Sistem politik islam (1) Sistem politik islam (1)

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Islam merupakan agama Allah SWT sekaligus agama yang terakhir yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan
tujuan untuk mengubah akhlak manusia ke arah yang lebih baik di sisi Allah
SWT. Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai ketakwaan di
sisi-Nya atau yang disebut juga dengan kata “Politik”. Karena politik dapat
dikatakan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak sedikit
masyarakat menganggap bahwa politik adalah sesuatu yang negatif yang harus
dijauhi. Padahal tidak semestinya selalu begitu, bahkan politik sangat
dibutuhkan dalam hidup beragama. Andai saja kita tidak mempunyai cara untuk
melakukan pendekatan kepada Allah SWT, maka dapat dipastikan kita sebagai
manusia biasa juga tidak akan pernah mencapai kata beriman dan takwa disisiNya, dikarenakan tidak akan pernah tercapai suatu tujuan jika tidak ada usaha
atau cara yang dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Realita inilah
yang harus kita ubah dikalangan masyarakat setempat, setidaknya dimulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, kemudian untuk bangsa dan negara kita.
Islam bukanlah suatu ilmu yang harus dipertandingnya dengan tulisan
atau dengan ceramah belaka tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari- hari.
Karena Islam sangat identik dengan sifat, pemikiran, tingkah laku, dan
perbuatan manusia dalam kehidupan sehari- hari untuk mendekatkan diri

kepada Allah dengan tujuan mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Tentunya untuk mencapai hal tersebut, kita harus mempunyai suatu cara
tertentu yang tidak melanggar ajaran agama dan tidak merugikan umat
manusia. Banyak yang beranggapan bahwa jika agama dimasukkan dalam suatu
politik, maka agama ini tidak akan murni lagi. Namun ada yang beranggapan
lain, karena jika agama tidak menggunakan suatu politik atau cara, maka agama
tersebut tidak akan sampai pada tujuannya. Kalaupun pada kenyataannya

1

banyak yang tidak berhasil, mungkin cara yang digunakan belum sempurna dan
perlu menambahan ilmu.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap sistem politik?
2. Bagaimana asas-asas Islam terhadap sistem politik?
3. Bagaimana tujuan dalam politik Islam?
4. Bagaimana kedudukan politik dalam Islam?
5. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam sistem politik?


3. Tujuan Makalah
1. Dapat mengetahui pandangan Islam terhadap sistem politik
2. Dapat menjelaskan pemgertian politik menurut Islam
3. Dapat mengetahui dan menjelaskan asas-asas sistem politik
4. Dapat mengetahui tujuan dalam politik Islam
5. Dapat memahami dan menjelaskan kedudukan politik dalam Islam
6. Dapat mengetahui dan menjelaskan prinsip-prinsip Islam dalam sistem politik

2

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Politik Islam
Perkataan politik berasal dari bahasa Latin politicus dan bahasa Yunani
politicos, artinya sesuatu yang berhubungan dengan warga negara atau warga kota.
Kedua kata itu berasal dari kata polis yang maknanya kota. Dalam teori politik Islam,
politik itu identik dengan siyasah secara bahasa disebut dengan mengatur. Fiqh
siyasah adalah aspek ajaran Islam yang mengatur sistem kekuasaan dan
pemerintahan. Politik artinya segala urusan dan tindakan, kebijakan, dan siasat
mengenai pemerintahan suatu negara atau kebijakan suatu negara terhada negaranegara lain. Politik dapat juga dikatakan kebijakan atau cara bertindak suatu negara

dalam menghadapi / menangani suatu masalah.
Politik Islam terdiri dari dua aspek yaitu politik dan Islam. Politik berarti
suatu cara bagaimana penguasa mempengaruhi perilaku kelompok yang dikuasai
agar sesuai ddengan keinginan penguasa, sedangkan Islam berarti penataan dan
Islam sebagai din merupakan organisasi penataan menurut ajaran Allah , yaitu AlQur’an dan menurut sunnah rasulnya.
Politik Islam dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mempengaruhi
anggota masyarakat, agar berprilaku sesuai dengan ajaran Allah menurut sunah
rasulnya. Dalam konsep Islam, kekuasaan tertinggi adalah Allah SWT. Ekspresi
kekuasaan Allah tertuang dalam Al-Qur’an menurut sunah rasul. Penguasa tidak
memiliki kekuasaan yang mutlak, ia hanya wakil (khalifah) Allah di muka bumiyang
berfungsi untuk menegakkan ajaran Allah dalam kehidupan nyata.
2.

Asas-asas Sistem Politik Islam
a. Hakimiyyah Ilahiyyah
Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum

tertinggi dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah.

3


Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan
hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qasas: 70)
Hakimiyyah Ilahiyyah membawa pengertian-pengertian berikut:


Bahwasanya Allah Pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah
Tuhan yang menjadi pemelihara manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia
kecuali patuh dan tunduk kepada sifat IlahiyagNya Yang Maha Esa.



Bahwasanya hak untuk menghakimi dan meng adili tidak dimiliki oleh sesiap
kecuali Allah



Bahwasanya hanya Allah sahajalah yang memiliki hak mengeluarkan hukum
sebab Dialah satu-satuNya Pencipta




Bahwasanya hanya Allah sahaja yang memiliki hak mengeluarkan peraturanperaturan sebab Dialah satu-satuNya Pemilik



Bahwasanya hukum Allah adalah suatu yang benar sebab hanya Dia sahaja yang
Mengetahui hakikat segala sesuatu dan di tanganNyalah sahaja penentuan
hidayah dan penentuan jalan yang selamat dan lurus.

Hakimiyyah Ilahiyyah membawa erti bahwa teras utama kepada sistem politik Islam
ialah tauhid kepada Allah di segi Rububiyyah dan Uluhiyyah.
b. Risalah
Risalah berarti bahwa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia
sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah suatu asas yang penting
dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili
kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para
rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan
ucapan dan perbuatan.

Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar manusia menerima
segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada
perintah-perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah

4

s.a.w untuk menjadi hakim dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anakanak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka
tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-Nisa’: 65)

c. Khilafah

Khilafah berarti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adlah
sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaanyang telah diamanahkan ini, maka
manusia hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan.
Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah
khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.Kemudian Kami jadikan
kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami
memperhatikan bagaimana kamu berbuat.(Yunus: 14) Seseorang khalifah hanya
menjadi khalifah yang sah selama mana ia benar-benar mengikuti hukum-hukum Allah.
Ia menuntun agar tugas khalifah dipegang oleh orang-orang yang memenuhi syarat syarat berikut:


Terdiri daripada orang-orang yang benar-benar boleh menerima dan
mendukung prinsip - prinsip tanggngjawab yang terangkum dalam pengertian
khilafah



Tidak terdiri daripada orang-orang zalim, fasiq, fajir dan lalai terhadap Allah
serta bertindak melanggar batas-batas yang ditetapkan olehNya


5



Terdiri daripada orang-orang yang berilmu, berakal sihat, memiliki kecerdasan,
kearifan serta kemampuan intelek dan fisikal



Terdiri daripada orang-orang yang amanah sehingga dapt dipikulkan tanggung
jawab kepada mereka dengan yakin dan tanpa keraguan

3. Tujuan Politik Menurut Islam
Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem
pemerintahan dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh
hukum syariat Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau
Darul Islam. Dengan adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan
tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah segala urusan manusia menurut tuntutantuntutan Ad-Din tersebut. Para fuqahak Islam telah menggariskan 10 perkara penting
sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam:
1) Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamah salaf

daripada kalangan umat Islam.
2) Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
3) Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam keadaan
aman dandamai.
4) Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi hakhak manusia.
5) Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar.
6) Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
7) Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan syarak.
8) Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan negara
agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
9) Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara dan
menguruskan urusan pentadbiran negara.

6

10) Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam urusan awam demi untuk
memimpin negara dan melindungi Ad-Din.


4. Kedudukan Politik Dalam Islam
Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik
dalam syariat Islam, yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang
serbah lengkap didalamnya terdapat pula antara lain sistem ketatanegaraan atau
politik. Kemudian lahir sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (sistem
ketatanegaraan dalam Islam) merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Lebih jauh
kelompok ini berpendapat bahwa sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah
sistem yang telah dilaksanakan oleh nabi Muhammad SAW dan oleh parakhulafa alrasyidin yaitu sistem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam
pengertian barat. Artinya agama tidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut
aliran ini nabi Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain
bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas
untuk mendirikan dan memimpin suatu Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam
sebagaimana pandangan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem
ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun
nasution, kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu
wilayah yaitu yastrib yang kemudian menjadi madinah al-munawwarah sebagai wilayah
kekuasaan nabi sekaligusmanjadi pusat pemerintahannya dengan piagam madinah
sebagai aturan dasar kenegaraannya. Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai

7

kepala negara digantikan abu bakar yang merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh
sahabat,selanjutnya disebut khalifah. Sistem pemerintahannya disebut “khalifah”.
Sistem“khalifah” ini berlangsung hingga kepemimpinan berada dibawah kekuasaan
khalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

5. Prinsip-prinsip Pemerintahan dalam Islam
Ajaran al-Qur’an yang berkenaan dengan politik sesungguhnya telah diterapkan
oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Semenjak Islam lahir dan berada pada
puncak kejayaannya setelah hijrah ke Madinah, mayarakat Islam telah memilih sistem
negaranya yang berdasar pada politik Islam. Sebab ada beberapa keistimewaan pada
sistem pemerintahan ini, yang membedakannya dengan sistem pemerintahan negara
lain. Di antaranya adalah:
1. Kedaulatan hukum Ilahi
Prinsip dasar yang paling utama dalam negara Islam adalah bahwa sang
penguasa (penetap hukum) itu hanyalah Allah, sedangkan pemimpin kaum muslimin
pada hakikatnya adalah khilafah. Seorang pemimpin tidak mutlak semata-mata hanya
sebagai pengendali suatu kebijakan tetapi juga bertindak sesuai hukum ilahi yang
bersumber pada kitab Allah dan sunnah Rasulullah. Inilah prinsip dasar yang telah
disebutkan dalam beberapa ayat di dalam al-Qur’an, seperti surat an-Nisa’ ayat 59, 64,
65, 80, 105, surat al-Maidah ayat 44,45,47 dan masih banyak lagi.
Rasulullah saw juga telah menjelaskan tentang prinsip ini di dalam hadishadisnya. Beliau bersabda:
‫عليكم بكتاب الله احلوا حلله وحرموا حرامه‬
Artinya: “apa yang dihalalkan oleh Allah dalam katabNya maka halalkanlah olehmu, dan
haramkanlah apa yang diharamkanNya”.
‫تركت فيكم امرين لن تضلوا ما ان تمسكتم بهما كتاب الله و سنة رسوله‬
Artinya: “aku tinggalkan bagimu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang
teguh pada keduanya, yaitu al-Qur’an dan sunnah Rasulullah”.

8

2. Keadilan di antara manusia
Prinsip kedua yang paling mendasar dalam menbangun sebuah negara adalah
adanya kesamaan kedudukan masyarakat di hadapan hukum Allah dan mereka harus
melaksanakan hukum tersebut. Derajat mereka sama, baik itu dari kalangan rendah
maupun pemimpin dan penguasa. Sebagaimana perintah Allah swt kepada Nabi
Muhammad saw dalam surat asy-Syura ayat 15:
‫ت‬
‫ت مل وع رد م و‬
‫م‬
‫ووأ م‬
‫ل ب وي رن وك ت ت‬
‫مرر ت‬
Artinya: “dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu”
Maksudnya adalah :”Aku (Muhammad) diperintahkan untuk berbuat adil
terhadap kalian tanpa memihak kepada salah satu golongan, aku tidak memihak
kepada seorang pun dari kalian. Aku adalah penolong bagi yang mengikuti kebenaran
dan musuh bagi yang menentangnya. Tidak ada perlakuan yang istimewa bagi orangorang yang dekat denganku atau pun para pembesar dibanding yang lain. Yang haq
berlaku untuk semua, begitu juga yang haram, halal, ataupun wajib berlaku untuk
semua orang, bahkan sekalipun terhadap diriku tidak ada pengecualian dalam hukum
Ilahi”.
3. Persamaan di antara kaum muslimin
Kesamaan ini berlaku bagi semua umat muslim yang ada di dalam negara Islam
tersebut. Bahwa semua umat Islam mempunyai hak yang sama tanpa memandang
warna kulit, ras, bahasa maupun daerah. Tidak ada keistimewaan bagi seorang pun
atau kelompok mana pun di dalam memperoleh hak ataupun kedudukan. Allah swt
berfiman:
‫ل ل متعارتفوا إ و‬
‫ت‬
‫و‬
‫م ت‬
‫م‬
‫خل و ر‬
‫س إ مننا و‬
‫م م‬
‫م ن‬
‫ن ذ وك ورر ووأن روثى وو و‬
‫مك ت ر‬
‫ن أك رور و‬
‫جعول روناك ت ر‬
‫قوناك ت ر‬
‫ويا أي يوها الننا ت‬
‫شتعوببا ووقووبائ م و و و و‬
‫م ر‬
‫خمبيمر‬
‫عن رد و الل نهم أ وت ر و‬
‫م و‬
‫م‬
‫م إم ن‬
‫ه ع وملي م‬
‫ن الل ن و‬
‫قاك ت ر‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S. al-Hujurat:13)
Rasulullah juga menjelaskan dalam sabdanya:

9

‫ان الله ل ينظر الى صوركم و اموالكم ولكن ينظر الى قلوبكم و اعمالكم‬
Artinya: “sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kamu, tetapi
Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kamu”.
4. Tanggungjawab pemerintah
Pemerintahan termasuk kekuasaannya dan kekayaannya merupakan amanat
Allah dan umat Islam dimana perwakilannya harus diserahkan kepada orang yang takut
kepada Allah, adil, dan beriman. Maka tidak berhak bagi seorang pun untuk
menjalankan amanah ini dengan cara yang tidak benar apalagi untuk tujuan pribadi.
Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 58:
‫و‬
‫إن الل نه يأ رمرك ت و‬
‫و‬
‫ت إ مولى أ وهرل موها ووإ م و‬
‫ل‬
‫ماونا م‬
‫ن تو ر‬
‫سأ ر‬
‫ذا و‬
‫ن ت تؤ و ي‬
‫مأ ر‬
‫م ن‬
‫حك ت ت‬
‫مت ت ر‬
‫حك و ر‬
‫دوا ارل و‬
‫و و ت ت ر‬
‫موا مبال رعود ر م‬
‫م ب وي ر و‬
‫ن الننا م‬
‫ه و‬
‫صيبرا‬
‫ميبعا ب و م‬
‫س م‬
‫كا و‬
‫م ب مهم إ م ن‬
‫إم ن‬
‫ن و‬
‫ن الل ن و‬
‫ما ي وعمظ تك ت ر‬
‫ه ن معم ن‬
‫ن الل ن و‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”
Rasulullah juga bersabda:
‫ال كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته فالمام العظم الذي على الناس راع و هو‬
‫مسؤول عن رعيته‬
Artinya: “ketahuilah setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban dari orang yang dipimpinnya, kepala negara adalah pemimpin
rakyat dan dia akan diminta pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya”.
5. Musyawarah
Semua kalangan masyarakat termasuk pemerintah harus terlibat dalam
pengambilan sebuah hukum. Pengambilan hukum tersebut dilakukan dengan cara
musyawarah, diputuskan sesuai dengan pendapat serta aspirasi kaum muslimin.
Khalifah Umar ra. pernah berkata:

10

‫من دعا الى امارة نفسه او غيره من غير مشورة من المسلمين فل يحل لكم ان ل‬
‫تقتلوه‬
Artinya: “barangsiapa yang meminta kepemimpinan untuk dirinya atau orang lain tanpa
bermusyawarah dengan kaum muslimin, maka boleh bagimu untuk memeranginya”.

6. Taat dalam kebaikan
Prinsip keenam adalah wajib mentaati pemerintah hanya dalam kebaikan saja,
sedangkan dalam kemaksiatan tidak. Hal ini bermakna, apabila ada suatu perintah dari
pemimpin kepada rakyatnya maka wajib untuk ditaati selama itu sesuai dengan
undang-undang syari’ah. Sebaliknya, jika perintah itu bertentangan dengan hukum
syari’ah maka rakyat tidak berhak untuk melaksanakannya. Rasulullah saw bersabda:
‫السمع و الطاعة على المرء المسلم فيما احب و كره ما لم يؤمر بمعصية فإذا امر بمعصية‬
‫فل سمع ول طاعة‬
Artinya: “ seorang muslim harus mendengarkan dan mentaati apa yang diperintahkan
kepadanya, baik itu hal yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai selama dalam
kebaikan, jika perintah itu dalam hal kemaksiatan maka tidak wajib untuk didengar dan
ditaati ”.
7. Dilarang meminta kekuasaan
Seseorang yang meminta suatu jabatan dalam pemerintahan secara umum,
dan meminta kekhilafahan secara khusus sedang ia berusaha keras untuk
mendapatkannya, maka dia adalah orang yang paling sedikit kebaikannya. Allah
berfirman dalam surat al-Qashash ayat 83:
‫رو‬
‫دو و ت ب‬
‫ت مل ر و‬
‫ن‬
‫سادا ب ووال روعاقمب و ت‬
‫داتر ارل م‬
‫مت ن م‬
‫جعول توها ل مل ن م‬
‫ري ت‬
‫خورة ت ن و ر‬
‫ك ال ن‬
‫ض ووول فو و‬
‫ة ل مل ر ت‬
‫قي و‬
‫ذي و‬
‫ن ول ي ت م‬
‫ن ع تلووا مفي الرر م‬
Artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.
8. Menegakkan sistem hidup yang Islami

11

Kewajiban pertama yang diberikan kepada seorang pemimpin dan jajarannya
dalam negara Islam adalah menegakkan sistem hidup yang Islami dengan seutuhnya,
tanpa adanya pengurangan ataupun penggantian. Dia harus memerintahkan untuk
berbuat yang ma’ruf, menyebarkan kebaikan dan mempertahankan kebaikan itu,
mencegah berbuat yang mungkar, serta membinasakan keburukan dan kerusakan.
Hal ini telah dijelaskan Allah di dalam al-Qur’an dalam surat al-Hajj ayat 41:
‫و‬
‫و‬
‫رو‬
‫وا النز و‬
‫ن‬
‫ال ن م‬
‫معرترو م‬
‫متروا مبال ر و‬
‫كاة و ووأ و‬
‫ض أوقا ت‬
‫مك ننناهت ر‬
‫ن مإن ن‬
‫موا ال ن‬
‫ف وون وهو ر‬
‫صولة و ووآت و ت‬
‫ذي و‬
‫وا ع و م‬
‫م مفي الرر م‬
‫ال ر ت‬
‫منك ورم‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”.
Tugas yang diemban oleh Nabi Muhammad saw serta nabi-nabi sebelumnya
‫أو و‬
adalah menegakkan agama seperti yang diungkapkan dalam al-Quran ‫ن‬
‫موا ال د‬
‫ر‬
‫ن أمقي ت‬
‫دي و‬
‫ووول ت وت وفونرتقوا مفيهم‬
“Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”(Q.S. asy-Syura:
13). Tujuan dari jihad beliau adalah untuk memerangi orang-orang yang bukan Islam.
‫“ ووي و ت‬dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah” (Q.S. al‫ه ل مل نهم‬
‫ن ال د‬
‫كو و‬
‫ن ك تل ي ت‬
‫دي ت‬
Anfal:39). Yang diperintahkan kepada umatnya dan umat-umat para nabi sebelumnya
adalah agar menyembah Allah dengan ikhlas. ‫ن‬
‫م ر‬
‫خل م م‬
‫ه ال د‬
‫ل مي وعرب ت ت‬
‫ن لو ت‬
‫ه ت‬
‫دوا الل ن و‬
‫دي و‬
‫صي و‬
‫فاوء‬
‫حن و و‬
‫“ ت‬supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus” (Q.S. al-Bayyinah:5). Oleh karena itu, kebijakan
mendasar yang sangat penting dalam kepemimpinan Rasulullah saw adalah
menegakkan kehidupan yang Islami, sehingga tidak pernah kita lihat pada zaman Rasul
kekacauan di dalam masyarakat seperti yang ada pada saat ini.
9. Amar ma’ruf nahi munkar
Prinsip terakhir yang harus ada agar negara Islam berjalan dengan baik
adalah setiap anggota masyarakat Islam berhak, bahkan wajib untuk mengatakan
kalimat yang haq, memerintahkan untuk berbuat yang ma’ruf, menegakkan kebaikan

12

sesuai dengan kemampuan masing-masing, melarang dan mencegah berbuat yang
mungkar serta memberikan hukuman kepada pelaku kebatilan.
Hal ini terdapat dalam firman Allah swt:
‫ن‬
‫ووت ووعاووتنوا ر ع وولى ارلبدر ووالت ن ر‬
‫وى وول و ت ووعاووتنوا ر ع وولى ال مث رم م ووال رعتد رووا م‬
‫ق و‬
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. al-Maidah:2)

13

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bentuk bantuan Allah itu terutama berupa agama sebagai pedoman hidup di
dunia dalam rangka mencapai kebahagiaan di akhirat nanti. Dengan bantuan-Nya Allah
menunjukkan jalan yang harus di tempuh manusia untuk mencapai tujuan hidupnya.
Tujuan hidup manusia hanya dapat terwujud jika manusia mampu mengaktualisasikan
hakikat keberadaannya sebagai makhluk utama yang bertanggung jawab atas tegaknya
hukum Tuhan dalam pembangunan kemakmuran di bumi untuk itu Al-Qur'an yang
memuat wahyu Allah, menunjukkan jalan dan harapan yakni
(1) agar manusia mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan fitrah (sifat asal
atau kesucian)nya,
(2) mewujudkan kebajikan atau kebaikan dengan menegakkan hukum,
(3) memelihara dan memenuhi hak-hak masyarakat dan pribadi, dan pada saat
yang sama memelihara diri atau membebaskan diri dari kekejian, kemunkaran
dan kesewenang-wenangan.
Untuk itu di perlukan sebuah system politik sebagain sarana dan wahana (alat
untuk mencapai tujuan) yaitu Politik Islam.

2. Saran
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh, sudah sepatutnya
memiliki peran utama dalam kehidupan politik sebuah negara. Untuk menuju ke arah
integrasi kehidupan masyarakat, negara dan Islam diperlukan ijtihad yang akan
memberikan pedoman bagi anggota parlemen atau politisi dalam menjelaskan

14

hujahnya dalam berpolitik. Dan interaksi umat Islam yang hidup dalam alam modern ini
dengan politik akan memberikan pengalaman dan tantangan baru menuju masyarakat
yang adil dan makmur. Berpolitik yang bersih dan sehat akan menambah kepercayaan
masyarakat khususnya di Indonesia bahwa memang Islam mengatur seluruh aspek
mulai ekonomi, sosial, militer, budaya sampai dengan politik.

15