Pengaruh Luas Permukaan DaunTerhadap Tra (1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN
TRANSPIRASI

Disusun oleh:
Nama

:Monica Nandahayu Inangtya

NIM

:K4313046

Kelas

:B

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2015

I.

Judul
Pengaruh Luas Permukaan DaunTerhadap Transpirasi pada
Tanaman Ipomoea reptans.
II.
Rumusan Masalah
Bagaimanakahpengaruh luas permukaan daun terhadap transpirasi
pada tanaman Ipomoea reptans?
III.
Tujuan
Mengetahui pengaruh luas permukaan daun terhadap transpirasi
padatanamanIpomoea reptans.
IV.
Dasar Teori
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan
lentisel. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat

panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi berlangsung
melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pori daun
seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman (Eka, 2012).
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer dalam
bentuk uap air. Air diserap dari akar ke rambut tumbuhan dan air itu kemudian diangkut
melalui xilem ke semua bagian tumbuhan khususnya daun. Bukan semua air digunakan
dalam proses fotosintesis. Air yang berlebihan akan disingkirkan melalui proses transpirasi.
Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan
tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Akibat itu, mereka yang mengusahakan
pernanaman secara besar – besaran mungkin mengalami kerugian yang tinggi sekira
mengabaikan faktor kadar transpirasi tumbuh – tumbuhan (Devlin, 1983).
Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di
atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang
ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi
(Firman, 2011).
Dalam bukunya Loveless (1991) menuliskan, oleh karena transpirasi melibatkan difusi
uap air dari ruang-ruang antar sel ke udara melalui stomata, maka laju transpirasi akan
bergantung pada:
1. Tahanan jalur yang dilalui terhadap molekul-molekul uap air yang berdifusi, dan
2. Perbedaan konsentrasi antara uap air di dalam dan di luar daun, yaitu ketajaman gradasi

difusi.
Bila stomata terbuka dan karena itu tahanan minimal, laju transpirasi dipengaruhi oleh
sembarang faktor yang mempengaruhi ketajaman gradasi difusi antara ruang antarsel dan
athmosfer. Bila stomata terbuka, laju transpirasi bergantung kepada perbedaan antara tekanan
uap udara jenuh di dalam daun dan tekanan uap udara di luar daun. Bila faktor-faktor lain
sama, semakin rendah tekanan uap dalam udara luar semakin cepat transpirasi terjadi
(Insaniyah, 2010).
Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering
melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil
mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan
lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju
transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang

bekerja pada air. Dalam artian, air itu “ ditarik” oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air
akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati
pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada
kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke
seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena
penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung
jawab atas daya tarik transpirasional (Campbell, 2003).

Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun faktor luar. Faktor
dalam, antara lain:
1. Besar kecilnya daun
2. Tebal tipisnya daun
3. Berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun
4. Banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun
5. Banyak sedikitnya stomata
6. Bentuk dan letak stomata (Salisbury. 1992).
Faktor – faktor luar yang mempengaruhi kecepatan transpirasi, antara lain :
1. Kelembaban
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju
transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga
antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.
2. Suhu
Kenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekanan turgor daun dan
secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.
3. Cahaya
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang

kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan
kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun
jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan alju absorbsi air di akar.
Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah.
Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar,
pada malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat
penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini
cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi
lebih lanjut (Loveless. 1991).

Faktor-faktor tanaman yang mempengaruhi evapotranspirasi : 1.) Penutupan stomata.
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus
air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka

lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih
sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Faktor utama yang
mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat
cahaya dan kelembapan. 2.) Jumlah dan ukuran stomata. Dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada
pembukaan dan penutupan stomata 3.) Jumlah daun. Makin luas daerah permukaan daun,
makin besar evapotranspirasi. 4.) Penggulungan atau pelipatan daun. Banyak tanaman
mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila
persediaan air terbatas. 5.) Kedalaman dan proliferasi akar. Ketersedian dan pengambilan
kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi
akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar
per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah
sebelum terjadi pelayuan permanen (Gardner,1991).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam
fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal
banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang
memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis
yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air.
Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar
melalui stomata (Kimball, 1990).

Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien
konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan
lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi
melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara
dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju
transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin
(Khairunnisa, 2000).
Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air
tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, Ψw sel turun, Ψp menurun, tanaman layu, layu
permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi,
meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap – kapasitas lapangan. Cekaman
kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum
untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi
vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan
berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang
mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman
kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan
terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun
(Purwanto, 2010).
V. Hipotesis


VI.

Transpirasi pada tanaman Ipomoea reptans dipengaruhi oleh luas
permukaan daun. Semakin besar luas permukaan daun maka
semakin besar transpirasi yang terjadi. Semakin kecil luas
permukaan daun maka semakin kecil transpirasi yang terjadi.
Bahan dan metode
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah gunting potong, gelas ukur, botol aqua,
paku, bunsen, penjepit kayu, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah
akuades, vaselin, alumunium foil, kertas label, kertas milimeter, kerikil, dan tanaman
Ipomoea reptans . Pada praktikum ini botol aqua dipotong dengan tinggi 15cm
kemudian dilabeli kemudian memasukkan botol kecil ke dalam botol besar. Botol
kecil dilubangi sebanyak 8 lubang dan diberi kerikil. Tujuan penggunaan kerikil
adalah untuk aerasi. Setelah diberi kerikil dimasukkan tanaman Ipomoea reptans
yang memiliki jumlah akar sama lalu air dan ditutup menggunakan
alumunium foil. Ditunggu hingga 12 jam. Tanaman dikeluarkan dan
timbang volume akhir airnya. Dilakukan pengulangan sebanyak
3kali.


VII.

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas daun
terhadap trasnpirasi pada tanaman kangkung. Yang harus disiapkan dalam praktikum
ini pertama kali adalah tanaman yang homogen, artinya mempunyai umur yang sama,
ditumbuhkan dalam media yang sama, tinggi tanaman dan akar yang mempunyai
jumlah yang sama. Kemudian tanaman dikondisikan luas daunnya agar berbeda.
tanaman dikondisikan dengan 3 luas daun berbeda. luas daun sempit dengan rata-rata
36,75 cm2, luas daun sedang dengan rata-rata 56,25 cm2 dan luas daun yang lebar
dengan rata-rata 77,27 cm2. Pengukuran daun ini dilakukan dengan kertas milimeter.
Daun yang akan diukur lebarnya diletakan di atas kertas milimeter dan dibentuk
polanya. Kemudian menghitung luas daun berdasarkan jumlah kotak dalam kertas
milimeter. Apabila ada kelebihan luas, maka daun dapat dipotong mulai dari
tangkainya dan lukanya ditutup menggunakan vaselin.

Pada praktikum yang telah dilakukan, maka didapati bahwa luas daun berpengaruh
terhadap proses transpirasi. Volume air sisa pada botol semakin banyak tergantung
pada luas daun, daun yang memiliki permukaan luas akan menyisakan air yang
semakin banyak, hal ini berarti bahwa semakin luas suatu permukaan daun, maka

semakin banyak pula air yang ditranspirasikan (air yang hilang) dari tumbuhan.
Menurut Gati (2005), kerapatan stomata pada permukaan daun bergantung pada
spesies tertentu. Suatu spesies, memiliki kerapatan yang sama pada daun-daunnya.
Kemudian, menurut Meinzer (1993), setiap daun memiliki jumlah stomata yang
berbeda sesuai dengan luas permukaannya, semakin luas permukaan suatu daun, maka
semakin banyak pula jumlah stomata yang dimilikinya. Dalam Salisbury (1995),
transpirasi pada daun melibatkan pembukaan stomata. Air yang keluar dari daun
melewati suatu lubang di permukaan yang disebut stomata.
Pada permukaan daun yang luas, maka jumlah stomata semakin banyak dan semakin
banyak pula molekul air yang dapat keluar dari daun melewati stomata ini. Besar
kecilnya daun sangat berpengaruh dalam transpirasi, semakin luas permukaan daun
maka semakin luas pula proses transpirasi, hal ini berkaitan dengan jumlah stomata
yang berbanding lurus dengan luas pemukaan daun.
Jika luas permukaan daun semakin besar maka transpirasi yang terjadi pada tanaman
akan lebih besar, hal ini disebabkan karena stomata yang terkandung pada tanaman
yang memiliki luas permukaan daun yang luas lebih banyak dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki luas permukaan yang kecil.
Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa luas permukaan daun berpengaruh terhadap
proses transpirasi terbukti benar dan luas permukaan daun yang semakin besar, maka
proses transpirasi juga akan semakin besar pula.


VIII.

Kesimpulan
Transpirasi ialah suatu proses kehilangan air dari tumbuh-tumbuhan ke atmosfer
dalam bentuk uap air. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula,
dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling

besar peranannya dalam transpirasi. Pada praktikum yang telah dilakukan, maka
didapati bahwa luas daun berpengaruh terhadap proses transpirasi. Volume air sisa
pada botol semakin banyak tergantung pada luas daun, daun yang memiliki
permukaan luas akan menyisakan air yang semakin banyak, hal ini berarti bahwa
semakin luas suatu permukaan daun, maka semakin banyak pula air yang
ditranspirasikan (air yang hilang) dari tumbuhan.
IX.

I.

Daftar pustaka
Campbell. 2003. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Devlin. 1983. Plant Phisiology. Boston: Williard grant press.
Gardner. 1991. Fisiologi Tanamanan Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Gati,
Endang,
2005.
HubunganAntaraKerapatan
Stomata
denganKetahananKekeringanPadaSomaklonPadiGajahmungkur,
Towuti Dan IR 64. Biodiversitasvol 7, nomor 1 hal:44-48.
Giuliani, Rita. 2013. Coordination of Leaf Photosynthesis,
Transpiration, and Structural Traits in Rice and Wild Relatives
(Genus Oryza). Plant Physiology, Vol. 162, pp. 1632–1651
Kashiwagi. 2006. Relationships between Transpiration Efficiency and Carbon Isotope
Discrimination in Chickpea (C. arietinum L). SAT eJournal
ejournal.icrisat.org. Vol.2, hal.1
Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas
Pertanian USU.
Kimball, J.W. 1990. Biologi. Jakarta : Erlangga
Lakitan. 2007. Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Loveless. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta:
PT Gramedia.
Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman
Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar
Fakultas
Pertanian
Unsoed
Purwokerto.
Korespondensi
:
[email protected]. Agrosains ( Vol 12).
Salisbury. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.
Vadez, Vincent. 2014. Transpiration efficiency: new insights into an
old story. Journal of Experimental Botany, doi:10.1093/jxb/eru040
Lampiran
1 lembar laporan sementara
1 lembar dokumentasi
Surakarta,

Oktober 2015

Monica Nandahayu
NIM. K4313046