Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013. Gunardi Pome. Febri Triana P

  Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013

Gunardi Pome, S.Ag, M.Kes.

  

Febri Triana P

ABSTRAK

Pendahuluan : Penyakit tuberkulosis sudah dikenal sejak beribu-ribu tahun sebelum

  masehi. Hal ini terbukti dari adanya sisa-sisa penyakit ini yang di dapatkan para mummi-mummi dari zaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini alam Pen Tsao yakni material medika Cina yang sudah berumur 5000 tahun. Penyakit ini dulunya bernama Consumption atau Pthisis dan semula dianggap sebagai penyakit generatif atau penyakit generatif atau penyakit turunan. Menurut laporan World Health Organization (WHO) di seluruh dunia sekitar 8-10 juta kasus baru tiap tahunnya dengan angka kematian 3 juta orang yang disebabkan TB, itulah sebabnya WHO menyatakan TB saat ini telah menjadi ancaman global.

  

Metode ; penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif analitik menggunakan

  desain cross sectional untuk melihat Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Cross Sectional. Dikatakan penelitian survey karena data yang dipelajari diambil dari populasi untuk memperoleh kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan antar variable (Singarimbun. Masri, 1995). Suatu rancangan penelitian epidemiologic yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Karakter pokok dari rancagan ini adalah bahwa status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Pada rancangan ini peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit serta paparan factor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, oleh karena itu pendekatan Cross Sectional dinamakan juga survey prevalensi (Kleinbaum. Et. Al. 1982 dalam Bisma Murti, 1997). Dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran kejadian tuberculosis paru dan factor-faktor yang yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis parudi RSUD tipe D Martapura tahun 2013.Setelah semua data dioleh kemudian data dianalisis denan mengunakan uji statistik chi square.

  Hasil penelitian :

  Disarankan lebih ditekankan pada hal yang berhubungan dengan hal berkwalitas layanan, tenaga profesional dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kejadian diare. Kata kunci : Kejadian Puberkulosis paru. PENDAHULUAN. Visi Indonesia sehat 2015 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat,memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi- tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sehat meliputi sehat jasmani,rohani serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita-citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran,kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya ( Martono, 2010 ).

  Menurut laporan World Health

  Organization (WHO) di seluruh dunia

  sekitar 8-10 juta kasus baru tiap tahunnya dengan angka kematian 3 juta orang yang disebabkan TB, itulah sebabnya WHO menyatakan TB saat ini telah menjadi ancaman global. (Surakarta online, 4

  Oktober 2012 )

  Di Indonesia setiap tahunnya, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TB. (Bayu Roni, 2008)

  Tahun 1195-1995 cakupan penderita TB dengan strategi DOTS baru mencapai 10% dan Error Rate pemeriksaan laboratorium belum dihitung dengan baik meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau multi

  drug resistance / MDR (Depkes RI, 2008:2)

  Di Provinsi Sumatera Selatan penderita TB paru tahun 2012 sedikitnya 160 orang dari 100.000 penduduk Sumatera Selatan menderita TB Paru. Ini disebabkan masih banyaknya warga yang berasal dari ekonomi lemah sehingga pemenuhan asupan gizinya masih sangat kurang. Dalam menyukseskan upaya pemberantasan TB, maka peran petugas kesehatan dalam surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan. Tidak menutup kemungkinan peran kader dan masyarakat lainnya.

  Di Kabupaten Oku Timur tahun 2012 tepatnya di Unit Rawat Inap RSUD Martapura terdapat 86 orang (7,8%) penderita TB paru dan diantaranya ada yang belum memahami mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan TB paru, seperti umur, jenis kelamin, lingkungan kerja dan kebiasaan merokok. Terdapat pula perasaan kekhawatiran tentang penyakit yang dideritanya dan cenderung menutupi penyakitnya

  Penyakit tuberkulosis sudah dikenal sejak beribu-ribu tahun sebelum masehi. Hal ini terbukti dari adanya sisa-sisa penyakit ini yang di dapatkan para mummi-mummi dari zaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini alam Pen Tsao yakni material medika Cina yang sudah berumur 5000 tahun. Penyakit ini dulunya bernama Consumption atau Pthisis dan semula dianggap sebagai penyakit generatif atau penyakit generatif atau penyakit turunan.

  METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor- faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. pemilihan rancangan ini didasarkan karena mudah dan sederhana serta ekonomis,selain itu juga hasilnya dapat diukur.variabel penelitian yang dimaksud adalah umur responden, jenis kelamin, lingkungan kerja, kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru.

  Populasi dan Sampel penelitian

  1. Populasi penelitian Populasi penelitian adalah semua pasien yang berobat di

  Poliklinik penyakit dalam dan yang dirawat diruang rawat inap penyakit dalam di RSUD Martapura Tipe D Kabupaten Ogan Komering Ulu timur Tahun 2013.

  2. Sampel Semua pasien yang berobat dipoliklinik penyakit dalam dan yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUD martapura dalam periode April s/d juni 2013 yang berjumlah 89 orang ( accidental sampling ).

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penderita penyakit TB Paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013 No Penyakit TB paru Frekuensi Responden Persentase

  1 Penderita 51 57,3

  2 Bukan Penderita 38 42,7 Jumlah 89 100

  Dalam penelitian ini penyakit TB paru dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu penderita TB paru, (bila responden didiagnosa oleh dokter terserang TB paru) dan bukan penderita (bila responden tidak didiagnosa oleh dokter terserang TB paru). Dapat dilihat pada table dibawah ini :

  1. Variabel Independen

  a. Umur Dalam penelitian ini umur dikelompokkan menjadi dua kategori, Tua (bila responden berumur ≥35 tahun) dan muda (bila reponden berumur <35 tahun). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  Tabel 5.3

  Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

  No Umur Frekuensi responden persentase

  1 Tua 50 56,2

  2 Muda 39 43,8 Jumlah 89 100

  Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang merupakan penderita TB paru sebanyak 51 responden (57,3%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 38 responden (42,7%). Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang dikategorikan Tua sebanyak 50 responden (56,2%) dan yang dikategorikan Muda sebanyak 39 responden (43,8%).

  b. Jenis Kelamin Dalam penelitian ini Jenis Kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori, laki-laki dan perempuan. dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

  Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

  nNo Jenis kelamin Frekuensi Responden persentase

  1 Laki-laki 58 65,2

  2 Perempuan 31 34,8 Jumlah 89 100

  Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58 responden (65,2%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 responden (34,8%).

  c. Lingkungan kerja Dalam penelitian ini lingkungan kerja di kelompokkan menjadi dua kategori,

  Beresiko tinggi (bila reponden bekerja dilingkungan yang terpapar debu) dan beresiko rendah (bila responden bekerja dilingkungan yang tidak terpapar debu). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

  No Lingkungan kerja Frekuensi responden Persentase

  1 Beresiko tinggi 53 59,6

  2 Beresiko rendah 36 40,4 Jumlah 89 100

  Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang beresiko tinggi sebanyak 53 responden (59,6%) dan yang beresiko rendah sebanyak 36 responden (40,4%).

  d. Kebiasaan merokok Dalam penelitian ini Kebiasaan merokok dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu perokok (bila responden melakukan aktivitas merokok setiap hari) dan bukan perokok (bila responden tidak melakukan aktivitas merokok setiap hari). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini : tabel 5.6

   Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan merokok di RSUD Martapura Tipe D tahun 2013

  No Kebiasaan merokok Frekuensi responden Persentase

  1 Perokok 60 67,4

  2 Bukan perokok 29 32,6 Jumlah 89 100

  Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang merupakan perokok sebanyak 60 responden (67,4%) dan yang bukan perokok sebanyak 29 responden (32,6%).

B. Analisa Bivariat

  Penelitian ini dilakukan pada 89 responden dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel dependen (penyakit TB paru) dan variabel independen (umur, jenis kelamin, lingkungan kerja dan kebiasaan merokok). Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan p value ≥ 0,05 artinya tidak ada hubungan antara ke 2 variabel, dan apabila

  p value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara ke 2 variabel.

  1. Hubungan Penyakit TB Paru dengan Umur di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

   Tabel 5.7

Hubungan Penyakit TB paru dengan Umur di RSUD

Martapura Tipe D Tahun 2013

  Penyakit TB paru Penderita Bukan

  No Umur penderita jumlah % p value N % N %

  1 Tua 33 66,0 17 34,0 50 100 0,09

  2 Muda 18 46,2 21 53,8 39 100 Jumlah

  51

  38

  89 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang dikategorikan tua yang merupakan penderita TB paru sebanyak 33 responden (66,0%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (34,0%) sedangkan dari 39 responden yang dikategorikan muda yang merupakan penderita TB paru sebanyak 18 responden (46,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (53,8%).

  Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,09 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan penyakit TB paru.

  2. Hubungan Penyakit TB paru dengan Jenis Kelamin di RSUD Martapura Tahun 2013 Tabel 5.8

  Hubungan Penyakit TB paru dengan Jenis Kelamin di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

  Penyakit TB paru Penderita Bukan

  No Jenis kelamin penderita jml % p value n % N %

  1 Laki-laki 39 67,2 19 32,8 58 100 0,01

  2 Perempuan 12 38,7 19 61,3 31 100 Jumlah

  51

  38

  89 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang berjenis kelamin laki-laki yang merupakan penderita TB paru sebanyak 39 responden (67,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (32,8%) sedangkan dari 31 responden yang berjenis kelamin perempuan yang merupakan penderita TB paru sebanyak 12 responden (38,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (61,3%). Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai p value = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel jenis kelamin Dengan penyakit TB paru.

  3. Hubungan Penyakit TB paru dengan lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

Tabel 5.9 Hubungan Penyakit TB paru dengan Lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

  Penyakit TB paru Penderita Bukan No Lingkungan kerja penderita

  Jml % p value N % n %

  1 Beresiko tinggi 36 67,9 17 32,1 53 100 0,02

  2 Beresiko rendah 15 41,7 21 58,3 36 100 Jumlah

  51

  38

  89 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 53 responden yang beresiko

  tinggi yang merupakan penderita TB paru sebanyak 36 responden (67,9%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (32,1%) sedangkan dari 36 responden yang beresiko rendah yang merupakan penderita TB paru sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (58,3%). Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai p value = 0,02 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel lingkungan kerja dengan penyakit TB paru.

  4. Hubungan Penyakit TB paru dengan kebiasaan merokok di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

Tabel 5.10 Hubungan Penyakit TB paru dengan Kebiasaan merokok

  

di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

Penyakit TB paru Penderita Bukan

  No Kebiasaan merokok penderita Jml % p value

N % N %

  1 Perokok 43 71,7 17 28,3 60 100 0,00

  2 Bukan perokok 8 27,6 21 72,4 29 100 Jumlah

  51

  38

  89 Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang perokok

  yang merupakan penderita TB paru sebanyak 43 responden (71,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (28,3%) sedangkan dari 29 responden yang bukan perokok yang merupakan penderita TB paru sebanyak 8 responden (27,6%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (72,4%).

  Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai p value = 0,00 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru.

  PEMBAHASAN

  Menurut Smith (2008) umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TB paru. Infeksi tuberculosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur, insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita Tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

  Menurut Smith (2010) Pria lebih umum terkena tuberculosis paru, kecuali pada wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Tuberculosis terutama menyerang laki-laki. Jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. TB paru lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandingkan dengan wanita

  fisher exact didapatkan hubungan yang signifikan.

  < α = 0,05, hal ini menunjukkan hubungan jenis kelamin dengan penyakit TB paru dengan metode

  Fisher exact didapatkan p value 0,00

  Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh marina pada tahun 2010 pada 30 responden. Pada penelitian ini digunakan metode analisis chi-square untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit TB paru dengan taraf ketelitian α = 0,05. Hasil uji statistik

  Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,01 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel jenis kelamin dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 58 responden yang berjenis kelamin laki – laki yang merupakan penderita TB paru sebanyak 39 responden (67,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (32,8%), sedangkan dari 31 responden berjenis kelamin perempuan yang merupakan penderita TB paru sebanyak 12 responden (38,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (61,3%).

  bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru.

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 50 responden yang termasuk kategori tua yang merupakan penderita TB paru sebanyak 33 responden (66,0%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (34,0%), sedangkan dari 39 responden yang termasuk kategori muda yang merupakan penderita TB paru sebanyak 18 responden (46,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (53,8%).

  value 0,02 < α= 0,05 yang menunjukkan

  Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Taufik (2009) di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus pada 60 responden, dari uji statistik chi-square didapat p

  0,05. Hal ini berarti, tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru. ( Universitas Semarang, 2008:42).

  square didapatkan p value 0,07 > α=

  Berdasarkan penelitian Ayu Ramawati di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang tahun 2008 pada 32 responden, hasil uji chi-

  hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

  value 0,09 > α =0,05. Berarti tidak ada

  Berdasarkan uji chi-square didapat p

B. Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit TB paru

  karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 53 responden yang memiliki lingkungan kerja beresiko tinggi yang merupakan penderita TB paru sebanyak 36 responden (67,9%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (32,1%), sedangkan dari 36 responden yang memiliki lingkungan kerja beresiko rendah yang merupakan penderita TB paru sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (58,3%).

  Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,02 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel lingkungan kerja dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

  Hal ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Arsunan Arsini, diWilayah Kerja Puskesmas Kassa- Kassi Kota Makassar tahun 2009 yang menjelaskan bahwa jenis lingkungan kerja seseorang tidak memberikan kontribusi terjangkit atau tidaknya seseorang terhadap penyakit TB paru dengan p value = 0,12 > α =0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis lingkungan kerja dengan penyakit TB paru.

  Menurut smith (2010) Jenis lingkungan kerja menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu paparan partikel debu didaerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB paru

  D. Hubungan Kebiasaan merokok dengan Penyakit TB paru

C. Hubungan lingkungan kerja dengan penyakit TB paru

  Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 60 responden yang merupakan perokok yang menderita TB paru sebanyak 43 responden (71,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (28,3%), sedangkan dari 29 responden yang bukan perokok yang merupakan penderita TB paru sebanyak 8 responden (27,6%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (72,4%).

  Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,00 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

  Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kolappan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2010. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa TB paru meningkat pada perokok dibanding bukan perokok sebesar 5,29 kali dengan uji statistik didapatkan p

  value = 0,00 < α =0,05, hal ini

  menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru. Menurut Aditama (2008) Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatnya resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Kebiasaan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut

  muccociliary clearance.

  KESIMPULAN Adisasmito.Wiku,2007

  Berdasarkan penelitian yang Sistem kesehatan . RajaGrafindo penulis lakukan tentang faktor - faktor Pesada: Jakarta. yang berhubungan dengan penyakit Dinkes OKU. 2011. TB paru di RSUD Martapura Tipe D Rekapitulasi Laporan Diare tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Ogan Komering Ulu.

  : Http://www.docstoc.com/docs/80012

  1. Tidak ada hubungan yang 742/%28KTI-Akbid%29 bermakna antara umur dengan Faktor-faktor-yang-berhubungan- penyakit TB paru di RSUD Upaya-Pencegahan-Kejadian-Diare- Martapura Tipe D Kab. OKU Pada-Balita di akses 19 februari Timur dengan p value = 0,09 2012 jam 14.00 WIB

  2. Ada hubungan yang bermakna Http://repsitory.usu.ac.id/bitstream/1 antara jenis kelamin dengan 23456789/4/Chapter%2011.pdf penyakit TB paru di RSUD (diakses 18 februari 2012 jam Martapura Tipe D Kab. OKU 09:45) Timur dengan p value = 0,01 http://www.scribd.com/doc/5862147

  3. Ada hubungan yang bermakna 0/Hubungan-Pengetahuan-Dan- antara lingkungan kerja dengan Sikap-Ibu-Dengan-Kejadian-Diare- penyakit TB paru di RSUD Pada-Balita (diakses 7 juli 2012 jam Martapura Tipe D Kab. OKU 22.00) Timur dengan p value = 0,02 Hastono. Sutanto Priyo. 2001.

  4. Ada hubungan yang bermakna Analisis Data . FKUI: Jakarta. antara kebiasaan merokok dengan Notoatmojdo, Soekidjo. 2007. penyakit TB paru di RSUD Promosi Kesehatan dan Ilmu Martapura Tipe D Kab. OKU Perilaku . Rineka Cipta: Jakarta.

  Timur dengan p value = 0,00 Padila,Yetti .2009.

A. Saran

  Hubungan Pengetahuan dan

  Diharapkan kepada petugas Sikap Ibu Dengan kesehatan di RSUD Martapura Tipe Penanggulangan Diare Pada D Kabupaten OKU Timur hasil Anak Usia 0-5 tahun. penelitian ini dapat dijadikan Dipuskesmas Penyandingan masukan dalam upaya peningkatan Kecamatan Sosoh Buay Rayap dan pengembangan mutu pelayanan Kabupaten OKU : Program Studi kesehatan khususnya TB Paru serta Keperawatan Baturaja perencanaan program dimasa yang Ramaiah. Savitri,2007 akan datang All You Wanted to Know About

  Diare . Gramedia: Jakarta.

  Sudarti,2010.

  

REFERENSI Kelainan dan Penyakit Pada Bayi &

Anak. Nuha Medika: Yogyakarta.

A. Rencana Anggaran Ringkasan Anggaran

  1. Persiapan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 880.000,-

  2. Pelaksanaan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 900.000,-

  3. Administrasi pengelola/ Publikasi . . .. . . . . . . . Rp. 1.000.000,-

  Total Anggaran yang dibutuhkan………………… Rp. 2.780.000,- (Terbilang: Dua Juta tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah)

  Rincian Anggaran

1. Persiapan Penelitian

  a. Perizinan……………………………………… Rp. -

  b. ATK/Fotocopy Kertas A4, 1 Rim……..……… ..…………… Rp. 35.000,- Flast Disk 1 buah………….………………... Rp. 80.000,- Catrigde dan Tinta………. .………………… Rp. 300.000,- Alat Tulis……………………………………… Rp. 200.000,- CD RW 5 buah…………..…..……………… Rp. 25.000,-

  c. Penggandaan kuesioner Rp. 240.000,-

  Sub Total Rp. 880.000,-

2. Pelaksanaan Penelitian

  a. Biaya Pengambilan data/responden Rp. 400.000,-

  b. Transport peneliti Rp. 500.000,-

  Sub Total Rp. 900.000,-

3. Administrasi Pengelola

a. Copy dokumen publikasi/perpustakaan Rp. 1.000.000,-

  Sub Total Rp. 1.000.000,-

  Total Biaya 1, 2, 3 Rp. 2.780.000,- (Terbilang: Dua Juta tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah)

Dokumen yang terkait

1. Hendaknya Mempekerjakan Seorang Muslim, bukan Orang di Luar Islam - Adab Terhadap Pekerja

0 0 13

Grafik komputer adalah salah satu cabang disiplin ilmu informatika yang mempelajari

0 0 21

P rogram Pengembangan Softskill Bagi Mahasiswa Direktorat Kelembagaan – DIKTI Tahun 2009

0 0 5

STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional

0 0 20

Gambar 6.1 Jaringan jalan raya di Provinsi Jawa Tengah

0 1 16

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Susmini, SKM,M.Kes, Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Faktor Faktor yang memp

0 0 12

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DAN MODUL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (Studi di Rumah sakit Ernaldi bahar Provinsi Sumatera Selatan) Ns.Yunike, S.Kep.Ns.M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekk

0 2 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TYPHUS ABDOMINALIS PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2014 Bambang Soewito, SKM. M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK -

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA KELAS X DAN XI DI SMAN 2 KABUPATEN OKU TAHUN 2013 D. Eka Harsanto, S.Kp, M.Kes Poltekkes Palembang Prodi Keperawatan Baturaja ABSTRAK - FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKO

0 1 7

Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Gunardi Pome,S.Ag,. M.Kes

1 2 12