ASUHAN KEPERAWA TAN JANTUNG REMATIK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang

membahayakan dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah
kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang
disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena
proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh:
Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa
terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung,
perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung
reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup),
pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan
gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit jantug reumatik masih
menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa
di Amerika Serikat.

RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari
100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada
kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara
dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang
memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena
tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD
rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional
mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama
penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

1

1.2

RUMUSAN MASALAH

1.

Apakah penyakit jantung rematik itu?


2.

Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik?

3.

Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik?

4.

Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?

5.

Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?

6.

Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung

rematik?

7.

Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
jantung rematik?

1.3

TUJUAN PENULISAN

a.

Tujuan Umum

1.

Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik

2.


Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik

3.

Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik

4.

Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik

5.

Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik

6.

Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa jantung rematik


b.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan jantung rematik

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

DEFENISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic

Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang
berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2007)

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan
satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea
minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
2.2

ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini

sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi
akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi
timbulnya RHD yaitu :

1.


Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA

terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

3

2.

Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian

dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.

3.

Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang

buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.

4.

Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi

saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.
2.3

KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:

1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan,
Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas
tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa
sakit disekitar sendi, Sakit perut
4

4. Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan
katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada
fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
2.4

PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK

Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh
radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus betahemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab
demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung
antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel

tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa
antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi
antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif
maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema
marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.

5

2.5

MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan
pada sistem saraf pusat.

6

b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
2.6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
2.7

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:

1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok
Tirah baring
Mobilisasi bertahap
Klinis
( minggu )
( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + )
2
2
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-)
4
4
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+)
6
6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ )
>6
> 12
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin
1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat
badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi
penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk
profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi
7

penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g
untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada mingguminggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan
jantung dan rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan
ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis
tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.
Untuk

pasien

dengan

artralgia

saja

cukup

diberikan

analgesik.

Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis
selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali.
Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi
dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan
metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu
secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama
6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek
rebound atau infeksi streptokokus baru.

8

BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
4. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6. ADL
a. Aktivitas/istrahat
Gejala

: Kelelahan, kelemahan.

Tanda

: Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

b. Sirkulasi
Gejala

: Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,

jatuh pingsan.
Tanda

: Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub,

murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi
Gejala

: Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.

Tanda

: Urine pekat gelap.

d. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala

: Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,

gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda

: Perilaku distraksi, mis: gelisah.

9

e. Pernapasan
Gejala

: dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak

produktif).
Tanda

: takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum

banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan
Gejala
Tanda

: Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
: Demam.

7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah
Suhu : 38 – 390
Nadi cepat dan lemah
BB: turun
TD: sistol, diastole
b. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
b. Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos
serta takhikardi
c. Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan.
3.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
10

4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
3.3

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria
Hasil
Tujuan:
1.
Setelahdiberikan
asuhan
keperawatan,penurunan
curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria hasil:
Menunjukkan
tanda-2.
tanda vital dalam batas
yang
dapat
diterima
(disritmia terkontrol atau
hilang).
bebas
gejala
gagal
jantung (mis : parameter3.
hemodinamik dalam batas
normal, haluaran urine
adekuat).
Melaporkan penurunan
episode dispnea,angina.4.
Ikut serta dalam akyivitas
yang mengurangi beban
kerja jantung.

Diagnosa I
Penurunan
curah
jantung
berhubungandengan adanya
gangguan pada penutupan
katup
mitral
( stenosiskatup )
1.

2.

3.

Intervensi

Rasional

Kaji frekuensi nadi,1. Memonitor
adanya
RR, TD secara teratur perubahan
sirkulasi
setiap 4 jam.
jantung sedini mungkin
dan terjadinya takikardiadisritmia
sebagai
kompensasi
meningkatkan
curah
Kaji perubahan warna jantung
kulit terhadap sianosis2. Pucat
menunjukkan
dan pucat.
adanya penurunan perfusi
perifer terhadap tidak
adekuatnya curah jantung.
Sianosis terjadi sebagai
Batasi aktifitas secara akibat adanya obstruksi
adekuat.
aliran
darah
pada
ventrikel.
3. Istirahat
memadai
diperlukan
untuk
Berikan
kondisi memperbaiki
efisiensi
psikologis lingkungan kontraksi jantung dan
yang tenang.
menurunkan
komsumsi
O2 dan kerja berlebihan.
4. Stres emosi menghasilkan
5. Kolaborasi
untuk vasokontriksi
yang
pemberian oksigen
meningkatkan TD dan
meningkatkan
kerja
6. Kolaborasi
untuk jantung.
pemberian digitalis 5. Meningkatkan
sediaan
oksigen untuk fungsi
miokard dan mencegah
hipoksia.
6. Diberikan
untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja
jantung.
11

Diagnosa II
Nyeri
akut/kronis
berhubungan
dengan
distensi
jaringan
oleh1)
akumulasi
cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi. 2)

Tujuan
: nyeri1. Kaji keluhan nyeri,1.
dapat berkurang/hilang
catat
lokasi
dan
Kriteria hasil:
intensitas ( skala 0Menunjukkan
nyeri 10).Catat faktor yang
berkurang/hilang
memcepat dan tanda
Terlihat rileks, dapat sakit non verbal.
2.
tidur/istirahat
Biarkan
pasien
3) Berpartisipasi
dalam mengambil
posisi
aktifitas
sesuai yang nyaman.
kemampuan.
3. Beri obat sebelum3.
aktifitas/latihan yang
direncanakan.
4.
4. Observasi
gejala
kardinal.

Diagnosa III
Ketidakseimbangan
nutrisi ; kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
peningkatan asam lambung
akibat kompensasi sistem
saraf simpatis

Tujuan :
1.
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
masalah
ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari2.
kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Klien mengatakan
mual
dan
anoreksia3.
berkuarang
/
hilang,
masukan
makanan
adekuat dan kelemahan
hilang. BB dalam rentang
normal.
4.

Kaji
status1.
nutrisi(
perubahan
BB<
pengukuran
antropometrik
dan
nilai HB serta protein 2.
Kaji pola diet nutrisi
klien( riwayat diet,
makanan kesukaan)

R/ membantu dalam
memetukankebutuhan dan
manajemen nyeri dan
keefektifan program.
Pada penyakit yang berat
torah
baring
sangat
diperlukan
untuk
membatasi
nyeri/cidera
berlanjut.
Menigkatkan relaksasi,
mengurangi ketegangan
otot/spasme.
Gejala
kardinal
menunjukkan
keadaan
fisik dari organ-organ
vital tubuh, juga dapat
memberikan
gambaran
kondisi pasien.
Menyediakan data dasar
untuk
memantau
perubahan
dan
mengevaluasi intervensi
Membantu
dalam
mempertimbangkan
penyusunan
menu
sehingga klien berselera
makan
Menyediakan informasi
mengenai faktor yang
harus
ditanggulangi
sehingga asupan nutrisi
adekuat.
Membantu mengurangi
produksi asam lambnung/
HCl akibat faktor-faktor
perangsang dari luar
tubuh

Kaji
faktor
yang3.
berperan
untuk
menghambat asupan
nutrisi ( anoreksia,
mual)
4.
Anjurkan
makan
dengan porsi sedikit
tetapi sering dan tidak
makan makanan yang
merangsang
pembentukan
Hcl5. Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, produksi HCL oleh epitel
dingin, pedas
lambung
5. Kolaborasi
untuk

12

pemberian
obat6. Mendorong peningkatan
penetral
asam selera makan.
lambung
seperti
antasida
6. Kolaborasi
untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien
3.4

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa

yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir
tindakan yang akan dilakukan.
3.5

EVALUASI KEPERAWATAN
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri

13

BAB IV
TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG REMATIK
4.1

PENGKAJIAN

I.Identitas Diri Klien
1. Nama

: An. W

2. Tempat/tanggal lahir

: Lubuk Pakam, 23 September 2008

3. Jenis kelamin

: Laki-laki

4. Alamat

: DSN I DS. BARU BATANG KUIS

5. Status perkawinan

:-

6. Agama

: Kristen

7. Suku

: Batak

8. Pendidikan

: SD

9. Tanggal masuk RS

: 01 November 2016

II. Status kesehatan klien saat ini
1.

Keluhan utama

: Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini

2.

Faktor pencetus

: Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu

3.

Faktor yang memperberat keluhan

4.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan

5.

Diagnosa Medik

: Mudah lelah saat bermain
: Kompres

: Rheumatic Heart Desease/ Penyakit Jantung

Rematik

III. Riwayat Kesehatan Klien yang lalu
1.
2.

Riwayat penyakit yang pernah dialami klien

: Faringitis

Riwayat pengobatan : -

14

3.

Riwayat operasi

:-

4.

Riwayat kecelakaan

:-

5.

Riwayat hospitalisasi : -

6.

Reaksi alergi

: Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat

7.

Riwayat imunisasi

: Imunisasi lengkap

IV. Pola Kebiasaan Sehari-Hari (ADL)
1.

Pola Nutrisi

Klien mengatakan tidak selera makan
2.

Pola Eliminasi

Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
3.

Pola Aktivitas

Kelelahan, malaise
4.

Pola Istirahat

Klien sulit tidur
5.

Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri

Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
6.

Pola Keyakinan Nilai

Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah
BB: 30 kg
TB: 120 cm
2. Tanda-tanda vital
Kes: Composmentis
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
3. Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
4. Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
15

5. Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus
6. Mulut: Mukosa bibir kering
7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler,
9. Sirkulasi: Takikardi: 110x/i
10. Abdomen: (-)nyeri tekan
11. Anogenetal: tidak dikaji
12. Neurologis: Kes: Composmentis
13. Integumen: Turgor kulit baik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Hb
: 10 gr/dl
HMT
: 45%
Leukosit
: 12 ribu gr/dl
Trombosit
: 120.000
Eritrosit
: 4,6 juta
ASTO
: 400
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
ANALISA DATA
No
.
1.

Data

Etiologi

Masalah

DS:
Toxin beredar melalui Nyeri
-Klien mengatakan sakit pada sendi aliran darah
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan
Poliartritis
Nyeri

2.

DS: Orangtua klien mengatakan Aktivasi
Peningkatan
anaknya demam
antigen/antibodi
tubuh
DO:
-Klien tampak gelisah
Inflamasi
-Suhu tubuh klien di atas batas
normal
Impuls disampaikan
ke hipotalamus

suhu

16

TTV:
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,80C
3.

DS:
-Klien mengatakan cepat lelah
DO:
-Klien tampak lemah
-Klien tampak berbaring ditempat
tidur

Peningkatan
tubuh

suhu

Katup
jantung Intoleransi aktifitas
mengalami gangguan
Peningkatan tekanan
vena
dan
arteri
pulmonalis
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak
meringis
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan
anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah,
klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1.

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Nyeri b/d poliartritis d/d Tujuan:
Mandiri:
1. Pengkajian
klien mengatakan nyeri
1. Monitor tanda
dilakukan
Setelah
dilakukan
pada sendi, klien tampak
vital
untuk
meringis
intervensi
2. Kaji skala nyeri
mengetahui
3. Ajarkan teknik
abnormalitas
keperawatan selama
relaksasi
tanda vital
3x24 jam diharapkan Kolaborasi:
2. Menurunkan
1. Berikan
stimulus nyeri
nyeri dapat teratasi
analgesic
3. Analgesik
Kriteria Hasil:
sesuai
advise
akan
dokter
mengurangi
- Klien
tampak
rasa nyeri

17

tenang
- Skala nyeri: 2-4
2.

Peningkatan suhu tubuh b/d
proses inflamasi d/d ibu
klien mengatakan anaknya
demam, suhu tubuh diatas
batas normal

3.

Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan fisik d/d klien
mengatakan cepat lelah,
klien tampak lemah dan
berbaring ditempat tidur.

Tujuan:
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
peningkatan
suhu
tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien
tampak
tenang
2. Suhu
dalam
batas
normal:
36,5-37,20C
Tujuan:
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan selama
3x24 jam diharapkan
masalah intoleransi
aktifitas
dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien
dapat
beraktifitas
secara mandiri

Mandiri:
1.Untuk
-Monitor tanda vital menormalkan suhu
-Beri kompres
tubuh klien
-Anjurkan
klien
minum banyak
Kolaborasi:
-Beri anti piretik
sesuai advise dokter

-Monitor tanda vital
-Anjurkan ibu klien -Menghemat
bantu
klien energy klien
beraktifitas
-Berikan
bantuan
sesuai kebutuhan

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
1.

Diagnosa

Hari/
Tanggal
Nyeri b/d poliartritis d/d klien Rabu,
mengatakan nyeri pada sendi, 02-11-2016
klien tampak meringis

Jam
11.00

11.00

13.00

Impleentasi
Mandiri:
1. Memonitor tanda vital
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
2. Mengkaji skala nyeri:
6
3. Mengajarkan teknik
relaksasi: nafas dalam
2. Kolaborasi:
1. Memberikan
18

analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip

2.

Peningkatan suhu tubuh b/d Kamis, 03
proses inflamasi d/d ibu klien November
09.00
mengatakan anaknya demam, 2016
suhu tubuh diatas batas normal
10.00

Mandiri:
-Memonitor tanda vital
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
-Mengompres klien
-Memberi minum air
hangat

12.00

3.

Intoleransi
aktivitas
b/d Kamis, 03
kelemahan fisik d/d klien November
20.00
mengatakan cepat lelah, klien 2016
tampak lemah dan berbaring
ditempat tidur.
20.00

Kolaborasi:
-Memberi anti piretik:
Novalgin 1 amp/12 j
-Memonitor tanda vital
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
-Menganjurkan ibu klien
bantu klien beraktifitas
-Memberikan
bantuan
sesuai kebutuhan klien

07.00

V. EVALUASI KEPERAWATAN
No
.
1.

Diagnosa

Hari/
Evaluasi
Tanggal
Nyeri b/d poliartritis d/d Kamis, 03 S: Kien mengatakan
klien mengatakan nyeri November
nyeri sendi mulai
pada sendi, klien tampak 2016
berkurang
meringis
O: - Klien tampak
tenang
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
Skala nyeri: 3

Paraf

19

2.

3.

A: Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi dihentikan
Peningkatan suhu tubuh b/ Jumat,
04 S:
Ibu
klien
d proses inflamasi d/d ibu November
mengatakan
demam
klien mengatakan anaknya 2016
anaknya mulai turun
demam, suhu tubuh diatas
O: - klien tampak
batas normal
tenang
Skala nyeri: 3
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
A:
Masalah
peningkatan
suhu
tubuh teratasi
P:
Intervensi
dihentikan
Intoleransi aktivitas b/d Jumat,
04 S: Klien mengatakan
kelemahan fisik d/d klien November
masih belum bisa
mengatakan cepat lelah, 2016
beraktifitas
secara
klien tampak lemah dan
mandiri
berbaring ditempat tidur.
O: - Klien tampak
dibantu
keluarga
dalam beraktifitas
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan

20

BAB V
PENUTUP
5.1

KESIMPULAN

Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus
golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan
gejala sisa pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian
atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A,
sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani
secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit
jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group A
yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali
terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan
dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini
menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung.
Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau
menebal dan mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi
kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas
dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya
pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine penicillin G.
Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah
pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang
yang biasanya diberikan adalah Cortisone and Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi

21

seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya
atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik
5.2

SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan
mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya
bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik.

22

DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni

Ilyas,dkk

(2006), Asuhan

Kesehatan

Anak

Dalam

Konteks

Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya
Ngastiyah (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.
Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit
Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.
Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
Suriadi,

SKep,

MSN.

2006. Asuhan

Keperawatan

Pada

Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Volume II, 2001, FKUI.

23

24