Studi Pendinginan Pasif dalam Bangunan P

Studi Pendinginan Pasif dalam Bangunan Pendidikan Bahasa di Kawasan
“Kampung Inggr is” Pare
Syarifah Khairunnisa1 , Jusuf Thojib2 dan Nur achmad Sujudwijono A. S.3
1,2,3 Jur usan

Ar sit ektur Fakult as Teknik Univer sitas Br awijaya
Alamat Email penulis : ifa.khair unnisa@gmail.com

ABSTRAK
“Kampung Inggr is” Pare mer upakan kampung mandir i dengan usaha di bidang
pendidikan sebagai sumber utama penghasilan w ar ga. “Kampung Inggr is” Par e
mer upakan kawasan yang ditujukan pada pengembangan per mukiman yang juga dipakai
dalam usaha jasa yakni kur sus bahasa. Pemilihan objek kajian didasari dengan semakin
ber kembangnya kaw asan “Kampung Inggr is” Par e, semakin banyak pula bangunan kelas
belajar dibangun. Pembangunan kelas ini ber tujuan untuk memaksimalkan jumlah siswa
yang masuk. Namun pembangunan r uang-ruang kelas tersebut tidak ter encana secar a
baik sehingga belum memper hatikan sistem pendinginan pasif yang baik sehingga
kenyamanan dalam ruang tidak optimal. Metode penelitian yang digunakan dalam kajian
ini adalah metode penelitian deskriptif analitik. Pada pengolahan data digunakan metode
evaluatif dengan menghadapkan kr iter ia-kr iter ia bidang studi terhadap data eksisting
yang ada sehingga mendapatkan nilai positif dan negatif pada objek studi. Nilai ter sebut

yang akan menjadi acuan dalam menganalisis solusi dar i per masalahan yang sesuai
kor elasi antar var iabel yang diteliti, sehingga akan mendapatkan rekomendasi yang
sesuai dengan karakter istik tersebut.
Kata kunci: pendinginan pasif, bangunan pendidikan bahasa

ABSTRACT
" Kampung Inggr is" Par e is an independent village w ith businesses in education as a
major sour ce of income of the citizens. " Kampung Inggri s" Par e is an area devoted to
r esidential development which is also used in the service business language cour ses.
With the development of the r egion " Kampung Inggr is" Par e, the mor e the classroom
building was built. The development of the classes aims to maximize the number of
incoming students. How ever , the constr uction of the classr ooms ar e not w ell planned, so
that has not noticed a good passive cooling system yet. The method used in this study is a
descr iptive analytic research methods. In the data pr ocessing method used to expose
evaluative cr iter ia existing field study of the data available so get positive and negative
values on the object of study. This value w ill be a r efer ence in analyzing the solutions of
the cor responding problem of cor relation betw een the var iables studied, so it w ill get a
r ecommendation in accordance w ith these char acter istics.
Keywords: passive cooling, language education building


1.

Pendahuluan

Per tumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya
mempengar uhi peningkatan kebutuhan masyar akat untuk ber mukim. Padatnya lahan di
pusat kota akan ber bagai kegiatan-kegiatan pemer intahan, pendidikan, pusat hiburan, dan

perkantor an menyebabkan lahan yang tersedia bagi per mukiman semakin menyempit. Di
sebuah kampung kecil seper ti Kampung Inggr is yang ber ada di Kecamatan Par e, Kabupaten
Kedir i ini, pembangunan kebutuhan r umah tinggal ser ingkali digabungkan dengan
kebutuhan sar ana pendidikan atau sar ana penginapan. Hal ini mengakibatkan kepentingan
kenyamanan r uang dalam bangunan tidak tercukupi sehingga menjadi kur ang nyaman.
Kampung Inggr is Par e mer upakan kawasan yang ditujukan pada pengembangan
permukiman yang juga dipakai dalam usaha jasa yakni kur sus bahasa. Wilayah Kampung
Inggr is ter letak di Kecamatan Par e, Kabupaten Kedir i. Kampung Inggr is Par e merupakan
kampung kota yang telah mandir i dengan adanya usaha kursus bahasa. Penyebaran lokasi
kursus bahasa di kawasan Kampung Inggr is Pare cukup luas. Diaw ali dar i ber dir inya Basic
English Cour se (BEC) sejak tahun 1970-an. Sedikit demi sedikit kampung ini mulai
ber kembang pesat dan terkenal hingga luar Pulau Jawa. Pola per kembangan kaw asan

permukiman Kampung Inggr is Par e ini adalah secar a linier dan kombinasi.

Gambar 1. Lokasi Basic English Cour se (BEC)
Sumber : w ww .w ikimapia.org, 2013

Objek yang akan distudi dalam penelitian ini adalah komplek kursus bahasa Basic
English Cour se (BEC) . Objek ini dipilih kar ena mer upakan cikal-bakal ber kembangnya
Kampung Inggr is ini. Ber diri sejak 15 Juni 1977, tempat kur sus ini terus ber kembang hingga
sekar ang. Ber alamat di Jl. Anyelir No. 8 RT/ RW 02/ XII Singgahan - Pelem – Kedir i, Basic
English Cour se (BEC) tidak per nah sepi oleh pengunjung dan pelajar .

Gambar 2. Basic English Cour se (BEC)
Kompleks bangunan kur sus bahasa Basic English Cour se (BEC) mer upakan bangunan
pendidikan bahasa yang ter or ganisir dengan baik dan telah ter dapat fasilitas penunjang
lainnya seper ti kantor administr asi, mushola, ser ta aula. Dengan makin berkembangnya
peminat kur sus bahasa, Basic English Cour se (BEC) ter us mengembangkan fasilitas
bangunan supaya dapat memenuhi jumlah sisw a. Hal ini dilakukan dalam r angka member i
kenyamanan bagi siswa yang sedang belajar di Basic English Cour se (BEC) , sehingga dalam
pr oses belajar siswa dapat mener ima materi dengan baik.


Kenyamanan ter mal didefinisikan sebagai suatu kondisi pikir an yang
mengekspr esikan kepuasan terhadap lingkungan ter mal (ISO 7730). Kenyamanan ter mal
dalam r uang ( indoor ) ber beda dengan kenyamanan ter mal di luar r uang ( outdoor ).
Kenyamanan r uang ter mal indoor mer upakan dampak yang ditimbulkan oleh pemilihan
jenis mater ial bangunan, bentuk dan or ientasi bangunan itu sendir i, bukaan-bukaan luasan
bangunan, dan lain-lain. Sedangkan kenyamanan ter mal outdoor timbul dar i pengar uh
konfigur asi massa bangunan terhadap temperatur dalam sebuah kawasan, akhir nya didapat
kenyamanan ter mal lingkungan.
Faktor iklim setempatlah yang paling mempengar uhi dalam menentukan tingkat
kenyamanan seseorang ber ada di dalam sebuah bangunan atau lingkungan luar . Elemenelemen iklim yang mempengar uhi atar a lain: var iabel r adiasi matahar i, suhu udar a, angin,
cur ah hujan dan kelembaban udar a.
2. Pustaka dan Metode

2.1 Pustaka
2.1.1 Tinjauan Kampung Kot a

Sebuah desa/ kampung adalah tempat tinggal manusia atau masyarakat , lebih besar
dar i dusun tetapi lebih kecil dar i kota, dengan populasi mulai dar i beber apa r atus hingga
beber apa r ibu (terkadang puluhan r ibu). Meskipun biasanya hidup di daer ah pedesaan,
istilah kaw asan ur ban juga diter apkan untuk lingkungan per kotaan ter tentu. Desa biasanya

per manen, dengan tempat tinggal tetap. Selebihnya, rumah-r umah dar i sebuah desa ter letak
ber dekatan satu sama lain, tidak tersebar secar a luas. (Wikipedia, 2013)
2.1.2 Tinjauan Umum Kenyamanan Ter mal

Kenyamanan ter mal didefinisikan sebagai suatu kondisi pikir an yang
mengekspr esikan kepuasan terhadap lingkungan ter mal (ISO 7730). Kenyamanan ter mal
dalam r uang ( indoor ) ber beda dengan kenyamanan ter mal di luar r uang ( outdoor ).
Kenyamanan r uang ter mal indoor mer upakan dampak yang ditimbulkan oleh pemilihan
jenis mater ial bangunan, bentuk dan or ientasi bangunan itu sendir i, bukaan-bukaan luasan
bangunan, dan lain-lain. Sedangkan kenyamanan ter mal outdoor timbul dar i pengar uh
konfigur asi massa bangunan terhadap temperatur dalam sebuah kawasan, akhir nya didapat
kenyamanan ter mal lingkungan. (Lippsmeier , 1994)
2.1.3 Kenyamanan dalam Bangunan

Dalam kondisi iklim tr opis lembab, kenyamanan yang lebih diutamakan adalah
kenyamanan ter mal dalam bangunan. Hal ini disebabkan tingkat kelembaban yang tinggi
akan mengakibatkan kondisi dalam r uangan menjadi tidak nyaman akibat dar i penguapan
sedikit dan gerak udar a yang kur ang. Suhu inti manusia adalah ± 37 oC, pada bagian
per mukaan suhu bekisar antar a 30-35 oC. Untuk mengukur kenyamanan ter mal pada
manusia diper lukan sebuah indeks kenyamanan ter mal. Di Indonesia indeks kenyamanan

ter mal disebutkan dalam SNI T 03-6572-2001. Standar kenyamanan ter mal untuk daer ah
tr opis seper ti Indonesia dapat dibagi menjadi :
 Sejuk nyaman, antar a temper atur efektif 20,5 0C ~ 22,8 0 C
 Nyaman optimal, antara temper atur efektif 22,8 0 C ~ 25,8 0C

 Hangat nyaman, antara temperatur efektif 25,8 0C ~ 27,1 0C

Gambar 3. Standar Efektif Temper atur
(Sumber : Szokolay, 2004)

Kelembaban udar a r elatif yang dianjurkan antar a 40% - 50%, tetapi untuk r uangan
yang jumlah orangnya padat, kelembaban udar a relatif masih diperbolehkan ber kisar antar a
55% - 60%. Untuk memper tahankan kondisi nyaman, kecepatan udara tidak boleh lebih
besar dar i 0,25 m/ detik dan sebaiknya lebih kecil dar i 0,15 m/ detik.
2.1.4 Tinjauan Umum Pendinginan Pasif

Di daer ah tr opis lembab dengan r ata-r ata suhu udar a tahunan dan kelembaban r elatif
tinggi, menuntut terciptanya ventilasi silang dalam bangunan untuk mencapai kondisi
nyaman pagi penghuninya. Kombinasi suhu udar a dan kelembaban mempunyai pengaruh
yang kuat ter hadap kualitas udar a dalam ruangan, dan hal ini menentukan standar

ventilasinya. Besar an dan pola aliran udar a di dalam r uangan tidak hanya tergantung dar i
kecepatan udar a luar tetapi juga ditentukan oleh elemen-elemen disain arsitektur lainnya
seper ti posisi dan or ientasi bangunan, bentuk atap, per letakan balkon, disain jendela,
susunan r uangan dalam dan per letakan fur nit ur e dan bahkan bentuk disain par tisinya.
Sangatlah ber alasan untuk mengatakan bahwa semua var iabel-var iabel disain per umahan
saling terkait dan mempunyai pengar uh satu sama lain. Sehingga dalam pengamatan ini
dapat dikatakan bahwa karakter gerakan udar a dalam r uangan (kecepatan udara) dalam
usaha menciptakan kenyamanan didaerah tropis tidaklah har us pada kondisi kecepatan
udar a yang maksimal. Hal ini ter papar dar i hasil analisis pengar uh disain balkon, bentuk
jendela dan penataan elemen inter ior , yang dapat dijadikan contoh dar i ‘ker jasama yang
saling melengkapi’ antara sudut pandang ar sitektur dan aspek per timbangan ter malnya.
(Edw ar ds, 2005)
2.1.5

Faktor yang Mempengar uhi Alir an Udar a Melalui Bangunan

Ter dapat beber apa faktor yang dapat mempengaruhi alir an udar a pada bangunan
antar a lain:
a. Kondisi tapak
b. Or ientasi jendela dan ar ah angin

c. Lokasi bukaan jendela
d. Sir ip dinding
e. Over hang dan alir an udar a
Di dalam bangunan, udara yang ber gerak atau angin member ikan efek ter mal di
dalam ruangan. Untuk memper tahankan kondisi nyaman, kecepatan udar a yang jatuh diatas

kepala tidak boleh lebih besar dar i 0,25 m/ detik dan sebaiknya lebih kecil dar i 0,15 m/ detik.
Kecepatan udar a ini dapat lebih besar dar i 0,25 m/ detik ter gantung dar i temper atur udar a
ker ing r ancangan.

Tabel 1. Kecepatan Udar a dan Kesejukan

(Sumber : SNI 03-6572-2001)

Pengukur an kenyamanan ter mal seseor ang dapat dikelompokkan ber dasarkan 6
(enam) kr iter ia utama, yaitu ter dir i dar i 4 (empat) parameter lingkungan: suhu udar a (Ta),
suhu r adian ( Tr ), kelembaban ( Pa) , kecepatan udar a (V) dan 2 (dua) parameter per or angan:
pakaian (Icl) dan aktivitas (M). (Pr ianto, 2002)

Gambar 4. Sistem Ventilasi silang pada bangunan

(Sumber: https:/ / w ww .google.com/ imghp?hl=id&tab=w i, 2013)

2.2 Metode

Metode yang digunakan adah metode deskr iptif analitik dengan car a merumuskan
per masalahan yang ada kemudian dikelompokkan dalam beber apa sintesis.
a. Tahap pengumpulan data baik data pr imer maupun sekunder terkait dengan objek
kelas
b. Tahap analisis data bangunan objek studi
c. Menyimpulkan hasil analisis dengan hasil ber upa r ekomendasi

3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Kompilasi Dat a

Kecamatan Par e ter letak 25 km sebelah Timur Laut Kota Kedir i, atau 120 km Bar at
Daya Kota Sur abaya. Kecamatan Par e berada pada jalur Kedir i-Malang dan jalur JombangKedir i ser ta Jombang-Blitar . Luas w ilayah Kecamatan Par e adalah 47,21 k m 2 dan terdir i dar i
10 desa, 159 Rukun Warga ( RW), dan 480 Rukun Tetangga ( RT) . Desa di Kecamatan Pare
ter sebut adalah Sidor ejo, Gedangsewu, Sumber bendo, Dar ungan, Sambirejo, Bendo, Pelem
Tulungrejo, Par e, dan Tr etek.
Desa Pelem dan Desa Tulungrejo ter letak di Kecamatan Par e, Kabupaten Kedir i. Luas

w ilayah Desa Pelem yaitu 4,25 km 2 dan luas w ilayah Desa Tulungrejo yaitu 5,92 k m 2. Kedua

desa ini mempunyai jarak yang cukup dekat dengan Ibu Kota Kecamatan Pare (kur ang dar i
tiga kilometer ) sehingga kedua desa ini cukup padat penduduk dan mudah diakses.

Gambar 5. Peta Kecamatan Par e
(Sumber: RTDRK Kecamatan Par e Kabupaten Kedir i, 2012)

3.1.1 Kondisi Umum Objek Penelit ian (Basic English Cour se)

Kecamatan Par e ter utama Desa Pelem dan Desa Tulungrejo juga dikenal mempunyai
potensi pengembangan kur sus Bahasa Inggr is. Saat ini lebih banyak ber munculan ber bagai
jenis bimbingan belajar ter utama kur sus-kur sus Bahasa Inggr is. Lebih dar i 100 buah
lembaga bimbingan belajar menawar kan kur sus Bahasa Inggr is dengan pr ogr am pr ogr am
D2, D1 atau shor t cour se untuk mengisi waktu liburan. Dalam hal ini, kota Par e sebagai pusat
belajar Bahasa Inggr is yang mur ah, efisien dan efektif sudah terkenal hingga keluar Pulau
Jawa. Sebagai efek sampingnya, di daerah Tulungr ejo sekarang muncul berbagai jenis
tempat penginapan dan kost yang menampung par a pelajar dan maupun peker ja.
Basic English Cour se (BEC) mer upakan tempat kursus bahasa Inggr is per tama yang
ber dir i sejak tahun 1977. Kompleks bangunan Basic English Cour se ( BEC) merupakan

kompleks bangunan pendidikan bahasa inggr is dengan kelas-kelas belajar sebagai fungsi
utamanya. Ter dapat empat bangunan utama pada kompleks Basic English Cour se (BEC),
yaitu r umah Mr . Kalend, bangunan kelas Tr aining Class (CT), bangunan kelas Basic of
Tr aining Class (BCT) / Candidat e of Tr aining Class (CTC) , dan aula.

Gambar 6. Basic English Cour se (BEC) Par e

3.2 Analisis Bangunan Tr aining Class (TC)
3.2.1 Analisis Ruang Kelas 1 dan 2

Gambar 7. Ruang Kelas 1 dan 2
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Pengar uh or ientasi r uang dihar apkan dapat membantu sistem penghawaan untuk
mencapai kenyamanan termal dalam ruang. Dalam r uang Kelas 1 ini or ientasi r uang yang
langsung menghadap timur ke ar ah matahar i, membuat r uang ini cukup panas karena tidak
ter dapat penyar ing di sekitar r uang. Selain itu dengan posisi r uang seper ti ini akan
membatasi per ger akan angin yang akan masuk ke dalam bangunan. Orientasi r uang juga
diper lukan dalam mengatur letak dan posisi bukaan pada dinding.
Posisi r uang kelas yang ber ada tepat di belakang kelas 1 kur ang menguntungkan
dalam per letakannya. Meskipun ruang kelas 2 berbatasan langsung dengan r uang kelas 1,
tetapi tidak ter dapat ventilasi pada dinding pembatas, sehingga ventilasi silang tidak ter jadi.
Ser ta posisi ruang kelas membelakangi arah datangnya matahar i, sehingga ruang kelas
cender ung gelap dan lembab. Diper lukan per ubahan or ientasi r uang agar ter capai
kenyamanan ter mal pada r uang dan kelembaban r uang dapat ter jaga.
Posisi kedua r uang ini tidak menguntungkan baik dalam pencahayaan maupun
kenyamanan ter mal. Dengan mer ubah or ientasi r uang ditambah dengan per letakan ventilasi
yang baik dihar apkan alir an udar a menuju r uang lebih mer ata, kelembaban ruang ter jaga,
mendapatkan pencahayaan yang lebih baik, ser ta pengguna r uang akan mer asa lebih
nyaman ber ada di dalam r uang ter sebut.

Gambar 8. Volume Ruang Kelas 1 dan 2
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Kedua r uang kelas mempunyai luas dan volume yang sama. Dalam pembangunannya,
luas r uang hanya diper kir akan cukup untuk kur ang dar i 50 orang. Padahal dalam

penggunaannya r uang kelas ter sebut menjadi cukup panas mengingat kondisi iklim
Kabupaten Kedir i yang cender ung panas. Tidak memungkinkan untuk mengur angi jumlah
peser ta dalam ruang, ser ta luas bangunan yang ter batas oleh lahan, maka r ekomendasi
untuk r uang ini dengan menggunakan ventilasi, dan bukaan pada dinding.
Sistem penghawaan di kedua r uang kelas belum ber fungsi secar a optimal,
dikar enakan kur angnya udar a yang dapat keluar -masuk r uangan, ser ta posisi bukaan yang
kur ang sesuai. Diper lukan penataan ulang posisi bukaan pada bangunan untuk
mengoptimalkan penghaw aan dalam r uang.
Adanya ruang ter buka pada sisi timur bangunan cukup untuk member ikan r uang
ger ak pada angin, angin yang datang dar i luar kaw asan dapat ditampung oleh ruang ter buka
ini. Dengan ditambah penataan vegetasi, maka angin yang datang dapat diarahkan menuju
bangunan.
Suhu kenyamanan standar dalam r uang adalah 25-27 oC, sedangkan r ata-r ata suhu
dalam r uangan lebih dar i 30 oC. Suhu yang didapat setelah pengukuran langsung pada
bangunan menunjukkan bahwa suhu dalam ruang cukup tinggi sehingga dapat
memunculkan ketidak-nyamanan dalam r uang. Untuk mendapatkan kenyamanan r uang,
diper lukan sistem penghawaan yang optimal. Sistem penghaw aan ini ter masuk penataan
vegetasi r uang luar , penentuan or ientasi r uang, ser ta per letakan posisi dan luas bukaan.
3.2.2 Analisis Ruang Kelas 3 ,4 dan 5

Gambar 9. Ruang Kelas 3, 4 dan 5
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Or ientasi ruang pada bangunan T r aining Class ( TC) pada lantai 2 sudah cukup baik,
dengan mengar ahkan dengan or ientasi timur -bar at, cahaya matahar i tidak ter lalu banyak
menimpa sisi panjang bangunan, sehingga dinding sisi timur dan bar at tidah ter lalu banyak
mener ima sengatan matahar i. Namun dengan fasad yang ter tutup, angin yang datang akan
ter hempas dan tidak akan masuk kedalam r uangan. Diper lukan lor ong udara agar angin
dapat mengar ah menuju sisi dalam r uang kelas.
Or ientasi r uang kelas 5 yang ter dapat di lantai 3 tidak ter lalu ada masalah. Kar ena
hanya ter dapat 1 r uang di lantai ini, maka pengguna dapat mer asa lebih nyaman secara
ter mal dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain.

Gambar 10. Volume Ruang Kelas 3, 4 dan 5
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Ruang kelas 3 dan r uang kelas 4 memiliki luas dan volume yang sama. Sama dengan
r uang kelas 1 dan 2, dalam pembangunannya, luas r uang hanya diperkir akan cukup untuk
kurang dar i 50 or ang. Padahal dalam penggunaannya r uang kelas ter sebut menjadi cukup
panas mengingat kondisi iklim Kabupaten Kedir i yang cenderung panas. Letak r uang kelas
yang berada di lantai 2 memudahkan dalam per letakan ventilasi yang akan ditambahkan
pada r uangan. Ruang kelas 5 merupakan r uang kelas ter besar dalam bangunan Tr aining
Class (TC) . Selain sebagai r uang kelas, kelas ini juga dipakai saat ter dapat kegiatan-kegiatan
diskusi atau hal lainnya.
Ruang kelas 3 dan 4 mempunyai bentuk, or ientasi, dan ventilasi yang saling
ber kebalikan. Diantar a ruang-r uang yang lain, kedua r uang ini yang paling tidak nyaman.
Dengan kur angnya penghawaan pada didinding, serta penggunaan glass block ,
menyebabkan alir an udara yang masuk ke dalam r uang belum cukup optimal. Jika r uang
kelas ter isi penuh oleh siswa, akan ter asa lebih panas, ser ta kelembaban udar a semakin
meningkat. Untuk mengurangi hal ter sebut, pengoptimalan bukaan akan menjadi hal yang
diutamakan dalam pr osesnya. Bangunan r uang kelas 5 ber ada pada lantai 3. Dengan luasnya
bangunan, diper lukan sisitem penghawaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan angin
dalam bangunan. Adanya balkon pada ruang ini juga telah membantu dalam mengar ahkan
angin ke dalam bangunan.
Ruang kelas 3, 4, dan 5 ber ada pada tingkat dua dan tiga, lingkungan luar kelas
ber upa bangunan di sekeliling bangunan kelas Tr aining Class ( TC) . Hembusan angin dir uang
kelas ini cukup kuat kar ena tidak ada penghalang atau bangunan ber tingkat yang ada di
sekitar tapak. Meskipun begitu, r uang kelas tetap panas dikar enakan kurangnya
penghawaan yang dapat menimbulkan angin masuk ke dalam ruang.
Sama dengan r uang kelas 1 dan 2, suhu kenyamanan standar dalam r uang adalah 25o
27 C, sedangkan r ata-r ata suhu dalam ruangan lebih dari 30 oC. Suhu yang didapat setelah
pengukur an langsung pada bangunan menunjukkan bahwa suhu dalam r uang cukup tinggi
sehingga dapat memunculkan ketidak-nyamanan dalam r uang. Untuk mendapatkan
kenyamanan r uang, diper lukan sistem penghaw aan yang optimal. Sistem penghawaan ini
ter masuk penataan vegetasi ruang luar , penentuan or ientasi ruang, ser ta per letakan posisi
dan luas bukaan.
3.3 Analisis Angin dan Penghawaan Bangunan

Kawasan “Kampung Inggr is” Pare mer upakan kawasan kampung dengan padat
bangunan, hanya sedikit angin yang melewati kaw asan. Angin akan ber ger ak lebih kencang
pada lor ong-lor ong kecil yang terdapat pada tiap-tiap sisi r umah. Dar i letak topogr afinya

Kabupaten Kedir i ber ada di lembah antar a gunung. Sehingga angin yang ber hembus adalah
angin lembah yang cender ung panas. Ber ikut merupakan data ar ah angin yang didapat
melalui simulasi menggunakan soft war e Autodesk Vasari Beta. Simulasi dilakukan untuk
mendapatkan arah angin yang paling besar melalui kawasan.

Gambar 11. Angin pada Kaw asan Pare-Kedir i
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Dar i data arah angin dan kecepatan angin, angin paling besar bergerak dar i ar ah
utara dan timur laut. Dalam hasil uji simulasi massa bangunan didapatkan ar ah angin dar i
sudut 0 o, 30 o, 45 o, 60 o, 90 o, 120 o, 125 o, dan150 o dar i ar ah utara, timur laut, timur , dan
Tenggar a. Sedangkan dar i arah bar at tidak ter lalu banyak angin yang ber hembus. Angin di
kaw asan Pare berhembus tidak ter lalu kencang hanya sekitar 0-4 m/ s.

Gambar 12. Simulasi Arah Angin
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Dar i simulasi yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai ber ikut:
1. Hembusan angin tidak ter lalu kencang pada kawasan ini. Simulasi menunjukkan
kecepatan angin hanya sekitar 0,89 m/ s.
2. Kawasan “Kampung Inggr is” Par e mer upakan kaw asan padat bangunan, sehingga
angin ter jadi pada tiap kor idor bangunan.
3.4 Rekomendasi Desain
3.4.1 Or ientasi Ruang

Or ientasi r uang dalam bangunan per lu diper hatikan untuk memper oleh pendinginan
pasif dalam bangunan. Or ientasi r uang kelas disesuaikan dengan kebutuhan r uang akan
penghawaan. Pada bangunan lantai 1 dan lantai 2 diber i koridor untuk memper luas aliran
udar a. Pada bangunan eksisting orientasi r uang yang ada tidak menguntungkan dalam hal

penghawaan bangunan. Maka or ientasi bangunan akan dir ubah untuk memenuhi
penghawaan ter sebut.

Gambar 13. Rekomendasi r uang kelas
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

3.4.2 Dimensi Bukaan

Dimensi bukaan yang dibutuhkan pada tiap lantai adalah 20% dar i luas lantai.
Dimensi bukaan inilah yang menentukan debit udar a yang masuk pada tiap r uang kelas.
Maka dar i itu diper lukan ukuran bukaan yang tepat pada bangunan agar udara dapat
mengalir dalam bangunan. Kebutuhan ter sebut dipenuhi oleh dimensi inlet dan outlet pada
r uang. Dimensi bukaan ini akan menentukan debit udara yang masuk ke dalam bangunan.

Tabel 2. Per hitungan Inlet dan Outlet Ruang Kelas 1
Rekomendasi

Eksisting







Luas ruang = 60 m2
Kebutuhan bukaan 60 m2 x 20% = 12 m2
Inlet
(4 x 0,120) + (8 x 0,12) = 5,76 m2
Outlet 2 x 0,8 x 2 = 3,2 m2
Total luas bukaan pada dinding = 5,76 + 3,2
= 8,96 m2
Kebutuhan bukaan 3,04 m2








Luas ruang = 50 m2
Kebutuhan bukaan 50 m2 x 20% = 10 m2
Inlet
1,44 + 1,36 = 2,8m2
Outlet 1,08 + 3 +2,8 = 6,88m2
Total luas bukaan pada dinding = 2,8 + 6,88
= 9,68m2
Kekurangan bukaan 0,32m2

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Tabel 3. Per hitungan Inlet dan Outlet Ruang Kelas 2
Rekomendasi

Eksisting







Luas ruang = 60 m2
Kebutuhan bukaan 60 m2 x 20% = 12 m2
Inlet
(4 x 1 x 0,75) + (1,2 + 1,2)= 5,4 m2
Outlet 1 x x 0,8 x 2 = 1,6 m2
Total luas bukaan pada dinding = 5,4 + 1,6 =
7 m2
Kebutuhan bukaan 5 m2

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)








Luas ruang = 50 m2
Kebutuhan bukaan 50 m2 x 20% = 10 m2
Inlet
1,44 + 1,36 = 2,8m2
Outlet 1,08 + 3 +2,8 = 6,88m2
Total luas bukaan pada dinding = 2,8 + 6,88
= 9,68m2
Kekurangan bukaan 0,32m2

Tabel 4. Perhitungan I nlet dan Outlet Ruang Kelas 3 dan 4
Rekomendasi

Eksisting









Luas ruang = 57 m2
Kebutuhan bukaan 57 m2 x 20% = 11,4 m2
Inlet
(18 x 0,2 x 0,2) + (0,24 + 0,48) +
(0,36 + 0,96)
= 0,36 + 0,72 + 1,32
= 2,4 m2
Outlet 1,6 + 1,4 = 3 m2
Total luas bukaan pada dinding = 2,4 + 3 =
5,3 m2
Kebutuhan bukaan 6,1 m2








Luas ruang = 49 m2
Kebutuhan bukaan 49 m2 x 20% = 9,8 m2
Inlet 2,76 + 1,2 = 3,96 m2
Outlet 1,71 + 0,8 + 2,8 = 5,31m2
Total luas bukaan pada dinding = 3,96 + 2,51
= 9,27 m2
Kekurangan bukaan 0,53 m2

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Tabel 5. Perhitungan I nlet dan Outlet Ruang Kelas 5
Rekomendasi

Eksisting







Luas ruang = 70 m2
Kebutuhan bukaan 70 m2 x 20% = 14 m2
Inlet
0,72 + 1,8 = 2,52 m2
Outlet 3,2 + 3,7 = 6,9 m2
Total luas bukaan pada dinding = 2,52 + 6,9
= 9,42 m2
Kebutuhan bukaan 4,58 m2








Luas ruang = 70 m2
Kebutuhan bukaan 70 m2 x 20% = 14 m2
Inlet
2,4 + 0,84 + 1,92 = 5,16 m2
Outlet 2,16 + 4 = 6,16 m2
Total luas bukaan pada dinding = 5,16 + 6,16
= 11,32 m2
Kekurangan bukaan 2,68 m2

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Tabel 6. Perhitungan Rasio I nlet dan Outlet Ruang Kelas 1 dan 2

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Tabel 7. Perhitungan Rasio I nlet dan Outlet Ruang Kelas 3 dan 4

(Sumber: Hasil Analisis, 2014)

Tabel 8. Perhitungan Rasio Inlet dan Outlet Ruang Kelas 5

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Penghitungan per kiraan peningkatan kenyamanan menggunakan sofwar e Comfor t
melalui penghitungan Basic Ter mal Comfor t Model Par amet er s. Tingkat kenyamanan r uang
ber dasarkan pada standar kenyamanan dalam bangunan dengan parameter yang telah
diukur langsung di lapangan yaitu temper atur r uang dan kelembaban ruang. Dalam objek
studi yang ber upa ruang kelas temperatur ser ta kelembaban dalam r uang cukup tinggi,
sehingga untuk memper oleh kenyamanan pengguna maka kecepatan angin yang masuk
dalam bangunan per lu ditingkatkan.
3.4.3 Posisi Bukaan

Penentuan posisi bukaan, ber dasar pada pola aktivitas pengguna kelas dan ar ah
alir an udar a dar i luar . Posisi ketinggian inlet dan outlet juga dibedakan. Posisi inlet
diletakkan pada area dengan kelembaban tinggi. Sedangkan outlet diletakkan lebih tinggi
dar ipada inlet agar udar a panas cepat keluar sehingga sir kulasi udara ter jaga.
Daer ah kelembaban tinggi pada r uang kelas ter dapat pada ar ea duduk sisw a. Maka
jendela diletakkan disisi samping. Kar ena kelas saling berdekatan, per lu bukaan pada
dinding yang menempel. Bukaan tersebut ber fungsi untuk mengalir kan udar a panas. Selain
itu ter dapat per ubahan or ientasi kelas pada r uang kelas perubahan ini dibuat ber dasarkan
analisis angin yang mengenai bangunan.

3.4.4 Model Bukaan

Rancangan dar i bukaan dibuat semaksimal mungkin untuk menangkap angin. Jenis
bukan yang paling banyak manangkap angin adalah jenis jalousie. Maka alter natif bukaan
yang digunakan adalah jenis jalousie. Bukaan jalousi di gunakan pada inlet untuk
memaksimalkan alir an udar a pada r uangan. Mater ial inlet ber upa kayu yang tahan terhadap
cuaca.
Model bukaan ini dipilih karena memiliki bentuk seder hana, kisi-kisi pada jendela
member i r uang yang besar ter hadap udar a yang masuk. Dalam per awatannya mudah, dalam
kondisi ter tutup masih bisa mengalirkan angin. Selanjutnya diletakkan over hang untuk
memaksimalkan alir an udara dalam kaw asan. Selain itu over hang ini juga ber fungsi sebagai
shading device pada bukaan. Over hang juga bisa mengalirkan udar a ke dalam ruangan.

Gambar 14. Model Bukaan
(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Tabel 9. Perbandingan Alir an Udara
Lantai

Eksisiting

1

2

3

(Sumber : Hasil Analisis, 2014)

Redesain

4.

Kesimpulan
Ber dasar kan hasil kajian yang diper oleh, pendinginan pasif di kaw asan “Kampung
Inggr is” Par e belum mengoptimalkan penggunaan penghawaan bangunan secar a
pendinginan pasif. Dengan pendinginan pasif ter sebut dihar apkan kenyamanan ter mal
r uang kelas dapat ter capai. Maka dalam kajian ini dapat disimpulkan beber apa hal, yaitu:
1. Pada objek studi yang diteliti, penerapan penghaw aan bangunan secara alami kur ang
maksimal, sehingga belum ter capai kenyamanan secar a ter mal.
2. Kenyamanan ter mal didapat dengan beber apa macam car a. Antar a lain penataan
r uang yang disesuaikan dengan ar ah angin, sehingga angin yang mengenai bangunan
dapat ter salur kan dengan baik menuju r uang-ruang bangunan.
3. Pengoptimalan ventilasi bangunan sesuai dengan standar 20% dar i luas bangunan
diper lukan supaya kenyamanan ter mal dapat ter capai.

Daftar Pustaka
Edw ar ds, Roger . 2005. Handbook of Domest ic Ventilation . Gr eat Britain: Elsevier Ltd.
Lechner , Rober t. 2001. Heating, Cooling, Light ing Metode Desain Unt uk Ar sit ektur . Jakarta:
PT. Raja Gr afindo Persada.
Lippsmeier , Geor g. 1994. Bangunan Tr opis. Jakar ta: Pener bit Er langga.
Pr ianto, Edi. 2002. Alter natif Disain Ar sitektur Daer ah Tr opis Lembab dengan Pendekatan
Kenyamanan Ter mal . Dimensi Teknik Ar sitektur Vol. 30, No. 1, Juli 2002: 85 – 94.
RTDRK Kecamatan Par e Kabupaten Kedir i 2011-2030, 2012
SNI 03-6572-2001
Szokolay, Steven V. 2004, Int r oduction to Ar chit ect ur al Science t he Basic of Sustainable
Design . Gr eat Br itain: Elsevier Ltd.
http:/ / id.w ikipedia.org/ wiki/ Kampung/ ( diakses: 17 Oktober 2013)
https:/ / ww w .google.com/ imghp?hl=id&tab=w i/ (diakses: 16 Juni 2013)
https:/ / ww w .w ikimapia.org/ ( diakses: 17 Oktober 2013)

Dokumen yang terkait

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72