Chapter I Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di
segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan
untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat
yang
adil
dan sejahtera
bagi
masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
menyukseskan pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup
besar. Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut
berasal dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari partisipasi masyarakat dalam
bentuk pembayaran pajak.
Sekarang pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
paling diandalkan.Hingga saat ini, penerimaan
Negara
Negara
yang
dari sektor perpajakan
mencapai lebih dari 70% dari total penerimaan negara. Kedepan kontribusi
penerimaan pajak diharapkan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan negara serta untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang dicanangkan
pemerintah. Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian suatu
bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan cara menggali
sumber sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak dan retribusi
daerah yang telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah.
Pada saat ini,sektor perpajakan memegang peran penting sebagai sumber penerimaan
utama negara, baik untuk penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan
pajak sebagai
pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib
Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan,
dan pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.Dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki Pendapatan
Asli Daerah (PAD), yang berasal dari HasilPajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Milik Daerah (BUMD),Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 juga menjelaskan tentang perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah dan Penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara,Pendapatan Daerah, yang berupa Pajak Daerah dan
Retribusi
Daerah,
diharapkan
menjadi
salah
satu
sumber
pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan
kesejahteraan
masyarakat.Dengan
demikian,
daerah
mampu
melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Pajak daerah adalah
pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah kota Medan dalam melaksanakan
Undang – undang Nomor 28 Tahun 2004 berdasarkan Peraturan daerah Kota Medan
Nomor 12 tahun 2003, Dimana pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pajak
provinsi dan pajak kabupaten/kota terdiri dari:
1. Pajak Provinsi:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
.i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Berdasarkan jenis Pajak Daerah di atas, yang menjadi pembahasan adalah
Pajak Hiburan, dimana pajak hiburan sangat potensial dalam meningkatan
Penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Hiburan tersebut
Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota harus mengawasi proses
Pelaksanaan Pajak Hiburan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah yang
telah ditetapkan. Dinas Pendapatan Kota mempunyai peranan yang sangat besar
dalam Menyelenggarakan Pajak Hiburan. Pajak Dinas Pendapatan Kota dituntut
untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam melaksanakan
Pajak Hiburan tersebut Pemerintah tentunya mendapat permasalahan. Oleh karena itu,
petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Hiburan ini harus meningkatkan
kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila
permasalahan tersebut dapat diatasi, tentunya akan meningkatkan penerimaan daerah,
sehingga dapat membiayai pembangunan daerah. Banyaknya tugas yang dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan ini tentunya
bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena itu mahasiswa merasa perlu
untuk mengetahui lebih dalam apa saja yang harus dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan di Kota Medan. Hal inilah yang
membuat Penulis memilih Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai tempat praktik,
dan “Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas
Pendapatan Kota Medan”. Sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah
PKLM.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan intrakulikuler
Yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman praktis dilapangan yang secara berhubungan dengan
teori - teori keahlian yang diterima dibangku perkuliahan untuk salah satu
persyaratan
dalam menyelesaikan
pendidikan
Administrasi Perpajakan FISIP USU.Setiap usaha
Program
Studi
Diploma
atau kegiatan sudah tentu
mempunyai tujuan dan manfaat yang Ingin dicapai.
1. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan dari kegiatan PKLM ini adalah :
1.1 Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan.
1.2 Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
1.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan
1.4 Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
meningkatkan pajak hiburan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
2.1. Bagi Mahasiswa :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang
timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya
dibidang perpajakan.
c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara
efesien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan.
d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
2.2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan
Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai Dengan
keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap dipakai sesuai dengan
bidang ilmu yang ditekuni.
c. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut
terhadap instansi Dinas Pendapatan Kota Medan baik berupa saran maupun kritikan
yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan
kinerja dilingkungan Instansi Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan:
a. Membuka interaksi antara dosen dengan Instansi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata Mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
b. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya untuk Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan
pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya
dibidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama
untuk membiayai investasi publik (public investment). Pemungutan adalah suatu
rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau
Retribusi, penentuan besarnya pajak atau Retribusi yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi serta pengawasan penyetorannya (Suandy, 2005 : 2).
Berdasarkan
Undang – undang
Nomor
28
Tahun
2009
tentang
perubahannya Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tentang pajak yang dimaksud dengan pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang
yang bersifat
memaksa berdasarkan
undang - undang,
dengan
tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar - besarnya untuk kemakmuran rakyat. Daerah Otonom adalah
kesatuan
masyarakat
berwenang
mengatur
hukum
dan
yang mempunyai
mengurus
batas
batas wilayah
urusan pemerintahan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
yang
dan kepentingan
aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Siahaan, 2008 : 51).
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan / atau
keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. Pajak hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu pajak
sebagai
hiburan dapat pula diartikan
pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.
Hal
ini
berkaitan dengan
kewenangan yang
kabupaten atau kota untuk mengenakan atau
diberikan
kepada
tidak mengenakan
pemerintah
suatu jenis
pajak kabupaten/kota. Mengingat kondisi kabupaten dan kotadi Indonesia tidak
sama, termasuk dalam hal jenis hiburan yang diselenggarakan,maka untuk dapat
diterapkan pada suatu daerah kabupaten/ kota pemerintah daerah setempat harus
mengeluarkan peraturan daerah tentang Pajak Hiburan yang akan menjadi landasan
hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak
Hiburan di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan.
2. Objek Pajak
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut
bayaran, termasuk antara lain : tontonan film, pergelaran kesenian, musik, tari,
dan/atau busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, pameran, diskotik,
karaoke, club malam dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyard,
golf, dan boling, pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
adalah termasuk penyelenggaraan wisata air antara lain : rafting, waterboom,
parasailling, dan sejenisnya, panti pijat, refleksi, mandi uap,/spa, pusat kebugaran
(fitness centre) dan pertandingan olahraga. Dan subjek Pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang menikmati Hiburan.
3. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan
dalam Harga Tiket Masuk ( HTM). Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang
dihitung dengan cara mengkalikan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara
umum perhitungan pajak hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terhutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
=Tarif
Pajak
x
JumlahPembayaran
UntukMenonton/Menikmati Hiburan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini adalah:
1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan
daerah Kota Medan.
2. Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan
4 Upaya
yang
dilakukan
oleh
Pemerintah
Daerah
Kota Medan
dalam
meningkatkan pajak hiburan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk memperoleh data - data dan informasi yang berhubungan dengan
Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan
Kota Medan, digunakan beberapa metode yaitu :
1. Tahap Persiapan
Yaitu dimulai dari kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum
melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti pemilihan
objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar
PKLM dari pihak fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Merupakan
kegiatan
studi
mencari
data
dan
informasi dengan
membaca
landasan teori, menelaah buku – buku literatur, peraturan perundang - undangan
dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan - catatan, maupun
bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan kinerja pada
Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapat gambaran mengenai masalah
yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Didalam
melaksanakan
PKLM,
penulis
juga mengumpulkan
data
yang
diperlukan dalam menyusun laporan akhir dari kegiatan PKL. Data tersebut
diperoleh baik dari hal – hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data - data
yang diberikan pihak dinas pendapatan daerah baik tertulis maupun data lisan.
Metode pengumpulan data terbagi dua, yaitu:
4.1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang
dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi penulis ke
lapangan tempat objek PKLM.
4.2. Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur melalui Sumber
- sumber pustaka, undang - undang, dokumentasi maupun
literatur lain yang
berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis
Sudah dapat , melakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan
Mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian diinterpretasikan secara
objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun
tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,
mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak
instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada
ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang
menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.
2.Wawancara (Interview Guide)
Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak pihak
yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis.
3.Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu pengumpulan daftar – daftar dokumentasi yang diperlukan dalam Instansi yang
bersangkutan
untuk menambah okjektifitas yang dibutuhkan untuk melengkapi
laporan PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, peraturan - peraturan
daerah, rencana kerja, surat keputusan.
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
kedalam lima bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi
pemikiran dalam pemilihan judul perumusan masalah, tujuan dan manfaat PKLM
uraian teoritis, serta ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK ATAU LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum Dinas Pendapatan Kota
Medan
BAB III GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci tentang peranan
Dinas Pendapatan Kota dalam Pajak Hiburan, Objek dan Subjek Pajak Hiburan,
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, dan Mekanisme Pengenaan dan
Pemungutan Pajak Hiburan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bagian ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan
alternative pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil
pembahasan atau analisa pada bagian diatas serta saran-saran yang diajukan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Indonesia sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di
segala bidang kehidupan dengan tujuan mengejar ketertinggalan dari negara lain dan
untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat
yang
adil
dan sejahtera
bagi
masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
menyukseskan pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan dana yang cukup
besar. Sumber dana yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan tersebut
berasal dari berbagai sumber, salah satunya berasal dari partisipasi masyarakat dalam
bentuk pembayaran pajak.
Sekarang pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
paling diandalkan.Hingga saat ini, penerimaan
Negara
Negara
yang
dari sektor perpajakan
mencapai lebih dari 70% dari total penerimaan negara. Kedepan kontribusi
penerimaan pajak diharapkan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan negara serta untuk mewujudkan kemandirian ekonomi yang dicanangkan
pemerintah. Usaha yang dapat dilakukan untuk mewujudkan kemandirian suatu
bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu dengan cara menggali
sumber sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak dan retribusi
daerah yang telah menjadi sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah.
Pada saat ini,sektor perpajakan memegang peran penting sebagai sumber penerimaan
utama negara, baik untuk penerimaan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan
pajak sebagai
pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat Wajib
Pajak sendiri. Pemerintah dalam hal ini sebagai aparatur perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan,
dan pengawasan
terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.Dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki Pendapatan
Asli Daerah (PAD), yang berasal dari HasilPajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Milik Daerah (BUMD),Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 juga menjelaskan tentang perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah dan Penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara,Pendapatan Daerah, yang berupa Pajak Daerah dan
Retribusi
Daerah,
diharapkan
menjadi
salah
satu
sumber
pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan
memeratakan
kesejahteraan
masyarakat.Dengan
demikian,
daerah
mampu
melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa Pajak daerah adalah
pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan guna pembiayaan pengeluaran
daerah sebagai badan hukum publik yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pemerintah kota Medan dalam melaksanakan
Undang – undang Nomor 28 Tahun 2004 berdasarkan Peraturan daerah Kota Medan
Nomor 12 tahun 2003, Dimana pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu pajak
provinsi dan pajak kabupaten/kota terdiri dari:
1. Pajak Provinsi:
a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok
2. Pajak Kabupaten/Kota:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
.i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Berdasarkan jenis Pajak Daerah di atas, yang menjadi pembahasan adalah
Pajak Hiburan, dimana pajak hiburan sangat potensial dalam meningkatan
Penerimaan daerah, maka dalam menyelenggarakan Pajak Hiburan tersebut
Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendapatan Kota harus mengawasi proses
Pelaksanaan Pajak Hiburan ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah yang
telah ditetapkan. Dinas Pendapatan Kota mempunyai peranan yang sangat besar
dalam Menyelenggarakan Pajak Hiburan. Pajak Dinas Pendapatan Kota dituntut
untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dalam melaksanakan
Pajak Hiburan tersebut Pemerintah tentunya mendapat permasalahan. Oleh karena itu,
petugas yang berwenang dalam pelaksanaan Pajak Hiburan ini harus meningkatkan
kinerjanya, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul. Apabila
permasalahan tersebut dapat diatasi, tentunya akan meningkatkan penerimaan daerah,
sehingga dapat membiayai pembangunan daerah. Banyaknya tugas yang dilakukan
oleh Dinas Pendapatan Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan ini tentunya
bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah, karena itu mahasiswa merasa perlu
untuk mengetahui lebih dalam apa saja yang harus dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Kota Medan dalam mengelola Pajak Hiburan di Kota Medan. Hal inilah yang
membuat Penulis memilih Dinas Pendapatan Kota Medan sebagai tempat praktik,
dan “Mekanisme Pengenaan Dan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas
Pendapatan Kota Medan”. Sebagai objek yang menarik untuk dijadikan wadah
PKLM.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan suatu kegiatan intrakulikuler
Yang dilaksanakan oleh mahasiswa secara mandiri yang dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman praktis dilapangan yang secara berhubungan dengan
teori - teori keahlian yang diterima dibangku perkuliahan untuk salah satu
persyaratan
dalam menyelesaikan
pendidikan
Administrasi Perpajakan FISIP USU.Setiap usaha
Program
Studi
Diploma
atau kegiatan sudah tentu
mempunyai tujuan dan manfaat yang Ingin dicapai.
1. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan dari kegiatan PKLM ini adalah :
1.1 Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan.
1.2 Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
1.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan
1.4 Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam
meningkatkan pajak hiburan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
2.1. Bagi Mahasiswa :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang
timbul selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya
dibidang perpajakan.
c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan pekerjaan secara
efesien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan.
d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam
menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.
2.2. Bagi Dinas Pendapatan Kota Medan
a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Dinas Pendapatan
Kota Medan dengan lembaga pendidikan khususnya Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai Dengan
keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap dipakai sesuai dengan
bidang ilmu yang ditekuni.
c. Dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi mahasiswa dituntut
terhadap instansi Dinas Pendapatan Kota Medan baik berupa saran maupun kritikan
yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan
kinerja dilingkungan Instansi Dinas Pendapatan Kota Medan.
2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan:
a. Membuka interaksi antara dosen dengan Instansi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata Mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
b. Mempertinggi pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dihasilkan dari Lembaga Pendidikan Nasional khususnya untuk Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan
pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya
dibidang perpajakan.
C. Uraian Teoritis
1. Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Sumitro, pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama
untuk membiayai investasi publik (public investment). Pemungutan adalah suatu
rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau
Retribusi, penentuan besarnya pajak atau Retribusi yang terutang sampai
kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib
Retribusi serta pengawasan penyetorannya (Suandy, 2005 : 2).
Berdasarkan
Undang – undang
Nomor
28
Tahun
2009
tentang
perubahannya Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah tentang pajak yang dimaksud dengan pajak daerah adalah
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang
yang bersifat
memaksa berdasarkan
undang - undang,
dengan
tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar - besarnya untuk kemakmuran rakyat. Daerah Otonom adalah
kesatuan
masyarakat
berwenang
mengatur
hukum
dan
yang mempunyai
mengurus
batas
batas wilayah
urusan pemerintahan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
yang
dan kepentingan
aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (Siahaan, 2008 : 51).
Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan / atau
keramaian yang dinikmati dengan pungutan bayaran. Pajak hiburan adalah pajak
atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu pajak
sebagai
hiburan dapat pula diartikan
pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia.
Hal
ini
berkaitan dengan
kewenangan yang
kabupaten atau kota untuk mengenakan atau
diberikan
kepada
tidak mengenakan
pemerintah
suatu jenis
pajak kabupaten/kota. Mengingat kondisi kabupaten dan kotadi Indonesia tidak
sama, termasuk dalam hal jenis hiburan yang diselenggarakan,maka untuk dapat
diterapkan pada suatu daerah kabupaten/ kota pemerintah daerah setempat harus
mengeluarkan peraturan daerah tentang Pajak Hiburan yang akan menjadi landasan
hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak
Hiburan di daerah kabupaten/ kota yang bersangkutan.
2. Objek Pajak
Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan Hiburan dengan di pungut
bayaran, termasuk antara lain : tontonan film, pergelaran kesenian, musik, tari,
dan/atau busana, kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya, pameran, diskotik,
karaoke, club malam dan sejenisnya, sirkus, akrobat, dan sulap, permainan bilyard,
golf, dan boling, pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan
adalah termasuk penyelenggaraan wisata air antara lain : rafting, waterboom,
parasailling, dan sejenisnya, panti pijat, refleksi, mandi uap,/spa, pusat kebugaran
(fitness centre) dan pertandingan olahraga. Dan subjek Pajaknya adalah orang pribadi
atau badan yang menikmati Hiburan.
3. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan
dalam Harga Tiket Masuk ( HTM). Besarnya pokok pajak hiburan yang terhutang
dihitung dengan cara mengkalikan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara
umum perhitungan pajak hiburan adalah sesuai dengan rumus berikut:
Pajak Terhutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
=Tarif
Pajak
x
JumlahPembayaran
UntukMenonton/Menikmati Hiburan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Praktik Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini adalah:
1. Mekanisme pengenaan dan pemungutan pajak hiburan di Dinas Pendapatan
daerah Kota Medan.
2. Kendala - kendala yang dihadapi dalam pemungutan pajak hiburan.
3. Faktor - faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Hiburan
4 Upaya
yang
dilakukan
oleh
Pemerintah
Daerah
Kota Medan
dalam
meningkatkan pajak hiburan
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk memperoleh data - data dan informasi yang berhubungan dengan
Mekanisme Pengenaan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan
Kota Medan, digunakan beberapa metode yaitu :
1. Tahap Persiapan
Yaitu dimulai dari kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa sebelum
melakukan PKLM ke objek PKLM yang meliputi kegiatan seperti pemilihan
objek PKLM, lokasi PKLM, pengajuan proposal PKLM, dan surat pengantar
PKLM dari pihak fakultas atau Program Diploma III Administasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Merupakan
kegiatan
studi
mencari
data
dan
informasi dengan
membaca
landasan teori, menelaah buku – buku literatur, peraturan perundang - undangan
dibidang perpajakan, majalah, surat kabar, internet, catatan - catatan, maupun
bahasa tertulis yang ada hubungannya dengan laporan PKLM.
3. Studi Observasi Lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung untuk mengetahui keadaan kinerja pada
Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mendapat gambaran mengenai masalah
yang akan diteliti.
4. Pengumpulan Data
Didalam
melaksanakan
PKLM,
penulis
juga mengumpulkan
data
yang
diperlukan dalam menyusun laporan akhir dari kegiatan PKL. Data tersebut
diperoleh baik dari hal – hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data - data
yang diberikan pihak dinas pendapatan daerah baik tertulis maupun data lisan.
Metode pengumpulan data terbagi dua, yaitu:
4.1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang
dianggap mampu memberi masukan dan informasi serta observasi penulis ke
lapangan tempat objek PKLM.
4.2. Data Sekunder
Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur melalui Sumber
- sumber pustaka, undang - undang, dokumentasi maupun
literatur lain yang
berhubungan dengan objek PKLM.
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis
Sudah dapat , melakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan
Mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian diinterpretasikan secara
objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara-cara pengumpulan data di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung maupun
tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati,
mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak
instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan dahulu dengan berpedoman kepada
ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang
menjadi rahasia dan memiliki resiko yang tinggi.
2.Wawancara (Interview Guide)
Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pihak pihak
yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki
pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis.
3.Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu pengumpulan daftar – daftar dokumentasi yang diperlukan dalam Instansi yang
bersangkutan
untuk menambah okjektifitas yang dibutuhkan untuk melengkapi
laporan PKLM. Dokumen tersebut berupa struktur organisasi, peraturan - peraturan
daerah, rencana kerja, surat keputusan.
G.Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
kedalam lima bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang yang menjadi
pemikiran dalam pemilihan judul perumusan masalah, tujuan dan manfaat PKLM
uraian teoritis, serta ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK ATAU LOKASI PKLM
Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum Dinas Pendapatan Kota
Medan
BAB III GAMBARAN DATA PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan secara sistematis dan terperinci tentang peranan
Dinas Pendapatan Kota dalam Pajak Hiburan, Objek dan Subjek Pajak Hiburan,
ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi, dan Mekanisme Pengenaan dan
Pemungutan Pajak Hiburan
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bagian ini diuraikan mengenai penganalisaan masalah yang timbul dan
alternative pemecahan masalah juga evaluasi terhadap alternatif pemecahan masalah.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil
pembahasan atau analisa pada bagian diatas serta saran-saran yang diajukan oleh
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN