Struktur Bahasa Indonesia Semantik

  Struktur Bahasa Indonesia Semantik

Hakikat Semantik

  • Semantik berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya semaino yang berarti menandai atau melambangkan.
  • Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan di bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda dengan hal yang ditandai.
  • Selain istilah semantik, di dalam sejarah linguistik, ada pula istilah semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, dan semik yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau lambang. Namun, istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah lainnya memiliki objek yang cukup luas, yakni mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya, seperti makna tanda lalu lintas, kode mors,tanda-tanda dalam ilmu matematika, sedangkan cakupan semantik hanya berkanaan dengan bahasa sebagai alat

  Menurut Ferdinand de Saussure, setiap tanda linguistik

  • memiliki dua unsur, yakni yang diartikan (signifie) dan yang mengartikan (signifiant). Signifie merupakan konsep atau makna dari suatu tanda,
  • sedangkan signifiant merupakan bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Apakah semua kata memiliki referen? Kata-kata berkelas
  • verba, adjektiva, dan nomina memang selalu memiliki referen, tetapi preposisi, konjungsi.

  Dengan demikian, kata-kata yang memiliki referen

  • disebut sebagai kata yang bermakna referensial,

  sedangkan kata yang tidak memiliki referen disebut sebagai kata yang tidak bermakna referensial Bagaimana dengan referen kata kaki dalam kaki

  • gunung, kaki meja? Verhaar mengungkapkan bahwa referen kata kaki tetap kaki sebagai anggota tubuh. Pada kata kaki gunung, kata kaki digunakan untuk
  • merujuk pada sesuatu yang lain secara metaforis (secara perbandingan). Dengan demikian, referen

  

Pada dasarnya, antara makna dan informasi merupakan dua

  • hal yang berbeda. Makna merupakan gejala dalam ujaran

    ( utterance-internal phenomenon), sedangkan informasi

    merupakan gejala dalam ujaran ( utterance-external

    phenomenon), misalnya kata ayah dan bapak yang keduanya

    memiliki informasi yang sama, yakni ’orang tua laki-laki’

    tetapi maknanya jelas berbeda. Bandingkan makna antara

    kata bapak presiden dengan # ayah presiden.

  

Selain informasi sebagai bagian dari gejala luar ujaran,

  • maksud pun pada dasarnya merupakan gejala luar ujaran.

    Kalau informasi dilihat dari objeknya, maksud dilihat segi

    konteks pembicaraan, misalnya bagus sekali nilaimu nak!

  

Realisme beranggapan bahwa manusia selalu memiliki jalan

pikiran tersendiri terhadap duania luar dan menusia selalu

memberi gagasan tertentu terhadap dunia luar sehingga

antara makna dan wujud dimaknai memiliki hubungan yang

hakiki.

  

Konseptualis beranggapan bahwa makna dan kata dapat

dilepaskan dari dunia luar karena pemakaian sepenuhnya

ditentukan oleh adanya asosiasi (gambaran dalam angan-

angan) dan konseptualisasi pemakainya.

  

Nominalis berangggapan bahwa makna dan kata dengan

dunia semata-mata bersifat arbitrer. Meskipun demikian

penentuan hubungan oleh para penutur harus dilatari oleh

adanya konvensi.

  

Aspek makna dalam hal ini dibedakan dengan aspek sebagai

kategori gramatikal sebuah verba yang biasanya mengungkapkan

lama dan jenis kegiatan. Oleh karena itu, aspek makna yang

dimaksud di sini lebih cederung mengarah kepada aspek makna

tertentu dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa pada

konteks situasi dan sosial tertentu.

  

Dilihat dari fungsinya, aspek semantik kata, kelompok kata, frasa,

klausa, dan kalimat dibedakan menjadi empat macam, yakni: (1)

Aspek makna pengertian (Sense), (2) Aspek makna perasaan

(Feeling), (3) Aspek makna nada (Tone), dan (4) Aspek makna tujuan

(Intension). Keempat aspek makna tersebut akan dipaparkan di

  

Aspek makna pengertian disebut juga tema karena ketika seseorang

  • berbicara menggunakan kata-kata yang mengandung ide atau pesan

    tertentu. Perhatikan contoh berikut: Hari ini hujan Hari ini mendung Ketika komunikasi berjalan dengan tema di atas, tentu terdapat

    unsur pembicara dan pendengan dalam ragam lisan, unsur penulis dan

    pembaca pada ragam tulisan yang memiliki pengetahuan atau

    hari, ini, hujan, dan pengertian yang sama terhadap satuan-satuan:

    mendung. Pada perinsipnya, aspek makna pengertian dalam hal ini

    baru bisa tercapai apabila pembicara dan pendengar, penulis dan

    pembaca memiliki bahasa yang sama dalam arti saling memahami

  • Aspek makna perasaan berhubungan dengan sikap pembicara terhadap situasi pembicaraan, misalnya perasaan sedih, gembira, panas, dingin, dan lain-lain. Pernyataan dalam bentuk bahasa yang sesuai untuk megungkapkan situasi-situasi seperti itu disebut mengandung makna aspek perasan.

  • Aspek makna nada merupakan aspek makna yang mengungkapkan sikap pembicara terhadap mitra wicara dalam komunikasi lisan atau sikap penyair/penulis terhadap pembaca dalam komunikasi tulisan. Aspek makna nada dalam sebuah proses komunikasi melibatkan pembicara untuk memilih kata-kata yang sesuai dengan pembicara dan mitra wicara. Kata-kata yang dipilih sesuai dengan nada-nada yang dianggap sesuai setelah memperhitungkan siapa yang bicara, siapa

  Aspek makna nada ini berhubungan dengan aspek makna

perasaan, karena jika kita jengkel terhadap seseorang maka

sikap kita akan berlainan dan hal itu mempengaruhi pula pilihan kata yang sesuai dengan nadanya.

  • Aspek makna tujuan menekankan bahwa apa yang kita ungkapkan dalam bentuk tuturan itu mengandung tujuan

  , tertentu misalnya dengan mengatakan penipu kau bertujuan agar mitra wicara merubah kelakuannya yang tidak diinginkan tadi.

  Ada beberapa jenis sifat-sifat pernyataan yang bisa

digunakan dalam mengungkapkan aspek makna tujuan ini,

antara lain: #deklaratif > Pemeliharaan kesehatan dapat menunjang program pemerintah di dalam memelihara lingkungan dan meningkatkan taraf kehidupan bangsa

  #

  Imperatif > Halaman-halaman rumah di tiap tempat agar ditanami dengan apotek hidup # Naratif > Manusia hidup panjang dengan memelihara kesehatan dan memeperhatikan sikap pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup sehat

  # Politis > Rakyat bersatu, negara maju # Paedagogis > Membina hidup sehat supaya kita selamat

  • Bagian-bagian dari tataran analisis yang mengandung makna menurut Verhaar (1978) sebagai berikut: Semantik bahasa=> 1. tatabahasa gramatikal = a. sintaksis= fungsi kosong dari arti, katagori dan peran semantik gramatikal; b. morfologi=semantik gramatikal. 2. fonemik(tidak ada semantik tetapi setiap fonem membedakan makna, fonetik (tidak ada
  • Kalau yang menjadi objek kajiannya adalah leksikon, jenis semantiknya adalah semantik leksikal.

  • Dalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada dari masing-masing leksem bahasa tersebut. Oleh karena itu, makna yang ada pada leksem-leksem disebut makna leksikal.
  • Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan-satuan bermakna.
digunakan dalam studi morfologi dan sintaksis yang lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal bebas terkecil.

  • Sebagai satuan semantik, leksem dapat berupa sebuah kata dan juga berupa gabungan kata, seperti meja hijau, bertekuk lutut.
  • Dalam studi morfologi, sering diartikan sebagai satuan abstrak yang setelah melalui proses morfologi akan membentuk kata, misalnya ANGKAT
  • Tataran garamatikal digolongkan menjadi dua, yakni morfologi dan sintaksis. Satuan-satuan morfologi meliputi kata dan morfem, sedangkan satuan-satuan kalimat meliputi frasa, kalausa, dan kalimat. Keseluruhan satuan-satuan tersebut seluruhnya mengandung makna.

  • Secara tersendiri, terdapat pula istilah semantik

  

sintaktikal yang sasarannya tertumpuh pada hal-hal yang berkaitan dengan sintaksis. katagori gramatikal, dan peran gramatikal.

  • Fungsi gramtikal berupa kotak-kotak kosong yang diberi nama subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap yang keseluruhannya tidak bermakna karena berupa kotak kosong atau tempat yang kosong.
  • Yang memiliki makna adalah pengisi kotak-kotak itu yang disebut katagori, seperti nomina, verba, adjektiva, dan sebagainya.
  • Katagori-katagori inilah yang sesungguhnya telah

  Leksikal dan memiliki peran gramatikal, seperti peran agentif, pasien, objek, benefaktif, lokatif, instrumental, dan sebagainya.

  • Adapun masalah-masalah yang terkait dengan semantik dan bukan termasuk semantik gramatikal, seperti topikalisasi kalimat. Verhaar (1978:126) memberi wadah sendiri yang disebut semantik kalimat. Semantik kalimat menurut Verhaar belum
  • Ada juga satu jenis semantik yang lain, yakni semantik maksud. Semantik ini berkenaan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa, seperti metafora, ironi, litotes, dan sebagainya.

  • Apakah seluruh maksud yang berbeda dengan makna ujaran yang kita ungkap termasuk semantik maksud?
  • Menurut Verhaar, selama masih menyangkut masalah lingual tentu dapat dijawab iya, misalnya ketika ada orang bertanya dan kita tidak menjawab

  Pertanyaannya kasar. Hal itu tidak termasuk semantik maksud.

  Semantik maksud yang diungkapkan Verhaar sama

  • dengan semantik pragmatik yang dikemukakan pakar lain dan lazim diartikan sebagai bidang studi yang mempelajari makna sesuai dengan konteksnya.

PENAMAAN DAN PENDIFINISIAN

  Secara kontenporer kita dapat menelusuri sebab-sebab atau hal- hal yang melatarbelakangi penamaan atau penyebutan terhadap

sejumlah kata yang ada dalam leksikon bahasa Indonesia. Berikut

akan dibicarakan beberapa di antaranya.

  1. Peniruan Bunyi (Anomatope)

Di dalam bahasa Indonesia, terdapat sejumlah kata yang

terbentuk dari hasil peniruan buyi, misalnya cecak, tokek,

meong, gukguk.

  Selain itu, terdapat pula bentuk kata kerja atau nama

  menggonggong, berkotek, mendesis, meringkik, berdering, mencicit, dan sebagainya.

  2. Penyebutan Bagian Dalam bidang Sastra terdapat istilah pars pro toto = gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal

padahal yang dimaksud keseluruhan benda itu. Adapun yang

lain, yakni totem pro parte = keseluruhan untuk sebagian.

  Di dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang diberi nama sesuai dengan sifat khasnya, seperti si kikir, si botak, si gendut,

  4. Penemu dan Pembuat Banyak nama yang lahir berdasarkan nama penemu dan

pembuatnya. Kata-kata yang dimaksud, seperti kondom = Dr.

  Condom, mujair yang mula-mula ditemukan oleh seorang petani bernama Mujair di Kediri, Jawa Timur, volt dari nama

penciptanya seorang ahli fisika bangsa Italia, bayangkara dari

nama pasukan pengawal kerajaan pada zaman Majapahit, laksamana nama seorang tokoh dalam cerita Ramayana,

boikot dari nama seorang tuan tanah di Inggris yang memiliki

tindakan yang keras pada tahun 1880.

  5. Tempat Asal Magnet berasal dari nama suatu tempat yakni Magnesia, burung kenari dari nama pulau Kenari di Aprika, sarden dari nama pulau Sardenia di Italia.

  6. Bahan Kata goni berasal dari nama serat di dalam tumbuh-tumbuhan,

kaca adalah nama bahan. Benda lain yang terbuat dari kaca

disebut kaca, misalnya kaca mata, perak sebagai nama bahan kemudian muncul uang perak.

  7. Keserupaan

Kaki gunung, kaki meja, kaki kursi. Dalam hal ini, kata kaki

  Abri dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, KONI = komite olahraga nasional Indonesia, dll.

  9. Penamaan Baru Pariwisata mengganti torisme, suku cadang mengganti onderdil, darmawisata mengganti piknik. Penggantinya lebih nasionalis.

  10. Peristilahan Tangan yang secara kedokteran terbagi menjadi lengan dan tangan. Lengan dari ketiak sampai pergelangan, tangan dari pergelangan sampai jari.

  11. Pendifinisian Difinisi yang dibuat oleh manusia digolongkan menurut taraf kejelasannya. Taraf paling rendah disebut difinisi sinonimis. Ketidakjelasan yang dimaksud dalam hal ini karena difiinisi yang diberikan bersifat putar balik, misalnya antara ayah

dengan bapak. Kedua difinis logis= adalah suatu difinisi yang

dibuat secara tegas sehingga objek tersebut berbeda secara nyata dengan objek-objek lainnya, difinisi dalam bidang ilmu

tertentu. Ketiga difinisi ensiklopedi= difinisi ini lebih jelas dari

difinisi logis karena menerangkan secara lengkap, jelas, dan cermat berkenaan dengan kata yang didefinisikan.

  Adapun difinisi lain, yakni difinisi oprasional/batasan= difinisi Adapun difinisi lain, yakni difinisi oprasional/batasan= difinisi ini digunakan untuk membatasi konsep yang digunakan dalam ini digunakan untuk membatasi konsep yang digunakan dalam suatu tulisan atau pembicaraan, misalnya: 1) Yang dimaksud suatu tulisan atau pembicaraan, misalnya: 1) Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah cairan untuk keperluan dengan air dalam tulisan ini adalah cairan untuk keperluan hidup sehari-hari; 2. Yang dimaksud dengan air dalam tulisan hidup sehari-hari; 2. Yang dimaksud dengan air dalam tulisan ini adalah segala zat cair yang terdapat dalam tumbuh- ini adalah segala zat cair yang terdapat dalam tumbuh-

tumbuhan baik yang terdapat di dalam batang (seperti air tebu),

tumbuhan baik yang terdapat di dalam batang (seperti air tebu),

maupun yang terdapat di dalam buah. maupun yang terdapat di dalam buah.

Jenis Makna

  

Misalnya: kata amplop yang pada konstruksi tertentu

mengandung makna denotatif (kognitif), pada konstruksi

tertentu dapat mengandung makna konotatif. Perhatikan

contoh berikut:

  Saya membeli amplop di warung. Beri saja dia amplop, persoalannya akan beres.

Makna denotatif (kognitif) kita jumpai pada kalimat (1)

sedangkan makna denotatif kita jumpai pada kalimat (2).

  • Semantik Leksikal merupakan bidang Semantik yang

  

meneliti makna leksikal menurut azas-azas dinamis

leksikologi. Makna leksikal dalam diskripsi Linguistik

lazimnya ditandai dengan tanda petik tunggal, misanya

kita mengatakan kata rumah memiliki makna ‘rumah’.

  

Oleh karena itu, makna leksikal sebenarnya merupakan

makna dari satuan terkecil sebuah leksikon.

  

Semantik leksikal secara leksikologis mencakup beberapa

segi, yakni: (a) makna dan referensi, (b) denotasi dan

konotasi, (c) analisis ekstensional dan analisis intensional,

(d) analisis komponensi, (e) makna dan pemakaiannya, (f)

  • Makna refrensial lazimnya dipandang sebagai sifat kata.

  

Misalnya kata roti memiliki makna tertentu, akan tetapi

selain dari makna tersebut, kata roti memiliki sifat yang

namanya referensi, yaitu kemapuan kata roti untuk

mengacu pada benda tertentu atau referen.

  

Istilah referensi membawa dua arti yang agak berbeda,

yakni referensi ekstralingual seperti contoh di atas, karena

referen dari kata roti adalah sesuatu di luar bahasa dan

referensi intralingual, karena referensi tadi menujuk

sesuatu yang ada di dalam tuturan, misalnya Roti yang

kita beli kemarin, saya sudah memakannya. Kata ganti

  Selain penunjukan yang bersifat anaforis tadi, dijumpai pula penunjukan yang bersifat kataforis yakni penunjukan pada teks yang mengikutinya, misalnya kata orang dalam klausa orang yang mendaptarkan diri harus membawa kartu penduduk.

  Ektoforis (Ekstralingual) (Semantik leksikal hampir seluruhnya) Referensi Endoforis (Intralingual)

  • Makna denotasi adalah referensi pada suatu yang ekstralingual menurut makna kata yang bersangkutan.
  • Makna konotasi adalah makna yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian afektif (perasaan) atau emosional. Misalnya denotasi kata penjara adalah kemampuan kata tersebut untuk mereferensi pada sebuah penjara. Sedangkan konotasi kata penjara adalah negatif untuk semua penutur karena penghuni penjara sudah tidak memiliki kebebasan lagi untuk
  • Makna Komponensial > makna suatu kata dalam

    hubungannya dengan makna yang lain.

  

Misalnya penamaan seorang anak dengan kata anak

memiliki hubungan yang sestematis dengan kata-kata

bapak, ibu, adik, kakak, keluarga, dan lain-lain.

  

Katakanlah sistem kekerabatan yang sepsrti adik, kakak

di dalam bahasa Indonesia penamaannya berdasarkan usia

sedangkan penamaan brother, sister di dalam bahasa

Inggris berdasarkan jenis kelamin

  • Makna Kontekstual > makna kata sesuai dengan pemakaiannya. Misalnya: ketika kita memakai kata

  mimbar dalam referensinya tehadap sebuah mimbar sebagai makna harafiah dari kata tadi. Pada sisi lain kata mimbar tadi dapat pula digunakan dalam makna kiasan seperti tampak pada ungkapan kebebasan mimbar. Pada contoh terakhir tadi kata mimbar tidak lagi bereferensi terhadap sebuah mimbar akan tetapi lebih bereferensi terhadap sebuah kebebasan berbicara di depan umum.

  • Makna Gramatikal > makna sebuah kata yang ditentukan

  Relasi Makna

  • Polisemi merupakan suatu bentuk bahasa yang mengandung makna lebih dari satu, misalnya frasa orang tua yang dapat bermakna; (1) Ayah dan Ibu, (2) orang yang sudah tua, dan (3) orang yang dituakan atau dihormati. Polisemi pada sebuah bahasa dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) spesifikasi dalam ilmu, misalnya kata bentuk dalam bidang bahasa berbeda maknanya dengan kata bentuk dalam bidang seni rupa, dan bidang arsitektur, (2) spesialisai pemakaian dalam kehidupan sosial masyarakat yang beraneka ragam, misalnya kata jalan bagi seorang sopir angkot atau bus kota dapat berarti bekerja, bagi seorang pedagang dapat berarti laris, atau dalam sebuah seminar dapat berarti berlangsung dengan lancar, (3) adanya pemakaian dalam kesastraan
  • Homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’ dan homo

    ‘sama’.Secara Semantik, Verhaar (1978) mengungkapkan bahwa homonim

    merupakan ungkapan (berupa kata, frasa, atau kalimat) yang bentuknya

    sama dengan ungkapan lain (kata, frasa, atau kalimat) tetapi memiliki

    makna yang tidak sama. Misalnya : antara kata bisa yang ‘racun’ dengan

  

bisa ‘dapat, baku ‘standar’ dengan baku ‘ saling’, bandar ‘pelabuhan’

dengan bandar ‘pemegang uang dalam perjudian’.

  

Homonim dengan polisemi memiliki perbedaan pada derajat kesamaan

makna.

  Contoh polisemi: Jangan berdiri di jalan masuk! Jalanlah lebih dahulu, sebentar lagi saya menyusul!

  

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya

homonim, yakni : (1) kata-kata atau bentuk-bentuk

yang berhomonim tadi berasal dari dialek atau bahasa

yang berlainan, misalnya kata bisa ‘racun’ berasal dari

bahasa Melayu, sedangkan kata bisa ‘sanggup’ berasal

dari bahasa Jawa, (2) kata-kata yang berhomonim tadi

muncul karena adanya proses morfologi, misalnya :

kata mengukur ‘memarut’ dengan mengukur

‘menghitung’.

  

Homonim selain terjadi dalam tataran kata juga terjadi dalam tataran

frasa maupun kalimat, misalnya : cinta anak ‘cinta terhadap anak’

dengan cinta anak ‘cinta anak terhadap…’, isteri lurah yang baru itu

cantik ‘isteri lurah yang baru diangkat itu cantik’, isteri lurah yang baru

itu cantik ‘isteri baru dari lurah itu cantik’.

  

Secara garis besar, homonim dibedakan menjadi dua macam, yakni: (1)

homofon dan (2) homograf. Homofon adalah dua kata yang memiliki

makna dan bentuk penulisan yang berbeda akan tetapi dilafalkan

dengan bunyi yang sama, misalnya anatara sah dan syah, syarat dan

sarat, antara bang dan bank.

  

Pada sisi lain, homograf merupakan dua kata yang memiliki perbedaan

makna dan cara pelafalan akan tetapi memiliki kesamaan dalam cara

penulisan, misalnya antara tahu ‘sesuatu makanan’ dengan tahu

  • Hiponim berasal dari bahasa Yunani Kuno anoma ‘nama’ dan hypo ‘di bawah. Verhaar, (1993) mengungkapkan bahwa secara semantis, hiponim merupakan ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang meknanya dianggap merupakan bagian dari ungkapan lain. Ungkapan yang maknanya menjadi bagian dari ungkapan lain disebut hiponim sedangkan ungkapan yang membawahi makna hiponim tadi disebut superordinat. Perhatikan contoh berikut .

  Warna hijau kuning merah ungu putih biru

  

Dari bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa kata-kata

hijau, kuning, merah, ungu, putih, dan biru berhiponim

terhadap kata warna. Dengan demikian, maka hubungan

antara hiponim terhadap superordinatnya bersifat searah.

  

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa kata yang menjadi

hiponim dari sebuah kata yang superordinat dapat pula

menjadi superordinat bagi semua hiponim di bawahnya.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157