapat pula dipengaruhi oleh adanya faktor
gaya hidup masyarakat yang berbeda pula di setiap lokasi. Dalam hal ini,
lingkungan juga mempengaruhi karakter dari kelompok komunitas masyarakat
yang dibahas.
Ruang Publik
Dalam

kajiannya

di

buku

berjudul Ruang

Publik,

Habermas

(1989)

mengemukakan bahwa awal terbentuknya sebuah ruang publik ini tidak jauh dari
faktor sosiologis dan historis baik dari segi kehidupan masyarakatnya, maupun
historis tempatnya. Ruang publik sendiri, dalam pembahasannya dijelaskan,
merupakan sebuah ruang (space) dalam konteks sphere atau lingkungannya dapat
dinikmati bersama antarmasyarakat. Maksudnya, dalam hal ini setiap masyarakat
memiliki hak yang sama dalam pemanfaatan ruang ini. Ruang yang dimaksud
merupakan sebuah kesatuan dari lokasi dan lingkungan dimana tempat tersebut
berada. Ruang publik ini juga bisa memiliki sifat-sifat khusus, diantaranya bersifat
terbuka (public), tertutup (private), atau diantara keduanya yaitu quasi.
Dalam penggolongan ini, Habermas mengemasnya berdasarkan adanya pengaruh
dari politisi/intuisi/ pemerintahan. Dalam kajian ini, lebih diarahkan pada
pengaruh oleh pemilik dan/atau pengelola dari ruang tersebut. Karena pemilik
dan/atau pengelola memiliki wewenang yang tinggi untuk menentukan
keberadaan sebuah kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan ruang
tersebut.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

7

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
4. Identitas Komunitas Musik Sastra
Latar Belakang Terbentuknya Komunitas
Setiap komunitas memiliki tujuan yang berbeda dalam sejarah pendiriannya. Hal
ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang pemikiran para pendirinya dan bisa juga
dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan lingkungan di sekitar mereka berada
yang mendukung untuk berdirinya komunitas ini. Tetapi ada juga yang dengan
menggabungkan kondisi keduanya dimana komunitas tersebut berdiri berdasarkan
ideologi para pendirinya serta dengan menyesuaikan kondisi masyarakatnya yang
ada di sekeliling mereka.

Tipe A : Pemikiran (ideologi)

Tipe B : Sesuai keadaan

para pendiri komunitas

masyarakat dan lingkungan

Gambar 1. Ilustrasi latar belakang pembentukan komunitas musik sastra
Ide yang dibawa oleh pak Yose untuk mengumpulkan musisi-musisi di bidang
musik sastra yang akhirnya mendirikan Anime String Orchestra di tahun 2000 ini
menjadikan komunitas ini mencirikan komunitas dengan latar belakang tipe A
dimana pada latar belakang tipe ini, komunitas musik sastra terbentuk berdasarkan
adanya sebuah ide/gagasan sejumlah orang untuk membentuk suatu perkumpulan
dengan menyesuaikan ideologi dari para pendirinya. Tujuan pendirian komunitas
musik sastra dengan latar belakang seperti ini pun sudah jelas menyesuaikan
ideologi para pendirinya juga, yakni untuk membentuk suatu kelompok musik
sastra profesional yang nantinya akan dikenal oleh masyarakat luas dan memiliki
pengaruh yang besar di masyarakat. Komunitas dengan tipe seperti ini, umumnya
memiliki peraturan-peraturan serta kebijaksanaan tertentu dalam menambah
jumlah anggotanya. Jumlah anggota yang ada pun didominasi oleh profesional
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

8

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
(70%), sisanya sebanyak 30% dari jumlah anggotanya merupakan pelajar dan
mahasiswa.
Komunitas kota seni yang didirikan oleh trio yang terdiri dari bapak Rio
Herwindo, Hendry J, dan Deny Yurika pada tahun 2008 atas banyaknya
ketertarikan dan permintaan masyarakat sekitar untuk ikut belajar musik sastra
bersama trio ini, akhirnya muncul ide untuk mempersatukannya dalam sebuah
komunitas musik sastra yang dikelola oleh dan untuk bersama. Hal ini
mengindikasikan komunitas musik sastra ini memiliki latar belakang pendirian
komunitas tipe B dimana adanya pengaruh dari masyarakat sekitar lah yang
menjadi penyebab utama dalam pembentuka komunitas musik sastra ini.
Komunitas dengan tipe latar belakang seperti ini, sifatnya lebih terbuka baik
kepada masyarakat yang hanya ingin menikmati suguhan komunitas musik sastra
saja, maupun masyarakat yang ingin bergabung untuk memainkan musik sastra
bersama komunitas. Dominasi anggota komunitas ini 50% didominasi oleh
peminat musik sastra (masyarakat awam yang baru ingin bergabung) dan pemula
(pemain amatir). Selebihnya, sebanyak 30% merupakan anak jalanan dan 20%
pemain profesional.
Komunitas Ngayogstring Karto memiliki tipe latar belakang pembentukan
komunitas jenis gabungan dimana latar belakang jenis ini merupakan gabungan
dari latar belakang tipe A dan B yang mana menggabungkan adanya ide/gagasan
pembentukan komunitas musik sastra yang sesuai dengan ideologi dari para
pendiri serta didukung dengan antusias masyarakat sekitar sehingga terbentuklah
komunitas musik sastra ini. Komunitas yang baru dibentuk pada awal tahun 2012
yang lalu ini merupakan ide dari Eki Satria dan Krido Bramantyo yang memang
telah menekuni bidang musik sastra di Institut Seni Indonesia, Bantul. Tujuannya
untuk menyatukan idealisme-idealisme dari para pemain musik sastra yang
terlibat dalam komunitas musik sastra tersebut. Meskipun sifatnya yang semi
terbuka, namun untuk dapat menerima anggota komunitas baru yang ingin
bergabung, komunitas ini juga cukup selektif dan cenderung seperti tipe A.
dominasi dari anggota komunitas ini, seperti komunitas tipe A, didominasi oleh
pemain profesional sebanyak 70% dari jumlah anggotanya.
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

9

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

Gambar 2. Ilustrasi perbandingan latar belakang pembentukan komunitas
musik sastra
Terjadinya Identitas Komunitas Musik Sastra Serta Faktor Penyebab
Terjadinya Perbedaan Identitas Komunitas Musik Sastra
Berdasarkan paparan dari Peter J.M Nas, 2011, dalam buku berjudul Cities Full of
Symbols, hal yang menjadi penciri suatu objek pada masanya nanti dapat menjadi
identitas dari objek tersebut. Pembentukan identitas, tidak serta merta terjadi
begitu saja. Terdapat proses pembentukan identitas yang bermacam-macam.
Pembentukan identitas ini secara garis besar dipengaruhi dua faktor utama. Bisa
terjadi karena ada karakter fisik yang menonjol, maupun karakter sosial yang
dibentuk dari adanya interaksi antarmanusia dengan budayanya. Dalam
pengkajiannya, kedua karakter ini dapat diabaikan salah satu, atau dapat juga
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

10

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
digabungkan sehingga membentuk identitas utama dari objek yang dimaksud.
Dalam penelitian ini, karakter fisik dari lokasi pengamatan seolah diabaikan,
karena yang ingin diamati hanya dari segi interaksi antarmanusia dengan
budayanya saja.
Karakteristik

Karakteristik

Identitas

Fisik

Sosial

Objek

Adanya kekhasan pada suatu kumpulan masyarakat yang membudaya seiring
bertambahnya waktu, membuat ciri khas tersebut menjadi faktor unik yang
mampu menjadi point of interest dari kumpulan masyarakat tersebut. Dengan ciri
khas tersebut, kelompok masyarakat itu tentu saja telah menciptakan karakteristik
dari komunitasnya sendiri. Karakter yang telah melekat pada komunitas tersebut
membentuk image tersendiri terhadap komunitas tersebut. Image yang telah lama
melekat dalam suatu komunitas, menjadi sebuah identitas yang sulit dihilangkan
dari komunitas tersebut.
Ciri Khas

Point of

Image /

Interest

Karakter

Identitas

Terjadinya perbedaan identitas dalam suatu komunitas musik sastra bisa
disebabkan oleh beberapa faktor internal utama dalam komunitas itu sendiri yang
diuraikan sebagai berikut :
A. Jenis Musik Sastra Dan Tingkat Kesulitan Komposisi Musik Sastra
Jenis musik sastra yang dimainkan oleh setiap komunitas musik sastra
berbeda-beda. Tergantung kemampuan kelompok dan keterampilan dalam
memainkan alat musik. Biasanya dalam penentuan jenis musik sastra yang
dimainkan, ada yang berdasarkan rekomendasi pelatih, ada pula yang
berdasarkan hasil kesepakatan bersama anggota kelompok. Pada dasarnya,
semua ini mengacu pada tingkat permaian dan harmonisasi komunitas.
Jenis musik sastra yang dibedakan berdasarkan pembabakan zaman ini
memiliki keunikan masing-masing di setiap komposisinya. Ada yang
cenderung statis, seperti karya-karya pada zaman barok. Ada pula yang
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

11

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
dinamis, seperti karya-karya Mozart pada era klasik. Bahkan cenderung
kompleks pilihan notasinya, seperti karya-karya di era modern.
Berikut ini merupakan gambaran jenis musik sastra berdasarkan
pembabakan zamannya dan muatan komposisinya :

Gambar 3. Skema pembabakan zaman musik sastra
Berdasarkan skema yang telah dijelaskan di atas, muatan komposisi-komposisi
dari masing-masing zaman memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu,
dibutuhkan

keahlian

dan

keterampilan

yang

berbeda

pula

dalam

memainkannya. Dari situlah dapat diamati tingkat kesulitan dari masingmasing komposisi di masing-masing zaman.
Sejauh ini, menurut salah satu pengajar musik sastra di lembaga musik
Yamaha di Jakarta, komposisi-komposisi pada era romantik lah yang paling
sulit untuk dimainkan. Tentu saja semua ini tergantung dari kemampuan
individu masing-masing dalam menginterpretasi dan menyajikan sebuah
komposisi musik sastra itu sendiri. Dibutuhkan keahlian khusus dalam
menginterpretasikan komposisi-komposisi pada era romantik.
Ritmenya yang cukup lambat sering mengecoh para pemain jenis musik ini.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, komposisi-komposisi
musik sastra era romantik sangat kental dengan permainan emosi di setiap
bagian lagu. Disitulah letak kesulitannya dalam memainkan komposisi
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

12

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
tersebut. Mengatur emosi ketika bermain secara kelompok ensambel, quintet,
atau quartet tidak semudah mengontrol emosi ketika bermain secara solo atau
duet.
Tabel 1. Daftar tingkat kesulitan komposisi berdasarkan jenis musik sastra

No

Jenis Musik
Sastra

Tingkat Kesulitan

Letak Kesulitan

1

Renaisance

Biasa (untuk pemula)

Tangga nada

2

Barok

Biasa (untuk pemula)

Tangga nada

3

Klasik

4

Romantik

5

Modern

Agak variatif (untuk
lanjutan)

Dinamika tangga nada

Rumit (untuk

Pengaturan dan interpretasi

lanjutan)

emosi

Variatif (untuk
lanjutan)

Modulasi chord

Sumber : Wawancara narasumber
Berdasarkan hasil yang didapat dari studi lapangan di ketiga komunitas
berbeda yang telah dilaksanakan sebelumnya, diperoleh beberapa fakta
mengenai kaitan dari jenis musik sastra yang dimainkan oleh komunitas
dengan

identitas

komunitas

yang

terbentuk.

Gambar

berikut

merepresentasikan dengan jelas perbedaan jenis musik klasik dengan tipe latar
belakang komunitas yang berbeda. Karena memiliki latar belakang pendirian
komunitas yang berbeda, tujuan pendirian serta target dari penikmat
(penonton) komunitas musik sastra pun juga berbeda-beda sehingga jenis
musik sastra yang dimainkan tiap komunitas pun berbeda sesuai dengan tujuan
dari komunitas musik sastra tersebut terbentuk. Penentuan jenis musik sastra
yang dimainkan oleh komunitas ini pun ditentukan dengan menyesuaikan
tingkat kesulitan dari masing-masing jenis musik sastra dan kemampuan dari
keterampilan bermain musik sastra anggota komunitasnya.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

13

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

Barok
&

Romantik

Klasik

Klasik
&
Romantik

Gambar 4. Ilustrasi kesimpulan perbandingan fakta di lapangan seputar jenis
musik sastra dengan tipe latar belakang komunitas
Tipe latar belakang A yang dipengaruhi oleh idealisme kuat dari pendiripendirinya dengan tujuan mencetak pemain-pemain musik sastra profesional
tentu saja akan memilih jenis musik sastra romantik untuk dipelajari. Secara
teknis, jenis musik ini memang yang paling sulit sehingga sering kali
dijadikan sebagai tolak ukur standar bermain dari pemusik.
Jenis musik sastra barok yang secara teknis bermain musik sastra merupakan
dasar untuk dapat mengenal tonalisasi dasar dalam tangga nada, merupakan
pilihan jenis musik yang tepat untuk komunitas dengan latar belakang tipe B
dimana masyarakat yang masih awam dibidang musik sastra pun dapat
mengikutinya dengan baik. Dengan dilanjutkan oleh jenis musik sastra klasik
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

14

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
dalam pembelajarannya, membuat komunitas ini semakin berkembang dan
berhasil mencuri hati banyak peminat musik sastra di tengah-tengah
masyarakat yang terdiri dari berbagai macam kalangan dan golongan serta
budaya.
Tipe latar belakang gabungan dari idealisme pendiri dan pengaruh masyarakat
sekitar yang memiliki kecondongan ke arah idealisme pendiri dan pemain
musik sastra profesional akan mengejar profesionalitas dalam bermain musik
sastra. Namun komunitas ini lebih merakyat dari pada komunitas dengan latar
belakang tipe B. Profesionalitas yang dikejar hanya dari segi keterampilan
bermain saja. Sehingga untuk mendukung tujuan dari komunitas tersebut, jenis
musik sastra klasik yang memiliki dinamika yang kuat dalam setiap
komposisinya sangat cocok dengan karakter komunitas ini. Dengan
dilanjutkan dengan jenis musik sastra romantik, semakin menambah kualitas
keterampilan bermain dari komunitas ini.
B. Motivasi Bermain Musik Sastra Masing-masing Komunitas
Motivasi dalam bermain musik sastra setiap individu tentu saja berbeda satu
sama lainnya. Dalam sebuah komunitas, untuk dapat menciptakan sebuah
identitas kuat mengenai karakter komunitas tersebut, terlebih dahulu setiap
individu anggota sebuah komunitas harus memiliki pandangan dan motivasi
yang sama dalam

hal musik sastra.

Hal tersebut

yang akhirnya

melatarbelakangi karakter dari komunitas tersebut.
Seperti yang telah diutarakan oleh Cristina West (2012) bahwa pembentukan
identitas dari sebuah kelompok, diawali oleh peleburan dari identitas masingmasing individu di dalamnya. Teori inilah yang kemudian diterapkan untuk
identifikasi dari karakter masing-masing komunitas musik sastra yang menjadi
indikator penting dalam fokus kajian penelitian. Secara spesifik, berdasarkan
tipe latar belakang dan tujuan dibentuknya komunitas tersebut, motivasi
bermain musik sastra komunitas tersebut dapat digambarkan melalui ilustrasi
berikut ini untuk mempermudah membedakan karakter komunitas ketiganya.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

15

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

Gambar 5. Ilustrasi perbandingan motivasi bermain musik sastra di tiap-tiap
komunitas
Terdapat kemiripan motivasi bermain musik sastra dari komunitas yang
memiliki latar belakang tipe A dan tipe gabungan. Kedua komunitas ini lebih
condong kepada pengejaran karir untuk menjadi musisi profesional di bidang
musik sastra. Bedanya, untuk komunitas tipe A lebih terkesan individualis
sedangkan tipe gabungan tidak hanya profesionalisme sebagai individu saja
tapi juga profesionalisme dalam berkelompok. Sehingga dalam kenyataannya,
komunitas dengan latar belakang tipe gabungan ini akan mengejar karir untuk
menjadi kelompok musik profesional pada akhirnya.
Komunitas dengan latar belakang tipe B yang lebih merakyat ini memiliki
motivasi untuk berbagi ilmu, informasi, serta pengalaman bermusik bagi siapa
saja yang ingin memperdalam musik sastra. Sehingga komunitas ini sifatnya
lebih terbuka, baik kepada individu maupun kelompok lain yang berada dalam
satu lokasi berkumpul yang sama. Selain bertujuan untuk berbagi
pengetahuan, komunitas tipe ini pun juga bertujuan untuk mengenalkan lebih
jauh kepada masyarakat awam tentang musik sastra ini. Hal ini juga menjadi
alasan mengapa komunitas tipe ini begitu terbukanya terhadap lingkungannya.
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

16

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

C. Aktivitas Komunitas Musik Sastra
Beragamnya aktivitas bermusik dari masing-masing komunitas semakin
membuat karakteristik komunitas-komunitas ini beragam juga macamnya.
Aktivitas yang beragam, didorong oleh tujuan awal dari masing-masing
komunitas. Karena tujuannya berbeda-beda, maka aktivitasnya pun berbeda.
Intensitas bermain musik sastranya pun berbeda satu sama lain menyesuaikan
tujuan bermain musik sastra.
Setiap unsur, baik tujuan bermain musik sastra maupun intensitas bermain
musik sastra, saling terkait satu sama lain dan sangat menentukan aktivitas
bermain musik sastra suatu komunitas. Tujuan bermain musik sastra menjadi
landasan awal dari kegiatan bermain musik sastra. Kegiatan yang dijalani oleh
komunitas musik sastra dapat menjadi aktivitas rutin komunitas, atau aktivitas
prioritas dari komunitas, seperti misalnya ketika mengadakan suatu
pertunjukan dan lain sebagainya. Dari aktivitas yang menjadi prioritasprioritas masing-masing komunitas, maka dibutuhkan intensitas khusus sesuai
kebutuhan latihan, juga kebutuhan pertemuan-pertemuan serta perkumpulan
komunitas itu sendiri. Untuk lebih jelasnya, dapat diamati dalam siklus berikut
ini :

Tujuan

Kegiatan

Intensitas
Pertemua
Aktivitas

Gambar 6. Siklus faktor penentu keberagaman aktivitas komunitas musik
sastra

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

17

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
Tabel 2. Kesimpulan karakteristik komunitas berdasarkan jenis aktivitas dan
intensitas berkumpul komunitas musik sastra dikaitkan dengan tipe
latar belakang pembentukan komunitas
No

Tipe Latar

Jenis Aktivitas

Intensitas

Karakteristik /

Belakang

Komunitas Musik

Berkumpul

Identitas

Komunitas

Sastra

Komunitas

Komunitas

Musik Sastra
1

Tipe A (idealisme)

Latihan, diskusi

Jarang

Eksklusif

2

Tipe B

Latihan, pertunjukan,

Sangat sering

Publik Komunal

(masyarakat)

diskusi

Gabungan

Latihan, diskusi

Sering

Eksklusif semi

3

Komunal
Sumber : Wawancara narasumber
Latar belakang komunitas komunitas tipe A, dengan idealisme dari pendiri
serta

pelatihnya

yang

tinggi,

tidak

mungkin

mengadakan

pertunjukan/pementasan di tempat-tempat biasa atau di tempat mereka latihan.
Hal seperti ini yang membuat mereka menjadi komunitas yang eksklusif.
Apalagi dengan fakta bahwa tidak sembarang orang bisa menjadi anggota dari
komunitas ini, semakin memperkuat karakter eksklusif dari komunitas
tersebut.
Berbeda dengan karakter dari latar belakang tipe A, komunitas dengan latar
belakang tipe B terkesan lebih ramah terhadap masyarakat awam yang datang.
Komunitas ini lebih terbuka terhadap masyarakat awam yang ingin bergabung
untuk belajar musik sastra bersama komuniats tersebut. Dengan sifat
terbukanya ini, komunitas ini sering mengadakan pertunjukan dimana pun dan
kapan pun bahkan di tempat mereka latihan sehingga masyarakat dari beragam
karakter dan kelompok pun dapat menikmati pertunjukan dengan bebas. Hal
ini menjadikan komunitas ini memiliki karakter publik komunal yang begitu
kuat melekat pada komunitas ini.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

18

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
Karakter komunitas dengan tipe latar belakang gabungan antara idealisme dan
dorongan dari masyarakat sekitar, memiliki gabungan dari karakter yang
terdapat pada komunitas dengan latar belakang tipe A dan B meskipun pada
faktanya komunitas ini lebih condong pada karakter eksklusif dari tipe A.
Meskipun condong pada tipe A, komunitas ini memiliki sifat yang cukup
merakyat dengan masyarakat sekitar sehingga komunitas ini juga dikenal
dengan karakter semi komunal.
D. Eksistensi Komunitas Musik Sastra
Eksistensi kelompok/ komunitas dalam satu wilayah yang sama, membawa
pengaruh yang sangat besar dalam karakter komunitas. Dengan adanya
pengakuan dari masyarakat serta respon masyarakat yang cukup tinggi
terhadap komunitas, berarti dapat dikatakan bahwa komunitas tersebut sudah
berhasil keeksistensiannya.
Tabel 3. Tingkat eksistensi komunitas musik sastra dibanding dengan
komunitas lainnya

No

1

Identitas

Tingkat Eksistensi

Komunitas

Komunitas

Eksklusif

Cukup Eksis

Jenis Komunitas
Pembanding Di
Lokasi Kajian
Bela Diri, Teater, Tari
Seni Lukis, Teater,

2

Publik Komunal

Sangat Eksis

Jazz, Fotografi,
Akustik, Komunitas
Pencinta Binatang

3

Eksklusif semi
Komunal

Eksis

Yoga, Memasak, Tari

Sumber : Wawancara narasumber
Tantangan yang besar bagi sebuah komunitas untuk mempertahankan karakter
identitas komunitasnya di tengah masyarakat ini terletak pada persaingannya
dengan karakter komunitas lainnya yang ada di tempat yang sama. Dengan
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

19

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
keberadaannya dalam satu wadah yang sama, suatu komunitas harus mampu
mendominasi karakternya, agar dapat mempengaruhi karakter identitas ruang
dari wilayah tersebut.
Bila diamati dari jenis komunitas dan komunitas-komunitas lain yang aktif di
sekitar komunitas tersebut, tingkat eksistensi yang paling tinggi adalah
komunitas dengan identitas publik komunal. Tingkat eksistensi paling rendah
adalah komunitas dengan identitas eksklusif karena komunitas ini lebih privat
dibandingkan komunitas-komunitas lain.
5. Identitas Ruang Berkumpul Komunitas
Pemahaman Bentukan Identitas Ruang Berdasarkan Fungsi Dan Sifat
Ruang Publik
Setiap ruang, baik ruang terbuka maupun tertutup dibangun dengan memiliki
fungsi masing-masing. Keragaman fungsi ini disesuaikan dengan tujuan awal
dibuatnya ruang tersebut. Fungsi pemanfaatannya dapat ditinjau dari segi fungsi
fisik maupun fungsi sosial dari ruang tersebut. Fungsi secara fisik lebih mengacu
pada peran pemanfaatan ruang itu sendiri terhadap bentuk fisik wilayah. Namun
secara sosial, fungsi ruang tersebut ditinjau berdasarkan pemanfaatannya oleh
masyarakat sekitar ruang tersebut.
Fungsi suatu ruang dapat berubah, tergantung pemanfaatannya. Pemanfaatan yang
bermacam-macam dapat memberi makna yang berbeda terhadap ruang tersebut.
Dengan adanya perbedaan makna, maka menciptakan image atau karakter ruang
yang berbeda pula.
Dalam ulasan yang dikemukakan oleh Habermas (1989), ruang publik
digolongkan menjadi tiga kategori berdasarkan sifatnya, yakni ruang publik,
ruang privat, dan ruang quasi. Ruang privat yang dimaksud ialah sebuah ruang
yang dibentuk oleh masyarakat individu itu sendiri. Sedangkan ruang publik ialah
sebuah ruang yang dibatasi oleh otoritas publik, dalam hal ini maksudnya ada
peran pemerintah di dalamnya atau bisa juga peran dari pemilik atau pengelola
ruang tersebut.
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

20

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
Karakteristik fisik dan karakteristik sosial yang menjadi dasar pembentuk dari
identitas suatu objek yang dikaji, merupakan satu kesatuan yang dapat diamati
mana yang lebih dominan dari keduanya yang lebih berpengaruh terhadap
identitas dari objek tersebut. Faktor yang dapat diamati secara kasat mata memang
lebih mudah untuk diamati, karena biasanya hal yang kasat mata berupa patung
dan penanda lainnya tersebut mampu membawa pengamat untuk langsung
mengenali objek tersebut. Namun demikian, faktor yang tak kasat mata pun
mampu menjadi identitas yang membekas dan melekat erat pada masyarakat,
seperti sebuah cerita sejarah misalnya.
Layaknya sebuah objek, ruang juga memiliki ciri khas dan identitas yang berbeda
yang dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Adanya perbedaan dalam identitas
ruang ini karena setiap objek memiliki jati diri yang berbeda, tergantung faktor
pembentuk jati diri dari masing-masing objek. Untuk kajian objek keruangan,
faktor pembentuk jati diri ini bermacam-macam asalnya. Dalam fokus penelitian
ini, akan dibahas terlebih dahulu fenomena pembentukan identitas ruang di
beberapa studi kasus.
Image atau citra diri yang sangat kuat dari Sanggar Anak Alam sebagai sekolahan
bernuansa alam dengan basis ilmu kehidupan ini begitu melekat. Komunitaskomunitas kecil yang memanfaatkan lokasi ini untuk kegiatannya di sore hari pun
secara tidak langsung ikut belajar bertanggung jawab terhadap alam dan
menghargai sesama manusia. Karena perkumpulan mereka berada di sekolah itu,
sehingga komunitas-komunitas itu pun harus mematuhi peraturan dari sekolah itu,
termasuk komunitas Ngayogstring Karto dan komunitas lainnya.
Gambar berikut merupakan perbandingan dari masing-masing lokasi ruang
berkumpul komunitas berdasarkan paparan fakta

yang didapat. Secara

kenyamanan lokasi, ketiganya cukup nyaman dan mudah dijangkau oleh anggota
komunitas. Semuanya pun memiliki kesamaan karakter lokasi, yaitu berada di
tengah-tengah permukiman warga yang cukup padat.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sast ra Terhadap Ident it as Ruang
Publik

21

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013

Gambar 7. Perbandingan kawasan lokasi berkumpul komunitas musik sastra
Untuk dapat menganalisis perbedaan identitas ruang yang terdapat pada ketiga
jenis lokasi ruang tersebut, tentunya tidak hanya memperhatikan fungsi ruangnya
saja. Manajemen pengelolaan ruang serta pengguna fasilitas ruang publik lainnya
juga menentukan karakter dari identitas ruang yang terbentuk. Gambar berikut
merupakan paparan singkat mengenai perbedaan pemanfaatan ruang di ketiga
jenis ruang tersebut.
Dari gambar paparan perbandingan berikut, sudah jelas bahwa taman budaya yang
dipergunakan komunitas untuk berkumpul merupakan contoh dari jenis ruang
privat dimana ruang tersebut dikelola oleh pemerintah untuk memfasilitasi
kelompok atau komunitas tertentu. Pada praktiknya, setiap kelompok yang ingin
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

22

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
memanfaatkan ruang ini harus sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
bersama terlebih dahulu. Dalam hal ini sangat terlihat jelas bahwa pihak pengelola
membatasi kelompok tertentu yang hendak memanfaatkan ruang tersebut.

Gambar 8. Perbandingan fungsi dan pemanfaatan serta pengelolaan ruang di
masing-masing jenis ruang
Taman kota yang digunakan oleh komunitas berkumpul merupakan salah satu
contoh ruang publik yang sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin datang dan
memanfaatkan ruang publik tersebut. Sistem pengelolaannya dipegang penuh oleh
pemerintah setempat, namun ruang publik ini milik bersama. Artinya, semua
warga setempat berhak memanfaatkan dan wajib turut serta melestarikan sebesarbesar kemakmuran bersama.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

23

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
Sekolah semiformal yang terletak di kawasan terbuka merupakan salah satu
contoh dari jenis ruang quasi dimana merupakan penggabungan antara karakter
ruang publik dan ruang privat. Pada ruang quasi dalam kasus ini dikelola oleh
suatu badan atau yayasan tertentu yang didukung oleh pemerintah dan warga
setempat

yang dapat dimanfaatkan bersama

oleh

warga

sebesar-besar

kemakmuran rakyat.
Perbedaan jenis, fungsi, dan karateristik ruang ini menjadi suatu pertimbangan
bagi komunitas untuk menentukan lokasi berkumpul secara rutin disamping juga
mempertimbangkan kadar kenyamanan kelompok terhadap ruang tersebut, juga
tujuan mereka memilih lokasi tersebut. Dengan adanya pertimbanganpertimbangan yang didukung oleh beberapa faktor inilah maka terjadi proses
seleksi lokasi oleh komunitas yang bersangkutan.
Adanya interaksi antarindividu baik terhadap kelompok maupun terhadap ruang
tempat berkumpulnya, mempengaruhi terciptanya perbedaan karakteristik dari
ruang tersebut. perbedaan karakter ini tentu saja menciptakan image atau citra
ruang yang berbeda di mata masyarakat.
Faktor Pendukung Terjadinya Perbedaan Identitas Ruang Publik
A. Sejarah Pendirian Ruang Tersebut
Sejarah pendirian bangunan atau tempat yang digunakan sebagai lokasi
berkumpul komunitas musik sastra ini menjadi sebuah latar belakang yang
kuat mengenail alasan pendirian bangunan tersebut. Dengan mengacu pada
alasan pendirian tersebut lah sehingga dalam pemanfaatannya dapat diukur,
apakah sudah sesuai dengan tujuan pendirian tempat tersebut atau belum.
Sehingga hal ini dapat menjadi evaluasi bagi para pihak terkait untuk
pemanfaatan ruang yang lebih optimal lagi.
Selain dari pada itu, sejarah juga memiliki nilai budaya yang cukup tinggi.
Mengingat pemanfaatan ruang yang dimaksud mengacu pada nilai seni dan
budaya, maka bentuk artistik yang mengandung nilai sejarah yang tinggi pada
tempat tersebut menjadi faktor yang menyebabkan nilai sejarah terhadap
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

24

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
ruang berkumpul tersebut juga mempengaruhi adanya perbedaan pada
identitas ruang berkumpul komunitas di ketiga lokasi tersebut.
B. Lama Keberadaan Ruang Yang Digunakan Sebagai Tempat
Berkumpul
Ukuran waktu lamanya ruang tersebut ada di tengah-tengah masyarakat juga
menjadi faktor penentu dari identitas ruang berkumpul komunitas musik sastra
yang terbentuk. Karena sejarah menjadi faktor penting yang berpengaruh pada
gaya artistik ruang berkumpul tersebut, dimana waktu menjadi salah satu
faktor penting dalam kajian sejarah itu sendiri sehingga dalam menganalisis
terjadinya perbedaan identitas ruang berkumpul komunitas musik sastra yang
terbentuk faktor waktu lamanya ruang tersebut berdiri di lokasi tersebut juga
diperhatikan.
C. Fungsi Ruang Tersebut
Seperti pada ulasan di awal bab ini, ruang dibedakan menjadi dua macam
yakni ruang publik dan ruang privat berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang
tersebut. Setiap jenis ruang yang ada memiliki fungsi yang berbeda satu sama
lainnya. Fungsi ruang pada awalnya dapat diamati pada latar belakang dan
sejarah pendirian ruang tersebut. Sedang pada faktanya, sebagai salah satu
tinjauan ulang di lapangan dan evaluasi fungsi ruang, fungsi ruang kemudian
diamati berdasarkan pemanfaatan ruang pada kenyataan yang sebenarnya.
Sehingga jelas apakah ruang tersebut telah dimanfaatkan sebagaimana
mestinya atau malah disalahgunakan pemanfaatannya.
Penggolongan jenis ruang ini, sesuai dengan pernyataan Habermas (1989)
dalam bukunya yang berjudul Public Space, meninjau dari aspek hostoris dan
sosiologis dari ruang tersebut. Karena untuk dapat mengamati fungsi ruang
yang digunakan sebagai wadah berkumpul komunitas musik sastra dalam
kasus ini tidak hanya melihat dari aspek fisik ruang, namun juga berdasarkan
adanya interaksi masyarakat dan komunitas yang ada di dalamnya.

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

25

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
D. Keadaan Lingkungan Di Sekitar Ruang Berkumpul
Sebagaimana paparan sebelumnya, adanya interaksi masyarakat dan
komunitas yang bernaung di ruang tersebut turut menentukan penggolongan
jenis ruang tersebut. Sehingga dalam kajiannya, keadaan lingkungan di sekitar
lokasi ruang berkumpul komunitas musik sastra ini pun turut diamati karena
menjadi salah satu penentu arah identitas ruang yang dimanfaatkan oleh
komunitas-komunitas dan masyarakat sekitar. Keberagaman jenis masyarakat
di sini serta karakteristik dari masyarakatnya pun turut menentukan identitas
ruang berkumpul komunitas musik sastra di ruang tempat berkumpul
komunitas.
E. Karakteristik Ruang Sebagai Tempat Berkumpul Komunitas
Sesuai dengan penggolongan jenis ruang menurut Habermas (1989),
penggolongan ini ada 3 macam. Yaitu ruang publik, ruang privat, dan ruang
quasi yang merupakan gabungan dari kedua karakter ruang publik dan privat.
Dengan mengacu pada penggolongan ini, dapat diidentifikasi jenis ruang yang
digunakan oleh ketiga komunitas, dalam penelitian ini, sesuai dengan karakter
yang melekat. Jenis ruang yang samabukan berarti memiliki karakteristik
ruang yang sama juga.
Logikanya, bila sebuah ruang dikatakan sebagai ruang publik yang terbuka
seperti sebuah taman kota, dalam penelitian ini Taman Suropati, maka akan
terjadi kesepakatan antarkomunitas untuk saling memanfaatkan fungsi ruang
publik tersebut secara bergiliran. Namun, bila ruang tersebut merupakan ruang
privat, dalam penelitian ini Sanggar Anak Alam, maka persaingan
antarkomunitas untuk saling memanfaatkan ruang di waktu yang bersamaan
akan berkurang karena sifatnya yang privat dan cenderung agak tertutup.
Sehingga

hanya

komunitas-komunitas

tertentu

yang

dizinkan untuk

memanfaatkan ruang tersebut sesuai dengan jadwal yang telah diatur oleh
pemilik/pengelola.
Karakteristik ruang, memicu adanya perbedaan identitas ruang tersebut.
Kembali pada konsep pembentukan ruang ini tidak bisa lepas dari faktor
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

26

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
sosiologis dan faktor historis yang keduanya erat kaitannya dengan aktivitas
manusia. Dengan latar belakang sosiologis dan historis masyarakat yang
berbeda, maka karakteristik ruangnya pun berbeda.
6. Kaitan Antara Identitas Ruang Publik dengan Keberadaan Komunitas
Musik Sastra
Pada konsepnya, pembentukan identitas ruang ini terjadi melalui beberapa
tahapan yang meliputi peleburan identitas individu menjadi identitas kelompok,
kemudian kelompok tersebut menggunakan public space sebagai wadah atau
tempat bernaung, sehingga membentuk image atau citra terhadap wilayah tempat
komunitas tersebut bernaung.

Gambar 9. Alur pembentukan identitas pada public space
Beragamnya komunitas mempengaruhi tingkat eksistensi suatu komunitas yang
berperan dalam pembentukan identitas ruang. Keragaman komunitas ini juga
ditentukan oleh jenis dan fungsi dari ruang tersebut. Tingkat eksistensi komunitas,
yang telah disinggung sebelumnya dalam pembahasan di atas, sangat ditentukan
oleh intensitas berkumpul komunitas tersebut di ruang itu. Identitas komunitas yang
mengeksistensi menjadi faktor kunci yang mendukung terjadinya perubahan
identitas ruang yang ada.
Dari ilustrasi gambar di atas, terjadinya identitas ruang dapat dipengaruhi oleh
komunitas yang bernaung di ruang tersebut dan juga sebaliknya. Identitas ruang
Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

27

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
yang telah tercipta dan melekat erat pada ruang tersebut dapat mempengaruhi
karakter dari komunitas yang bernaung di dalamnya sehingga fungsi komunitas ini
dalam identitas ruang yang telah ada ialah memperkuat identitas ruang yang telah
melekat.
Secara umum, setelah ditinjau dari masing-masing faktor pembentuk identitas
ruang, maka perubahan identitas ruang publik yang terjadi akibat kehadiran
komunitas di ketiga karakter ruang yang dimaksud sesuai dengan fenomena yang
ada ialah sebagai berikut :
Taman

Taman Kota

Sekolah Alam

Budaya

Menjadi

Menjadi

Tetap menjadi

Taman

Sekolah

Seni

Mandiri

Ruang Publik

Ruang Quasi

Taman
Budaya
Ruang Privat

Gambar 10. Perubahan identitas ruang sebelum dan sesudah eksisnya komunitas
musik sastra di dalamnya
Melalui pengamatan ini, dapat disimpulkan bahwa ruang publik yang memiliki sifat
murni sebagai ruang publik, memiliki kecenderungan untuk berubah identitas
ruangnya bila dikaitkan dengan adanya interaksi antarindividu, baik terhadap
individu dan kelompok lain maupun terhadap lingkungannya. Kecenderungan yang
dimiliki oleh ruang terbuka ini terjadi karena karakter ruang terbuka ini dari segi
kenyamanan komunitas sangat sesuai dengan kegiatan komunitas tersebut dan dari
segi keruangan karakter ini menerima siapa pun yang ingin datang dan bergabung.
Ruang publik dengan kecenderungan sifatnya yang privat dengan karakter
individualis ruangnya memiliki konsistensi terhadap identitas ruang lebih melekat
daripada identitas pada ruang publik meskipun di dalam ruang privat juga terdapat
interaksi antarindividu, baik terhadap individu dan kelompok lain maupun terhadap

Pengaruh Keberadaan Kom unit as M usik Sastra Terhadap Identit as Ruang
Publik

28

Jur nal Geogr afi Univer sitas Indonesia - 2013
lingkungannya. Namun interaksi yang terdapat dalam ruang ini terbatas oleh aturanaturan dari pihak pengelola juga komunitas itu sendiri.
Pada ruang yang bersifat publik, segala kebebasan untuk memanfaatkan ruang yang
ada dimanfaatkan secara maksimal oleh komunitas dan masyarakat sekitar untuk
berinteraksi. Sehingga kegiatan yang tercipta pun lebih beragam. Keterbukaan ruang
publik ini mampu menarik massa lebih banyak untuk datang dan bergabung. Dengan
beragamnya aktivitas yang dilakukan oleh berbagai macam komunitas yang
berkumpul di ruang publik ini, maka dapat menggeser image atau citra sebelumnya
dari ruang publik ini. Hal yang paling berperan dalam pergeseran citra ruang ini
adalah eksistensi komunitas yang ada dan hidup di ruang publik ini.
Sedangkan pada ruang quasi dimana pada jenis karakteristik ruang ini juga terdapat
karakter dari ruang publik yang terbuka dengan adanya pengaruh dari keberadaan
suatu komunitas dalam ruang ini, akibatnya dapat semakin memperkuat identitas
komunitas yang ada (identitas ruangnya tetap) atau bahkan menggeser identitas
ruang yang sudah terbentuk sebelumnya sehingga identitas ruangnya berubah. Sama
halnya dengan ruang publik, hal ini tergantung dari tingkat eksistensi suatu
komu