Bahan Ajar Mata Kuliah Hukum Islam Repository UNIKAMA

HUKUM

ISLAM

 OLEH
 H.

:

ABDUL HALIM,
S.Pd.,SH.,M.Hum

A.
 B.
 C.
 D.




Hablum Minallah

Hukum Publik
Hukum Privat
Hukum Formil (Hukum Aqdliyah)

E. Hukum Ittiqodiyah/Akidah (Hablum
Minallah)

F.
 G.
 H.
 I.


Beberapa Asas Hukum Perdata Islam
Beberapa asas Hukum Pidana Islam
Pembuktian Keaslian Al Qur’an
Istilah Dan Pengertian Hukum Islam

J. Pengertian Syariat
 K.

Pengertian Ilmu Fikih
 L. Dasar-dasar Ilmu Fikih
 M. Pengertian Tentang Al Ahkam, Al
Khomsah


I. Ittiqoddiyah atau ibadat (akidah) atau
Ketauhidan
 Syahadatain (dua kalimat syahadat)
 Salat
 Saum (puasa)
 Zakat
 Haji
 Rukun Islam, taharoh (bersuci), rukun
iman, dan lain-lain.

II. Sejarah Masa Lalu
 (Tarikh) Sejarah Rasul-Rasul:
 1) Adam Alaihissalam,
 2) Nuh Alaihissalam,

 3) Hud Alaihissalam,
 4) Ibrahim Alaihissalam,

5)
 6)
 7)
 8)
 9)


Daud Alaihissalam,
Idris Alaihissalam,
Ishak Alaihissalam,
Sulaiman Alaihissalam,
Yakub Alaihissalam,

 10)
 11)
 12)
 13)

 14)

Yusuf Alaihissalam,
Musa Alaihissalam,
Harun Alaihissalam,
Isa Alaihissalam,
dan lain-lain.

Ada 25 Rasul yang wajib diketahui dan
Muhammad sebagai Rasul penutup.

III. Hal yang ghaib-ghaib dan hari
yang akan datang
 Tentang surga dan neraka
 Tentang adzab kubur
 Tentang malaikat-malaikat

 Tentang

hari kiamat (yaumil

mahsyar)
 Tentang hari pengadilan di
yaumil mahsyar (Al-Qur’an Surah
Yasin ayat 65)

IV. Tentang Urf ( Budi Pekerti)
 a. Akhlak
 b. Moral
 c. Etika

V. Tentang Muamalah (Hablumminannas)
 Hukum Publik
 Hukum Tata Negara
 Hukum Internasional
 Hukum Pidana
 Hukum Privat ada 30 macam
 Hukum Formil (Hukum acara)

HUKUM PUBLIK


Babul Aqdiyah Sultaniyah : Hukum Tata
Pemerintahan
 Babul Al Khlifah
: Hukum Tata
Negara
 Babul Difaiyyah
: Hukum
Pertahanan
 Babul Jihad
: Hukum
Peperangan


Babul Qodhaiyah
: Hukum
Peradilan
 Babus Sha’id
: Hukum
Perburuhan
 Babus Sulhu al Khilafah

: Hukum
Internasional
 Babul Al Dhabaiyah
: Hukum
Penyembelihan Ternak


Babul Qotilu al Diyata Badala: Hukum
Benda Rampasan Perang
 Babul al BAhri
: Hukum Laut
 Babul Ma’al Ardhi wal
 Sama’I
: Hukum Air, Bumi dan
Ruang Angkasa
 Babul Hudud
: HukumanHukuman










Babul Jinayah
: Hukum Pidana/Militer
Babus Shodiqu
: Hukum Pencurian (QS.
Surat An Nisa; ayat 38)
Babus Qishos
: Hukum Pembunuhan (QS.
Al Baqoroh ayat 178 (Qishos) jo. QS, An Nisa’
ayat 179)
Babus Zina
: Hukum Berzina ( QS. An
Nur ayat 4), Hukum Menuduh Berzina (Kadzab
QS. An
Nur ayat 4)










Babus Syahadah
: Hukum Persaksian
(Syahadah QS. Al Baqoroh ayat 282)
Babul Fasada fil Ardhi: Hukum Merampok dan
Teror (QS. Al Maidah ayat 33)
Babul Syahadah wal Wasyiah
: Saksi (QS. Al
Maidah ayat 106)
Babul Bayyinah
: Hukum Pembuktian
dengan Contoh Kasus Yusuf dengan Zulaiha (QS.

Yusuf ayat 25,
28)

HUKUM PRIVAT
 Babul Buyu’
: Hukum Jual Beli
 Babul Riba
: Hukum Riba
 Babul Khiyar
: Hukum
Wewenang Memilih
 Babus Salam (Hadis Rosul): Hukum Jual
Beli Salam artinya Ba’s Salam (Bayar
Lebih Dulu)

Babul Khafalah
: Hukum
Pertarungan Badan
 Babul Wakalah
: Hukum Pemberian

Kuasa
 Babul Ariyah
: Hukum Pinjaman
Benda Tak Habis Dipakai
 Babul Ikrar
: Hukum Pengakuan


Babus Syuf’ah
: Hukum Hak yang
Dipunyai Pemilik Barang
untuk
Menarik Kembali Barangnya (QS.
Al HAsyr ayat 7) (QS. Al Kahfi ayat 46)
(QS. Al Anfaal Ayat 28) (QS. At
Thaghabun ayat 15)
 Babul Qirodh : Hukum Pemberian Modal
 Babul Musaqoh
: Hukum Pemilik Pohon


Babur Rahn
: Hukum Gadai
 Babus Sulhu
: Hukum
Perikatan/Perdamaian/Perjanjian
 Babul Khilawah
: Hukum Wesal
 Babul Dhoman
: Hukum
Pertanggungan


Babul Ijaroh : Hukum
 Babul Ji’ala
: Hukum
Rugi Jasa Tertentu
 Babul Mukhabaroh
 Babul Mawat : Hukum
Tanah Mati (Tidak
 Babul Waqof : Hukum


Sewa menyewa
Pemberian Ganti
: Hukum Bagi Hasil
Menghidupkan
Produktif)
Wakaf

Babul Hibah
 Babul Luqthah
Barang Hilang
 Babul Lagith
 Babul Wadi’ah
BArang
 Babun Nikah ( mu
Pernikahan


: Hukum Hibah
: Hukum Menemukan
: Hukum Anak Hilang
: Hukum Penitipan
shaharoh): Hukum

Babul Wirasah
: Hukum
Kewarisan
 Babul Infaq dan Shodaqoh
: Hukum Infaq
dan Shodaqoh
 Babur Rodha’ah
: Hukum
Penyusuan
 Babul Ja’ Kulu Wasyrabu
: Hukum
Makanan dan Minuman
 Babul Juba’u Khilfah
: Hukum
Perdagangan Nasional/Internasional


D. HUKUM FORMIL ( HUKUM AQDLIYAH)
 Babul Qadhai’iyah : Hukum Acara Perdata
Islam
 Babul Aqdiyah Sulthaniyah
: Hukum Tata
Usaha Negara Islam
 Babul Hudud (Jinayah)/
 Uqubath
: Hukum Acara Pidana

E. HUKUM ITTIQODIYAH/AKIDAH (HABLUM
MINALLAH)
 Babul Iman (Tauhid) :
a. Syahadatain
b. Salat
c. Saum
d. Zakat
e. Haji
f. Rukun iman
g. Rukun islam
h. Urf (akhlak)

Babul Rasul
: Adam s.d Muhammad
 Babul Malaikat
: Malaikat
 Babus Surga dan Neraka
 Babus Syirathal Mustaqim


F. BEBERAPA ASAS HUKUM PERDATA
ISLAM
 Asas Kebolehan (halal)
 Asas Bebas dan Sukarela
 Asas membawa manfaat dan menghidari
mudharat
 Asas kebajikan
 Asas adil dan berimbang

Asas kekeluargaan
 Asas larangan merusak diri sendiri/harta
benda sendiri maupun orang lain
 Asas bersifat mengatur dan memberi
petunjuk
 Asas perlindungan hak milik
 Asas hak milik fungsi social


Asas
 Asas
 Asas
 Asas
hak


kebebasan berusaha
mampu berbuat
iktikad baik dilindungi
mendahulukan kewajiban dari pada

Asas perjanjian harus tertulis dan dua orang
saksi
 Asas mendapatkan sesuatu harus dengan
berusaha
 Asas risiko tangung jawab tidak boleh
dipikulkan kepada orang lain


G. BEBERAPA ASAS HUKUM PIDANA
ISLAM
 Asas Keadilan hukum
 Asas kepastian hukum
 Asas manfaat (kemanfaatan)
 Asas kebenaran hakiki
 Asas suka memaafkan

Asas tanggung jawab pidana tidak dapat
dipindahkan kepada orang lain (kejahatan
orangtua tidak dapat diberatkan kepada
anak dan sebaliknya)
 Asas praduga tak bersalah
 Asas legalitas


Asas tidak ada hukuman bilamana tidak ada
aturan hukumnya lebih dahulu bahwa azab
tidak akan diturunkan Allah sebelum diutus
seorang Rasul terlebih dahulu yang
member petunjuk (Asas Nulum delectum
nula Puna sine previa lege punale)
 Asas hukum tidak boleh berlaku surut,
kecuali ada risiko kerugian yang amat
besar.


H. PEMBUKTIAN KEASLIAN AL QUR’AN
Para ahli sejarah mengakui bahwa seluruh isi
Al-Qur’an ditulis dizaman Nabi Muhammad
saw, kecuali Surah Al-Alaq dan beberapa
ayat lain yang datang atau diturunkan pada
waktu nabi Muhammad saw sedang sakit.
maka pada saat turunnya ayat Al-Qur’an
selalu ada disamping nabi Muhammad saw,
juru tulis beliau Zaid Bin Tsabit dan keempat
sahabat Nabi: yaitu: Abu Bakar Shidiq, Umar
bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abu
Thalib.



Pada waktu Zaid bin Tsabit mendapat
perintah dari Khalifah Abu Bakar Shiddiq
untuk mengumpulkan dan menyusun
pertama kali naskah Al-Qur’an banyak
diantara sahabat Rasulullah saw yang
masih hidup, mereka menghafal al-Qur’an
menurut susunan yang diatur oleh nabi
Muhammad saw.



Dalam menyusun (membukukan) Al Qur’an,
Zaid bin Tsabit selaku sekretaris nabi
Muhammad saw dan ketua panitia selalu
meminta tolong kepada sahabat Rasulullah
saw yang hafal Al Qur’an untuk menguji
menyesuaikan tulisan-tulisan dengan
hafalan mereka. Khalifah Abi Bakar Shidiq
dalam hal ini secara tegas memerintahkan
bahwa tidak boleh menulis satu ayat pun
apabila ayat itu tidak ditulis di zaman Nabi
Muhammad saw.



Pada zaman Khalifah Utsman bin Affan karena
kebutuhan akan memperbanyak naskah AlQur’an yang telah dibukukan di zaman Khalifah
Abu Bakar Shidiq. Maka apabila terdapat
kesalahan-kesalahan menyalin naskah, meskipun
kesalahan kecil diperintahkan menyobek
kemudian dibakar. Al-Qur’an yang sudah disalin
kemudian diuji dengan naskah asli dari zaman
Nabi Muhammad saw dengan dengan hafalan
sahabat-sahabat Rasulullah saw yang masih
hidup antara lain Ali bin Abu Thalib, Siti Aisyah,
dan lain-lain.



Al Qur’an yang ada sekarang ini adalah
salinan dari Al Qur’an dimasa Khalifah
Utsman bin Affan serta ejaan yang
ditetapkan pada waktu itu. Kemudian di
Mesir diadakan perubahan mengenai cara
menuliskannya, supaya sesuai dengan
bacaan tanpa mengubah isinya sama sekali.

I. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM ISLAM
 Islam sebagai kata benda berasal dari bahasa Arab jenis
masdar ,yaitu berasal dari kata kerja (fi’il) kata kerja asal
itu adalah sebagai berikut.
 Pertama: Aslama (aslamtu)
 Kedua: Salima
 Berasal dari hadits sahih Rasulullah saw yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan muslim (muttafaqqunalaihi), larangan dan
petunjuk-petunjuk untuk kemaslahatan umat baik untuk
kemaslahatan di dunia maupun di akhirat.

Ketiga: Salama
 sebagai kata benda (masdar) adalah salam
berarti menyelamatkan, menenteramkan, dan
mengamankan.artinya diselamatkan di sini
adalah diri sendiri atau batin manusia (bertolak
belakang dari kata kerja transitif, di sini kata kerja
intransitif tidak mempunyai objek keluar, tetapi
kedalam yaitu batin manusia sendiri). Dengan
arti kata lain, islam, islam itu harus dapat
menimbulkan perasaan aman dan damai
(kedamaianya batinya sendiri).

Lima tujuan hukum islam terdiri atas:
 Menyelamatkan jiwa,
 Menyelamatkan akal,
 Menyelamatkan agama,
 Menyelamatkan harta benda, dan
 Menyelamatkan,mendamaikan,dan
menenteramkan keluarga.

pengertian etimologis, Islam itu menjadi
dasar dalam tiga aspek kemanusiaan,
yaitu sebagai berikut.
 ‘Aqaid (iman/tauhid).
 Syari’at yang meliputi ibadah dan
muamalah.
 Ihsan dan tasawuf.

Al-Qur’an
 Sunah atau Hadist
 Ijmak (kesepakatan ulil amri)
 Qias (analogische interpretatie)


Pengertian syariat
 Menurut Logat (bhs) berarti = Jalan
 Outlines of Muhammadan Law – menurut
logat (bhs) berarti :
 Jalan kemata air
 Jalan ketempat bersiram
 Jalan yang harus diturut oleh umat Islam


Canon Law of Islam – keseluruhan dari
perintah-perintah Tuhan.
 Tiap-tiap
perintah
dinamakan
hukum
(jamaknya ahkam, dalam hk.Islam dikenal
al-ahkam al khamsah)


Menurut Ilmu Fiqih terdapat dua pandangan dlm
mengartikan syariat :
 1. Imam Abu Hanifah pendiri Madzab Hanafi,
mengatakan: “Syari’at adalah semua yang diajarkan
oleh Nabi besar Muhammad saw., yang bersumber pada
wahyu Alloh. Hal ini adalah tidak lain sebagai bagian
dari ajaran Islam”
 2. Menurut Imam Idris As-Syafi’I, pendiri Mazhab Syafi’I
mengemukakan pendapatnya:
 “Syari’atnya merupakan peraturan-peraturan lahir batin
bagi umat islam yang bersumber pada Wahyu Alloh, dan
sebagainya. Peraturan–peraturan lahir itu mengenai
cara bagaimana manusia berhubungan dengan Allah
dan dengan sesama makhluk lain selain manusia.”





Syari’at merupakan sasaran (objek) dari ilmu
pengetahuan yang khusus disebut ilmu al fiqh.
Ilmu al fikih ialah ilmu yang mempelajari syari’at.
Orang yang mengerti ilmu fiqih disebut Faqih,
jamaknya fukaha; jurist.
Bagi umat islam syari’at adalah satu ilmu
pengetahuan yang suci, sehingga orang harus
berhati-hati
dalam
melakukan
pendekatan
(approach)
menganalisis
dan
menarik
kesimpulan. Kesalahan analisis untuk syari’at
dapat berakibat dosa. Oleh karena itu, perlu alat
bantuan, yaitu ilmu fikih dan ilmu ushul al fikih.



Sebaliknya, Ilmu Ushul al Fikih, akan di
uraikan di bawah setelah ilmu fikih ini.
sebelumnya menguraikan tentang ilmu
fikih, ada baiknya terlebih dahulu dikenal
perbedaan antara syari’at dan hukum,
norma atau kaidah. Perbedaan yang perlu
diketahui tentang syariat dan ilmu hukum
atau norma atau kaidah, yaitu berbeda
dalam objek, berbeda dalam sumber
pokok, dan bereda dalam sanctum
(sanksi).

L. DASAR-DASAR ILMU FIKIH
Al-Qur’an.
Sunah Nabi Besar Muhammad SAW (Hadis).

Rasio (Ra’yu) atau akal, seperti qiyas dan
ijma’ adalah alat yang dipergunakan oleh
pikiran manusia untuk membuat hukum.
Akan tetapi dalam perkembangan
kemudian, hasil dari pada pemikiran
rasio (akal) berupa qias dan ijma’itu
diakui sebagai dasar ke-3 dan ke-4,
dalam membentuk hukum

M. PENGERTIAN TENTANG AL AHKAM, AL
KHOMSAH
Hakam dalam bahasa arab berarti norma atau
kaidah, jamaknya ahkam. jadi, bila dirumuskan
hukum dalam bahasa Arab ialah rangakaian
garis-garis hukum yang menentukan hak dan
kewajiban manusia dalam masyarakat.

K. PENGERTIAN ILMU FIKIH
 Menurut pengertian fikaha (fakih), fikih
merupakan pengertian zhanni (sangkaan =
dugaan) tentang hukum syariat yang
berhubungan dengan tingkah laku manusia.
Pengertian mana yang dibenarkan dari dalil-dalil
hukum syariat tersebut terkenal dengan ilmu fikih
(orang yang ahli fikih disebut fakih, jamaknya
fukaha). Sebagaimana diketahui bahwa dalil-dalil
umum (generale) dari fikih itu adalah tafshily yang
statusnya zhanni tentu ada tali penghubungnya.
Tali pengikatnya adalah ijtihad, yang akhirnya
orang berpendapat fikih itu sama dengan ijtihad.

Kata hakam lebih luas pengertiannya dari
pada hukum: karena hakam meliputi juga
bidang–bidang kesusilaan dan agama
yang dianut oleh anggota masyarakat.
sebagaimana diketahui bahwa dalam
bahasa Indonesia hukum dapat
diterjemahkan dengan kaidah. kaidah
adalah duduk atau tempat duduk atau
kaidah itu dapat dikatakan basis atau
lembaga.

Contoh yg diambil dr perbendaharaan
hukum adat Minangkabau ada peribahasa
yg mengatakan :
 Adat dituang, lembaga diisi,
 Terbang manumpu, hinggap mancekam,
 Dimana air disauk disitu ranting dipatah
 Dimana bumi diinjak disitu langit dijunjung.


Artinya : setiap orang yg menjadi anggota
masyarakat harus hidup menurut tata cara
atau ukuran tertentu yg ada dalam
masyarakat tersebut.
 Kesimpulannya
: kaidah itu bukanlah
pengertian lahir saja, tetapi juga sesuatu yg
tdk terlihat. ia adalah ukuran baik buruk
manusia yg akan dinilai dlm masyarakat
setempat


Kaidah itu gunanya untuk menilai baik
buruknya perbuatan seseorang. Baik
buruknya Perbuatan seseorang itu
mempunyai berbagai tingkatan yang
bebeda – beda dan tergantung pada
perasaan orang di suatu masa menurut
perkembangan kebudayaannya.

Lapangan hubungan baik buruk
dan baik :
 Kesusilaan
 Hukum dan,
 Agama

1. Lapangan Kesusilaan
 Sunah dan makruh termasuk dalam
kesusilaan masyarakat. Dengan demikian,
dapat diambil kesimpulan tentang bentuk
kaidah kesusilaan ,yaitu:
 Yang berlaku bagi perseorangan = jaiz
(mubah);
 Yang berlaku bagi masyarakat=sunah dan
makruh.

2. Lapangan Hukum
 Larangan melaksanakan perbuatan buruk;
Suruhan melaksanakan perbuatan baik.
 sanctum (sanksinya).sanksi (sanctum)
atau penguat itu merupakan sustu
penderitaan bagi orang yang melakukan
kejahatan, mungkin penderitaan diri
pribadi, harta benda, jiwa, atau
kemerdekaan dari orang yang melakukan
perbuatan tersebut.

3. Lapangan Agama
 Pertama,
Fardh atau wajib adalah perintah atau
suruhan apabila dikerjakan mendapat
pahala, apabila tidak dikerjakan akan
mendapat siksa atau dosa.



Kedua,
Sunnah atau madzub, yaitu suatu anjuran
untuk mengerjakan apabila dikerjakan
mendapat pahala, manakala tidak
dikerjakan tidak apa-apa. Contohnya, salat
sunah sesudah salat maghrib atau sebelum
shalat ashar.

Ketiga,
 Jaiz, mubah atau ibadah atau halal,
dikerjakan mendapat kepuasan sendiri
bagi yang mengerjakannya, misalnya
makan, minum, bisa juga nikah.

Keempat,
 Makruh, yaitu perbuatan dicela, misalnya
merokok bila dikerjakan berbahaya bagi
dirinya, jika di tinggalkan berfaedah untuk
dirinya. Makruh berarti juga berdosa kecil
bila dikerjakan.

Kelima,
 Haram, larangan untuk dikerjakan,
ditinggalkan sanctum-Nya pahala. Misalnya
merampok, membunuh, berzina, dan
sebagainya.

Perbedaan Syariat dan Fiqh dilihat dari:
1. Berbeda dalam objek
 Syariat : Objeknya bukan hanya batin manusia
saja ttp juga lahiriah manusia dgn Tuhan
(Hablumminallah) atau Ittiqaddiyah atau ibadah
 Hk.(Fiqih) : Objeknya peraturan lahir mns,
yaitu hubungan lahir antara mns dgn
mns,hubungan mns dgn makhluk lain selain
mns .Ex: planet bumi, ruang angkasa, hewan,
tumbuhan dll









2. Berbeda Sumber Pokok
Syariat : Sumber pokoknya berasal dari wahyu
Ilahi dan atau deduction atau kesimpulankesimpulan yg diambil dr wahyu (deduction of
wahyu). Baik wahyu yg langsung maupun tdk
langsung. (ijtihat)- Hadist
HK (Fiqih) : Sumber pokoknya berasal dr rasio
atau hasil pemikiran mns, kebiasaan-kebiasaan
yg terdpt dlm masyarakat, atau hasil ciptaan
mns dlm bentuk peraturan dan uu

3. Berbeda dalam Sanktum (sanksi)
 Syariat
sanksinya pembalasan Tuhan di
Yaumul Mahsyar (hari akhirat kelak) ttp juga
di dunia
 Hk.(Fiqih)
:
semua
norma
hukum
sanksinya bersifat sekuler (keduniaan) dgn
menunjuk sbg pelaksana alat perlengkapan
negara. Ex : polisi, jaksa, hakim dan L P sbg
pelaksana sanksinya (hukuman)


Syariat disebut Islamic Law
 Fiqih disebut Jurisprudence (ilmu yang
mempelajari syariat




Syariah



1. Berasal dari wahyu
Ilahi
(Al-Qur’an) dan
sunah rasul (Hadist)
2.Bersifat fundamental
3. Hk nya bersifat qath’i
(tetap tidak berubah)
4. Hk syariat hanya satu
(universal)
5.
Menunjukkan
kesatuan
















Fiqih

1. Karya manusia yg dpt
berubah dari masa ke
masa
2. Bersifat instrumental
3.Hk nya Zhanni (dpt
berubah)
4.Banyak
berbagai
ragam (insidendal)
5.Menunjukkan
keragaman





6. Langsung dari Allah
yg terdapat dalam AlQur’an
dan
penjelasannya dalam
Hadist bila kurang
dapat dipahami
7. Disebut Islamic Law





6. Berasal dari ijtihat
para
ahli
hukum
sebagai
hasil
pemahaman manusia
yang dirumuskan oleh
mujtahid
7.Disebut
Islamic
Jurisprudence

A. Pendahuluan
 B. Pada Fase Pra Pemerintahan Hindia
Belanda
 C. Hubungan Hukum Adat Dengan Hukum
Islam Di Indonesia
 D. Politik Hukum Di Zaman
Prapemerintahan Hindia Belanda
 E. Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem
Hukum Di Indonesia
Pada Masa Setelah
Indonesia Merdeka




Ilmu pengetahuan tentang hukum Islam
baru muncul lebih kurang seabad
sesudah Nabi Muhammad saw.meninggal
dunia. Jadi kira-kira pada permulaan
abad ke-8 Masehi dan terus berkembang
sampai ke penghujung pemerintahan
Khalifah Abbasiyah (abad ke-13 Masehi).

1. Berlakunya Hukum Adat, Hukum
Islam, Hukum Barat
a. Hukum Adat
 Berlakunya hukum adat, tidak dapat
diketahui secara pasti, mungkin sejak
3000 tahun yang lalu. Akan tetapi, yang
pasti hukum adat lebih dahulu berlaku di
Indonesia, sebelum hukum lainya.

b. Hukum Islam
Islam sudah masuk ke Indonesia pada abad
ke-7 Masehi atau abad pertama Hijriyah.
Pada masa itu telah di anut dan
berkembang Mazhab Hanafi, Maliki,
Hambali, dan terakhir Madzhab Imam
Syafi’I, yang dewasa ini di anut oleh
sebagian besar umat Islam di Indonesia
(dominan).

c. Hukum Barat
Hukum Barat, dimulai dengan kedatangan
orang Belanda, yang memberlakukan
hukum Eropa, Timur Asing, dan hukum
adat untuk bumiputra sejak zaman VOC
dalam abat ke-16-17 (S. 1917 nomor 12).
lebih dikenal dengan istilah Reseptio In
Complexu Theorie S. 1854 No. 129 di
Belanda S. 1855 Nomor 2 di Indonesia,
Receptie Theorie S. 1929 No. 221 lebih di
kenal dengan pasal 134 ayat (2) I.S.

A. Sumber- sumber hukum Islam adalah
sebagai berikut :
 Alquran (30 juz, 114 surat, 6.236 ayat,
324,345 huruf).
 Hadis Rasulullah SAW.
 Ijtihad Ulil Amri.

Berdasarkan Al-qur’an Surat An.Nisaa’
ayat 59 ijtihad ulil amri dapat diperluas
menjadi :
 1. Qias
 2. ijmak
 3. istisaan
 4. istishhab
 5. musalah wal mursalah
 6. urf.


B. ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM
 Al Quran berasal dari kata qura’a artinya,
telah membaca. Alquran adalah kumpulan
wahyu (kata-kata) Allah yang disampaikan
kepada Muhammad saw.dengan
perantaraan Malaikat Jibril selama
Muhammad menjadi Rasul.
 Al Quran berisi perintah dan larangan,
ayat pertama turun adalah di Gua Hira
pada Permulaan Muhammad diangkat
menjadi Rasul dengan Surah Al-‘Alaq.

Pokok-Pokok Isi Alquran
 Alquran mengandung persoalan-persoalan
pokok sebagai berikut.
 Rukun Iman (percaya kepada Allah, Rasulrasul, Malaikat, kitab Allah, hari kiamat, dan
percaya pada qada dan qadar), yaitu hal-hal
yang tetap berlaku dan telah mempunyai
aturan tertentu.

Rukun Islam (syahadat, salat, puasa, zakat
dan fitrah, haji dan umrah)
 Munakahat (perkawinan), muamalah
(hukum pergaulan dalam masyarakat atau
hukum privat), jinayat (hukum pidana,
aqdiyah (hukum mengenai mendirikan
pengadilan), khalifah (hukum mengenai
pemerintahan), ath’imah (makanan dan
minuman), jihad (hukum peperangan).


C. SUNAH ATAU HADIS RASULULLAH
SAW
 Sunnah adalah orang hidup (kebiasaan) dan
hadis adalah cerita. Maksud sunah atau
hadis dalam fikih adalah himpunan ucapan,
perbuatan, dan hal-hal yang didiamkan
Rasulullah SAW. Hadis dapat dibagi dalam 3
macam, yaitu perkataan (qaul), perbuatan
(fiil), dan hal-hal yang didiamkan (taqrir
atau sukut ) Nabi Muhammad SAW.

D. IJMAK (KESEPAKATAN ULIL AMRI)
 Menurut ilmu bahasa, ijmak artinya,
mengumpulkan. Menurut ilmu fikih ijmak
artinya, kesatuan pendapat dari ahli-ahli
hukum (ulama-ulama fikih) Islam dalam
satu masalah dalam satu masa dan
wilayah tertentu (teritorial tertentu)

Ijmak Bayani
 Ijmak ini dilakukan dengan ijtihad, yaitu
berfikir sugguh-sungguh dengan
mempergunakan intelektual atau akal. Hal
ini dilakukan dengan cara mempelajari
sumber hukum islam sumber hukum Islam
yang asli (murni), yaitu Alquran dan Hadis
Rasul kemudian mengalurkan garis hukum
baru dari padanya. Misalnya, ijmak wajib
mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.


Ijmak Sukuti

Maksudnya adalah suatu pendapat dari
seorang atau beberapa ahli hukum, tetapi
ahli-ahli hukum lainnya tidak membantah.


E. QIAS (ANALOGISCHE
INTERPRETATIE)

Pemikiran secara analogi deduktif di
sebut qias maksudnya suatu hukum yang
belum diketahui dengan hukum yang
belum diketahui karena persaman illat
(sebab).

A. Arti Nikah
 B. Rukun Nikah Dan Syaratnya MasingMasing
 C. Perkawinan Dalam UU Nomor 1 Tahun
1974
 D. Syarat-Syarat Perkawinan
 E. Usia Perkawinan (Pasal 7)


F. Perkawian Dilarang Antara Dua Orang
(Pasal 8)
 G. Nafkah
 H. Thalaq
 I. Khulu’
 J. Faskh


K. Bilangan Thalaq
 L. Thalaq Raj’i Dan Thalaq Bain
 N. Ruju’


HUKUM PERKAWINAN ISLAM
Oleh
Abdul Halim, SH., M.Hum

???
?? ?

PERKAWINAN

PERNIKAHAN

ARTI NIKAH

Nikah dalam bahasa Arab Nikahun kata
asal dari kata kerja Nakaha sinonimnya
tazawwaja. Diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai perkawinan.


Nikah : Menurut Bhs berarti adh-dhammu
wattadaakhul
(bertindih
dan
memasukkan)
 Dalam kitab lain diartikan adh-dhammu
wal jam’u (bertindih dan berkumpul)
 Menurut ilmu fiqih Nikah berarti suatu
akad
(perjanjian)
yg
mengandung
kebolehan melakukan hubungan seksual
dgn memakai kata-kata (lafazh) nikah atau
tazwij


Dalam fiqih klasik perkawinan masuk
dalam bab Munakahat
 Munakahat mengandung dua interaksi dua
pelaku/lebih sebab perkawinan tidak
pernah terjadi dengan pelaku tunggal yg
berlainan jenis kelamin.








Ulama mutaakhirin
menjelaskan Nikah
“sesuatu akad yg menyebabkan kebolehan
bergaul antara seorang laki-laki dengan
seorang perempuan dan saling menolong
diantara keduanya serta menentukan batas
hak dan kewajiban diantara keduanya”.
Ini mengandung definisi :
1. kebolehan hubungan seksual
2.
menyiratkan
bahwa
perkawinan
mengandung aspek hukum



3 Aspek ta’awun (gotong royong) pelaku
dihadapan pada tanggung jawab serta
hak-hak yang dimilikinya.



HUKUM NIKAH

1. Wajib : bagi orang yg mampu
melaksanakan pernikahan dan kalau tidak
menikah ia akan terjerumus dalam
perzinaan
 2. Sunah : Bagi orang yg berkehendak
dan baginya mempunyai biaya sehingga
dapat memberi nafkah kepada istrinya
dan keperluan-keperluan lain


3. Makruh : bagi orang yg tidak mampu
untuk melaksanakan pernikahan karena
tidak mampu memberi belanja kepada
istrinya atau kemungkinan lain karena
lemah syahwat
 4. Mubah : bagi orang yg tidak terdesak
oleh hal-hal yg mengharuskan segera
nikah atau yang mengharamkannya
 5. Haram : bagi orang yg ingin menikahi
seseorang dengan niat untuk menyakiti
istrinya atau menyia-nyiakannya


RUKUN NIKAH & SYARAT MASINGMASING
 A. Calon suami
 1. Islam
 2. Tidak dipaksa
 3.Bukan mahram calon istri
 4. Tidak sedang melaksanakan ibadah haji
atau umrah


B. Calon istri
 1. Islam
 2. Bukan mahram calon suami
 3. Tidak sedang melakukan ibadah haji
atau umrah


C. Wali
 1. Islam
 2. Baligh (dewasa)
 3. Berakal sehat
 4. Laki-laki
 5. Mempunyai hak untuk menjadi wali
 Susunan Wali
 1. Bapaknya
 2. Kakeknya (bapak dari mempelai
perempuan)














4. Saudara laki-laki yg sebapak saja
dengannya
5. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg
seibu-sebapak dengannya
6. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg
sebapak saja dengannya
7. Saudara bapak yg laki-laki (paman dari
pihak bapak)
8. Anak laki-laki pamannya dari pihak
bapaknya
9. Hakim

D. Dua orang saksi
 1. Islam
 2. Baligh (dewasa)
 3. Berakal sehat
 4. Laki-laki
 5. Mengerti maksud nikah




E. Ijab Qobul

PERKAWINAN DALAM UU NO. 1 TAHUN 1974
 Pasal 1

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
 Pasal 2
 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.
 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
Perundang-Indangan yang berlaku.

SYARAT-SYARAT PERKAWINAN (Pasal 6)
 Perkawinan harus didasarkan atas persetujaun
kedua calon mempelai
 Untuk melangsungkan perkawinan yang belum
mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus
mendapat izin kedua orang tua.
 Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua
telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu menyatakan kehendaknya, maka izin
bermaksud ayat (20 pasal ini cukup diperoleh dari
orang tua yang masih hidup atau dari orang tua
yang mampu menyatakan kehendaknya.

USIA PERKAWINAN (Pasal 7)
 1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak
pria sudah mencapai umur 19 (sembilan
belas) tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
 2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat
(1) pasal ini dapat meminta dispesasi
kepada pengadilan atau pejabat lain, yang
ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria
maupun pihak wanita.

PERKAWINAN DILARANG ANTARA DUA
ORANG (Pasal 8)
 Berhubungan darah dalam garis keturunan
lurus ke bawah ataupun ke atas
 Berhubungan darah dalam garis keturunan
menyamping yaitu antara seorang dengan
saudara orang tua dan antara seorang
dengan sudara neneknya.
 dst

Yang dimaksud dengan nafkah adalah
semua kebutuhan dan keperluan yang
berlaku menurut keadaan dan tempat,
seperti makanan, pakaian, rumah, dsb.

Banyaknya nafkah yang diwajibkan
adalah sekedar mencukupi keperluan dan
kebutuhan serta mengingat keadaan dan
kemampuan orang yang berkewajiban
menurut kebiasaan masing-masing
tempat.


Kata thalaq dari bahasa Arab artinya
menurut bahasa adalah melepaskan ikatan.



Khulu’ ialah thalaq yang dijatuhkan suami
karena mengabulkan permintaan istrinya
dengan cara membayar tebusan dari pihak
istri kepada suami.setelah terjadi khuluk
antara suami istri

FASKH

Fasakh ialah terjadinya thalaq yang
dilakukan oleh hakim atas pengaduan istri
atau suami. Hukum menjatuhkan thalaq
antara suami istri setelah
mempertimbangkan dari berbagai segi,
sementara suami tidak bersedia
menjatuhkan thalaq atau tidak dapat
melakukannya.



Bilangan thalaq ada 3 macam yaitu: thalaq
satu, thalaq dua, thalaq tiga. Thalaq satu
dan thalaq dua disebut dengan thalaq raj’i
yaitu thalaq yang terjadi antara suami dan
istri boleh ruju’ ketika dalam masa iddah.



Iddah menurut bahasa artinya jumlah atau
sejumlah. Iddah menurut itilah syariat
Islam masa menunggu bagi seorang
wanita karena dithalaq atau ditinggal mati
oleh suaminya, agar dapat diketahui
kandungannya apakah masih kosong atau
berisi. Masa menunggu ini ada
kemungkinan tiga kali suci, beberapa
bulan atau melahirkan anak.



Ruju’ menurut bahasa artinya kembali.
Adapun ruju’ menurut istilah syari’at Islam
adalah kembalinya mantan suami kepada
istri yang telah dithalaqnya dengan thalaq
raj’I untuk kumpul kembali pada masa
iddah tanpa mengadakan akad nikah yang
baru.

A. Pengertian Dan Hukum Ilmu Waris
 B. Pembagian Waris




Ilmu Waris adalah ilmu tentang warisan juga
disebut ilmu faraid, yaitu ilmu yang
membahas tentang pengaturan dan
pembagian harta warisan bagi ahli waris
menurut bagian yang telah ditentukan oleh
Al-Qur’an.

Pembagian waris
 Apabila semua kewajiban untuk si mayat
sudah dipenuhi, maka seluruh ahli waris
dicatat kemudian diteliti siapa yang
berhak menerima menurut ilmu Faraid,
selain itu juga harus diketahui secara pasti
apakah mereka mendapat bagian tertentu
(furudul muqaddarah) seperti ½, 1/4 atau
1/8 dsb. Atau mereka dapat menerima
seluruh sisa (ashabah).


A. Pengertian Jinayat
 B. Cara -cara Pembunuhan
 C. Syarat-Syarat Wajib Qisas (Hukum
Bunuh)
 D. Diyat


Yang dimaksud dengan jinayat meliputi
beberapa hukum, yaitu membunuh orang,
melukai, memotong anggota tubuh, dan
menghilangkan manfaat badan, misalnya
menghilangkan salah satu panca indra.

Cara-cara pembunuhan
 Betul-betul disengaja, yaitu dilakukan oleh
yang membunuh guna membunuh orang
yang membunuhnya itu dengan perkakas
yang biasanya dapat digunakan untuk
membunuh orang. Hukum ini wajib di
qisas. Berarti dia wajib dibunuh pula,
kecuali apabila diamaafkan oleh ahli waris
yang terbunuh dengan membayar diyat
(denda) atau dimaafkan sama sekali.



Kesengajaan semata-mata. Misalnya
seseorang melontarkan suatu barang yang
tidak disangka akan kena pada orang lain
sehingga menyebebkan orang itu mati, atau
seseorang jatuh menimpa orang lain
sehingga orang yang di timpanya itu mati,



Seperti sengaja, yaitu engaja memukul
orang, tetapi dengan alat yang enteng
(biasanya tidak untuk membunuh orang)
misalnya dengan cemeti, kemudian orang
itu mati dengan cemeti itu. Dalam hal ini
tidak wajib pula qisas, hanya diwajibkan
membayar diyat (denda) yang berat atas
keluarga yang membunuh, diangur dalam
tiga tahun.

SYARAT-SYARAT WAJIB QISAS
(HUKUM BUNUH)
 Orang yang membunuh itu sudah baligh
dan berakal
 Yang membunuh bukan bapak dari yang
dibunuh




Orang yang dibunuh tidak kurang
derajatnya dari yang membunuh. Yang
dimaksud dengan derajat disini ialah agama
dan merdeka atau tidaknya, bagi orang
Islam yang membunuh orang kafir tidak
berlaku qisas; begitu juga orang merdeka,
tidak dibunuh sebab membunuh hamba,
dan bapak tidak dibunuh sebab membunuh
anaknya.



Yang terbunuh itu adalah orang yang
terpelihara darahnya, dengan Islam atau
dengan perjanjian.

Yang dimaksud dengan diyat ialah “ denda
pengganti jiwa yang tidak berlaku atau
tidak dilakukan padanya hukum bunuh”.
Diyat ada dua macam: (1) denda berat, (2)
denda ringan.
Denda berat, yaitu seratus ekor unta,
dengan perincian: 30 ekor unta betina
umur tiga masuk empat tahun, 30 ekor
unta betina umur empat masuk lima
tahun, 40 ekor unta betina yang udah
bunting.



Denda ringan, banyaknya seratu ekor unta
juga, tetapi dibagi lima;20 ekor unta betina
umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta
betina umur dua masuk tiga tahun, 20 ekor
unta jantan dua

A. Pengertian Hukum Perdata Islam Di
Indonesia
 B. Sejarah Berlakunya Hukum Perdata
Islam Di Indonesia




”Hukum Perdata Islam” adalah sebagian
dari hukum Islam yang telah berlaku
secara yuridis formal atau menjadi hukum
positif dalam tata hukum Indonesia, yang
isinya hanya sebagian dari lingkup
mu’amalah, bagian hukum Islam ini
menjadi hukum positif berdasarkan atau
karena ditunjuk oleh peraturan
perundang-undangan. Contohnya adalah
hukum perkawinan, kewarisan, wasiat,
hibah, zakat dan perwakafan.

1. Hukum Islam Pada Masa
Kerajaan/kesultanan Islam di
Nusantara
 Pada masa ini hukum Islam dipraktekkan
oleh masyarakat dalam bentuk yang
hampir bisa dikatakan sempurna (syumul),
mencakup masalah mu’amalah, ahwal alsyakhsiyyah (perkawinan, perceraian dan
warisan), peradilan, dan tentu saja dalam
masalah ibadah.

2. Hukum Islam Pada Masa Penjajahan
Belanda
 Perkembangan hukum Islam di Indonesia
pada masa penjajahan Belanda dapat
diklasifikasi kedalam dua bentuk, Pertama,
adanya toleransi pihak Belanda melalui
VOC yang memberikan ruang agak luas
bagi perkembangan hukum Islam. Kedua,
adanya upaya intervensi Belanda
terhadap hukum Islam dengan
menghadapkan pada hukum adat.

3. Hukum Islam Pada Masa Penjajahan
Jepang
 Menurut Daniel S. Lev Jepang memilih
untuk tidak mengubah atau
mempertahankan beberapa peraturan
yang ada. Adat istiadat lokal dan praktik
keagamaan tidak dicampuri oleh Jepang
untuk mencegah resistensi, perlawanan
dan oposisi yang tidak diinginkan.

4. Hukum Islam Pada Masa Kemerdekaan
 Salah satu makna terbesar kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia adalah terbebas dari pengaruh
hukum Belanda, menurut Prof. Hazairin, setelah
kemerdekaan, walaupun aturan peralihan UUD
1945 menyatakan bahwa hukum yang lama
masih berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan UUD 1945, seluruh peraturan
pemerintahan Belanda yang berdasar teori
receptie (Hazairin menyebutnya sebagai teori
iblis) tidak berlaku lagi karena jiwanya
bertentangan dengan UUD 1945.

5. Masa Orde
 Banyak produk hukum Islam (tepatnya
Hukum Perdata Islam) yang menjadi hukum
positif yang berlaku secara yuridis formal,
walaupun didapat dengan perjuangan keras
umat Islam.

6. Hukum Islam Pada Masa Reformasi
 Era reformasi dimana iklim demokrasi di
Indonesia membaik dimana tidak ada lagi
kekuasaan repsesif seperti era orde baru,
dan bertambah luasnya keran-keran
aspirasi politik umat Islam pada pemilu
1999, dengan bermunculannya partaipartai Islam dan munculnya tokoh-tokoh
politik Islam dalam kancah politik nasional
sehingga keterwakilan suara umat Islam
bertambah di lembaga legislatif maupun
eksekutif.

A. Arti Definisi / Pengertian Muamalat
 B. Arti Definisi / Pengertian Jual Beli
 C. Rukun Jual Beli
 D. Hal-Hal Terlarang / Larangan Dalam Jual
Beli
 E. Hukum-hukum Jual Beli




Jual beli adalah suatu kegiatan tukar
menukar barang dengan barang lain
dengan tata cara tertentu. Termasuk dalam
hal ini adalah jasa dan juga penggunaan
alat tukar seperti uang.

Rukun jual Beli
 1. Ada penjual dan pembeli yang keduanya harus
berakal sehat, atas kemauan sendiri,
dewasa/baligh dan tidak mubadzir alias tidak
sedang boros.
 2. Ada barang atau jasa yang diperjualbelikan dan
barang penukar seperti uang, dinar emas, dirham
perak, barang atau jasa. Untuk barang yang tidak
terlihat karena mungkin di tempat lain namanya
salam.
 3. Ada ijab qabul yaitu adalah ucapan transaksi
antara yang menjual dan yang membeli (penjual
dan pembeli).

HUKUM-HUKUM JUAL BELI
 1. Haram
 Jual beli haram hukumnya jika tidak memenuhi
syarat/rukun jual beli atau melakukan larangan
jual beli.
 2. Mubah
 Jual beli secara umum hukumnya adalah mubah.
 3. Wajib
 Jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung
situasi dan kondisi, yaitu seperti menjual harta
anak yatim dalam keadaan terpaksa.

Pengertian jual beli kredit secara istilah
adalah menjual sesuatu dengan
pembayaran tertunda, dengan cara
memberikan cicilan dalam jumlah-jumlah
tertentu dalam beberapa waktu secara
tertentu, lebih mahal dari harga kontan.

Dalil jual beli kredit
Pertama :

Dalil-dalil yang memperbolehkan jual
beli dengan pembayaran tertunda.
 Kedua :

Dalil-dalil yang menunjukkan
dibolehkannya memberikan tambahan
harga karena penundaan pembayaran atau
karena penyicilan.

Ketiga :
 Dalil Ijma’

Sebagian Ulama’ mengklaim bahwa
dibolehkannya jual beli dengan kredit
dengan perbedaan harga adalah
kesepakatan para ulama’.






Keempat :
Dalil qiyas
Sebagaimana yang telah lewat bahwasannya
jual beli kredit ini dikiaskan dengan jual beli salam
yang dengan tegas diperbolehkan Rosululloh,
karena ada persamaan, yaitu sama-sama
tertunda. hanya saja jual beli salam barangnya
yang tertunda, sedangkan kredit uangnya yang
tertunda. Juga dalam jual beli salam tidak sama
dengan harga kontan seperti kredit juga hanya
bedanya salam lebih murah sedangkan kredit
lebih mahal.

Kelima :
 Dalil Maslahat
 Jual beli kedit ini mengandung maslahat baik bagi
penjual maupun bagi pembeli. Karena pembeli
bisa mengambil keuntungan dengan ringannya
pembayaran karena bisa diangsur dalam jangka
waktu tertentu dan penjual bisa mengambil
keuntungan dengan naiknya harga, dan ini tidak
bertentangan dengan tujuan syariat yang
memang didasarkan pada kemaslahatan ummat.

Adab yang harus diperhatikan tatkala
seseorang itu melakukan jual beli sistem
kredit, yaitu :
 Pertama : Adab penjual
 1. Tidak memanfaatkan kebutuhan
masyarakat terhadap kredit dan sejenisnya
dengan melipat gandakan keuntungan.


2. Bisa memahami keadaan pembeli secara
kredit
 Terkadang seseorang membeli secara kredit
karena memang dalam kedaaan kepepet,
sangat membutuhkan barang tersebut
padahal dia tidak memiliki harga tunai.
Maka dalam kondisi saat ini si penjual harus
bisa memahaminya.


Kedua : Adab pembeli
 1. Tidak nekad melakukan pembelian secara
kredit kecuali bila bertekad kuat
menyelesaikan cicilanya karena memiliki
kelebihan penghasilan dari kebutuhan
primernya. Karena hukum orang yang
membeli kredit adalah hukum orang yang
berhutang, yang mana jangan sampai
melakukannya kecuali kalau terpaksa.


2. Tidak menggampangkan urusan jual beli
kredit
 fenomena yang berkembang bahwasannya
ada sebagian orang yang membeli secara
kredit barang-barang yang sebenarnya
tidak terlalu dia butuhkan.
4. Melunasi angsuran kredit dengan baik
serta tidak mengulur-ulurnya.