Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok BaratKhususnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

ARTIKEL
PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM MENUNJANG SWASEMBADA
PANGAN KHUSUSNYA BERAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN
2007-2013

Oleh
R U MAWAD I
A1A 009 005

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2014

1

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul :”Peranan Sektor Pertanian Dalam Menunjang Swasembada pangan khususnya
Beras Di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013”. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lombok Barat
Khususnya Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang
ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mayoritas penduduknya adalah petani, karena masih banyaknya luas

lahan yang ada di Kabupaten Lombok Barat yang masih dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketersedian pangan
bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui peranan dan perkembangan sektor pertanian dalam
menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015. Jenis
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode Pengumpulan Data : Metode dokumenter, metode
kepustakaan. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan Data kualitatif. Adapun
sumber data dalam penelitian ini Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan tanaman pangan Lombok Barat. Teknik Pengumpulan Data terdiri dari Teknik
dokumentasi, Studi Kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis trend linier.
Hasil penelitian menunjakan bahwa peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di
Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan dengan jumlah produksi
pertahun berbeda-beda dengan luas lahan yang berbedapula. Seperti pada tahun 2007 mencapai 196.460 dengan
luas lahan 41,431 dengan produksi (ku/ha) 4.74186 begitu pula dengan tahun-tahun berikutnya juga mengalami
peningkatan. Sedangkan jumlah produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mencapai 1. 153.471 dengan luas
lahan 242,873 Ha. Jumlah konsumsi beras dari tahun 2007-2012 berjumlah 483.691 Kw. Rata-rata 806. 152
kw/tahun. Sedangkan tahun 2013 belum memiliki jumlah konsumsi yang pasti karena data belom direkapitulasi
oleh dinas Tanaman pangan, tetapi hasil produksi mencapai 158.130 kw . sedangkan penyedian padi selama 6 tahun
yakni tahun 2007 -2013 mencapai 145. 679 Ton.
Untuk menunjang ketersedian beras secara terus menerus maka pemerintah Kabupaten Lombok Barat
memaksimalkan penggunaan factor produksi khususnya teknologi agar hasil yang diberikan subsector tersebut

dapat maksimal.

2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional semakin penting dan
strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional, baik
sumbangan langsung dalam pembentukan PDB,penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat,
menyediakan sumber pangan dan bahan baku industri/biofuel, pemicu pertumbuhan ekonomi di pedesaan,
perolehan devisa, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi pelaksanaan
pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Dengan demikian, sektor pertanian masih tetap akan
berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Saat ini sektor pertanian adalah salah satu sektor yang mempengaruhi pembangunan nasional.
Pembangunan sektor pertanian menjadi sesuatu yang penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah
memberikan sumbangan besar dalam pembangunan nasional. Belajar dari pengalaman masa lalu dan kondisi yang
dihadapi saat ini, sudah selayaknya sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi
pembangunan nasional.
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat

dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan
pembangunan perekonomian nasional. Kontribusi yang dominan yang diberikan sektor pertanian khususnya dalam
pemantapan ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pendapatan.
Secara garis besar kebijakan pembangunan pertanian diperioritaskan kepada beberapa program kerja yang
dijabarkan kedalam beberapa kegiatan, dengan tujuan untuk mencapai sasaran dari pembangunan pertanian.
Pemerintah dalam Program Prioritas Pembangunan di Bidang Pertanian, telah menargetkan pada tahun 2014 untuk
mencapai swasembada pangan berkelanjutan, mengharapkan jumlah target produksi padi sebesar 75,70 juta ton,
untuk produksi jagung sebesar 29 juta ton, kedelai sebesar 2,7 juta ton serta produksi gula sebesar 4,81 juta ton
sedangkan untuk daging sapi sebesar 0,55 juta ton. Penekanan ini tidaklah berlebihan jika dilihat dari fakta yang
ada. Setiap kebijakan tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah tak akan bisa berjalan. Apalagi, masing-masing
daerah, memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas pangan strategis. Selain itu peran pemerintah
daerah

sangat

vital

dalam

menyukseskan


rencana

swasembada

dan

swasembada

berkelanjutan.

(http://opini.wordpress.com)
Swasembada dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi segala kebutuhan. Pangan adalah
bahan-bahan makanan yang didalamnya terdapat hasil pertanian,perkebunan dan lain-lain. Jadi swasembada
pangan adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan makanan sendiri tanpa perlu
mendatangkan dari pihak luar.
Swasembada merupakan salah satu dari program nasional yang sangat gencar dilakukan oleh pemerintah,
Saat ini program pemerintah mengeluarkan progam perencanaan revitalisasi pertanian yang mencoba menempatkan
kembali sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dengan meningkatkan pendapatan pertanian untuk
GDP, pembangunan agribisnis yang mampu meyerap tenaga kerja dan swasembada beras, jagung dan palawija.

(http://forum.detik.com/keberhasilan-semu-sby-di-sektor-pertanian-perspektif-pertanian-indonesia-t104426.html)
3

Namun program yang direncanakan pemerintah saat ini memiliki banyak kendala yang sampai saat ini
masih belum bisa diatasi yaitu diantaranya keterbatasan lahan, masih tinggi alih fungsi atau konversi lahan
pertanian ke non pertanian, perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca tidak menentu dan keterbatasan anggaran
juga berdampak terhadap upaya swasembada produk strategis itu.
Swasembada pangan telah menjadi perdebatan selama tahun 1970 sampai tahun 1980an. Ketahanan
pangan nasional tidak mensyaratkan untuk melakukan swasembada produksi pangan karena tergantung pada
sumberdaya yang dimiliki. Suatu negara bisa menghasilkan dan mengekspor komoditas pertanian yang bernilai
ekonomi tinggi dan barang-barang industri, kemudian membeli komoditas pangan di pasar internasional.
Sebaliknya, negara yang melakukan swasembada produksi pangan pada level nasional, namun dijumpai
masyarakatnya yang rawan pangan karena ada hambatan akses dan distribusi pangan (Stevens et al. 2000)
Pemerintah dalam program prioritas pembangunan di bidang pertanian, telah menargetkan khususnya
pada tahun 2014 untuk mencapai swasembada pangan yang lebih baik dan berkelanjutan, dengan jumlah target
produksi padi sebesar 75,70 juta ton, produksi jagung sebesar 29 juta ton, kedelai sebesar 4,81 juta ton sedangkan
untuk daging sapi sebesar 0,55 juta ton. Hal tersebut merupakan suatu program khusus yang telah dirancang oleh
pemerintah kabupaten Lombok Barat. Sehingga setiap tahun produksi padi, kedelai, kacang-kacangan, maupun
daging di Kabupaten Lombok Barat tetap meningkat dilihat dari data statistik yang telah dikelolah. (Data Lombok
barat dalam angka, dokumentasi, 20 September 2013).

Setiap kebijakan tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah tak akan biaa berjalan. Apalagi, masing
masing daerah memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas pangan strategis. Selain itu peran
pemerintah daerah sangat vital dalam menyukseskan rencana swasembada dan swasembada berkelanjutan. Begitu
juga dengan Lombok Barat tiap tahun akan tetap meningkatan komuditas pangan di berbagai jenis pangan, baik
dari luas lahan, hasil produksi, konsumsi padi baik lahan kering, lahan basah ataupun curah hujan yang masih
sangat produktif sampai saat ini. (http://opini.wordpress.com).
Saat ini, konversi lahan pertanian mencapai 100.000 ha per tahun, sedang kemampuan pemerintah
menciptakan lahan baru maksimal 30.000 ha. Hingga setiap tahun justru terjadi pengurangan luas lahan pertanian.
Hal ini yang menyebabkan hingga saat ini kita masih mengimpor beberapa komoditi pangan dari Negara lain
seperti Thailand dan Vietnam. (http://forum.detik.com).
Dari hasil survei sosial ekonomi nasional 2007 menunjukkan bahwa konsumsi padipadian di NTB tercatat 135,5 kg per kapita per tahun, umbi umbian 10,6 kg perkapita per
tahun, pangan hewani 23,2 kg per kapita per tahun, kacang-kacangan 6,7 kg dan
sayur/buah 95,6 kg per kapita per tahun. Khusus untuk beras, masyarakat NTB
mengkonsumsi 556.777 ton per tahun atau rata-rata 121,7 kg per kapita per tahun, diatas
rata-rata nasional sekitar 110 kg per kapita per tahun.
Mewujudkan swasembada beras menjadi keharusan karena swasembada adalah yang menjadi pilar
kedaulatan pangan. Berdaulat pangan tidak hanya berarti bahwa setiap saat pangan tersedia dalam jumlah yang
cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Namun, lebih jauh dari itu
berdaulat pangan juga berarti memiliki kemandirian dalam memproduksi pangan untuk memenuhi kebutuhan
pangan dalam negeri serta meningkatnya taraf hidup dan kualitas hidup petani pangan sebagai penghasil.

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat
yang mayoritas penduduknya adalah petani, karena masih banyaknya luas lahan yang ada di Kabupaten Lombok
4

Barat yang masih dapat dimanfaatkan sebagai penopang ketersedian pangan bagi Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Untuk melihat seberapa besar tingkat output dari tanaman bahan pangan yang ada di kabupaten Lombok barat
maka dapat di lihat tabel sebagai berikut :

Tabel 1 : Luas panen, rata-rata produksi dan produksi tanaman bahan makanan Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2011
Komoditi

Luas panen

Rata-rata

Produksi

(Ha)
produksi(Kw/Ha)

(ton)
Padi
29.737
52.97
157.518
Jagung
3.279
37.25
12.215
Ubi kayu
556
152.10
8.457
Ubi jalar
124
141.76
1.736
Kacang tanah
1.422
14.44

2.054
Kedelai
3.643
13.52
4.927
Kacang hijau
339
11.39
386
Sumber : Dinas Pertanian Tan. Pangan, Perkebunan & Peternakan Kab. Lombok Barat (Dokumentasi, 20
September 2013)
Berdasarkan data tabel 1 dapat dilihat bahwa komoditi padi adalah komoditi unggulan yang ada di
kabupaten Lombok barat. Komoditi padi adalah komoditi yang memberikan jumlah produksi terbanyak jika
dibangdingkan komoditi produksi lainnya dengan jumlah produksi sebesar 157.518 ton. Ini menunjukan bahwa
komoditi padi memiliki peran sangat penting sebagai sebagian adalah output tanaman bahan makan. Penduduk
Lombok Barat adalah petani, maka para petani dapat memanfaatkan sawah mereka untuk menanam padi. Jadi tidak
heran dengan jumlah luas panen mencapai 29.737 Ha dan dengan rata-rata produksi sebesar 52.97 (Kw/Ha).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komoditi padi merupakan komoditi unggulan Data
produktivitas dan produksi yang dihasilkan dari tahun 2009-2012 Kabupaten Lombok Barat lebih lanjut tampak
pada tabel 2.


5

Tabel 2: Produktivitas Padi Dan Produksi, Konsumsi Serta Suplus Beras Kabupaten Lombok Barat Tahun
2007-2012
Tahun

Luas

Produkt

Jumlah

Produksi

Equivalen

Konsumsi

Surplus


panen

ivitas

produksi

Netto

Beras

dalam

Beras

(Ha)

(Kw/Ha

(Ton)

(ton)

(ton)

daerah

(ton)

)
47.42
49.03
50.2
51.5
52.97
49.07

196.460
195.186
148.236
149.316
157.518
157.445

188.909
187.738
142.607
143.677
150.975
151.438

122.791
122.030
92.695
93.390
98.542
98.435

(Ton)
78.748
80.767
81.907
80.338
81.093
81.973

44.043
41.262
10.788
13.052
17.449
16.462

1004.161

965.344

627.883

484.826

143.056
23.8426

17
7
167.3602
Sumber : BPS Nusa Tenggara Barat

160.8907

104.6472

80.80433

7

2007
2008
2009
2010
2011
2012

41.431
39.811
29.543
28.987
29.737
32.086
201.59

Jml
Rata2

5
33.599

300.19
50.0316

Keterangan: *) = Angka Sementara (Dokumentasi, 20 September 2013).
Berdasarkan tabel 2 di atas selama kurun waktu 6 tahun jumlah produksi padi terus meningkat, meskipun
di sisi lain, luas panen mengalami penurunan. Rata-rata luas panen pertahun adalah 33.59917 Ha, dengan produki
padi 50.03167 Ton setara dengan beras yakni 104.6472 Ton. Sementara rata-rata kebutuhan untuk konsumsi beras
di Kabupaten Lombok Barat 80.80433 Ton. Ini berarti selama lima tahun Kabupaten Lombok Barat menjadi
surplus beras yang sangat baik bagi masyarakat.
Swasembada pangan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan bahan
makanan sendiri tanpa perlu mendatangkan dari pihak luar. Dengan begitu banyak komoditi yang ada di kabupaten
Lombok barat maka komoditi padi adalah komoditi yang paling banyak memberikan hasil atau komoditi padi
dengan jumlah produksi paling banyak jika dibandingkan komoditi lainnya, hal tersebut dikarenakan mayoritas
penduduk di kabupaten Lombok barat adalah petani yang menanam sawah mereka dengan tanaman padi sehingga
terjadinya peningkatan produksi. Hasil dari komoditi ini tidak langsung dapat digunakan perlu diolah lagi agar
menjadi beras. Beras adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang yang ada di Indonesia tak terkecuali di Lombok
barat.
Jumlah produksi beras untuk kabupaten Lombok barat dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan
sedangkan jumlah kebutuhan akan beras yang ada di kabupaten Lombok barat stabil menjadikan kabupaten
Lombok barat sebagai kabupaten yang dapat melakukan swasembada pangan dalam hal ini beras.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkait dengan
kontribusi padi khususnya beras yang dijadikan sebagai sumber makanan pokok oleh masyarakat Indonesia
khususnya warga lombok barat dalam mengkonsumsi beras pertahun. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti
6

dengan judul “Peranan Sektor Pertanian Dalam Menunjang Swasembada Pangan Khususnya Beras di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2007-2015“
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat peneliti rumuskan suatu rumusan masalah :
1. Bagaimana peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten
Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015?
2. Bagaimana perkembangan estimasi sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya
beras di Kabupaten Lombok Barat 10 (Sepuluh) Tahun selanjutnya ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat peneliti rumuskan tujuan dalam penelitian ini
adalah
1. Untuk mengetahui peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di
Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015.
2. Untuk mengetahui perkembangan estimasi

sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan

khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat 10 (Sepuluh) Tahun selanjutnya
1.3.2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Secara akademik, diharapkan penelitian ini dapat memenuhi salah satu syarat untuk mencapai kebulatan
studi pada program studi Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi khususnya jurusan Ekonomi
2.

Pembangunan Universitas Mataram.
Secara teoritik, diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti secara pribadi, terutama mengenai

3.

kebijakan pemerintah Kabupaten Lombok Barat dalam menunjang swasembada pangan.
Secara ilmiah, diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi pihak yang
berkepentingan dalam penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian selanjutnya khususnya
pada bidang yang sama.

7

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif karena dalam penelitian ini dilakukan melalui
pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan terhadap suatu masalah tertentu serta untuk mendapatkan
gambaran tentang peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten
Lombok Barat tahun 2007-2015. Menurut Winarno (1990 : 139) penelitian deskriptif tertujuan pada pemecahan
masalah yang ada pada masa sekarang. Metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai
teknik deskriptif diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi.
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apaapa yang saat ini terjadi. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisa, dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi atau tidak. Dengan kata lain penelitian deskriptif
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh.Nazir, 2009: 54).
Penelitian dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket, observasi, atau dengan teknik test, studi
kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional. Pelaksanaan
metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisa dan interpretasi tentang arti data itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dapat
menggambarkan atau mendeskripsikan suatu gejala yang diteliti secara sistematis dan akurat baik hal tersebut
terkait dengan fakta, sifat ataupun fenomena atau kejadian yang terjadi di lokasi penelitian.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kabupaten Lombok Barat dengan times series yaitu data pada tahun anggaran
2007 sampai dengan tahun 2013, yang ditentukan secara perposive atau sengaja dengan dasar pertimbangan bahwa
di daerah ini sektor pertanian memegang peranan yang dapat menunjang keberlangsungan swasembada pangan
baik untuk daerah Lombok Barat secara khusus maupun provinsi Nusa Tenggara barat secara Umum.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Metode Dokumenter. Metode dokumenter yaitu pengumpulan data dengan cara menyalin atau mencatat
data-data yang terdapat pada dokumen milik instansi-instansi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Adapun dokumen-dokumen yang akan diteliti adalah data-data yang berhubungan dengan peranan sektor
pertanian dalam menunjang swasembada pangan khususnya di Kabupaten Lombok Barat.

8

2. Metode kepustakaan. Metode kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan telaah
kepustakaan dengan obyek yang akan dibahas dengan membaca literatur yang sesuai dengan kebutuhan
yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti. (Moh.Nazir, 2009: 57).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengumpulan data dengan menggunakan
metode dokumentasi dan kepustakaan karena data yang dikumpulkan berdasarkan dokumen yang tersedia berupa
laporan tahunan.
3.4 Jenis dan sumber data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa angka-angka dan dapat
diukur besarannya secara langsung, diantaranya data sekunder berupa data runtun waktu (time series data) yaitu
dalam bentuk data tahunan yang dianggap memberikan gambaran dan keterangan mengenai obyek yang diteliti.
Dari data tersebut peneliti mencoba melihat peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di
kabupaten Lombok Barat dengan berbagai cara yaitu mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti hingga disimpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai
sumber dan cara. Menurut Teguh (2001: 118) bahwa dalam penelitian jika dilihat dari segi bentuk data maka ada
dua jenis yaitu :
1. Data kualitatif merupakan serangkaian informasi yang digali dari hasil penelitian masih merupakan faktafakta verbal, atau berupa keterangan-keterangan saja yang menyangkut peranan sekotr pertanian dalam
menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat.
2. Data kuantitatif merupakan data statistik berbentuk angka-angka, baik secara langsung digali dari hasil
penelitian maupun hasil pengolahan data kualitatif menjadi data kuantitatif seperti data luas panen, tingkat
3.4.2

hasil, jumlah produksi, siswa produksi, jumlah konsumsi dan peningkatan pertahun.
Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari instansi-instansi atau lembaga yang terkait

dengan penelitian ini. Dalam hal ini lembaga yang dijadikan sebagai sumber data sekunder adalah Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian dan
tanaman pangan Lombok Barat. Data yang diambil antara lain adalah data PDRB, tanaman pangan

dan lain

sebagainya yang mendukung penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang tersedia pada
instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini untuk didokumentasikan, dicatat atau dianalisa sesuai dengan
kebutuhan peneliti.
Adapun teknik dokumentasi digunakan peneliti dalam mengumpulkan data terkait dengan data hasil panen,
hasil produksi, jumlah peningkatan dari tahun ke tahun, jumlah pasokan, dll
3.5.2

Studi Kepustakaan

9

Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan studi tentang data-data yang
bersumber atau diperoleh dari bahan-bahan bacaan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti
(Suharsimi, 2006 : 32).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kepustakaan adalah teknik dalam melakukan
analisis terkait dengan hasil penelitian yang berdasarkan sumber atau bahan-bahan bacaan sebagai bahan
perbandingan pendapat para ahli.
3.6 Identifikasi Variabel
Adapun variabel yang akan diteliti terkait dengan identifikasi variabel dalamm penelitian ini adalah :
a. Jumlah Produksi Beras (input)
b. Jumlah Konsumsi beras (output)
3.7 Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi pemahaman ganda terkait dengan variabel judul dalam penelitian ini, maka peneliti
akan menjelaskan definisii operasional variabel penelitian sebagai berikut :
3.7.1 Jumlah produksi beras adalah segala bentuk produksi atau hasil beras yang dihasilkan oleh sektor pertanian
untuk menghasilkan bahan pangan dan mengelola lingkungan hidupnya yang dapat disumbangkan hasilnya
bagi pendapatan daerah di kabupaten Lombok Barat.
Adapun yang menjadi ukuran jumlah produksi beras adalah terpenuhinya segala indenfikasi seperti
jumlah prokduktivitas, luas panen yang cukup, konsumsi dalam daerah terpenuhi dan surplus beras dapat
3.7.2

melampaui target yang telah ditentukan.
Jumlah Konsumsi Beras (output) adalah jumlah pemenuhan kebutuhan beras atau pangan yang sejauh
mungkin berasal dari pasokan domestic dengan meminimakan ketergantungan pada perdagangan pangan
khususnya beras.
Adapun yang menjadi ukuran jumlah konsumsi beras di Lombok Barat adalah tercapainya atau
terpenuhinya berbagai kebutuhan masyarakat, tersediannya lahan, maksimalnya lahan pertanian, adanya

iklmim yang menentu, adanya anggaran yang cukup dalam mengelolah.
3.8 Prosedur Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat memperoleh suatu kebenaran
atau ketidak benaran dari suatu hipotesa. Batasan lain diungkapkan bahwa analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan dasar sehingga dapat menentukan
tema dan dapat merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 2009: 103).
Adapun analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis trend linier agar dapat mengetahui
konversi lahan terhadap swasembada beras di Lombok Barat. Analisis trend merupakah salah satu teknik statistika
yang sering digunakan para peneliti pada berbagai bidang keilmuan dan para penilai pada berbagai lembaga atau
program. Teknik ini sering digunakan terutama untuk mengidentifikasi sejumlah peubah (variabel) masukan (input)
untuk meramalkan (memprediksikan) suatu perilaku respon atau keluaran (output) tertentu. (Furqon, 2009) dengan
formulasi sebagai berikut:
1. Menghitung Produksi padi
Untuk mengetahui besar produksi padi yang dapat disumbangkan dari hasil produksi terhadap peranan
sektor pertanian Lombok Barat, maka dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil produksi pertahun

10

terhadap produksi tahun lalu. Abdul Halim yang dikutip Nuhraha dan Arvian dalam (Syafri Daud), maka
rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi adalah sebagai berikut.

Pertumbuhan peningkatan pertahun =

X−Y
Y

x 100%

Dimana :
X
= Jumlah produksi pertahun
Y
= Jumlah produksi tahun lalu
Untuk mengklasifikasi kriteria peningkatan produksi dalam menunjang swasembada pangan, maka
digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3 : Klasifikasi kriteria
Presentase
Kriteria
0,0% - 2,0 %
Sangat Kurang
2,1 % - 4,0 %
Kurang
4,1% - 6,0 %
Sedang
6,1 % - 8,0 %
Cukup Baik
8,0% - 10,0 %
Sangat Baik
Sumber : Dasril Munir (dalam Novalita)
2. Mengistimasi peningkatan produksi beras di Kabupaten Lombok Barat 10 tahun selanjutnya
3. Setelah mengetahui peningkatan produksi, selanjutnya akan dilakukan estimasi produksi beras tahun 20072015, tujunnya untuk dapat mengetahui atau memprediksi seberapa besar peningkatan produksi pada tahun
yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut maka dapat menggunakan metode Trend Linier (Mulyono,
2006 : 79) sebagai berikut:
Yx = a + bX
Keterangan :
Y
= Estimasi peningkatan prokdusi
a
= Konstanta
b
= Pertambahan trend tahunan secara rata-rata (tingkat perubahan variabel per periode waktu)
X
= Priode waktu
Untuk mendapatkan nilai a dan b pada persamaan regresi (Trend) linier dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

∑Y
a=

n

dan b =

∑ XY
∑ x2

Berdasarkan teknik analisis data di atas, maka kesimpulanya “
a. Jika b bernilai positif maka hipotesis dapat diterima yakni : Diduga sektor pertanian berperan dalam
menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 - 2015.
b. Jika b bernilai negatif maka hipotesis tidak dapat diterima yakni : Diduga sektor pertanian tidak berperan
dalam menunjang swasembada pangan khususnya beras di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007 2015.

11

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Perkembangan Atau Pertumbuhan Produksi Padi Di Kabupaten Lombok Barat
Data hasil Produksi padi selama tujuh (7) tahun yakni dari tahun 2007-2013, yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah data yang terkait dengan data hasil produksi padi sebelum dan sesudah dijadikan beras yang dapat
dikonsumsi oleh masyarakat yang dimulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013. Berdasarkan data hasil
produksi terhadap swasembada pangan dapat diketahui seberapa besar potensi swasembada yang dimiliki oleh
Kabupaten Lombok Barat.

4.2. Perkembangan Produksi Padi Di Kabupaten Lombok Barat
Perkembangan potensi padi dengan target produksi padi (beras) di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007
sampai dengan tahun 2013 dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 4 : perkembangan antara Produksi Padi Tahunan Dengan Produksi Tahun Lalu di Kabupaten
Lombok Barat Tahun 2007-2013
Tahun
Luas lahan
Produsi
(Ha)
2007
41.431
2008
39.811
2009
40.628
Padi
2010
28.987
2011
30.393
2012
32.086
2013
29.537
Jumlah
N=7
242.873
Sumber : Data diolah dari lampiran 3
Komoditas

Produksi
(Ton)
196.460
195.186
148.236
149.316
148.698
157.445
158.130
1.153.471

Produktivitas
(Kw/Ha)
47,42
49,03
36,49
51,51
48,93
49,07
53,54
47,49

Pertumbuhan
Pertahun (%)
10,93
-0.65
-24,05
0.72
-0,41
5.88
0.43
-1,01

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dideskripsikan bahwa selama kurun waktu 7 tahun terakhir produksi padi
yang ada di kabupaten lombok barat mengalami fluktuatif dimana pada tahun 2007 adalah tahun dengan jumlah
pertumbuhan tertinggi dimana pada tahun tersebut pertumbuhan produksi padi mencapai 10,93%. Sedangkan untuk
pertumbumbuhan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar -24,05%.
Untuk produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah produksi sebesar 196.460 ton, dan
dengan luas area lahan tanaman padi mencapai 41.431 Ha, selain luas lahan yang menyebabkan terjadinya
peningkatan produksi padi yang ada di kabupaten lombok barat, stabilnya harga dan kondisi iklim yang bersahabat
juga merupakan factor penyebab terjadinya peningkatan hasil produksi padi yang ada dikabupaten lombok barat
(menurut pak Taupik- sub bagian dinas pertanian kabupaten lombok barat). Produksi terendah terjadi pada tahun
2009 dimana pada tahun ini produksi sebesar 148.236 ton dengan jumlah area lahan mencapai 40.628 Ha, menurut
pak Taupik terjadinya produksi terendah ini dikarenakan bukan karena luas lahan melainkan karena ketidak stabilan
harga jual padi, keadaan cuaca yaitu meliputi terjadinya (kekeringan, kebanjiran), perawatan tanam yaitu meliputi
12

(pemberian pupuk, adanya hama, adanya penyakit ) dan beralihnya petani dari menanam padi menjadi menanam
palawija yang lebih menguntungkan dan memberikan hasil yang lebih.
4.3. Analisis Perkiraan Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Lombok Barat beberapa Tahun yang
akan datang
Berdasarkan analisa trend linier perkembangan tingkat produksi padi (beras) dalam menunjang
swasembada beras di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2007-2013 (lampiran 6) diperoleh keterangan bahwa laju
pertumbuhan produksi padi (beras) di Kabupaten Lombok Barat meningkat. Hasil perkiraan dengan menggunakan
metode trend linier menunjukkan bahwa tingkat produksi padi (beras) dari tahun ketahun yaitu selama beberapa
tahun selanjutnya di perkirakan terus meningkat. Untuk lebih jelasnya data perkiraan tingkat produksi padi (beras)
di Kabupaten Lombok Barat Tahun beberapa tahun yang akan datang dapat kita lihat pada tabel berikut :
Tabel 5 : Analisis Perkiraan Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten Lombok Barat Beberapa Tahun
yang akan datang
Tahun
Produksi

Nilai Perkiraan (Ton)

2014

191.927

2015

198.713

2016

205.499

2017

212.286

2018
Sumber : data diolah dari lampiran 6

219.072

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diamati bahwa berdasarkan analisis trend linier yang memperkirakan
tingkat perkembangan jumlah produksi dalam menunjang konsumsi beras di Kabupaten Lombok Barat selama 5
tahun perkiraan selanjutnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun produksi 2018 secara relative mengalami
peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan perkiraan tingkat perkembangan produksi dengan
menggunakan persamaan trend linier Yt = 164.781+ (-6787, 39) X dengan diperoleh nilai paramater a sebesar
164.781dan nilai paramater b sebesar -6787, 39. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa tingkat produksi
dari tahun 2014 sampai dengan 2018 mengalami peningkatan, yang tercermin pada nilai a sebesar 164.781yang
mengandung arti bahwa rata-rata tingkat produksi pada tahun anggaran sebesar nilai a. Sedangkan pertambahan
atau perubahan tingkat perkembangan produksi dalam persetengah tahun anggaran adalah sebesar nilai b yaitu
6787,39. Sehingga dengan menggunakan metode trend linier tersebut tingkat perkembangan hasil produksi pada
tahun produksi 2014 dapat diperkirakan sebesar 191.927 dengan peningkatan persetengah tahun produksi
sedangkan untuk tahun anggaran 2018 meningkat sebesar 219.072
4.5 Analisis Konsumsi Beras Di Kabupaten Lombok Barat Dari Tahun 2007-2013 Dalam Ton
13

Berdasarkan hasil penelitian jumlah konsumsi per tahun padi di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :

14

Table 6 : Jumlah Konsumsi Beras Per Tahun Dari Tahun 2007- 2013 Kabupaten Lombok Barat
Dalam Ton
Produksi
Komoditas

Padi

Jumlah
Sumber: lampiran 7

Konsumsi

Tahun

padi

Produksi

Jumlah

Produksi

(Ton)

Bersih

Konsumsi

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

196,460
195,186
148,236
149,316
148,698
157,445
158,130
1,153,47

(beras)/ton
122,791
122,030
99,760
93,390
92,964
98,435
-

beras (ton)
78,748
80,767
80,772
80,338
81,093
81,973
-

N=7

1

629,370

483,691

Penyedian

perkapita/tahun

(Ton)

(Kg/tahun)

44,043
41,263
18,988
13,052
11,871
16,462
-

118,1
118,1
118,1
118,1
118,1
118,1
118,1

145,679

Dari table 6. Dapat dideskripsikan bahwa selama 7 tahun terakhir yaitu pada tahun 2007-2013 konsumsi
beras yang ada dikabupaten lombok barat, untuk konsumsi perkapita/tahun masyrakat kabupaten lombok barat
mengkonsumsi beras sebanyak 118,1kg/kapita/tahun. Sedangkan jika dilihat dari tren konsumsi beras dapat
dikatakan dari tahun ke tahun terus meningkat namun pada tahun 2010 terjadi penurunan tingkat konsumsi akan
tetapi penurunan yang terjadi tidak terlalu besar, penurunan yang terjadi pada tahun tersebut sebesar 434 ton.
Jika dilihat dari jumlah produksi beras yang ada dikabupaten lombok barat selama 7 tahun terakhir maka
dapat dikatakan produksi beras yang ada di kabupaten lombok barat dari tahun ketahun terus mengalami
penurunan, akan tetapi tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu sekitar 5.471 ton sehingga pada
tahun 2012 terjadi produksi sebesar 98.435 ton.

15

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai beikut:
1. Peranan sektor pertanian dalam menunjang swasembada pangan di Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2007
sampai tahun 2018 mengalami peningkatan dengan jumlah produksi pertahun berbeda-beda dengan luas lahan
yang berbedapula. Seperti pada tahun 2007 mencapai 196.460 dengan luas lahan 41,431 dengan produksi
(ku/ha) 4.74186 begitu pula dengan tahun-tahun berikutnya juga mengalami peningkatan. Sedangkan jumlah
produksi dari tahun 2007 sampai tahun 2013 mencapai 1. 153.471 dengan luas lahan 242,873 Ha.
2. Berdasarkan analisis trend linier yang memperkirakan tingkat perkembangan jumlah produksi

dalam

menunjang konsumsi beras di Kabupaten Lombok Barat selama 3 tahun perkiraan selanjutnya yaitu dari tahun
2014 sampai dengan tahun produksi 2018 secara relative mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil
perhitungan perkiraan tingkat perkembangan produksi dengan menggunakan persamaan trend linier. Dari hasil
perhitungan tersebut terlihat bahwa tingkat produksi dari tahun 2014 sampai Produksi pada tahun 2008 bahwa
produksi padi pada tahun 2014 dapat diperkirakan sebesar 191.926 ton dengan peningkatan persetengah tahun
produksi. Untuk tahun 2018 jumlah produksi meningkat sebesar 219.072 ton.
3. Jumlah konsumsi beras dari tahun 2007-2012 berjumlah 483.691 Kw. Rata-rata 806. 152 kw/tahun. Sedangkan
tahun 2013 belum memiliki jumlah konsumsi yang pasti karena data belom direkapitulasi oleh dinas Tanaman
pangan, tetapi hasil produksi mencapai 158.130 kw . sedangkan penyedian padi selama 6 tahun yakni tahun
2007 -2013 mencapai 145. 679 Ton.
5.2 Saran
Dari hasil kesimpulan penelitian ini maka dapat disrankan sebagai berikut:
1.

Diharapkan kepada pemerintah Daerah Lombok Barat agar dapat lebih giat dalam menggali sumber-sumber
pendapat daerah khususnya melalui produksi hasil pertanian lainnya.

2.

Perlu dilakukan perhitungan hasil pertanian yang lebih maksimal agar data-data yang kami peroleh tidak
rancu dan banyak kesalahan, dapat menentukan target produksi khususnya bidang pertanian.

3.

Mengingat penggunaan faktor-faktor produksi tidak optimum maka agar penggunaan faktor-faktor produksi
tersebut optimum perlu adanya pengurangan dan penambahan faktor-faktor produksi tersebut. Agar
penggunaan faktor produksi tersebut optimum atau efisien dapat dilakukan dengan:
a. Meningkatkan daya beli para pengelola usahatani (petani) ter-hadap faktor-faktor produksi melalui
pemupukan modal dan meningkatkan pemanfaatan fasilitas modal kredit.
b. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan petani sebagai pengelola usahatani melalui
kegiatan penyuluhan.

4.

Untuk meningkatkan luas tanaman padi sawah dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas tanam padi
sawah terutama pada sawah tadah hujan dengan cara membangun jaringan irigasi baru atau dengan
membentuk kelompok-kelompok tani sehamparan untuk menanam padi sawah secara serentak.

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik
-----------, 2009. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik
-----------, 2010. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik
-----------,2011. PDRB Kabupaten Lombok Barat, Biro Pusat Statistik
Arikunto, Suharsimi, 2010. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
-----------, 2012. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
Boediono, 1993. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama, BPFE. Yogyakarta
-------------, 1994. Teori Pertumbuhan Ekonomi Serti Sinopsis Pengantar Ekonomi. No. 4 Yogyakarta :BPFE
Eupharasia S.H. 2004. Pengaruh tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Badan, Jurnal Ekonomi Bissnis No. 1
Furqon, (2009). Statistika terapan untuk penelitian. Alfabeta. Bandung
Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Jum’ah, 2011. Analisis Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Nusa Tenggara Barat, Universitas
Mataram : Fakultas Ekonomi, tidak dipublikasikan.
Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta
Lexy J, Moleong, 2009. Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mulyono. 2006. Kamus Kimia.Cetakan Pertama. Jakarta: Gramedia
Nazir, M. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Ghalia
Romping dan dani artanto 2002 dalam abidin zaenal “analisis peranan sector pertanian di Provinsi Nusa
Tenggara Barat tahun 2001-2007” perpustakaan unram tidak di publikasikan
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1994.
Semaoen. 1992. Ekonomi Produksi Pertanian Teori dan Aplikasi. Penerbit Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.
Jakarta. 13-17pp
Syafri daud 2006 “efektifitas pemungutan pajak reklame dan kontribusinya terhadap penerimaan pajak daerah”
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDwQFjAD&url=http%3A
%2F%2Fstiepena.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F11%2Fpena-fokus-vol-5-no-1-124.pdf&ei=6uDwUsTIM8LVrQfDw4HoCg&usg=AFQjCNGvHwcZqMv00RyHRmQG5tcRfsCBQw&bvm=
bv.60444564,d.cGU (diakses 22 november 2013)
Teguh Pudjo Mulyono. 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Yogyakarta: BPFE.
Winarno Surakhmad, 1985. “ Pengantar Penelitian Ilmiah ” : Dasar dan Teknik. Bandung: Tarsito.
http://opini. Wordpress.com. tanggal 20 september 2013
http://forum.detik.com/keberhasilan semua disektor pertanian indonesia, di akses tanggal 20 September 2013
http://komunitasdekomrasi.or.id. Diakses tanggal 20 September 2013

17

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24