MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Pada hakikatnya proses belajar mengajar itu merupakan proses komunikasi antara guru
dan siswa. Sebagai komunikan dalam proses belajar mengajar diatas adalah siswa, sedangkan
sebagai komunikatornya menurut prinsip pendidikan modern adalah guru dan siswa itu
sendiri. Proses komunikasi yang mungkin terjadi selama proses belajar mengajar adalah :
a.

Komunikasi

searah, dalam hal ini komunikasi yang dimaksud

hanya terjadi dari guru ke siswa.
b.

Komunikasi

dua arah, komunikasi terjadi antara guru dengan

siswa atau antara siswa dengan guru.
c.


Komunikasi

banyak arah, komunikasi terjadi antara guru dengan

siswa atau antara siswa dengan siswa atau antara siswa dengan guru.
Dalam proses komunikasi guru dapat menyampaikan apa yang dimiliki kepada siswanya
dengan tujuan agar pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki seorang guru dapat pula
dimiliki siswanya. Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu dapat
berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi itu dapat menimbulkan kebingungan,
salah pengertian, bahkan mungkin salah konsep. Kesalahan komunikasi bagi seorang guru
dapat dirasakan oleh para siswanya sebagai penghambat proses belajarnya. Kesalahan
komunikasi dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya:
1.

Guru

sebagai komunikator kurang mampu dalam cara

menyampaikan pesan ;
2.


Adannya

perbedaan daya tengkap para siswa sebagai

komunikan;
3.

Adanya

perbedaann ruang dan waktu antara guru sebagai

komunikator dengan siswa sebagai komunikan ;
4.

Jumlah

siswa sebagai komunikan sangat besar, sehingga sukar

dijangkau secara perorangan oleh guru sebagai komunikator.

Untuk

menghindari

atau

mengurangi

kemungkinan-kemungkinan

terjadinya

salah

komunikasi maka harus digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi,
diantaranya yang disebut dengan media. Dalam proses belajar mengajar, media yang
digunakan disebut pula media pendidikan. Karena media sebagai unsur penunjang dalam
proses komunikasi maka jenis, bentuk dan fungsi media itu sangat ditentukan oleh jenis,
bentuk dan tujuan komunikasi itu sendiri.


1. PENGERTIAN

MEDIA

Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai
orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima. Menurut Mc Luhan, media
adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas
atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batasbatas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media batas-batas itu hampir
menjadi tidak ada. Sedangkan menurut menurut Blake dengan Horalsen, media adalah
saluran dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara
komunikator dengan komunikan. Ada dua pendapat mengenai media pendidikan yang dapat
diutarakan disini :
Pertama, Santoso S. Hamidjojo, adalah media yang penggunaanya diintegrasikan dengan
tujuan dan isi pengajaran yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis-garis Besar Program
Pembelajaran (GBPP) dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan pencapaian suatu kegiatan
belajar mengajar.
Kedua, menurut Briggs, media pendidikan adalah peralatan fisik untuk membawakan
atau menyampaikan pengajaran, mencakup buku, film, video tape sajian slide tape dan
sebagainya, serta suara guru dan perilaku non verbal.
Dari kedua batasan media pendidikan tersebut diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud media pendidikan adlah perangkat “software” dan “Hardware” yang berfungsi
sebagai alat belajar dan alat bantu belajar. Yang dimaksud dengan “hardware” pada definisi
diatas adalah peralatan seperti : overhead projektor, radio, recorder, televisi, video tape, slide
dan projektor film. Sedangkan yang dimaksud “software” adalah informasi dan cerita yang
terdapat pada “hardware” diatas. Media pembelajaran metematika yang lebih cenderung
disebut alat peraga matematika dapat didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang
penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi GBPP bidang studi matematika dan
bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan kegiatan belajar mengajar.
2.

MENGAPA

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MEMBUTUHKAN MEDIA
1.

Objek

matematika itu abstrak sehingga memerlukan peragaan

Dengan alat pembelajaran matematika, materi matematika yang abstrak disajikan kedalam
pendekatan yang lebih konkret, ada visualisasinya, serta manfaat dalam mempelajari materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sementara menurut Murwani (1999), untuk

membelajarkan matematika secara benar pada siswa mutlak harus menggunakan alat peraga
untuk memudahkan siswa mengenal konsep-konsep matematika.
2.

Sifat materi matematika tidak mudah dipahami
Materi dari matematika bersifat abstrak, hal ini menjadikan materi matematika tidak mudah

dipahami oleh kebanyakan siswa. Maka dari itu dengan alat pembelajaran matematika siswa
diharuskan berpartisipasi lebih aktif, mereka tidak hanya melihat, mendengar, dan
memperhatikan saja, tetapi mereka juga harus melakukan/latihan, sehingga pembelajaran
minds on dan hands on bisa tercapai, konsep dibangun oleh siswa sendiri. Contohnya : dalam
metode eliminasi, apabila disajikan dalam alat peraga maka tiap langkah yang harus
dilakukan tidak dihapal oleh siswa tetapi dipahami, mereka membangun konsep sendiri dan
mereka tahu alasan melakukan tiap langkah tersebut.
3.


Hirarki

matematika ketat dan kaku.
Dalam matematika terdapat materi prasyarat yang diperlukan untuk dapat menginjak ke
materi selanjutnya. Hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau up
down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun
keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari
hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan, atau pengetahuan prasyarat
(prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari
keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki matematika bersifat ketat dan kaku artinya
dalam pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi
sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya lagi.
Jadi diperlukan media agar dapat menuntun untuk terbiasa dalam belajar matematika yang

tatanannya bersifat siatematis dan cenderung kaku.
4. Aplikasi matematika kurang nyata
Dapat dirasakan oleh siswa bahwa aplikasi matematika itu kurang nyata, bahkan siswa hanya
menganggap bahwa matematika adalah kumpulan angka dan simbol-simbol. Oleh karena itu
diperlukan media agar matematika dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu siswa juga dapat dengan mudah dalam mempelajari konsep-konsep dalam

matematika.
5.

Belajar

matematika perlu fokus
Matematika memang tidah mudah dipahami, serta hirarkinya yang kaku sehingga membuat
siswa menjadi kesulitan dalam mempelajari matematika. Maka dari itu siswa harus fokus
ketika guru sedang menerangkan materi matematika, sedangkan kebanyakan guru
menggunakan metode ceramah dalam pembelajarannya. Akibatnya siswa menjadi cepat lelah
dan bosan dalam belajar matematika, oleh karena itu guru dituntut untuk memiliki kreatifitas

dalam pembelajaran matematika. Alat peraga dapat membatu guru untuk menyampaikan ide
atau gagasannya dalam pembelajaran matematika agar siswa lebih aktif dan tidak bosan.
6.

Citra pembelajaran matematika kurang baik
Pandangan siswa saat ini terhadap matematika memang kurang baik, mereka berpandangan

bahwa pembelajaran matematika itu menakutkan, tegang, bosan dan banyak PR. Hal ini

disebabkan karena guru kurang dapat mengkomunikasikan materi matematika yang bersifat
kaku tersebut agar dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Pembelajaran
matematika di sekolah sampai saat ini umumnya dimulai dari penyampaian definisi atau
pengertian dari suatu objek secara intuitif, dilanjutkan dengan pengoperasian terhadap objek
tersebut, serta diakhiri dengan pemberian contoh kemudian pemberian tugas atau PR yang
banyak sebagai latihan. Dalam pembelajaran matematika yang notabennya banyak siswa
yang menganggap bahwa matematika itu sulit, penuh dengan rumus-rumus dan angka-angka,
sehingga sebelum kegiatan pembelajaran dimulai siswa sudah menyerah dan merasa tidak
akan mampu menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, hal ini mengakibatkan
siswa menjadi tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Maka dari itu
alat peraga dapat membantu guru untuk mengubah paradigma yang selama ini berkembang
pada masyarakat pada umumnya dan siswa khususnya.
7.

Kemampuan

kognitif siswa masih konkret
Pada dasarnya kemampuan kognitif siswa itu konkret, sedangkan materi matematika itu
bersifat abstrak. Hal ini akan menjadi hambatan bagi siswa dalam pembelajaran matematika.
maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek

konkret (Soedjadi, 1995:1) Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap
obyek konkret, kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses
pembelajaran matematika, peranan media/alat peraga sangat penting untuk pemahaman suatu
konsep atau prinsip.

8.

Motivasi belajar siswa tidak tinggi
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, dilandasi oleh
perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Atas dasar hal tersebut, maka pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar (SD) hingga
dewasa untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif. Oleh karenanya, mulai saat ini harus segera kita galakkan upaya bagaimana untuk
memasyarakatkan matematika. Dalam arti bagaimana masyarakat itu mengetahui matematika
secara utuh, sehingga tidak ada kepincangan informasi di masyarakat. Akar permasalahan
yang menimbulkan matematika tidak memasyarakat, salah satunya disebabkan informasi
yang diterima masyarakat bersifat parsial. Kepincangan informasi tersebut yang
mengakibatkan persepsi masyarakat terhadap matematika menimbulkan kesan negatif.
Dengan demikian cara yang paling efektif menurut hemat penulis dalam rangka
memasyarakatkan konsep matematika secara utuh adalah melalui siswa yang sedang belajar
matematika di bangku sekolah. Lalu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana
seharusnya proses pendidikan atau pembelajaran matematika di sekolah itu diselenggarakan.
Mungkinkah menghadirkan pendidikan matematika yang lebih manusiawi sehingga
matematika tidak lagi dipandang sebagai momok yang menyeramkan?
Menyelenggarakan proses pembelajaran matematika di sekolah yang lebih baik dan bermutu
adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi. Sudah bukan zamannya lagi
matematika menjadi momok yang menakutkan bagi siswa di sekolah. Jika selama ini,
matematika dianggap sebagai ilmu yang abstrak dan kering, melulu teoretis dan hanya berisi
rumus-rumus, soal-soal, maka sudah saatnya bagi siswa untuk menjadi lebih akrab dan
familier dengan matematika. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menghadirkan
pembelajaran matematika yang humanis.
Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan matematika di sekolah, pertama
kali yang harus dilaksanakan adalah bagaimana menumbuhkan kembali minat siswa terhadap
matematika. Sebab tanpa adanya minat, siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian
menguasai matematika secara sempurna. Menumbuhkan kembali minat siswa terhadap
matematika akan sangat terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi proses pembelajaran
matematika di sekolah. Aspek-aspek itu menyangkut pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran matematika, metode pengajaran, maupun aspek-aspek lain yang mungkin tidak
secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran matematika, misalnya sikap orang
tua (atau masyarakat pada umumnya) terhadap matematika.
Untuk menumbuhkan minat siswa terhadap matematika, pembelajaran matematika di sekolah
dalam penyajiannya harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa.
Matematika sebenarnya memiliki banyak sisi yang menarik. Namun, seringkali hal tersebut
tidak dihadirkan dalam proses pembelajaran matematika. Akibatnya siswa mengenal

matematika tidak secara utuh. Matematika hanya dikenal oleh siswa sebagai kumpulan
rumus, angka, dan simbol belaka.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang digunakan
oleh guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi oleh pemahaman guru tentang sifat
matematika, bukan oleh apa yang diyakini paling baik untuk proses pembelajaran matematika
di kelas. Guru yang memandang matematika sebagai produk yang sudah jadi akan
mengarahkan proses pembelajaran siswa untuk menerima pengetahuan yang sudah jadi. Guru
akan cenderung mengisi pikiran siswa dengan sesuatu yang sudah jadi. Sementara, guru yang
memandang bahwa matematika merupakan suatu proses akan lebih menekankan aspek proses
daripada aspek produk dalam pembelajaran matematika. (Marpaung, 1998).
Akhirnya, yang menjadi permasalahan psikologis adalah bahwa pendidikan matematika di
negeri ini sudah terlanjur dan banyak “luka psikologis” yang diderita siswa berkaitan dengan
pendidikan matematika. Untuk dapat menyembuhkan luka psikologis tersebut maka peran
seorang guru sangat besar dalam hal ini, sehingga minat siswa terhadap matematika tumbuh
subur kembali. Pendidikan matematika di sekolah hanya akan berlangsung dengan baik dan
sampai pada tujuannya jika ada sinergi dari banyak pihak, seperti siswa, guru, orang tua, dan
pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah. Antara saatu komponen dan komponen lain yang terlibat dalam
pendidikan matematika diharapkan dapat saling menginspirasi agar pembelajaran matematika
di sekolah menjadi lebih menyenangkan, lebih mengasyikkan, lebih dinamis, dan humanis.
Dengan berbagai usaha yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah
ini, maka diharapkan matematika tidak lagi dipandang secara parsial oleh siswa, guru,
masyarakat, atau pihak lain. Melainkan mereka dapat memandang matematika secara utuh
yang pada akhirnya dapat memacu dan berpartisipasi untuk membangun peradaban dunia
demi kemajuan sains dan teknologi yang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia.
Media pembelajaran matematika dapat mendorong keinginan siswa untuk mengetahui lebih
banyak dan mendalam tentang materi atau pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik,
sehingga memotivasi siswa dan partisipasi siswa dominan. Contoh : dengan menggunakan
media flash sajian materi lebih menarik serta antusias siswa dalam belajar meningkat, rasa
kantuk pun akan terkalahkan, karena gambar, suara dan video akan lebih menarik untuk
mereka.
3. Tujuan,
1.

Tujuan

Fungsi, manfaat media pembelajaran

Penggunaan media pengajaran sangat diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan khususnya dalam pembelajaran membaca puisi. Menurut Achsin (1986:17-18)
menyatakan bahwa tujuan penggunaan media pengajaran adalah (1) agar proses belajar
mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan tepat guna dan berdaya guna, (2)
untuk mempermudah bagi guru/pendidik daiam menyampaikan informasi materi kepada anak
didik, (3) untuk mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima serta
memahami materi yang telah disampaikan oleh guru/pendidik, (4) untuk dapat mendorong
keinginan anak didik untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau
pesan yang disampaikan oleh guru/pendidik, (5) untuk menghindarkan salah pengertian atau
salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi atau pesan yang
disampaikan oleh guru/pendidik. Sedangkan Sudjana, dkk. (2002:2) menyatakan tentang
tujuan pemanfaatan media adalah (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menimbulkan motivasi, (2) bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami, (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, dan (4) siswa akan
lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan penggunaan
media adalah (1) efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar, (2) meningkatkan
motivasi belajar siswa, (3) variasi metode pembelajaran, dan (4) peningkatan aktivasi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Fungsi
Dalam sistem pembelajaran modern, maka metode, prosedur dan teknik yang diterapkan
dalam mengajar bidang studi mempunyai tujuan agar supaya proses pembelajaran efektif.
Media di sini mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, karena media tersebut mempunyai banyak fungsi. Fungsi media pembelajaran di sini
akan penulis sitir dari pendapat para ahli atau hasil penelitian, yaitu antara lain:
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kegunaan berbagai media pembelajaran oleh Edgar
Dale, YD Finn dan F.Hoban dari Amerika Serikat, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
audio visual aids (AVA) apabila dipergunakan secara baik dan benar akan memberikan
sumbangan pendidikan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan pemikiran yang abstrak maupun konkrit
b. Dapat memberikan pengalaman yang sukar diperoleh dengan cara lain
c. Dapat memperoleh perbendaharaan siswa (tidak verbalistik)
d. Mempertinggi perhatian siswa
e. Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya selt-activity.
f. Memberikan hasil belajar yang permanen

2. Menurut Derek Rowtree, media pembelajaran (media pembelajaran edukatif) mempunyai
fungsi:
a. Membangkitkan motivasi belajar
b. Dapat mengulang apa yang telah dipelajari
c. Menyediakan stimulus belajar
d. Mengaktifkan respon peserta didik (siswa)
e. Menggalakan latihan yang serasi
f. Memberikan balikan dengan segera
3. Mc.Know mengemukakan bahwa media pembelajaran mempunyai 4 (empat) fungsi yaitu:
a. Memberikan kejelasan (Clarification)
b. Memberikan rangsangan (Stimulation)
c. Memberikan motivasi belajar
d. Mengubah titik berat pendidikan formal yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa
dibandingkan dengan penekanan pada instruksional akademis.
Disamping ketiga pendapat tersebut diatas, masih banyak pendapat lain misalnya bahwa,
fungsi media dapat mendorong terjadinya interaksi langsung antara peserta didik (siswa)
dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan lingkungannya. Disamping menambah
pengalaman yang nyata tentang sesuatu yang nyata dan menambah variasi dalam menyajikan.
Media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, karena media
pembelajaran pada umumnya merupakan suatu yang baru bagi siswa sehingga dapat menarik
perhatiannya. Media mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak dan memungkinkan
untuk berbuat sesuatu. Selain itu media memberikan kepada siswa besar dibandingkan
dengan cara tradisional, serta media lebih konkrit dan mudah untuk dipahami.
3. Manfaat
Secara umum manfaat penggunaan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu
(1) media pengajaran dapat menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi
pengajaran yang disajikan, (2) media pengajaran dapat mengatasi perbedaan pengalaman
belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosil ekonomi, (3) media pengajaran dapat
membantu anak didik dalam memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan
cara lain, (5) media pengajaran dapat membantu perkembangan pikiran anak didik secara
teratur tentang hal yang mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misainya
menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa. rangkaian dan urutan
kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film tadi akan dapat mereka pelajari secara
teratur dan berkesinambungan, (6) media pengajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak

didik untuk berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan, (7) media
pengajaran dapat mengurangi adanya verbalisme dalain suatu proses (dalam bentuk kata-kata
tertulis atau lisan belaka) (Latuheru, 1988:23-24). Sedangkan menurut Sadiman, dkk.
(2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
misalnya (1) obyek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau
model, (2) obyek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak
yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) kejadian
atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto,
maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan
dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung
berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar,
dan lain-lain. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu
direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk
digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media
pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu
media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan
pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2)
pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara
bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada
kontrol dan pengawasan dad pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola
dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu
digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target)
tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok
atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media
oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik
kelompok kecil (2—8 orang) maupun kelompok besar (9—40 orang), (4) media dapat juga
digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan,
ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru
dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalarn proses belajar mengajar harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi
pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik siswa yang belajar.

Karakteristik siswa yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap
media yang digunakan, bahasa siswa, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki siswa
sehingga memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah siswa. Artinya media yang digunakan
hendaknya disesuaikan dengan jumlah siswa yang belajar.
4. Kapan

dan dimana media digunakan

Media dapat digunakan oleh siswa ketika dalam proses pembelajaran atau ketika siswa
membutuhkan media untuk menghadapi atau membantu siswa dalam mengaplikasikan
konsep matematika.
Berdasarkan kurikulum dikatakan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran matematika
harus bisa membuat situasi yang menyenangkan, memberikan alternatif penggunaan alat
peraga atau media pembelajaran yang bisa digunakan pada berbagai tempat dan keadaan,
baik di :


Sekolah



Rumah



Lingkungan

sekitar

5. Jenis

dan macam media
1. Manual
Adapun karakteristik media manual yaitu :





penyampaian

pesan lewat simbol-simbol visual
bersifat kongkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu
dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang masalah apa

saja dan pada tingkat usia berapa saja

mengandung pesan yang bersifat interpretative
contoh dari media manual diantaranya:


Model

bangun (d-r)
Penggunaan media pembelajaran matematika pada pokok bahasan
Model bangun dimensi ruang yang melalui visualisasi alat peraga berbasis TIK dengan

menggunakan Softwere Power Point pada kelas eksperimen dan OHP pada kelas kontrol.

Alat ukur (meter)
Dengan media manual seperti penggaris dan busur derajat, siswa belajar untuk menggunakan
alat ukur tersebut misal dalam menghitung panjang dan besar sudut dalam koordinat polar.

Alat permainan

Permainan ini merupakan teknik yang dapat memotivasi para siswa, khususnya untuk materi
yang berulang-ulang dan mebosankan. Permainan mungkin hanya melibatkan satu orang,
atau sekelompok siswa. Permainan sering kali mensyarakan siswa untuk menggunakan
keterampilan problem solving atau untuk mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.

Skema konsep
Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan
cara kerja otak berupa pikiran. Yang produknya berupa peta konsep. Dengan demikian belajar
akan efektif dengan cara membuat peta konsep, sehingga setiap konsep utama yang dipelajari
semuanya teridentifikasi tidak ada yang terlewat dan kaitan fungsionalnya jelas, kemudian
dinarasikan dengan gaya bahasa masing-masing. Sehingga dalam media pembelajaran
matematika diperlukan skema konsep untuk memudahkan siswa dalam belajar matematika.


Peragaan rumus
Alat peraga juga dapat dipakai untuk memeragakan rumus yang ada dalam materi

matematika. Sehingga dapat memudahkan siswa dalam menghafal, memahami dan
mengaplikasikan rumus tersebut.
Gambar-diagram
Penyajian gambar dan diagram pada media pembelajaran diperlukan ketika sesuai dengan



materi. Hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa dalam pembelajaran matematika, misalkan
diagram pada materi statistika, gambar pada materi bangun ruang.
2.

Elektronik

Adapun karakteristik dari media elektronik (microsoft power point/macro media flash)
diantaranya:


Media

ini menarik untuk digunakan sebagai alat presentasi

adalah berbagai kemampuan pengolahan teks, wana, dan gambar, serta animasi-animasi yang
bisa diolah sendiri sesuai kreatifitas penggunanya.

Pada prinsipnya program ini terdiri dari beberapa unsur rupa,
dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari slide, teks, gambar
dan bidang-bidang warna yang dapat dikombinasikan dengan latar belakang yang telah
tersedia..
Contoh dari Media Elektronik yaitu :

OHP
Media pembelajaran yang digunakan untuk

mengaktifkan siswa adalah melalui media

OHP, Overhead Projector (OHP), yang diterjemahkan projektor lintas kepala adalah
projektor yang dipergunakan untuk memprojeksikan objek diam yang tembus cahaya

(transparan). Projeksi diterima oleh layar atau alternatifnya, sebagai misal dinding. Objek
yang dimaksud adalah filem transparansi (misal: polifinil asetat) yang diberi tulisan atau
gambar, sehingga bila diprojeksikan, pada layar akan tergambar bayangan tulisan atau
gambar yang ada pada filem transparansi. Sesekali objek dapat berupa benda yang tidak
tembus cahaya, akan tetapi mempunyai bentuk tertentu yang bila diprojeksikan akan dapat
memvisualisasikan suatu gagasan. Penggunaaan media pembelajaran melalui visualisasi
alat

peraga

berbasis OHP

dalam

pembelajaran matematika

diharapkan

dapat

meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.


Komputer

Dengan perkembangannya yang semakin canggih, maka sampai saat ini banyak dirasakan
manfaatnya dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu manfaat komputer adalah dalam
bidang pendidikan misalnya multimedia. Dimana dengan pemanfaatan multimedia, proses
pembelajaran lebih bermakna, karena mampu menampilkan teks, warna, suara, video, gerak,
gambar serta mampu menampilkan kepintaran yang dapat menyajikan proses interaktif.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga bermanfaat dalam pendidikan, salah
satunya adalah pembelajaran berbantuan komputer, dalam penggunaannya menurut Sudjana
dan Rivai (1989) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan komputer, yaitu model
latihan dan praktek (drill and practice), model tutorial (tutorials), model penemuan (problem
solving), model simulasi (simulations) dan model permainan (game). Media merupakan alat
yang harus ada apabila kita ingin memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan
alat Bantu yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan yang
dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.« Kata media
itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata “ medium “ yang
berarti “ pengantar atau perantara “, dengan demikian dapat diartikan bahwa media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Kit Lay Bourne ( 1985 :
82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan media tidak harus membawa bungkusan berita-berita
semua, siswa cukup dapat mengawasi suatu berita.” Dari pendapat tersebut dapat
dihubungkan bahwa penyampaian materi pelajaran dengan cara komunikasi masih dirasakan
adanya penyimpangan pemahaman oleh siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu
banyak menerima sesuatu ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar
yang tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan memperbesar peluang
terjadinya verbalisme. Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari
pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun segala sesuatu yang

memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi
anak didik dalam pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya media berbasis TIK tersebut,
khususnya menggunakan presentasi power point dimana anak didik mempunyai keinginan
untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi dan memuaskan dalam
perkembangan mereka di kehidupan kelak. Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik
mampu menciptakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang telah ada
untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna dalam kehidupannya,.
Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan mamahami materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru kepada mereka. Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media
“ adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar
seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996 : 62 ) mengungkapkan bahwa “ the of of
media to encourage student to invest more afford in hearing has along history “. Dari
pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media merupakan alat yang
memungkinakn anak muda untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah dan dapat
untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi
pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan. Menurut Soeparno
( 1987:8 ) menyebutkan ada beberapa alasan memilih media dalam proses belajar mengajar,
yakni : 1. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita pakai di
dalam proses belajar mengajar, 2. ada media yang mempunyai kecocokan untuk
menyampaikan informasi tertentu 3. ada perbedaan karakteristik setiap media 4. ada
perbedaan pemakai media tersebut 5. ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media
dipergunakan. 6. Media pembelajaran berbasis Tek nologi Informasi dan Komunikasi dan
Penggunaannya. Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media tidak
mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa ketentuan dengan
pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna
untuk meningkatkan dan memperjelas pemahaman siswa. Penggunaan media pembelajaran
yang berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut
harus memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat dimanfaatkan
dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media tersebut, dalam hal ini media
yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor. Arief S. Sadiman ( 1996 : 83 )
mengatakan bahwa : Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua
jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi perdagangan yang terdapat di pasaran luas
dalam keadaan siap pakai ( media by utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang
dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu. Dari

pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media Komputer dan LCD Proyektor
meupakan media rancangan yang mana didalam penggunaannya sangat diperlukan
perancangan khusus dan didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras
( hard ware ) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah menggunakan
satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan dengan LCD Proyektor.
Menurut Ruseffendi, 1984 (dalam Didi, 1991) penggunaan komputer dalam pembelajaran
matematika banyak peranannya, baik sebagai alat hitung maupun sebagai alat penyampaian
materi pelajaran. Sebagai alat hitung, komputer dapat melakukan perhitungan untuk mencari:
logaritma, perbandingan trigonometri, operasi hitung, dan sebagainya. Sedangkan sebagai
alat/media penyampaian materi pelajaran, komputer dapat diprogram untuk membantu siswa
dalam belajar (pembelajaran individu). Dalam pembelajaran matematika, komputer banyak
digunakan untuk menyampaikan materi yang memerlukan gerak (animasi), gambar, teks, dan
warna. Semua fasilitas tersebut ada pada komputer, dan sernua fasilitas tersebut dapat
dimanfaatkan untuk memvisualisasikan konsep abstrak dalam matematika menjadi konkret


Power

point
PowerPoint atau Microsoft Office PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk
presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft. Dengan power point guru atau siswa dapat
mempresentasikan materi matematika dengan tampilan yang lebih menarik, hal ini dapat

membantu siswa dalam proses pembelajaran.

Internet
Salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan adalah internet, selain untuk
browshing dan chating, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang
efektif dan efisien. Aplikasi dalam internet yang digunakan dalam pengembangan
media pembelajaran salah satu contohnya adalah blog dan e-learning.
6. Sajian

Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika dapat disajikan secara Informatif dan Matematik. Untuk
informatif bisa berupa :

1.

Peta

konsep
Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik
pada bidang studi. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsepkonsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. Martin (dalam Basuki,
2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk
menunjukkan hubungan antara ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran.
Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep
merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah

informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu
materi dengan lebih lama lagi Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk
menyusun suatu peta konsep dalam matematika bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu
proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.
2.

Diagram data
Untuk tujuan informatif penyajian diagram data pada media pembelajaran diperlukan ketika

sesuai dengan materi. Misalnya pada materi statistik, diperlukan penyajian diagram tabel.
Sedangkan untuk sajian berupa matematik yaitu :
1.

Algoritma
Algoritma adalah kumpulan urutan perintah yang menentukan operasi-operasi tertentu yang

diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun mengerjakan suatu tugas tertentu.
Algoritma merupakan urutan langkah instruksi yang logis. Setiap langkah instruksi
mengerjakan suatu tindakan aksi. Apabila suatu aksi dilaksanakan, maka operasi atau
sejumlah operasi yang bersesuaian dengan aksi itu dikerjakan oleh pemroses. Bila data yang
digunakan benar, maka algoritma akan selalu berhenti dengan memberikan hasil yang benar
pula. Dalam media pembelajaran matematika, diperlukan algoritma agar langkah demi
langkah terurut sehingga memudahkan siswa dalam memahami suatu materi atau konsep.
2. Konstruksi konsep
Kesulitan dalam pembelajaran dapat disebabkan kurangnya pemahaman konsep dan
kemampuan siswa yang masih kurang dalam memahami kalimat pada soal yang terlalu
panjang. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut antara lain dengan
mengkonstruksi konsep agar lebih dipahami siswa.

3.

Geometrik
Sajian ini digunakan hanya pada materi-materi tertentu misalnya kesebangunan dalam

segitiga. Perlu adanya sajian secara geometrik agar siswa dapat memvisualisasikan konsep
tesebut, agar siswa tersebut menjadi lebih mudah memahaminya.
LKS

4.

Lembar kerja siswa (LKS) ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari
guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek,
atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai suatu tujuan. Lembar kerja siswa
(LKS) merupakan salah satu dari sekian banyak media yang digunakan dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Dalam pengajaran mata pelajaran, media LKS banyak digunakan untuk
memancing aktivitas belajar siswa. Karena dengan LKS siswa akan merasa diberikan
tanggung jawab moril untuk menyelesaikan sesuatu tugas dan merasa harus mengerjakannya,
terlebih lagi apabila guru memberikan perhatian penuh terhadap hasil pekerjaan siswa dalam
LKS tersebut.
7. SYARAT MEDIA PEMBELAJARAN



Dapat

meragakan konsep

Media yang baik adalah media yang mampu meragakan konsep yang abstrak ke konkret.
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah harus
diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa sehingga sesuai dengan konsep.


Dapat

menjelaskan aturan
Media itu harus menjelaskan aturan-aturan dan cara pemakaian nya agar dapat digunakan
sebagaimana fungsinya.



Memudahkan

pemahaman

Sebuah media harus mampu membantu siswa untuk memahami suatu materi matematika.
Menurut E. T. Ruseffendi persyaratan media pembelajaran matematika, diantaranya adalah :
dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman
matematika).



Mudah-murah dibuat
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media diantaranya harus

mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan
lingkungan fisik tempat siswa belajar.
Mudah digunakan
Sebuah media haruslah mudah untuk digunakan dan tidak berbahaya. Hal ini agar siswa dapat



menggunakan media tersebut sebagai mana fungsi dan tujuan dari media tersebut.

Fisibel
fisibel adalah terlaksana atau terwujud. Jadi media itu harus mampu mewujudkan atau
mengaplikasikan tujuan dari media itu sendiri yakni sesuai dengan konsep pada suatu materi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/topic.php?uid=366830970417&topic=15593
http://www.friend.freejoomlas.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=17&Itemid=29
http://managementpengetahuan.blogspot.com/2009/01/pengertian-concept-mapping.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2068223-pengertianalgoritma/
http://tartocute.blogspot.com/2009/06/lembar-kerja-siswa.html
http://disdikklungkung.net/content/view/73/46/
http://muhfida.com/model-model-belajar/
http://wewnatali.blogspot.com/2011/03/media-pembelajaran-matematika.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/19600501198
5032-ADE_ROHAYATI/HANDOUT_MEDIA_PEMBEL._DEPAG.pdf
http://yuni-wijaya.blogspot.com/2010/05/penggunaan-media-dalam-pembelajaran.html

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62