Sejarah Bangsa Arab Sebelum Islam

Sejarah Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw
dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis
yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di Makkah menjadi
cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah.
Di samping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang
dilakukan umat Islam,dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan di
antaranya Saba', Ma'in dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah
Yaman. Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Qur'an diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan
sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Qur'an
hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman
pribadi.
masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Qur'an,
yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan
tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal
mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab
sebelum adanya Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu. Dalam penjelasan
makalah berikut akan membahasa dan memecahkan masalah-masalah yang kami
rumuskan sebagai berikut :


1. Bagaimana faktor agama bangsa arab sebelum ada
islam
Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam Sebelum Islam
penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah
dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum Islam
telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan
ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. al-Qur'an menyebut
agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai

pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki
dan sebagainya.
Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang hanif disebut dengan Watsniyah,
yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan
kepada : o Anshab, batu yang memiliki bentuk o Autsa, patung yang terbuat dari
batu o Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua
patung yang tidak terbuat dari batu. Berhala atau patung yang pertama yang
mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung
seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah
Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi.
Agama Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah

(semid). Asal usul Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra
nabi Yakub. Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab oleh bangsa Israel dari negeri
Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Masehi dan bangsa
Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib (Madinah) dan sekitarnya dan
mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut. Agama Masehi yang berkembang
adalah : Sekte Yaqubiah yang mengatakan bahwa perbuatan dan iradat al – Masih
adalah tabiat ketuhanan. Kaum Yaqubiah berkata bahwa persatuan ketuhanan
dengan kemanusiaan pada diri al-Masih ialah sebagaimana air dimasukan ke dalam
tuak, lalu menjadi jenis yang satu. Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain
:
1. Yahudi Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah
Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima' menjadi pusat
penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu
Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Ka'ab
dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
2. Nashara (Kristen). Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al
Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al
Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab
dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di 'And dan Najran. Adapun di
kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin


Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabi'ah dan
sebagian kabilah Qudha'ah.
3. Majusiyah Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Di
antaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra' bin Haabis
dan Abu Sud (kakek Waki' bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini.
Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
4. Syirik (Paganisme). Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintangbintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah.
Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan,
Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuza'ah dan Quraisy. Sedangkan
penyembahan matahari ada di negeri Yarnan.
5. Al Hunafa' Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab
sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al
Hanafiyun atau Al Hunafa'. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif,
menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya
kenabian. Di antara beberapa agama/kepercayaan tersebut yang paling terkenal
adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360
buah, sehingga menyesaki lingkungan Ka'bah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki
berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri.


2.Bagaimana faktor kebudayaan bangsa Arab sebelum
ada islam
Wilayah Timur Tengah menurut Ali Mufrodi meliputi Turki, Iran, Israel,
Libanon, Yordania, Syiria, Mesir dan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan
Teluk Persia. Turki yang berbudaya Turki dan Iran yang berbudaya Persia tidak
dianggap berkebudayaan Arab karena memiliki kebudayaan sendiri-sendiri
demikian juga Mesir yang sudah memiliki budaya Firaun, sedangkan yang masuk
kawasan kebudayaan Arab terdiri dari Timur Tengah Afrika Utara seperti Maroko,
Aljazair, Tunisia dan Libia. yang menurut Haekal antara budaya dan peradaban
tersebut tidak pernah saling mempengaruhi perkembangannya kecuali setelah
adanya akulturasi dan asimilasi dengan peradaban Islam. Orang-orang arab

sebelum islam telah mengalami periode-periode kemajuan dengan adanya
kerajaan-kerajaan sehingga hasil budaya mereka didapati beberapa bekasnya yang
dapat di bagi kepada :
1. Budaya materil yang sangat terkenal adalah: bendungan Ma'rib di Yaman dari
kerajaan saba dan begitu juga bekas-bekas kerajaan Tsamud, Aad dan kaum
Amalika.
2. Budaya non material, sangat banyak juga yang terkenal, di antaranya, syairsyair bangsa arab yang terkenal dengan cerita-cerita tentang keturunan dan
keahlian dalam membuat patung, keahlian mereka dalam bersyair sebenarnya

karena mereka dapat mengetahui bangsa yang halus dan menarik dengan bahasa
yang indah mereka dapat mewariskan amtsai (pepatah arab) dan pepatah itu
merupakan kata-kata orang bijak seperti Luqman Di samping budaya yang didapat
dari bangsa Arab sebelum Islam, mereka terkenal terikat dengan Tahayul dan adat
istiadat yang melembaga diturunkan turun temurun.
Tahayul dan adat istiadat ini bertumpu kepada kepercayaan Watsaniyah. Mereka
percaya hantu dan Roh jahat. Mereka juga percaya kepada kahin (tukang tenun,
ramal). Mereka juga meyakini kejadian-kejadian alam yang halus. Misalnya, kalau
terjadi sesat di jalan, hendaklah dibalikkan baju supaya dapat petunjuk. Meskipun
belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu tidak
mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam
bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan
bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa
merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan
penyebaran

3.Bagaimana faktor Ekonomi bangsa arab sebelum
islam
Kemajuan perdagangan bangsa Arab pra Islam dimungkinkan antara lain karena
pertanian yang telah maju. Kemajuan ini ditandai dengan adanya kegiatan eksporimpor yang mereka lakukan. Para pedagang Arab selatan dan Yaman pada 200

tahun menjelang Islam lahir telah mengadakan transaksi dengan Hindia, Afrika,
dan Persia. Komoditas ekspor Arab selatan dan Yaman adalah dupa, kemenyan,
kayu gaharu, minyak wangi, kulit binatang, buah kismis, dan anggur.

Sedangkan yang mereka impor dari Afrika adalah kayu, logam, budak; dari
Hindia adalah gading, sutra, pakaian dan pedang; dari Persia adalah intan. Data ini
menunjukkan bahwa perdagangan merupakan urat nadi perekonomian yang sangat
penting sehingga kebijakan politik yang dilakukan memang dalam rangka
mengamankan jalur perdagangan ini.

Faktor-faktor yang mendorong kemajuan perdagangan Arab sebelum Islam
sebagaimana dikemukakan Burhan al-Din Dallu (1989: 21) adalah sebagai berikut:
 Kemajuan produksi lokal serta kemajuan aspek pertanian.
 Adanya anggapan bahwa pedagang merupakan profesi yang paling
bergengsi.
 Terjalinnya suku-suku ke dalam politik dan perjanjian perdagangan lokal
maupun regional antara pembesar Hijaz di satu pihak dengan penguasa
Syam, Persia dan Ethiopia di pihak lain.
 Letak geografis Hijaz yang sangat strategis di jazirah Arab.
 Mundurnya perekonomian dua imperium besar, Byzantium dan Sasaniah,

karena keduanya terlibat peperangan terus menerus.
 Jatuhnya Arab selatan dan Yaman secara politis ke tangan orang Ethiopia
pada tahun 535 Masehi dan kemudian ke tangan Persia pada tahun 257 M.
 Dibangunnya pasar lokal dan pasa musiman di Hijaz, seperti Ukaz, Majna,
Zu al-Majaz, pasar bani Qainuna, Dumat al-Jandal, Yamamah dan pasar
Wahat.
 Terblokadenya lalu lintas perdagangan Byzantium di utara Hijaz dan laut
merah.
Data-data yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa antara ekonomi dan
politik tidak dapat dipisahkan dalam konteks kehidupan masyarakat Arab pra
Islam. Kehidupan politik Byzantium dan Sasaniah turut memberikan sumbangan

dalam memajukan proses perdagangan yang berlangsung di Hijaz, karena kedua
kerajaan ini sangat berkepentingan terhadap jalur perdagangan ini.
Di lain sisi, Mekkah di mana terdapat ka’bah yang pada waktu itu sebagai pusat
kegiatan Agama, telah menjadi jalur perdagangan internasional.
Hal ini diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di
persimpangan jalan yang menghubungkan jalur perdagangan dan jaringan bisnis
dari Yaman ke Syiria, dari Abysinia ke Irak. Pada mulanya Mekkah didirikan
sebagai pusat perdagangan lokal di samping juga pusat kegiatan agama. Karena

Mekkah merupakan tempat suci, maka para pengunjung merasa terjamin keamanan
jiwanya dan mereka harus menghentikan segala permusuhan selama masih berada
di daerah tersebut.
Untuk menjamin keamanan dalam perjalanan suatu sistem keamanan di bulanbulan suci, ditetapkan oleh suku-suku yang ada di sekitarnya. Keberhasilan sistem
ini mengakibatkan berkembangnya perdagangan yang pada gilirannya
menyebabkan munculnya tempat-tempat perdagangan baru.
Dengan posisi Mekkah yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan bertaraf
internasional, komoditas-komoditas yang diperdagangkan tentu saja barang-barang
mewah seperti emas, perak, sutra, rempah-rempah, minyak wangi, kemenyan, dan
lain-lain. Walaupun kenyataan yang tidak dapat dipungkiri adalah pada mulanya
para pedagang Quraish merupakan pedagang eceran, tetapi dalam perkembangan
selanjutnya orang-orang Mekkah memperoleh kesuksesan yang besar, sehingga
mereka menjadi pengusaha di berbagai bidang bisnis.
.

4.Bagaimana faktor politik bangsa arab sebelum
islam
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa sebagian besar daerah Arab adalah
daerah gersang dan tandus, kecuali daerah Yaman yang terkenal subur.


Ditambah lagi dengan kenyataan luasnya daerah di tengah Jazi>rah Arab,
bengisnya alam, sulitnya transportasi, dan merajalelanya badui yang merupakan
faktor-faktor penghalang bagi terbentuknya sebuah negara kesatuan serta adanya
tatanan politik yang benar. Mereka tidak mungkin menetap. Mereka hanya bisa
loyal ke kabilahnya. Oleh karena itu, mereka tidak akan tunduk ke sebuah
kekuatan politik di luar kabilahnya yang menjadikan mereka tidak mengenal
konsep negara.
Sementara menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur
masyarakat Arab pra Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak tertulis.
Sehingga pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman
pada anggotanya.
Namun dalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku sangat kuat. Hal ini
tercermin dalam perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah dibuat antara
pemimpin suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah, Tamim,
Ghassaniah, Hirah, Suriah, dab Ethiopia.
Model organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model
kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih
antara sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang lebih tua, biasanya dari
anggota yang masih memiliki hubungan famili. Fungsi pemerintahan Shaikh ini
lebih banyak bersifat penengah (arbitrasi) dari pada memberi komando. Shaikh

tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat membebankan tugas-tugas atau
mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban hanya melekat pada warga
suku secara individual, serta tidak mengikat pada warga suku lain.