Hand out Sistem Sosial Indonesia

SISTEM SOSIAL INDONESIA

DIPERLUKAN UNTUK
MEMAHAMI KONDISI SOSIAL
INDONESIA

Mengapa
demikian.....??
 Karena

sistem sosial dan budaya
masyarakat Indonesia sangat
HETEROGEN secara VERTIKAL
maupun HORIZONTAL
 Indonesia merupakan negara yang
memiliki susunan masyarakat dengan
ciri PLURALITAS yang tinggi

PLURALITAS MENURUT QUR’AN







Diakui oleh Al Quran - yaitu Surat Al Baqarah ayat 148
- bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam
komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendirisendiri.
Manusia harus menerima kenyataan keragaman
budaya dan memberikan toleransi kepada masingmasing komunitas dalam menjalankan ibadahnya.
Dengan keragaman dan perbedaan itu ditekankan
perlunya masing-masing berlomba menuju kebaikan.
Mereka semua akan dikumpulkan oleh Allah SWT
pada hari akhir untuk memperoleh keputusan final.

AKIBAT HETEROGENITAS MASYARAKAT
INDONESIA
Masyarakat menjadi RAWAN KONFLIK

TERKAIT DENGAN INDONESIA SEBAGAI SUATU
STATE YANG TERINTEGRASI


Memunculkan 2 pertanyaan inti:
1. faktor-faktor latent apakah yang
sesungguhnya telah menyebabkan
terjadinya konflik?.
2. Faktor-faktor apakah yang
mengintegrasikan masyarakat
Indonesia yang memiliki kondisi
potensial konflik?.

Untuk menjawab 2
pertanyaan tersebut
maka..................
HARUS MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
SISTEM SOSIAL INDONESIA

Apakah SISTEM…..?????
Konsep yang menjelaskan:
 Suatu kompleksitas dari saling ketergantungan
antar bagian-bagian,komponen-komponen,

dan proses-proses yang melingkupi aturanaturan tata hubungan yang dapat dikenali.
 Suatu tipe serupa dari saling ketergantungan
antar kompleksitas tersebut dengan
lingkungan sekitarnya.

Gambar SISTEM
SISTEM
HUBUNGAN SALING
TERGANTUNG

SUB SISTEM

PLURALITAS MASYARAKAT
INDONESIA DISEBABKAN OLEH:







KEADAAN GEOGRAFIS
LETAK INDONESIA ANTARA SAMODERA
INDONESIA DAN SAMODERA PASIFIK (pusat
lalu lintas perdagangan dan persebaran agama)
IKLIM YANG BERBEDA (berakibat plural secara
regional)
CURAH HUJAN DAN KESUBURAN TANAH YANG
BERBEDA (PLURALITAS LINGKUNGAN
EKOLOGIS)
a)
b)

WETRICE CULTIVATION (pertanian sawah di Jawa dan
Bali)
SHIFTING CULTIVATION (pertanian ladang di luar Jawa)

Gambar SISTEM
SISTEM
HUBUNGAN SALING
TERGANTUNG


SUB SISTEM

WILAYAH INDONESIA

UNTUK MEMAHAMI SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA
INDONESIA DIPERLUKAN PENGUASAAN TEORI

Karena fungsi teori adalah memberi MAKNA
terhadap REALITAS SOSIAL

DUA PENDEKATAN TEORITIS YANG
HARUS DIKUASAI:
STRUKTURAL
FUNGSIONAL

KONFLIK
DIALEKTIKA

STRUKTURAL FUNGSIONAL

Asumsi Dasar:
MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS
DASAR KATA SEPAKAT PARA
ANGGOTANYA TERHADAP NILAI
DASAR KEMASYARAKATAN YANG
MENJADI PANUTANNYA

KESEPAKATAN MASYARAKAT tersebut
Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang
memiliki kemampuan mengatasi
PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT dan
KEPENTINGAN dari para anggotanya
MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM
YANG SECARA FUNGSIONAL
TERINTEGRASI KEDALAM SUATU BENTUK
EQUILIBRIUM

Istilah lain pendekatan
STRUKTURAL FUNGSIONAL
 INTEGRATION


APPROACH
 ORDER APPROACH
 EQUILIBRIUM APPROACH
 STRUCTURAL FUNGTIONAL
APPROACH

TOKOH
 PLATO
 AUGUSTE

COMTE
 HERBERT SPENCER
 EMILE DURKHEIM
 BRANISLAW
MALINOWSKI
 REDCLIFFE BROWN
 TALCOT PARSON

ANGGAPAN DASAR THEORI

STRUKTURAL FUNGSIONAL
 Masyarakat

adalah suatu SISTEM dari BAGIANBAGIAN yang saling BERHUBUNGAN
 Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA dan
TIMBAL BALIK (SALING MEMPENGARUHI)
 Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL
cenderung bergerak kearah EQUILIBRIUM dan
bersifat DINAMIS
 DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/
PENYIMPANGAN pada akhirnya akan teratasi
dengan sendirinya melalui PENYESUAIAN dan
proses INSTITUSIONALISASI

ANGGAPAN DASAR THEORI
STRUKTURAL FUNGSIONAL
(lanjutan)







PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL
bersifat GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan
bersifat REVOLUSIONER
PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan:
1. PENYESUAIAN SIATEM SOSIAL terhadap
PERUBAHAN DARI LUAR (extra systemic change)
2. PERTUMBUHAN melalui PROSES DIFFERENSIASI
STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
3. PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT
Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah
KONSENSUS

Penilaian/kritik terhadap theori
STRUKTURAL FUNGSIONAL
Terlalu menekankan anggapan dasarnya
pada PERANAN UNSUR-UNSUR
NORMATIF dari TINGKAH LAKU SOSIAL

(pengaturan secara NORMATIF terhadap
HASRAT seseorang untuk menjamin
STABILITAS SOSIAL)
(David Lockwood)

Menurut David Lockwood
Terdapat SUB STRATUM yang berupa
DISPOSISI-DISPOSISI yang mengakibatkan
timbulnya PERBEDAAN LIFE CHANCES
(kesempatan hidup) dan KEPENTINGANKEPENTINGAN YANG TIDAK NORMATIF
DALAM SETIAP SITUASI SOSIAL terdapat 2 hal
yaitu:
TATA TERTIB yang bersifat NORMATIF
SUB STRATUM yang melahirkan KONFLIK

GAMBARAN SITUASI SOSIAL MENURUT DAVID LOCKWOD

SUB STRATUM

TATA TERTIB


KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL
1.

2.

3.

4.

Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK
dan KONTRADIKSI yang bersifat internal dan
menjadi PENYEBAB PERUBAHAN
REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap
PERUBAHAN yang datang dari luar (extra systemic
change) tidak selalu bersifat Adjustive/tampak
Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang
dapat mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat
VISIOUS CIRCLE
Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi
secara GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga
dapat terjadi secara REVOLUSIONER

TEORI KONFLIK DIALEKTIKA
MEMANDANG BAHWA PERUBAHAN
SOSIAL TIDAK TERJADI MELALUI
PROSES PENYESUAIAN NILAI-NILAI
YANG MEMBAWA PERUBAHAN,
TETAPI TERJADI AKIBAT ADANYA
KONFLIK YANG MENGHASILKAN
KOMPROMI-KOMPROMI YANG
BERBEDA DENGAN KONDISI SEMULA
Tokoh: DAHRENDORF

ASUMSI DASAR TEORI KONFLIK
DIALEKTIKA
1.
2.
3.

4.

PERUBAHAN SOSIAL merupakan gejala yang
melekat di setiap masyarakat
KONFLIK dalah gejala yang melekat pada setiap
masyarakat
SETIAP UNSUR didalam suatu masyarakat
memberikan sumbangan bagi terjadinya
DISINTEGRASI dan PERUBAHAN-PERUBAHAN
SOSIAL
Setiap masyarakat terintegrasi diatas
PENGUASAAN atau DOMINASI oleh sejumlah
orang atas sejumlah orang-orang yang lain

UNSUR-UNSUR yang
BERTENTANGAN dalam
MASYARAKAT atau
KONTRADIKSI INTERN akibat
PEMBAGIAN
KEWENANGAN/OTORITAS
yang TIDAK MERATA dapat
menyebabkan terjadinya
PERUBAHAN SOSIAL

Contoh: REFORMASI DI INDONESIA

KONFLIK bersifat MELEKAT kepada
MASYARAKAT, namun dalam
kenyataannya SISTEM dalam masyarakat
tetap bisa berjalan

Karena kepentingan-kepentingan
anggota masyarakat sudah terwakili
melalui mekanisme yang “terlembaga”
sehingga menghasilkan kompromikompromi baru yang diterima

Menurut DAHRENDORF
Karena adanya ASSOSIASI
TERKOORDINASI secara IMPERATIV
(IMPETARATIVELY COORDINATED
ASSOCIATIONS/ICA) yang mewakili
ORGANISASI-ORGANISASI yang
berperan penting di dalam
MASYARAKAT

ICA
 Terbentuk

atas HUBUNGAN-HUBUNGAN
KEKUASAAN antara beberapa KELOMPOK
PEMERAN KEKUASAAN YANG ADA DALAM
masyarakat
 KEKUASAAN menunjukkan adanya faktor
“PAKSAAN” oleh suatu kelompok atas
kelompok yang lain. Dalam ICA hubungan
kekuasaan menjadi “TERSAHKAN” atau
TERLEGITIMASI

 Dalam

ICA terdapat RULING dan RULED
(pemeran yang berkuasa dan pemeran yang
dikuasai)  yang berkuasa berusaha
mempertahankan STATUS QUO, yang
dikuasai berusaha mendapatkan STATUS
QUO
 Terdapat DIKOTOMI antara DOMINATOR dan
SUB DOMINATOR (DOMINATED GROUP
dengan SUBJUGATED GROUP)

Dalam pandangan teori KONFLIK
DIALEKTIKA:
KEKUASAAN (POWER) dan OTORITAS
(AUTHORITY) merupakan sumber yang
langka dan selalu DIPEREBUTKAN
dalam sebuah IMPERATIVELY
COORDINATED ASSOCIATIONS

DOMINATED

MENGUASAI

DIKUASAI
LEGITIMASI

SUBJUGATED

SUBJUGATED

SUBJUGATED

SUBJUGATED

SUBJUGATED

TEORI KONFLIK DIALEKTIKA LEBIH SESUAI
DENGAN REALITAS SOSIAL

DAHRENDORF dengan teori KONFLIK
DIALEKTIKA berusaha
menyempurnakan pendapat KARL
MARX mengenai REALITAS SOSIAL

REALITAS SOSIAL
1.

2.

3.

4.

SISTEM SOSIAL selalu berada dalam
KONFLIK yang terus menerus (CONTINUAL
STATE OF CONFLICT)
Konflik tercipta karena KEPENTINGAN yang
saling BERTENTANGAN dalam struktur
sosial
Kepentingan yang saling bertentangan
merupakan refleksi dari perbedaan dalam
DISTRIBUSI KEKUASAAN antar kelompok
yang MENDOMINASI dan TERDOMINASI
Kepentingan cenderung mempolarisasi
kedalam dua kelompok kepentingan

REALITAS SOSIAL (lanjutan)
5.

6.

7.

Konflik bersifat DIALEKTIKA (suatu konflik
menciptakan suatu kepentingan yang baru,
yang dibawah kondisi tertentu akan
menurunkan konflik yang berikutnya)
Perubahan sosial adalah ciri/karakter yang
selalu berada dimanapun (UBIQUITOUS
FEATURE) dalam setiap sistem sosial dan
akibat dari konflik.
Konflik dapat diatasi oleh kekuasaan yang
dihimpun di dalam ICA.  ICA yang
dominan dapat meredam konflik

Dalam tinjauan KONFLIK DIALEKTIKA, suatu
KEPENTINGAN bisa dinegoisasikan antar
kelompok dalam ICA jika sudah menjadi
KELOMPOK KEPENTINGAN yang bersifat
RIIL
Sehingga,
Bersatunya INDIVIDU yang memiliki
KEPENTINGAN yang SAMA dalam sebuah
kelompok yang TERORGANISIR menjadi hal
yang penting.

Kepentingan yang SAMA dari beberapa
INDIVIDU, jika tidak DIORGANISASI
secara FORMAL kedalam suatu
KELOMPOK, merupakan KEPENTINGAN
SEMU karena tidak ada yang bisa
mewakili/mengatasnamakan pemilik
kepentingan

PRASYARAT KELOMPOK SEMU TERORGANISIR
MENJADI KELOMPOK KEPENTINGAN
1.

2.

3.

KONDISI TEKNIS dari suatu organisasi/
TECHNICAL CONDITIONS OF ORGANIZATIONS
(sejumlah orang yang mampu
mengorganisasikan dan merumuskan LATENT
INTEREST menjadi MANIFEST INTEREST)
KONDISI POLITIS dari suatu organisasi/
POLITICAL CONDITIONS OF ORGANIZATION
(adanya KEBEBASAN POLITIK untuk
berorganisasi yang diberikan oleh masyarakat)
KONDISI SOSIAL bagi suatu organisasi/SOCIAL
CONDITIONS OF ORGANIZATIONS (adanya
SISTEM KOMUNIKASI yang memungkinkan para
anggota dari suatu kelompok semu
berkomunikasi satu sama lain dengan mudah)

Skematis proses kelompok semu menjadi kelompok
kepentingan

KONDISI TEKNIS
KONDISI POLITIS

KONDISI SOSIAL

KELOMPOK
KEPENTINGAN

Menurut penganut teori KONFLIK:
KONFLIK TIDAK BISA DILENYAPKAN,
TETAPI HANYA BISA DI KENDALIKAN

AGAR KONFLIK LATENT TIDAK
MENJADI MANIFEST DALAM BENTUK
VIOLENCE/KEKERASAN

BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK

KONSILIASI
(CONCILIATION)

MEDIASI
(MEDIATION)
PERWASITAN
(ARBITRATION)

KONSILIASI (CONCILIATION)

TERWUJUD MELALUI LEMBAGA-LEMBAGA
TERTENTU YANG MEMUNGKINKAN
TUMBUHNYA POLA DISKUSI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DIANTARA
FIHAK-FIHAK YANG BERKONFLIK

n
a
g
n
e
d
i
n
a
a
k
m
u
a
k
d
Dila -cara
a
r
a
c

LEMBAGA-LEMBAGA berfungsi EFFEKTIF jika:
 Bersifat

OTONOM dengan WEWENANG
untuk MENGAMBIL KEPUTUSAN tanpa
CAMPUR TANGAN fihak lain
 Kedudukan lembaga tersebut dalam
masyarakt bersifat MONOPOLISTIS (hanya
lembaga tersebut yang berfungsi demikian)
 Peran lembaga harus mampu MENGIKAT
KELOMPOK KEPENTINGAN yang
BERLAWANAN. Termasuk KEPUTUSANKEPUTUSAN yang di HASILKAN
 Harus bersifat DEMOKRATIS

PRASYARAT KELOMPOK
KEPENTINGAN UNTUK KONSILIASI
 Masing-masing

kelompok SADAR
sedang BERKONFLIK
 Kelompok-kelompok yang berkonflik
TERORGANISIR secara JELAS
 Setiap kelompok yang berkonflik
harus PATUH pada RULE OF THE
GAMES

MEDIASI (MEDIATION)
Fihak yang berkonflik sepakat menunjuk
fihak KETIGA untuk memberi “nasehatnasehat” penyelesaian konflik

MENGURANGI IRASIONALITAS KELOMPOK
YANG BERKONFLIK

PERWASITAN (ARBITRATION)

Dilakukan/terjadi jika fihak yang
bersengketa bersepakat untuk menerima
atau “terpaksa” menerima hairnya fihak
ketiga yang akan memberikan “keputusankeputusan” tertentu untuk mengurangi
konflik

Jika pengendalian konflik efektif maka:
KONFLIK AKAN MENJADI KEKUATAN
PENDORONG TERJADINYA
PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL
YANG TERUS BERLANJUT

STRUKTUR MAJEMUK
MASYARAKAT INDONESIA
MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB
STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT
BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

MASING-MASING SUB STRUKTUR
BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASINGMASING

Struktur Sosial:
 Suatu susunan/konfigurasi dari beberapa

orang dengan kategori yang berbeda,
tetapi terikat pada suatu tata hubungan
kerja yang sama
Struktur sosial
Hubungan kerja
Beberapa orang
dgn kategori
yang berbeda

Jadi:
 Dalam struktur sosial terdapat sistem

sosial
 Dalam sistem sosial terdapat seperangkat
kegiatan bersama yang memperlihatkan
hubungan timbal balik yang disebut
struktur

SISTEM SOSIAL DAN STRUKTUR
SOSIAL TIDAK BISA DI PISAHKAN

 STRUKTUR SOSIAL memperlihatkan suatu

HUBUNGAN yang KONSTAN sebagai suatu
kerangka
 SISTEM, memberikan SIFAT dan DINAMIKA pada
STRUKTUR secara KESELURUHAN

STRUKTUR SOSIAL
SISTEM

INDONESIA adalah MASYARAKAT
MAJEMUK yang ditandai oleh 2 ciri
unik:



MAJEMUK secara HORIZONTAL
MAJEMUK secara VERTIKAL

KONSEKWENSINYA adalah:




Dalam mengamati SISTEM SOSIAL
DAN BUDAYA serta REALITAS
MASYARAKAT INDONESIA diperlukan
minimal penguasaan 2 teori, yaitu;
KONFLIK DIALEKTIKA dan
STRUKTURAL FUNGSIONAL.
KONFLIK dan KONSENSUS adalah
gejala yang melekat bersama-sama
di masyarakat (David Lockwood)

MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA
adalah:


SUATU MASYARAKAT MAJEMUK
(PLURAL SOCIETIES) yang
masyarakatnya terdiri atas dua atau
lebih elemen yang hidup sendirisendiri tanpa ada pembauran satu
sama lain dalan SATU KESATUAN
POLITIK (Furnival)

CIRI MASY. MAJEMUK INDONESIA




Dalam KEHIDUPAN POLITIK,
tidak ada KEHENDAK BERSAMA
Dalam KEHIDUPAN EKONOMI,
tidak ada PERMINTAAN SOSIAL
yang DIHAYATI BERSAMA oleh
seluruh elemen MASYARAKAT
(common social demand)

Tidak adanya PERMINTAAN SOSIAL yang
dihayati bersama, menyebabkan
KARAKTER EKONOMI YANG BERBEDA.
EKONOMI MAJEMUK  MASY. MAJEMUK
EKONOPMI TUNGGAL  MASY. HOMOGEN

Akibatnya:


Anggota masyarakat kurang
memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai
KESELURUHAN, kurang memiliki
HOMOGENITAS KEBUDAYAAN
dan kurang memiliki DASARDASAR untuk saling memahami
satu sama lain.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MAJEMUK (Pierre L. Van Den Berghe)








Terjadi SEGMENTASI kedalam bentuk
KELOMPOK-KELOMPOK yang memiliki
kebudayaan yang berbeda
Memiliki STRUKTUR SOSIAL yang terbagi-bagi
ke dalam LEMBAGA-LEMBAGA yang NON
KOMPLEMENTER
Kurang mengembangkan KONSENSUS antar para
anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
Relatif sering terjadi KONFLIK

KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MAJEMUK (lanjutan)




Secara relatif, INTEGRASI SOSIAL tumbuh diatas
PAKSAAN dan saling SALING
KETERGANTUNGAN DALAM BIDANG
EKONOMI
Adanya DOMINASI POLITIK oleh SUATU
KELOMPOK atas KELOMPOK YANG LAIN

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK INI
TIDAK BISA DIGOLONGKAN KE DALAM DUA
GOLONGAN MASYARAKAT (MODERN DAN
TRADISIONAL) MENURUT EMILE DURKHEIM

Terkait dengan ciri masyarakat majemuk;
Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan
yang bersifat segmenter.
Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki differensiasi atau
spesialisasi yang tinggi

MASYARAKAT YANG MEMILIKI UNIT KEKERABATAN
YANG BERSIFAT SEGMENTER

Adalah:
Suatu masyarakat yang
terbagi-bagi ke dalam
berbagai kelompok
berdasarkan garis
keturunan tunggal, tetapi
memiliki struktur
kelembagaan yang bersifat
homogen

MASYARAKAT YANG MEMILIKI
DIFERENSIASI/SPESIALISASI TINGGI
Adalah
Suatu masyarakat dengan
tingkat differensiasi
fungsional yang tinggi
dengan banyak lembagalembaga kemasyarakatan
yang saling komplementer
dan saling tergantung

Menurut Van den Berghe;
SOLIDARITAS MEKANIS DAN
SOLIDARITAS ORGANIS sulit di
tumbuhkan dalam MASYARAKAT
MAJEMUK
Karena
Pengelompokan yang terjadi bersifat sesaat
atas dasar kepentingan praktis

FAKTOR YANG MENGINTEGRASIKAN
MASYARAKAT MAJEMUK




Adanya KONSENSUS diantara sebagian
besar anggota masyarakat terhadap NILAINILAI KEMASYARAKATAN yang bersifat
fundamental
Adanya berbagai masyarakat yang berasal
dari BERBAGAI KESATUAN SOSIAL
(cross cutting affiliations) yang akan
menyebabkan terjadinya LOYALITAS
GANDA (cross cutting loyalities)

Cross cutting affiliations and cross
cutting loyalities
KESATUAN SOSIAL

MASYARAKAT
TERINTEGRASI

KEMUNGKINAN YANG TERJADI
PADA MASYARAKAT MAJEMUK
minimal ada 2 (dua) tingkatan konflik yang
mungkin terjadi;
KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS
KONFLIK BERSIFAT POLITIS

KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS


Terwujud dalam bentuk konflik antara
SISTEM NILAI yang DIANUT OLEH serta
menjadi IDEOLOGI dari BERBAGAI
KESATUAN SOSIAL

KONFLIK BERSIFAT POLITIS


Terjadi dalam bentuk PERTENTANGAN di
dalam PEMBAGIAN STATUS
KEKUASAAN dan SUMBER-SUMBER
EKONOMI yang terbatas, diantara anggota
masyarakat

Dalam situasi “KONFLIK”, masyarakat yang
berselisih berusaha MENGABAIKAN DIRI
dengan MEMPERKOKOH SOLIDARITAS
ANGGOTA, MEMBENTUK ORGANISASI
KEMASYARAKATAN untuk
KESEJAHTERAAN dan PERTAHANAN
BERSAMA

Faktor tersebut DIPERKUAT oleh ADANYA
PAKSAAN dari SUATU KELOMPOK atau
KESATUAN SOSIAL yang DOMINAN atas
KELOMPOK yang LAIN
KELOMPOK
PERTAHANAN

SUATU INTEGRASI SOSIAL YANG TANGGUH
DAPAT BERKEMBANG APABILA




SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT
BANGSA BERSEPAKAT TENTANG BATASBATAS TERITORIAL DARI NEGARA SEBAGAI
SUATU KEHIDUPAN POLITIK
SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT
BERSEPAKAT MENGENAI STRUKTUR
PEMERINTAHAN DAN ATURAN-ATURAN
DALAM PROSES POLITIK YANG BERLAKU
BAGI SELURUH MASYARAKAT (William
Liddle)

KONSEP STATUS DAN PERANAN UNTUK
MELIHAT HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN
SISTEM SOSIAL
 STATUS adalah suatu posisi dalam struktur

sosial yang menentukan dimana seseorang
menempatkan dirinya dalam suatu komunitas
dan bagaimana ia diharapkan bersikap dan
berhubungan dengan orang lain.
 PERANAN adalah pola perilaku yang
diharapka dari seseorang yang mempunyai
status atau posisi tertentu dalam suatu
organisasi atau masyarakat

Dalam suatu SISTEM SOSIAL, individu
menduduki suatu tempat (status) dan
bertindak (berperan) sesuai dengan normanorma atau aturan-aturan yang dibuat oleh
sistem

DIFERENSIASI SOSIAL
 Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada

banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras,
etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin.
 Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara
bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam
lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan menengah
dan lapisan rendah.
 Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti ini
dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi Sosial. 

DIFERENSIASI SOSIAL
 Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-

perbedaan yang biasanya sama.
 Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan
atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar,
atau sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari
pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan
lainnya.
 Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada
perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut
kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan
berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut
heterogenitas sosial.

DIFERENSIASI SOSIAL
 Bagan:
Pengelompokan Sosial
Pengelompokan Horisontal

Pengelompokan Vertikal

Heterogenitas sosial
profesi (pekerjaan), gender

Kemajemukan sosial,
ras, etnis dan agama

Ciri-ciri yang Mendasari
Diferensiasi Sosial
 Ciri Fisik. Diferensiasi ini terjadi karena

perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna
kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
 Ciri Sosia. Muncul karena perbedaan pekerjaan
yang menimbulkan cara pandang dan pola
perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk
didalam kategori ini adalah perbedaan peranan,
prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku
seorang perawat akan berbeda dengan seorang
karyawan kantor.

Ciri-ciri yang Mendasari
Diferensiasi Sosial
 Ciri Budaya. Berhubungan erat dengan pandangan

hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai
yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan,
sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan
(etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu
masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian,
arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.

Bentuk­bentuk Diferensiasi 
Sosial
 Diferensiasi Ras. Ras adalah suatu kelompok manusia yang

memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras
berarti pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri
fisiknya, bukan budayanya.
 Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis). Menurut Hassan
Shadily MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan
rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
Diferensiasi suku bangsa merupakan penggologan manusia
berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras.
 Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang
lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki
kesamaan berikut : - ciri fisik - kesenian - bahasa daerah adat istiadat

Diferensiasi Klen (Clan)
 Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau

keluarga besar. Klen merupakan kesatuan
keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan
(religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen
adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah
atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada
masyarakat unilateral baik melalui garis ayah
(patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).

Diferensiasi Klen (Clan)- lanjutan
 Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal) 

antara lain terdapat pada:





Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam), 
Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam)
Masyarakat Flores (klennya disebut Fam)

 Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal) 

antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau, 
Klennya disebut suku yang merupakan gabungan 
dari kampuang­kampuang. 

Diferensiasi Agama
 Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat

berdasarkan agama/kepercayaannya.
Komponen-komponen Agama:
・ Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu





menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia
seperti keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi,
masa akhirat, cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan
sebagainya.
Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan,
Dewa-dewa dan Roh Nenek Moyang.
Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.

Diferensiasi Agama (lanjutan)
 Agama dan Masyarakat. Dalam perkembangannya

agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga
masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi
yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam,
Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu
berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti
Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan
Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya. 

Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
 Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat

yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya.
 Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus.
Misalnya profesi dosen memerlukan ketrampilan khusus,
seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb.
 Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok
masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh,
pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
 Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada
perilaku sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan
berbeda dengan seorang dokter ketika keduanya
melaksanakan pekerjaannya.

Diferensiasi Jenis Kelamin
 Jenis kelamin merupakan kategori dalam

masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks
atau jenis kelamin (perbedaan biologis).
 Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara,
dan sebagainya.
 Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat lakilaki atau pria dan kelompok perempuan atau
wanita. 

Diferensiasi Asal Daerah
 Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia 

berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya, 
desa atau kota. 
 Terbagi menjadi: 
­
­

masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di 
pedesaan atau berasal dari desa; 
masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di 
perkotaan atau berasal dari kota. 

Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita 
temukan dalam hal­hal berikut ini : perilaku,tutur kata, 
cara berpakaian, cara menghias rumah, dsb. 

Diferensiasi Partai
 Demi menampung aspirasi masyarakat untuk 

turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka 
bermunculan banyak sekali partai. 
 Diferensiasi partai adalah perbedaan 
masyarakat dalam kegiatannya mengatur 
kekuasaan negara, yang berupa kesatuan­
kesatuan sosial, seazas, seideologi dan 
sealiran.

Industrialisasi
 Industrialisasi yang terjadi saat ini telah membawa

pengaruh dan dampak yang sangat besar bagi kehidupan
manusia. Industri memberi mata pencaharian kepada
berjuta-juta rakyat dalam bidang-bidang yang berbeda.
Industri membuka peluang bagi banyak orang untuk
mengembangkan kemampuannya.
 Industri mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung. Misalnya secara industri telah membentuk
perilaku, sikap, gaya hidup dan bahkan nilai-nilai dalam
masyarakat.

Revolusi Industri dan Munculnya
Kapitalisme Industri
 Revolusi Industri adalah perubahan teknologi,

sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian
ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang
didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.
 Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan
mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai
bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama
dalam produksi tekstil).
 Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan
pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat
produk mesin produksi untuk digunakan di industri
lainnya.

Revolusi Industri dan Munculnya
Kapitalisme Industri
 Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi

T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.
 Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi
Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika
kemajuan teknologi dan ekonomi
mendapatkan momentum dengan
perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan
kemudian di akhir abad tersebut
perkembangan mesin bakar dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.

Dampak Revolusi Industri
 Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat

dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh
dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat
besar dan seringkali dibandingkan dengan revolusi
kebudayaan pada masa Neolitikum ketika pertanian
mulai dilakukan dan membentuk peradaban,
menggantikan kehidupan nomadik.
 Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh
Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di
pertengahan abad ke-19.

Industrialisasi Di Indonesia

ERA INDUSTRIALISASI DI
INDONESIA
 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Belanda
 Perkembangan industrialisasi di Indonesia, terbagi dalam empat

periode, mulai dari tanam paksa hingga berakhirnya Pemerintahan
Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga akhir Perang Dunia II,
proklamasi hingga berakhirnya Orde Lama, serta masa Orde Baru
hingga berakhirnya pembangunan Jangka Panjang I.

 Industrialisasi di Indonesia, berawal pada perkembangan industri

di sektor perubahan, dan baru menjelang tahun 1900,
pemerintahan Hindia Belanda saat itu mengalihkan kesektor lain.
Perkembangan industrialisasi juga tidak terlepas dari peristiwa
dunia, seperti ekspansi Jerman ke negara-negara Eropa, Perang
Dunia I, serta Perang Asia Timur Raya.

 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Jepang
 Kebijakan industri pada masa pendudukan Jepang beralih ke

keperluan perang. Dalam masa ini dikembangkan satu
kebijakan yaitu kebijakan Ekonomi Wilayah Selatan yang
meliputi 2 wilayah, yaitu Hindia Belanda, Malaya, Baruto dan
Filipina yang termasuk wilayah pertama, dan Indochina, dan
Muangthai termasuk wilayah dua.

 Pada masa ini pula terjadi perubahan struktur industri, dimana

pola industri dengan menghasilkan bahan baku untuk ekspor,
berkembang menjadi industri pengolahan bahan baku menjadi
bahan jadi untuk kosumsi sendiri.

 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode 20 Tahun Indonesia Merdeka
 Perkembangan industri di Indonesia, penggal waktu ketiga ditandai

dengan trial dan error dalam pengembangan industri. Hal ini karena
bangsa Indonesia memang belum memiliki pengalaman sendiri dalam
mengelola industri.

 Pada

penggal waktu ini ditandai dengan silih bergantinya
pemerintahan, sehingga industri tidak berkembang kemudian dibuat
Rencana Pembangunan Lima Tahun, yang disahkan DPR pada tahun
1958 dan berlaku surut hingga 1 Januari 1956.

 Tahun 1957 terjadi nasionalisasi pengusaha asing yang secara tidak

langsung dimulainya militer masuk dalam dunia bisnis.

 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Orde Baru
 Repelita sebagai ganti dari PNSB dimulai dengan target

ambisius yaitu meningkatkan hingga 50% produksi dalam
waktu 5 tahun. Repelita menekankan pada industri
pertanian.
 Masa ini terjadi dalam tahap stabilisasi dan reformasi,

bimbingan dan penyuluhan, konsulidasi industri kecil,
Broad Spektrum, serta pembinaan terbesar.

 Repelita ini dibagi dalam Pembanguan Lima Tahun I hingga ke V.
 Pelita I ditandai dengan probahan proyek pembinaan industri kecil

kerajinan rakyat.

 Pelita II ditandai dengan pemberian fasilitas kredit.
 Pelita III ditandai dengan keterkaitan industri kecil pada perekonomian

nasional.

 Pelita IV ditandai dengan program bapak angkat dalam pemberian bahan

baku.

 Pelita V peningkatan fungsi bapak angkat dalam pemasaran.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Implementasi Program Dinamika Kelompok Terhada Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur

10 166 162