DAMPAK KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN TERH

DAMPAK KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN TAMBAK
KERANG HIJAU
Studi Kasus di Daerah Cilincing, Jakarta Utara

Peni Puspitasari
4315101505

Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari
81.000 km, dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut merupakan
sumber kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nir-hayati
berlimpah. sumber kekayaan tersebut menurut amanat Pasal 33 UUD 1945 harus
dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
Salah satu perairan yang berada di wilayah Indonesia adalah Teluk Jakarta.
Teluk Jakarta yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta. Teluk ini terbentuk
sebagai akibat menjoroknya Tanjung Karawang di bagian timur, dan Tanjung Kait di
bagian barat, ke Laut Jawa. Lebar terbesar mulut teluk ini 40 kilometer, sedangkan
jarak lurus dari Tanjung Karawang ke dataran Jakarta lebih dari 15 kilometer.
Potensi yang dimiliki oleh Teluk Jakarta sebenarnya sangat besar. Dari kekayaan
alam yang melimpah seperti keanekaragaman hayati yang tumbuh di teluk tersebut
dan pesona Kepulauan Seribu yang mendukung sektor pariwisata.

Daerah Cilincing merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi
Jakarta Utara yang berpenduduk sebesar 394.966 jiwa menurut BPS tahun 2012.
Hampir semua penduduk Cilincing menggantungkan hidupnya pada Teluk Jakarta,
dimana sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, dan peternak tambak. Salah satu
tambak yang masih bertahan hingga kini adalah tambak kerang hijau.

Namun, perairan Teluk Jakarta kini dipenuhi segala macam limbah. Mulai
dari limbah rumah tangga sampai industri dan sampah datang melalui 13 sungai yang
bermuara di Teluk Jakarta. Menurut catatan Walhi Jakarta, enam dari sembilan
muara sungai itu sudah tercemar berat. Kondisi tersebut diperparah dengan tumpahan
minyak mentah yang berulang kali terjadi di Teluk Jakarta dan Perairan Kepulauan
Seribu. Pencemaran paling parah terjadi November tahun 2008 saat puluhan ton
minyak mentah memenuhi perairan di sekitar Pulau Pari. Pencemaran serupa dalam
skala lebih kecil terjadi pada Sabtu (18/4). Sebelumnya, pada 2004, tumpahan
minyak juga terjadi. (Harian Media Indonesia, Senin 27 April 2009)
Hal ini memberi dampak langsung maupun tak langsung pada penduduk
sekitar Teluk Jakarta, khususnya Cilincing. Pada tahun 2010, pemerintah daerah
Jakarta mulai merelokasikan tambak kerang hijau ke perairan Banten yang notabene
lebih bersih dibandingkan dengan Teluk Jakarta. Tetapi, hal tersebut tidak membuat
peternak tambak kerang hijau seluruhnya berpindah tempat. Terbukti dari adanya
sampah kerang hijau hingga membentuk gundukan di daerah Kalibaru, Cilincing
pada tanggal 3 Februari 2014. Bila dilihat dari kerang hijaunya, kerang hijau toleran

terhadap perairan yang terkontaminasi logam serta dapat bertahan terhadap fluktuasi
salinitas dan suhu. Kerang hijau mempunyai kemampuan untuk mengakumulasi
logam berat di dalam tubuhnya. Sifat hidupnya yang sessil dan filter feeder,

mengakibatkan kerang hijau dapat menyerap logam berat di kolom air dan sedimen
melalui proses makan memakan. Kerang hijau mampu menyerap logam berat di
kolom air hingga ratusan kali dan bahkan untuk logam berat Pb dan Cr menunjukkan
nilai hingga ribuan kali, yang artinya mempunyai tingkat akumulatif yang tinggi
terhadap kedua logam tersebut. Oleh karena itu, diperlukan kajian tentang dampak
kualitas lingkungan perairan terhadap laju pertumbuhan kerang hijau dengan studi
kasus yang dilakukan di Cilincing, Jakarta Utara.

B. Identifikasi Masalah

Beberapa masalah yang terkait dengan Hubungan Kualitas Lingkungan
Perairan dengan Tambak Kerang Hijau di Cilincing, Jakarta Utara adalah :
1. Bagaimana hubungan antara kualitas lingkungan perairan dengan tambak
kerang hijau yang berada di Cilncing, Jakarta Utara?
2. Bagaimana mengatasi dampak terjadi akibat kualitas perairan Teluk Jakarta?
3. Apakah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak
akibat kualitas perairan di Teluk Jakarta pada tambak kerang hijau yang
berada di Cilincing, Jakarta Utara?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
"Dampak Kualitas Lingkungan Perairan terhadap Laju Pertumbuhan Tambak Kerang
Hijau di Cilincing, Jakarta Utara".

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah "Apakah kualitas lingkungan perairan memiliki
dampak terhadap laju pertumbuhan tambak kerang hijau di Cilincing, Jakarta Utara?"

E. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti : mendapatkan data empirik mengenai masyarakat terutama
mengenai hubungan antara kualitas lingkungan perairan dengan laju
pertumbuhan tambak kerang hijau di Teluk Jakarta.
2. Bagi masyarakat : sebagai masukan dan informasi mengenai kualitas
lingkungan perairan dengan laju pertumbuhan tambak kerang hijau di Teluk
Jakarta.

3. Bagi pemerintah : sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak terkait

untuk menetapkan kebijakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Air
Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Berikut adalah definisi air menurut beberapa ahli :
a. Sitalana Arsyad
Menurut Sitalana Arsyad, penulis buku Konservasi Tanah dan Air (IPB
Press, 2000), pengertian air adalah senyawa gabuangan antara dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen menjadi H2O.
b. Hefni Effendi
Ditulis dalam buku yang berjudul "Telaah Kualitas Air : Bagi
Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan Perairan" (Penerbit Kanisius,
2003) mendefinisikan air merupakan salah satu sumber energi gerak.
c. Robert J. Kodoatie
Dalam buku Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Penerbit Andi,
2008), memberikan pengertian air yakni material yang membuat

kehidupan terjadi di bumi.

d. Roestam Sjarief
Pengertian air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh
makhluk hidup. Dalam buku Roestam Sjarief berjudul Tata Ruang Air
(Penerbit Andi, 2010), secara alami perjalanan air melalui 3 dimensi
(ruang), ruang darat (permukaan tanah dan di dalam tanah), ruang laut,
dan ruang udara. Perjalanan air yang melalui ketiga ruang disebut siklus
hidrologi.
e. Sayyid Quthb
Air adalah dasar dari suatu kehidupan dan merupakan salah satu unsur
yang dibutuhkan dalam kehidupan hingga manusia pun sangat menanti
kedatangannya.
f. Eko Budi Kuncoro
Dalam buku yang berjudul "Ensiklopedia Populer : Ikan Air Laut
(Penerbit Andi, 2009), pengertian air adalah suatu senyawa kimia
sederhana yang terdiri atas 2 atom hidrogen (H) dan 1 atom oksigen (O).
air memiliki ikatan Hidrogen yang cenderung bersatu padu menentang
kekuatan dari luar yang memecahkan ikatan-ikatan ini.
g. Bambang Agus Murtidjo

Air merupakan substansi yang memiliki keistimewaan sebagai penghantar
panas yang sangat baik sehingga air di dalam tubuh lebih penting dari
makanan.

h. Ilmu Kimia
Pengertian air adalah substansi kimia, memiliki rumus kimia H2O
meruapakan satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen (H) yang
terikat secara kovalen pada satu atom oksigen (O). Pada kondisi standar,
air memiliki sifat tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau. Zat kimia
dalam air merupakan suatu pelarut, memiliki kemampuan melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, dan beberapa jenis
gas dan macam molekuul organik.
2. Parameter Kualitas Air
a. Parameter Kimia
1) Salinitas
Air laut dapat dikatakan merupakan larutan garam. Kadar garam air
biasanya didefinisikan sebagai jumlah (dalam garam) dari total garam
terlarut yang ada dalam 1 kilogram air laut dan biasanya diukur dengan
kondiktivitas. Semakin tinggi kondiktivitas semakin tinggi kadar
garamnya. Komposisi kadar garam tersebut selalu dalam keadaan konstan

dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini disebabkan karena adanya
kontrol dari berbagai proses kimia dan biologi di perairan laut. Kondisi
ini menyebabkan sebagian besar organisme yang hidup di perairan laut
merupakan organisme yang memiliki toleransi (sensitivitas) terhadap

perubahan

salinitas

yang

sangat

kecil

atau

organisme

yang


diklasifikasikan sebagai organisme stenohalin (Widodo dan Suadi, 2006).
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung
dalam tiap kilogram air laut, dinyatakan dalam gram per-kilogram atau
seribu (Sutika, 1989).
Menurut Dahuri (2001), secara umum salinitas permukaan air Indonesia
rata-rata berkisar antara 32-34 per mil. Selanjutnya ditambahkan oleh
Sutika (1989) bahwa salinitas air laut pada umumnya berkisar 33‰
sampai 37‰ dan berubah-ubah berdasarkan waktu dan ruang. Nilai
salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan,
musim, topografi, pasang surut dan evaporasi (Nybakken, 2000).
Ditambahkan pula oleh Nontji (1987) bahwa sebaran salinitas
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan,
curah hujan, dan aliran sungai.
2) Derajat Keasaman (pH)
Sutika (1989) mengatakan bahwa derajat keasaman atau kadar ion H
dalam air merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh
terhadap kehidupan organisme yang hidup di lingkungan perairan. Tinggi
atau rendahnya nilai pH air tergantung dalam beberapa faktor, yaitu :
kondisi gas-gas dalam air seperti CO2, konsentrasi garam-garam karbonat

dan bikarbonat, proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.

Menurut pendapat Soesono (1988) bahwa pengaruh bagi organisme
sangat besar dan penting, kisaran pH yang kurang dari 6,5 akan menekan
laju pertumbuhan bahkan tingkat keasaman dapat mematikan dan tidak
ada laju reproduksi sedangkan pH 6,5 - 9 merupakan kisaran optimal
dalam suatu perairan.
3) Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut sangat penting karena dibutuhkan oleh organisme
perairan dan sangat mempengaruhi organisme baik langsung maupun
tidak langsung. Oksigen terlarut dalam air diperoleh langsung dari udara
yaitu dengan digusi langsung dari udara dan melalui pergerakan air yang
teratur juga dihasilkan dari fotosintesis tanaman yang berklorofil (Sutika,
1989).
Effendi (2003), menjelaskan bahwa hubungan antara kadar oksigen
terlarut jenuh dengan suhu yaitu semakin tinggi suhu maka kelarutan
oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan meningkatnya salinitas,
sehingga kadar oksigen terlarut di laut cenderung lebih rendah daripada
kadar oksigen di perairan tawar. Selanjutnya dikatakan bahwa
peningkatan suhu sebesar 1oC akan meningkatkan konsumsi oksigen

sekitar 10% (Brown, 1987 dalam Effendi, 2003).
Distribusi oksigen secara vertikal dipengaruhi oleh gerakan air, proses
kehidupan di laut dan proses kimia (Achmad, 2006). Menurut Sutika

(1989) pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan
oleh proses kimia, fisika, dan biologi yaitu proses respirasi baik oleh
hewan maupun tanaman, proses penguraian (dekomposisi) bahan organik
dan proses penguapan. Kelarutan oksigen dalam air terutama dipengaruhi
oleh faktor suhu, oleh sebab itu, kelarutan gas oksigen pada suhu rendah
relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan suhu tinggi. Sedangkan
Fardiaz (1882), menyatakan bahwa kejenuhan oksigen dalam air
dipengaruhi oleh suhu air, semakin tinggi suhu maka konsentrasi oksigen
terlarut semakin turun. Konsentrasi dan distribusi oksigen di laut
ditentukan oleh kelarutan oksigen dalam air dan proses biologis yang
mengontrol tingkat konsumsi dan pembebasan oksigen.
4) Nitrat
Nitrat sangat mudah larut dalam air dan stabil. Nitrat dihasilkan dari
proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Menurut
Sastrawijaya (1991), nitrat terbentuk dalam tiga proses, yakni badai
listrik, organisme pengikat nitrogen dan bakteri yang menggunakan
amoniak.

Nitrat

merupakan

nutrien

yang

dapat

mempercepat

pertumbuhan organisme juga dapat menurunkan konsentrasi oksigen
terlarut di dalam perairan.

5) Phosfat
Pada umumnya dalam perairan alami kandungan fosfat terlarut tidak lebih
dari 0,1 ppm, kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan
industri tertentu serta limpahan air dari daerah pertanian yang umumnya
mengalami penumpukan fosfat.
6) BOD (Biologycal Oxygen Demand)
BOD atau Biologycal Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan

jumlah

oksigen

terlarut

yang

diperlukan

oleh

mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Culvin, 1988; Metcalf
& Eddy, 1991)
7) COD (Chemical Oxygen Demand)
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam
air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang sengaja diurai
seacara kimia melalui oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam
dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy,
1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai
maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan
demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran
besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja

nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari
COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
3. Kerang Hijau
Kerang hijau Perna viridis l. dikenal dengan nama green mussel, menurut
Linnaeus (1758) in NIMPIS (2002) diklasifikasikan :
Flium : Molusca
Kelas : Bivalvia
Ssub Kelas : Pteriomorphia
Ordo : Mytiloida
Superfamili : Mytiloidae
Famili : Mytilidae
Genus : Perna
Spesies : Perna viridis L.
Tubuh terdiri dari dua cangkang yang dilekatkan oleh hige ligament,
semacam pita elastis yang terdiri dari bahan organik seperti zat tanduk.
Kedua keping cangkang, pada bagian dalamnya terlekeat oleh sebuah oto
adduktor posterior. Tubuh kerang hijau terbagi menjadi tiga bagian utama,
yaitu baigan kaki, mantel dan visceral mass (bagian tubuh sebenarnya).
Kakinya dapat digerakkan seperti lidah dan terletak di bagian depan di antara
insang dan labial palp. Di bagian bawah terdapat alat seperti serabut, untuk
melekatkan dirinya ke benda-benda keras. Benang byssus terdiri dari zat

tanduk yang kuat, dihasilkan oleh kelenjar di dalam kaki. Kerang dapat
berpindah tempat dengna menarik byssus dari tempatnya menempel dengan
menggungakan otot retractor byssus (Suwignyo, 1989)
Kerang bernafas dengan menggunakan sepasang insang dan mantel. Insang
pada filter feeder selain berfungsi sebagai alat pernafasan juga sebagai alat
penyaring makanan. Makanan yang masuk akan disaring dan diseleksi oleh
palp (organ yang memanjang yang bergerak sensitif dan biasanya terletak
dekat mulut) kemudian masuk ke dalam saluran penceranaan, sedangkan
yang tidak terpilih dibuang ke tepi mantel. Makanan dari spesies ini berupa
zooplankton kecil, fitoplankton, bahan organik yang tersuspensi (NIMPIS,
2002).
Menurut Setyobudiandi (2004) cangkang merupakan bagian palling menonjol
pada tubuh kerang, sehingga pertumbuhan kerang umumnya diukur dengan
pertambahan panjang cangkangnya. Panjang dalam konteks ini merupakan
jarak antara anterior-posterior kerang.
Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah
sangat parah. Indikasinya populasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan
semakin banyak, padahal hewan ini merupakan indikator pencemaran
(Warlina, 2004).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan hidup kerang hijau
adalah suhu, salinitas, tipe dasar perairan, kedalaman, kekeruhan, arus dan

oksigen terlarut (Setyobudiandi, 2000). Asikin (1982) menyatakan bahwa
kerang hijau tumbuh baik pada perairan yang memiliki salinitas 27-35 o/oo,
temperatur antara 27-32ºC, arus yang tidak begitu keras dan hidup pada
kedalaman 1-7 m serta mengambil protein nabati sebagai makanannya.
Rainbow (1995) dalam Wong et al. (2000) menyatakan P.viridis menyebar
luas di perairan laut dan toleran terhadap perairan yang terkontaminasi logam
serta dapat bertahan terhadap fluktuasi salinitas dan suhu.

B. Penelitian yang Relevan

No.
1
2

Nama Peneliti
Ani Haryati

Judul
Sebaran Logam Berat Timbal (Pb) Terlarut

Nanang Sulistiawan

dan Tersuspensi di Perairan Teluk Jakarta
Asioasi Teritip (Balanus spp.) pada
Komunitas Kerang Hijau yang Dipelihara di
Muara Kamal, Teluk Jakarta

C. Kerangka Berpikir

Kualitas Lingkungan Perairan

Masyarakat

Kualitas Air :

Usaha perikanan
tambak kerang hijau

 Salinitas
 pH
 oksigen
terlarut
 nitrat
 phospat
 COD
 BOD

Dampak Kualitas Lingkungan Perairan terhadap Laju Pertumbuhan Tambak
Kerang Hijau di Daerah Cilincing, Jakarta Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kualitas lingkungan
perairan terhadap laju pertumbuhan tambak kerang hijau di daerah Cilincing, Jakarta
Utara.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di daerah Cilincing, Jakarta Utara, Provinsi DKI
Jakarta. Adapun wamtu penelitian ini dilakukan dari ..........
C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan observasi dan
survei. Dalam penelitian ini akan menjelaskan dampak kualitas lingkungan perairan
terhadap laju pertumbuhan tambak kerang hijau di daerah Cilincing, Jakarta Utara.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengusaha tambak di daerah
Cilincing. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling
dimana yang menjadi sampel adalah peternak tambak kerang hijau.
E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data sekunder
dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan tidak langsung
dari subjek atau objek yang diteliti, tetapi melalui pihak lain seperti instansi-instansi
atau lembaga-lembaga yang terkait, perpustakaan, arsip perorangan, dan sebagainya
(Moh. Pabundu Tika 2005 : 44). Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari responden atau objek yang diteliti, atau ada hubungan dengan yang diteliti
(Moh. Pabundu Tika, 2005 : 44). Adapun data yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut :
1. Data peternak tambak di Cilncing menurut BPS
2. Data kualitas air menurut BPLHD Provinsi DKI Jakarta tahun 2011, 2012,
2013
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009 :102).