Dampak Lingkungan Fisik Kantor terhadap

Dampak Lingkungan Fisik Kantor terhadap Kinerja dan Produktifitas
Karyawan
Oleh :
Ardiansyah
165211003
Program Studi D3 Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Bandung
Email : ardiansyah.abs16@gmail.com

Abstrak
Pengaturan segala perabotan, mesin dan sebagainya dalam sebuah ruangan tertentu yang
terbatas dapat disebut juga sebagai tata ruangan atau office layout. Pengaturan yang
dilakukan ini juga tidak berputat pada hal seperti perabotan saja namun juga termasuk
pengaturan faktor lain seperti suhu, kebisingan dan hal lainnya. Mengingat kegiatan pegawai
yang kebanyakan waktunya dihabiskan dalam gedung kantor dan diruang kerja mereka, yang
mempengaruhi keadaan mereka secara fisik yang berkaitan dengan kesehatan yang
berdampak pada kinerja dan produktifitas mereka. Dalam hal ini pengaturan ruangan atau tata
ruang mempengaruhi pegawai dan produktifitas mereka hal ini terasumsi dalam peryataan
bahwa pegawai yang puas dengan suasana tempat kerja dan lingkungan kerja mereka
cenderung akan lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik.
Kata Kunci : Tata Ruang Kantor, Tujuan Penataan, Kepuasan Karwanan dan Kenyamanan

Karyawan
Abstract
The arrangement of all furniture, machinery and so forth in a certain limited space can also be
referred to as the layout or office layout. This arrangement also does not dwell on things like
furniture but also includes setting other factors such as temperature, noise and other things.
Given the activities of employees who spend most of their time in office buildings and their
workplaces, affecting their physical health-related circumstances that affect their performance
and productivity. In this case the layout or office layout affects employees and their
productivity it is assumed in the statement that employees who are satisfied with the
atmosphere of the workplace and their work environment tend to be more productive and
have a good performance.
Key Words : Office Layout, Offic Layout Objectives, Employee Satisfaction and Employee
Comfort

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan kantor dan segala perabotan
dan pengaturannya hadir dalam ruangan
kerja tidak hanya mempunyai tujuan untuk


memberikan fasikitas kepada para pegawai
namun juga mempengaruh pegawai baik
dalam
jumlah yang banyak ataupun
sedikit.
Menurut
The
Liang
Gie mengatakan “Tata Ruang adalah
penyusunan alat-alat pada letak yang tepat
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 1
www.academia.edu

serta pengaturan kerja yang memberikan
kepuasan bekerja bagi para karyawannya”
dari kutipan tersebut dapat diperoleh
gambaran bahwa office layout merupakan
suatu tindakan yang dilakukan untuk
memperoleh kepuasan dari para pegawai.
Menurut beberapa penelitian, kepuasan

pegawai dalam hal lingkungan fisik dalam
memperngaruhi produktifitas dan kinerja
para pegawai ke arah yang lebih positif.
Sedangkan
Menurut
Litlefield
&
Petterson mengatakan “ Office lay out may
be defined as the arrangement of furniture
and equipment within available flour
space” (tata
ruang
kantor
dapat
dirumuskan sebagai penyusunan perabot
dan alat perlengkapan pada luas yang
tersedia). [ CITATION Lit56 \l 1057 ] dari
pernyataaan tersebut dapat diambil makna
bahwa pengaturan ruangan ditujukan untuk
memaksimalkan fungsi ruangan.

Jika ditelaah secara detail, pengaturan tata
ruang atau office layout memiliki banyak
sekali tujuan. Adapun beberapa tujuan
tersebut antara lain :












Memberikan kemudahan yang
optimum bagi arus komunikasi dan
arus kerja.
Memberikan kondisi kerja yang

baik bagi setiap orang.
Memudahkan
pengawasan
sehingga manajer dapat melihat
staf yang sedang bekerja.
Memberikan kemudahan yang
tinggi kepada setiap gerakan
karyawan dari meja ke meja.
Menghindarkan
diri
dari
kemungkinan saling menganggu
antara karyawan dengan karyawan
lainnya.
Mempergunakan segenap ruangan
dengan baik.
Memisahkan
pekerjaan
yang
berbunyi

keras,
gaduh
dan
menganggu dari pekerjaan yang
sunyi.





Terciptanya kesan yang baik
tentang organisasi tersebut dari
relasi dan tamu yang datang.
Pelaksanaan
pekerjaan
dapat
menempuh jarak yan terpendek.

Tujuan diatas menjelaskan bahwa tujuan
tersebut mengarah atau menitik beratkan

pada efektifitas kegiatan praktikal di
kantor seperti arus komunikasi antar
pegawai, pengawasan dan kegaitan lainnya
atau suatu perusahaan serta penentu
reputasi perusahaan atau baik buruknya
perusahaan suatu perusahaan.
Dari tujuan diatas pula dapat dilihat bahwa
bisa saja pengeaturan tidak ditujukan
untuk membuat pegawai merasa nyaman
namun hanya ditujukan agar kegiatan
praktikal kantor yang lebih efektif. Perlu
menjadi catatan bahwa kegiatan praktikal
kantor yang efektif tidak selalu berbanding
lurus dengan kepuasan pegawai. Kepuasan
pegawai dalam hal ini merupakan kondisi
dimana pegawai terpengaruhi secara
positif oleh lingkungan fisik kantor atau
tata ruangan kantor yang mempengaruhi
pegawai baik kinerja dan produktifitas
mereka.

Lalu seberapa jauhkah keadaan atau
lingkungan fisik dapat memepengaruhi dan
memberikan kepuasan kepada pegawai dan
hal pada lingkungan fisik apa yang
mempengaruhi produktifitas dan kinerja
pegawai secara signifikan, merupakan
pertanyaan yang akan di bahas di jurnal
ini.

KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Tata Ruang / Office Layout
Tata ruang kantor berasal dari bahasa
inggris yaitu office layout yang dapat
diartikan sebagai pengaturan segala
macam
perabotan,
alat

alat,
pencahayaan, suhu dan lain sebgainya

dalam suatu ruangan.

Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 2
www.academia.edu

Adapun pengertian tata ruangan atau office
layout oleh beberapa ahli adalah sebagai
berikut :






Litlefield
dan
Patterson
mengatakan“ Office lay out may be
defined as the arrangement of
furniture and equipment within

available flour space” (tata ruang
kantor dapat dirumuskan sebagai
penyusunan perabot dan alat
perlengkapan pada luas yang
tersedia). [ CITATION Lit56 \l
1057 ].
The Liang Gie mengatakan “Tata
Ruang adalah penyusunan alat-alat
pada letak yang tepat serta
pengaturan kerja yang memberikan
kepuasan bekerja bagi para
karyawannya”[
CITATION
Gie96 \l 1057 ]
Hicks and Place, “The problem of
layout relates to the arrangement in
the space involved so that all the
equipment, supplies, procedures
and personnel can function at
maximum efficiency”. Masalah tata

letak
berhubungan
dengan
pengaturan di ruang yang terlibat
sehingga
semua
peralatan,
perlengkapan,
prosedur
dan
personil dapat berfungsi dengan
efisiensi maksimum. [ CITATION
Pla74 \l 1057 ]

a. Kantor Terbuka
Merupakan bentuk penataan ruang
kantor yang menyuguhkan keadaan
ruang kantor yang tanpa batas atau
sekat antar pegawai sehingga dapat
terjadi komunikasi secara langsung
antar pegawai, pengawasan oleh
semua pihal secara langsung dan
juga pemakaian fasilitas bersama.
Pembentukan kantor terbuka ini
biasanya diterapkan pada ruangan
yang cukup luas dengan jumlah
pegawai yang sebanding.
Berikut beberapa gambar
design ruang kantor terbuka :

dari

Gambar 1. 1 Ruang Kantor Terbuka

Dari beberapa pengertian tata ruang atau
office layout dari beberapa ahli dapat
disimpulkan bahwa tata ruang atau office
layout adalah segala bentuk pengaturan
perlatan, perlengkapan, mesin, unit dan hal
lainnya dalam ruangan kantor yang
memiliki tujuan untuk memacu efisiensi
kerja dan kepuasan pegawai ke titik
maksimum.
Bentuk – Bentuk Ruang Kantor
Pada saat ini terdapat beberapa bentuk
ruang kantor yang sering diterapkan di
perusahaan - perusahaan. Bentuk – bentuk
tersebut diantaranya, sebagai berikut :

Gambar 1. 2 Runag Kantor Terbuka

b. Kantor Tertutup
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 3
www.academia.edu

Merupakan bentuk ruangan kantor
yang terdiri dari beberapa ruangan
yang meletakan masing – masing
bekerja bekerja dalam satu ruangan
terpisah. Pemebentukan ruangan
kantor ini terjadi jika kantor
memiliki banyak ruangan daripada
ruangan luas atau dikarenakan sifat
dari pekerjaan yang dilakoni oleh
pegawainya yang bersifat rahasia
atau membutuhkan ruangan masing
– masing.

ruangan terbuka dan tertutup dan
mengambil keunggulan dari kedua
design tersebut. Penyusunan tata
letak meja disesuaikan oleh divisi
atau bagian kerja yang masing –
masing letak perdivisi dibedakan
dan diberi batas atau sekat setinggi
sekitar 1,2 – 1,5 meter.
Contoh
dari
bentuk
landascape ini adalah
berikut :

kantor
sebagi

Adapun beberapa gambar dari
design ruang kantor tertutup
diantranya sebagai berikut :

Gambar 1. 5Contoh Ruang Kantor Landscape

Gambar 1. 3 Contoh Ruang Kantor Tertutup

c. Ruang Kantor Landscapre

Gambar 1. 6 Contoh Ruang Kantor Landscape

Tipe Ruangan Kantor
Gambar 1. 4 Contoh Ruang Kantor Tertutup

Merupakan bentuk gabungan dari
kedua raungan sebelumnya yaitu

Ruang kantor atau office layout dapat
dikatergorikan menjadi 2 tipe, yaitu
sebagai berikut :
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 4
www.academia.edu

a. Process Layout
Dalam Process Layout, baik
peralatan
maupun
karyawan
disusun sesuai urutan operasi.
Misalnya, bagian pengarsipan
mungkin terletak di sebelah bagian
pengiriman dan sebagainya.
b. Group Layout
Dalam tata ruang Group Layout,
karyawan ditempatkan di partisi
terpisah dimana kegiatan serupa
dilakukan dengan disertai mesin
kantor yang dibutuhkan atau yang
menjadi bagian dari pekerjaan
karyawan atau suatu divisi tersebut
digunakan. Misalnya, komuter –
komputer dan peralatan elektronik
yang berkaitan dengan divisi IT
dipasang di ruang secara IT
terpisah dari divisi lain dengan
fasilitas dan perlengkapannya.
Azas Tata Tuang Kantor
Menurut Richard Muther, ada empat asas
tata ruang pada suatu kantor, keempat azas
itu semestinya harus saling melengkapi
agar tercipta suasana ruang kantor yang
rapi dan teratur. Keempat Azas tersebut
adalah:
o Asas jarak terpendek.
Perubahan tata ruang kantor
pada asas ini maksudnya adalah
menata letak meja-meja dengan
jarak antar meja tidak terlalu
lebar sehingga pergerakan antar
karyawan dapat lebih cepat.
Jarak antar meja/unit yang jauh
akan
mengakibatkan
perlu
beberapa
langkah
untuk
mencapai
ke
meja
lain,
bandingkan dengan jarak meja
yang tidak terlalu lebar.
o Asas rangkaian kerja
Asas Penempatan para pegawai
dan peralatan menurut urutan

pekerjaan menjadikan pekerjaan
lebih cepat dan tidak membuat
berseliweran pegawai lainya,
karena pengaturan mejanya
sudah runtut/teratur.
o Asas
penggunaan
segenap
ruangan
Maksudnya adalah tidak ada
ruangan atau luas ruang yang
tidak dimanfaatkan. Jika ada
ruangan yang kosong maka
dapat diletakan tanaman, hiasan,
aquarium dan lain sebagainya
sehingga membuat ruangan
semakin nyaman dan asri.
o Asas perubahan susunan tempat
kerja
Asas ini memungkinkan apabila
di kantor ada perkembangan
baik pada pekerjaan maupun
pegawai tata ruang dapat diubah
dengan mudah dan cepat.
[ CITATION Mut73 \l 1057 ]
Prinsip Penyusunan Tata Ruang Kantor
/ Office Layout
Terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi
dalam penyusunan tata ruang kantor atau
office layout demi tercapainya tujuan
penyusunan ruang kantor. Hal tersebut
adalah sebagai berikut :
 Penyusunan
layout
harus
membuat
proses
kegiatan
praktikal kantor menempuh atau
melalui jalur paling ekefetif.
 Penyusunan tata ruang kantor
harus membuat aliran dari
kegaitan kantor berjalan lancar.
 Ruangan yang digunakan harus
menjadi ruangan yang dapat
dipergunakan secara optimal
 Pemerhatian suhu, cahaya dan
suara yang tepat pada setiap unit

Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 5
www.academia.edu



Pemerhatian jarak atau space
untuk kelancaran lalu lintas
dalam ruangan.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Kondisi Kantor
Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi ruangan kantor,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Cahaya
Gelombang
pancaran
yang
tersebear ke seluruh ruangan dari
sumber cahaya seperti lampu, mata
hari dan lainnya disebut cahaya.
Cahaya memiliki peran penting
dalam pembentukan tata ruang
yang baik karena hal ini akan
mempengaruhi
efektifitas
pekerjaan yang dilakukan.
2. Warna
Dalam penyusunan atau penataan
ruangan yang dalam hal ini adalah
ruangan kantor, warna memiliki
peran yang cukup penting karena
warna dapat memengaruhi pegwai
dan produktifitas mereka karena
hal ini berhubungan dengan
kenyamanan pegawai itu sendiri
lewat rangsangan yang berasal dari
warna yang merangsang atau
menimbulkan kesan pada otak dan
juga perasaan (emosi) manusia.
3. Udara
Udara yang terdapat dalam suatu
ruangan juga berpengaruh bagi
penghuni ruangan tersebut, oleh
karena itu udara juga merupakan
salah satu faktor penting dalam
penyusunan atau penataan ruang
kerja karena dapat mempengaruhi
pegawai yang bekerja di ruang
bekerja di masing – masing
ruangannya.

4. Suara
Terdapat beberapa pekerjaan yang
menimbulkan kegaduhan baik yang
berasal dari mesin maupun
kegiatan yang dilakukan, namun
disisi lain ada pula pekerjaan lain
yang malah sebaliknya yaitu
membutuhkan ketenangan dan juga
tidak menimbulkan suara yang
keras
dala
pelaksanaan
pekerjaannya. Oleh karena itu
dalam hal ini suara memiliki peran
yang cukup besar dalam penataan
ruangan kerja terlebih jika terdapat
2 divisi atau lebih yang
menghasilkan polusi suara yang
kontras satu sama lain.
Pengaruh Lingungan Fisik Kantor
Terhadap Pegawai
1. Pengaruh Design Tempat kerja
Dasar yang mempengaruhi perilaku
para pegawai ditempat kerja adalah
bentuk atau design fisik terpat kerja
dimana mereke bekerja. Design
tempat kerja yang konvensional
dengan adanya ruangan bagi para
pegewai menawarkan provasi bagi
tiap pegewai dalam bekerja.
Namun di lain sisi bentuk ruang
kerja yang lebih komtemporer yaitu
bentuk
terbuka
memeberikan
sedikit privasi dalam bekerja
namun
menuntut
atau
menghasilkan beberapa keuntungan
dengan ditukarnya privasi para
pekerja
dengan
kelebihannya
tersebut. Biaya yang rendah dan
pengawasan yang dinilai dapat
dilakukan maksimal terhadapap
para karyawan membuat konsep ini
meningkat
penerapannya
di
perusahaan – perusahaan.
Menurut Smith-Jackson, & Klein
(2008), “open-plan designs refer to
offices
with
individual
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 6
www.academia.edu

workstations placedwithin an open
space; sometimes divided by
panels,
but
also
include
conventional
shared
offices
withseveral workers in an office
space” (desain terbuka mengacu
pada kantor dengan stasiun kerja
individual yang ditempatkan dalam
ruang terbuka; Kadang dibagi oleh
panel, tapi juga termasuk kantor
bersama konvensional dengan
beberapa pekerja di ruang kantor )
Pada awal mula pengembangannya,
konsep kantor terbuka ini digadang
gadang
akan
dapat
meminimalisir
biaya
yang
dikeluarkan karena tidak memiliki
batas atau pun dinding yang harus
dibangun
namun
akan
meningkatkan efisiensi kerja dan
memudahkan komunikasi pada saat
kerja antar pegwai. Tidak hanya hal
tersebut, menurut Brennan, Chugh,
& Kline (2002) dan Zeitlin, (1969)
mereka berpendapat bahwa konsep
terbuka membuat ruangan kerja
menjadi fleksibel, mengurangi
akomodasi dari masing – masing
pegawai. Juga terdapat klaim
bahwa desain ruang terbuka
komunikasi dan meningkatkan
interaksi antar karyawan, dan
sebagai
hasilnya
meningkat
kepuasan, moral dan produktivitas
karyawan. Hal ini terbukti dari
beberapa bukti dari beberapa
perusahaan yang telah berhasil
menerapkannya dan mendapatkan
hasil
dan
kefektifan
yang
diharapkan.
Namun
para
peneliti
juga
menemukan bahwa, keefektifan
dari penerapan desain ini dapat
rusak dan pada akhirnya tidak
tercapai oleh banyak peruhaan
dikerenakan oleh beberapa faktor
yang timbul dari sudut pandang

penghuni atau dalam hal ini para
karyawan yaitu seperti adanya
kebisingan, berkuranganya privasi
dan hal lainnya.
Menurut Hall (1966), “individuals
have their own personal space
which, when violated, lead them to
feel crowded and uncomfortable”
(Menurut Hall (1966), individu
memiliki ruang pribadi mereka
sendiri yang, bila dilanggar,
menyebabkan mereka merasa sesak
dan tidak nyaman)
Hal ini tentu dapat menyebabkan
pegaruh yang sebaliknya dari apa
yang tadinya akan dicapai. Hal itu
dapat terjadi karena terganggunya
wilayah pribadi seseorang yang
berlebihan atau dengan intensitas
yang besar, dapat menimbulkan
ketidaknyamanan yang nantinya
akan
berujung
pada
terpengaruhinya
kinerja
dan
produktifitas pegwai itu sendiri
yang akan menurun. Chan di koran
tahun 1999, menyatakan bahwa
dua
Faktor
umum
yang
mempengaruhi
privasi adalah
keterbatasan ruang pribadi dan
interaksi yang tidak diinginkan
secara
berlebihan.
Beberapa
penelitian telah menemukan bukti
bahwa kantor open-plan terkait
dengan penurunan kepuasan kerja,
mengurangi motivasi, dan privasi
yang dirasakan lebih rendah dari
desain kantor yang konvensional.
Desain dan ruang terbuka di tempat
kerja bukanlah satu-satunya faktor
yang
berkontribusi
terhadap
gangguan kinerja kerja karyawan
Myriam B.C. Aries et.all (2010)
menyatakan
bahwa
susunan
lingkungan fisik kantor juga
mempengaruhi tingkat dan jenis
interaksi sosial antara karyawan .
Menurut Vischer & Jacqueline
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 7
www.academia.edu

(1989), kebaikan pengaturan kantor
fisik penting untuk:
 Membantu
pekerja
melakukan tugas mereka
dengan lebih cepat, mudah
dan efisien.
 Tata
letak
yang
direncanakan
juga
memungkinkan
lebih
banyak
ruang
untuk
penggunaan maksimal dan
ekonomi.
 Pengawasan
dan
pengawasan
pekerja
menjadi lebih mudah.
 Sistem komunikasi menjadi
lebih mudah dan cepat.
 Ini
memberikan
kenyamanan
sekaligus
mempengaruhi perilaku dan
karya karyawan
Sementara
Nur
Abidah
Matharuddin(2003)
mengemukakan lima aspek yang
harus
diperhatikan
dalam
pengaturan lingkungan kantor,
yaitu :











Kelancaran kerja antar
petugas dan karyawan.
Efisiensi kerja antar petugas
dan
pekerja
serta
pengkondisian area kerja
pekerja yang
memiliki karakteristik yang
sama harus diperhatikan.
Peralatan dan formulir harus ditempatkan dan
disusun secara sistematis.
File referensi - harus
tersedia dengan mudah.
Cahaya seperti sumber
listrik, lampu buatan dll harus cukup.
Sirkulasi udara - harus
memadai.

2. Efek suhu ruangan terhadap
kinerja
Terdapat beberapa peneliatian telah
meniliti dan menunjukan bahwa
suhu atau cuaca dalam ruangan
mempunyai dampak baik secara
fisik dan mental terhadap para
pegawai yang pada akhirnya
menurunkan produktifitas para
karyawan. Hal tersebut terjadi
karena faktor kenyamanan yang
menurun
yang
mnyebabkan
menurunnya tingkat konsentrasi
pegawai sebagai contoh ketika
pegawai bekerja di tempat yang
cenderung panas, mereka merasa
tidak nyaman dan akhirnya
konsentrasinya pun menurun dan
pada akhirnya produktifitasnyapun
menurun.
Beberapa studi yang dilakukan oleh
Lorsch
dan Abdou
(1994),
"menunjukkan bahwa saat sistem
pendingin ruangan diperkenalkan,
karyawan merasa ruang kerja
mereka menjadi lebih nyaman dan
produktivitas cenderung meningkat
5-15 persen karena mereka bisa
berkonsentrasi pada pekerjaan
mereka.
Pernyataan
ini
menjelaskan bahwa ketika seorang
karyawan merasa nyaman dengan
lingkungan tempat kerja, hal itu
bisa
mengalihkan
perhatian
pekerjaan mereka sehingga mereka
bisa berkinerja lebih baik.
Oleh karena itu, dari tinjauan
literatur
oleh
peneliti
lain
menunjukkan bahwa produktivitas
menurun sebesar 2% per derajat
jika lebih dari 25°C dan
mempresentasikan hubungan antara
penurunan produktivitas dan tinggi
suhu di suatu ruangan. Suhu yang
tinggi atau dalam hal ini Panas,
dapat menyebabkan kelesuan yang
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 8
www.academia.edu

tidak hanya meningkatkan laju
kecelakaan
tapi
dapat
mempengaruhi produktivitas. Oleh
karena itu sebagai kesimpulan
secara tidak langsung dijelaskan
bahwa lingkungan kantor akan
mempengaruhi tindakan seorang
karyawan. Ruang kerja yang
sempit, tidak terorganisir, kotor dan
berdebu juga bisa memberi tekanan
kepada karyawan dan ini bisa
mempengaruhi pekerjaan dan
kinerja mereka.
3. Pengaruh
warna
pada
lingkungan kantor
Warna adalah fenomena yang
terjadi karena respon terhadap
rangsangan cahaya. Di tempat kerja
fenomena visual ini memiliki
peranan yang cukup penting,
menurut Garris dan Monroe (2005)
menyatakan bahwa warna tidak
hanya mempengaruhi mood tapi
juga kesehatan dan produktivitas.
Lalu seperti yang disebutkan oleh
Syahrul Nizam & Emma Marinie
(2010), warna juga memengaruhi
aspek psikologis penghuni suatu
bangunan.
Beberapa
warna
memberikan ketenangan, beberapa
memberi kenyamanan, ada pula
yang merangsang dan banyak
lainnya memiliki dampak dengan
cara yang berbeda.
Walaupun jarang terjadi korelasi
antrara
produktivitas
dengan
warna. Namun, skema warna
memang memainkan peran penting
pada lingkungan kerja. Menurut
Farshchi dan Fisher (1997),
karakter ruang mempengaruhi
emosi manusia dan tingkah laku.
Dalam konfigurasi atau pengaturan
ruang, warna juga berperan penting
dalam mempengaruhi baik daerah
besar atau kecil. Misalnya, ruangan
yang panjang dan sempit bisa

dibuat agar terlihat lebih normal
jika dinding akhir dilukis dengan
warna hangat, dalam dan intens,
sementara dinding samping dilukis
dengan lebih ringan. Langit-langit
rendah akan tampak kurang
menindas jika warnanya ringan
sedangkan langit-langit tinggi bisa
dibuat agar terlihat lebih rendah
dengan warna biru tua, abu-abu
atau hitam. Warna juga dapat
menjadi pengaruh pada pekerjaan
yang digeluti dengan menerapakan
warna
sesuai
dengan
sifat
pekerjaan yang digeluti maka akan
terjadi kenyamanan pada saat
bekerja diruangan yang ditempati.
Contoh warna – warna tenang
untuk pekerjaan yang membuuhkan
konsentrasi tinggi seperti akuntan
dan lain – lain.
Dari hal tersebut jelas bahwa warna
membantu dalam menciptakan
perhatian. Hal ini penting bagi
pekerja terutama dalam kinerja
kerja. Tanpa konsentrasi dan
perhatian,
pekerjaan
yang
dilakukan akan rendah kualitas dan
produktivitasnya . Oleh karena itu,
pertimbangan
warna
untuk
meningkatkan produktivitas harus
dilakukan dengan bimbingan yang
tepat
4. Kebisingan
sebagai
stres
psikososial
Masalah yang tidak dapat dihindari
dari
sebuah
kantor
adalah
kebisingan. Hal ini memiliki
pengaruh, dan telah terbukti
melalui
penelitian
yang
menemukan bahwa dengan tidak
adanya atau minimnya suara maka
kesalahan – kesalahan dari
karyawan dapat terminimalisir dan
produktifitas
pun
dapat
ditingkatkan. Sundstrom, Town,
Rice,Osborn, and Brill (1994)
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 9
www.academia.edu

mengidentifikasi
kebisingan
sebagai pemicu ambien yang
berkaitan dengan kepuasan kerja
dalam pekerjaan lingkungan. Tidak
hanya kebisingan yang dihasilkan
oleh obrolan para pegawai namun
kebisingan
yang
dimaksud
termasuk
kebisingan
yang
dihasilkan mesin – mesin yang
dioperasikan di kantor tersebut.
Menurut Denyer J.C (1969) ada
beberapa langkah yang bisa
diimplementasikan
oleh
manajemen untuk mengurangi
tingkat kebisingan di kantor
seperti:
 Pasang bahan penyerap
suara
di
langit-langit,
dinding dan lantai kantor.
 Penyerap suara Layar 'juga
bisa dipasang untuk ruang
kantor yang menggunakan
konsep landscape. Selain
itu, penggunaan tirai tebal
pada jendela juga bisa
mengurangi
kebisingan
yang tidak diinginkan.
 Mengubah telepon dering
ke
sistem
'buzzers',
'indikator cahaya' atau
'bleeps' untuk mengurangi
kebisingan.
 Dampak kebisingan bisa
dikurangi
dengan
memasang penutup lantai
seperti
karpet
dan
sebagainya.
 Manajer atau manajemen
fasilitas harus memastikan
bahwa karyawan yang
berinteraksi
dengan
menggunakan tekanan nada
yang terlalu tinggi sehingga
menimbulkan
kebisingan
bagi yang lain karena

mengganggu
fokus
pekerjaan orang lain.
5. Pengaruh
tanaman
interior
terhadap karyawan
Tanaman indoor biasa ditemukan di
banyak rumah, tempat kerja, dan
beberapa tempat pelayanan umum
lainnya. Berdasarkan Sundstrom,
E. (1986), pada tahun 1960an,
'lanskap kantor terbuka', yang
ditandai
dengan
banyaknya
penggunaan tanaman pot besar
untuk memisahkan ruang kerja,
pernah populer. Dalam hal ini,
Sethi (1987) menyetujuinya Meski
lingkungan kantor telah berubah
seiring berjalannya waktu, tanaman
interior terus digunakan di tempat
kerja. Relf. D. (1990) melaporkan
bahwa interaksi dengan tanaman,
baik pasif maupun aktif dapat
mengubah sikap, perilaku, dan
respon fisiologis manusia. Manfaat
dalam mengurangi tingkat stress
dengan secara pasif melihat
tanaman alami juga telah terbukti.
Oleh karena itu sebagaimana
dimaksud oleh Relf D (1990),
lewat pemahaman menyeluruh
tentang hubungan antara tanaman
dan kesejahteraan manusia semakin
meningkat dan dirasa penting.
Beberapa
penelitian
yang
dilakukan oleh para peneliti
menunjukkan
bahwa
pekerja
kantoran dilaporkan tidak terlalu
merasa lelah saat mereka memiliki
akses ke pemandangan alam di
taman atau jendela kantor mereka,
dan lebih memilih lingkungan kerja
dengan tanaman dan jendela
dengan tanaman dan pemandangan
alam hidup. Selanjutnya, mereka
juga melaporkan bahwa lingkungan
alami dapat memiliki efek restorasi
pada perhatian.
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 10
www.academia.edu

KESIMPULAN
Keadaan kantor seperti desain tata
ruangan, suhu dan cuaca dalam ruangan,
suara dan kebisingan, penggunaan warna
dan tanaman yand diletakan didalama
ruangan memiliki pengaruh terhadap para
pegawai yang pada akhirnya berpengaruh
pada kinerja dan performa dari masing –
masing pegawai dan produktifitas mereka.
Pengaruh tersebut terjadi karena baik
faktor fisik dan non fisik pegawai yang
menjadi objek inti penelaahan pengaruh
yang ditimbulkan. Terdapat dua pengaruh
yang dapat di telaah untuk dapat
meningkatkan kinerja dan produktifitsa
sekaligus meminimalisir dampak negatif
dari beberapa faktor yang telah dijelaskan.
Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa apa
yang dirasakan oleh pegwai merupakan
salah satu faktor pembentuk tingkat
produktifias yang dihasilkan. Oleh karena
itu, pengaturan tata ruang atau office
layout kantor sebaiknya tidak hanya
mengedepankan
kelancaran
kegiatan
praktikal kantor saja melainkan juga
menimbang mengenai kelancaran dan
kenyaman dari sudut pandang orang –
orang yang bekerja di dalam kantor
tersebut. Dengan begitu maka akan tercipta
lingkungan kerja yang tidak hanya nyaman
bagi semua pihak namun juga memberikan
kontribusi bagi perusahaan dengan tingkat
produktifitas yang tinggi.

yang nyaman dan juga produktif serta
berbiaya tepat guna. Karena dalam hal
penataan ruangan ruangan kantor harus
melibatkan pertimbangan sedemikian rupa
sehingga tujuan yang dicita – citakan dari
penataan ruang tersebut dapat tercapai.

Referensi

SARAN
Dalam hal berusaha, perusahaan pada
dasarnya mencoba mengoptimalkan segala
sumber daya, salah satunya biaya.
Perusahaan memiliki hak untuk mengelola
biaya baik meminimalisir atau pun
mencoba mengefektifkannya. Namun
dalam hal ini perusahaan hendaknya
memperhatikan segala aspek dan pihak
yang terlibat dengan cara menelaah
penerapan rencana dari berbagai sudut
pandang pihak - pihak yang terlibat
sehingga akan terjadi lingkungna kerja
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 11
www.academia.edu

Arora, S. (1980). Office Organization and Management. U.S: Vikas Publishing House PVT LTD.
Denyer, J. (1996). Office Management. London: The English Language Book Society And Mcdonald
And Evans Ltd.
Gie, T. L. (1996). Administrasi Perkantoran Modern. Yogyakarta: The Liberty Yogyakarta.
Littlefield, C. L., & Patterson, R. L. (1956). Modern Office Management. United State: Prentice-Hall.
Muther, R. (1973). Systematic Layout Planning. U.S: CBI Publishing Co Inc.
Place, I., Wilkinson, R. L., & Hicks, C. B. (1974). Office Management. U.S: HarperCollins Publishers.

Tonya L. smith-jackson.,& Katherine W.
klein (2008), ―open-plan offices:
task performance and mental
workload‖.
Journal
of
e
nvironmental Psychology, 29, 279289.

Brookes, M. J., & Kaplan, A. (1972). The
office environment: Space planning
and affective behavior. Human
factors, 14(5), 373–391.
Evans, G. W., & Johnson, D. (2000).
Stress and open-office noise. Journal of
Applied Psychology, 85, 779–783.

Brennan, A., Chugh, J., & Kline, T. (2002).
Traditional versus open office
design: A longitudinal field study.
Environment and Behavior, 34,
279–299.

Sundstrom, E., Town, J., Rice, R., Osborn,
D., & Brill, M. (1994). Office
noise, satisfaction, and performance.
Environment and Behavior, 26(2),
195–222.

Zeitlin, L.R. (1969). A comparison of
employee attitudes toward the
conventional office and the
landscaped office. Technical report,
Port of New York Authority.

Hall, E. T. (1966). The hidden dimension.
Garden City, NY: Doubleday.

Bach, F. W. (1965). The whys and
wherefores of the open-plan office.
Kommunikation, 1, 103–106.
Allen, T. J., & Gerstberger, P. G. (1973). A
field experiment to improve c
ommunications in a product
engineering department: The
nonterritorial office. Human
Factors, 15, 488–498
Hundert, A.J., Greenfield, N. (1969).
Physical space and organizational
behaviour: A study of an office
landscape. Proceedings of the 77th
Annual Convention of the
American
Psychological
Association (Vol. 1, pp. 601–602).

Oldham, G. R., & Rotchford, N. L. (1983).
Relationships between office
characteristics and employee
reactions: A study of the physical
environment. Administrative
Science Quarterly, 28, 542–556.
Chan, Y.-K. (1999). Density, crowding,
and
factors intervening in their
relationship: Evidence from a
hyper-dense metropolis. Social
Indicators Research, 48, 103–124.
Mital, A., McGlothlin, J. D., & Faard, H.
F. (1992). Noise in multipleworkstation open-plan computer
rooms: measurements and
annoyance. Journal of Human
Ergology, 21, 69–82.
Becker, F., Bield, B., Gaylin, K., & Sayer,
S. (1983). Office design in a
Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 12
www.academia.edu

community college: effect on work
and communication patterns.
Environment and Behavior, 15(6),
699–726.

Jurnal Manajemen Kantor, Desember 2017 | 13
www.academia.edu