Perbandingan Sifat Fisika Plastik Biodegradabel dari Limbah Plastik Polipropilena dan Pati Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Dicampur dengan Alat Ekstruder dan Alat Rheomix

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  

Perbandingan Sifat Fisika Plastik Biodegradabel dari Limbah Plastik

Polipropilena dan Pati Tandan Kosong Kelapa Sawit yang Dicampur

dengan Alat Ekstruder dan Alat Rheomix

1, 2 3 1,2,3

Elda Pelita *, Tengku Rachmi Hidayani , Gusfiyesi

  Politeknik ATI Padang, Jalan Bungo Pasang Tabing Padang 25171

  • *Penulis Korespondensi. Telp: (0751-7055053)/ 081361906746

    e-mail

  ABSTRAK

  Pembuatan plastik biodegradabel dapat dihasilkan dari pencampuran limbah plastik sintesis dengan polimer alam. Pada penelitian ini, dilakukan pembuatan plastik biodegradabel dari limbah plastik polipropilena dan pati dari tandan kosong kelapa sawit. Limbah polipropilena yang digunakan dimodifikasi dengan agen pengikat silang maleat anhidrida sebanyak 1% dengan bantuan inisiator benzoil peroksida sebanyak 1%. Metode pencampuran bahan dilakuakan dengan dua metode yang berbeda yaitu metode ekstruder dan metode rheomix dengan variasi bahan yang ditambahkan dengan perbandingan tertentu yaitu PP-g-MA:Pati (60:40). Dilihat dari hasil analisa terhadap sifat mekanik, sifat termal dan sifat morfologinya, plastik biodegradabel dengan metode ekstruder dan metode rheomix memiliki sifat fisika yang tidak jauh berbeda yaitu nilai kekuatan tarik metode

  2

  2

  ekstruder 18,278 N/m , kekuatan tarik metode rheomix 18,953 N/m , nilai kemuluran dengan metode ekstruder adalah 2,93% sedangkan dengan metode rheomix adalah 2,87 %. Sifat termalnya

  o

  dapat dilihat dari titik lebur metode ekstruder pada suhu 152,5 C dan dengan metode rheomix pada

  o o

  suhu 153,3

  C, titik terdekomposisi dengan metode ekstruder pada suhu 495,11 C dan dengan

  o

  metode rheomix pada suhu 496,25

  C, residu karbon pada uji TGA metode ekstruder 4,21% dan pada metode rheomix yaitu 3,45%. Dari analisa sifat morfologi dapat dilihat pada uji SEM dimana plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode rheomix memiliki campuran yang sama rata dengan metode ekstruder, namun pembiayaan alat rheomix jauh lebih tinggi dibandingkan dengan alat ekstruder. Kata kunci: plastik biodegradabel, pati, polipropilena, ekstruder, rheomix

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  

Comparison of Physical Properties of Plastic Biodegradable from

Polypropylene Plastic Waste and Starch from Palm Empty Fruit Bunch

with Extrruder and Rheomix Method

1, 2 3 1,2,3

Elda Pelita *, Tengku Rachmi Hidayani , Gusfiyesi

  Politeknik ATI Padang, Jalan Bungo Pasang Tabing Padang 25171 Corresponding author. Telp. (0751-7055053)/ 081361906746 *

e-mail

  ABSTRACT

Biodegradable plastics can be produced from mixing synthetic plastic waste with natural polymers.

  

In this research, biodegradable plastic from polypropylene waste and starch from empty palm oil

bunches was made. The polypropylene wastes used were modified with 1% maleic anhydride as

crosslinking agent with the help of 1% benzoyl peroxide as initiator. The method of mixing the

material was done with two different methods, namely the extruder method and the rheomix method

with the variation of the ingredients added with a certain ratio of PP-g-MA : Starch (60:40).

Conclusion from the analysis of the mechanical properties, thermal properties and morphological

properties, biodegradable plastics with extruder method and rheomix method have physical

properties that are not much different that is the value of tensile strength of 18,278 N / m2 extruder

method, tensile strength of rheomix method 18,953 N / m2, value elongation with extruder method is

2.93% while with rheomix method is 2.87%. The thermal properties can be seen from the melting

point of the extruder method at 152.5 ° C and by the rheomix method at 153.3 ° C, the

decomposition point by the extruder method at 495.11 ° C and by the rheomix method at 496.25 °

C, the carbon residue in the TGA test method extruder 4,21% and at rheomix method that is 3,45%.

From the analysis of morphological properties can be seen in the SEM test in which biodegradable

plastics made by the rheomix method have a more uniform mixture than the extruder method, but

the financing of the rheomix tool is much higher than that of the extruder..

  Keywords: biodegradable plastics, starch, polypropylene, extruder, rheomix

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018 PENDAHULUAN

  Di Indonesia, penelitian dan pengembangan teknologi plastik biodegradabel sedang berkembang pesat. Plastik telah menjadi kebutuhan hidup yang terus meningkat jumlahnya. Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetik, terbuat dari minyak bumi (non-renewable) yang tidak dapat terdegradasi mikroorganisme di lingkungan. Kondisi demikian ini menyebabkan komposit plastik sintetik tersebut tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena akan menambah persoalan lingkungan dan kesehatan dimasa mendatang. Berdasarkan fakta dan kajian ilmiah yang ada serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan lingkungan lestari, perlu dilakukan penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang bersifat biodegradabel (Surudzic, 2016).

  Kemasan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam melindungi produk dari kerusakan. Ada lima syarat yang dibutuhkan kemasan yaitu penampilan, perlindungan, fungsi, bahan dan biaya, serta penanganan limbah kemasan. Saat ini terdapat beberapa bahan yang digunakan sebagai bahan kemasan, diantaranya adalah jenis plastik, kertas, gelas dan aluminium (Liao, 2016).

  Plastik masih menjadi salah satu bahan utama pembuatan berbagai peralatan disamping besi, kayu dan kertas. Plastik dinilai mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan bahan lain yatiu lebih ringan, praktis, tahan lama dan tahan air sehingga menjadikannya banyak dipilih konsumen (Abdelrasoul, 2016).

  Permintaan plastik kemasan terutama didorong oleh pertumbuhan makanan, minimum 60% dan fast moving consumer good (FMCG) lainnya. Industri pengguna plastik yang juga cukup besar adalah industri komponen (otomotif dan elektrik), konstruksi (pipa, kabel) dan peralatan rumah tangga. Omzet industri kemasan nasional tahun 2011 mencapai Rp 40 triliun dimana 51% dari omzet tersebut berasal dari kemasan plastik. Omzet kemasan tahun 2012 diperkirakan tumbuh 10%. Konsumsi plastik kemasan di Indonesia tahun 2015 sekitar 2,35 juta ton per tahun (Hidayani, 2017).

  Penelitian tentang pembuatan plastik biodegradabel pada saat ini masih terus berkembang dengan berbagai variasi bahan pengisi yang merupakan polimer alami. Penelitian tentang pembuatan plastik biodegradabel dari limbah plastik polipropilena dengan pati dari biji durian telah dilakukan oleh Hidayani (2015) dengan mencampurkan limbah plastik polipropilena dengan pati biji durian dengan metode refluks dengan pelarut xilena dimana plastik biodegradabel yang dihasilkan hanya sedikit mengandung pati yaitu maksimum 2% dengan sifat morfologi campuran yang kurang homogen. Elda (2015) telah melakukan pembuatan plastik biodegradabel dengan

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  mencampurkan limbah plastik polipropilena dengan pati biji durian dengan memodifikasi limbah plastik polipropilena dengan agen pengikat silang berupa maleat anhidrida sebanyak 1% dengan bantuan inisiator benzoil peroksida sebanyak 1%. Hasil plastik biodegradabel yang didapatkan pada kondisi optimum mengandung 4% pati biji durian dan dapat berinteraksi secara kimia berdasarkan data uji FT-IR. Kelemahan dari hasil penelitian ini adalah homogenitas antara pati dan plastik yang belum optimum mengakibatkan sifat morfologi plastik yang kurang baik. Disamping itu, pati dari biji durian dianggap sulit didapatkan kontiniuitasnya untuk jangka waktu yang lama. Hidayani (2016) melakukan perkembangan penelitian dengan mengganti sumber plastik yang digunakan dalam pembuatan plastik biodegradabel menjadi LDPE yang memiliki titik leleh yang rendah yaitu

  o

  110 C dimana diharapkan suhu tersebut tidak jauh berbeda dengan titik lebur dari pati. Pati yang digunakan juga digantikan dengan sumber yang lebih banyak tersedia di alam yaitu pati dari tandan kosong sawit. Kondisi optimum dari hasil penelitian ini adalah dengan variasi penambahan pati sebanyak 40%, namun yang menjadi kelemahan adalah penampakan fisik dari plastik biodegradabel yang dihasilkan berwarna hitam seperti hangus. Berdasarkan komposisi pati yang cukup banyak yang dapat ditambahkan sebagai bahan pengisi pada pembuatan plastik biodegradabel pada penelitian tahun sebelumnya, maka Elda (2017) melakukan perubahan bahan dasar plastik yang digunakan yaitu menggunakan limbah plastik HDPE. Metode pencampuran limbah plastik dengan plastik yang selama ini dilakukan dengan metode refluks menggunakan pelarut, diganti menjadi dengan metode pencampuran kering dengan alat rheomix. Limbah plastik HDPE diharapkan memiliki sifat mekanik yang jauh lebih baik dibandingkan LDPE, dengan ketahanan panas yang lebih baik pula. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kondisi optimum dari plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah pada variasi pati tandan kosong sawit 40% dengan penampakan fisik yang merata, namun warna plastik biodegradabel masih kecoklatan. Kelemahan dari alat rheomix adalah ketersediaan alat yang mahal sehingga tidak ada di semua tempat dan menggunakan daya listrik yang besar, sehingga biaya produksi plastik biodegradbel menjadi terlalu tinggi (Hidayani, 2017).

  Berdasarkan penelitian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan menghasilkan plastik biodegradabel dengan sifat fisika yang baik, yang dilakukan dengan mencampurkan limbah plastik polipropilena yang digrafting dengan maleat anhidrida dengan bantuan inisiator benzoil peroksida, dan pati pengisi plastik biodegradable dari tandan kosong kelapa sawit dengan metode pencampuran plastik dilakukan dengan dua metode pencampuran kering yaitu dengan metode ekstruder dan metode rheomix. Keunggulan dari metode ekstruder adalah dilakukan dengan alat rakitan yang berharga lebih terjangkau, sedangkan kelemahannya adalah pengaturan suhu yang kurang stabil dan metode pencampuran yang manual. Metode rheomix

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  dilakukan dengan alat produksi pabrik yang keterukuran suhunya lebih baik, metode pencampurannya lebih digital, namun kelemahannya adalah harga alat yang melebihi 1 Milyar rupiah. Pencetakkan sampel plastik biodegradable dengan metode kempa tekan dan karakterisasi dari plastik biodegradabel yang dihasilkan dilakukan dengan analisis sifat mekanik dengan uji tarik dan kemuluran, analisis sifat termal dengan uji DTA (Differential Thermal Analysis) dan TGA (Thermal Gravymetric Analysis), analisis sifat morfologi dengan Uji SEM.

  BAHAN DAN METODE Bahan Penelitian

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Limbah Polipropilena dari gelas air mineral, benzoil peroksida PA Merck, maleat anhidrida PA Merck, Tandan Kosong Sawit (TKS), dan akuades.

  Peralatan Penelitian

  Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Neraca Analitis dengan merk Mettler Toledo, Oven listrik merk Memmert, Alat Cetak Tekan merk Torsee SC-2DE,Alat-alat gelas merk Pyrex, Seperangkat alat uji tarik Type SC-2DE, CAP 2000 kgf, Seperangkat alat SEM tipe JSM- 6360LA, Seperangkat Alat ekstruder rakitan, Haake Rheomix 141, Termometer, Blender merk National, Ayakan 100 mesh merk Tantalum 3N8 Purity, Seperangkat alat DTADT-30 Shimatzu Japan.

  Metode Penelitian

  Variabel bebas dalam penelitian:

  1. Metode pencampuran dengan ekstruder

  2. Metode pencampuran dengan rheomix

  Variabel tetap dalam penelitian:

  1. Bahan pencampuran: limbah plastik PP dan Pati

  2. Grafting Polipropilena dengan maleat anhidrida dengan inisiator benzoil peroksia

  3. Penambahan maleat anhirida adalah 1% dan benzoil peroksida 1%

  4. Perbandingan PP-g-MA dan pati TKS adalah 60:40

  Varibel terikat dalam penelitian:

  1. Uji DTA dan TGA Uji kuat tarik dan kemuluran

  2.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  1. Ekstraksi Pati dari Tandan Kosong Sawit (TKS)

  Tandan kosong sawit (TKS) dibelah dipisahkan dari kulit kerasnya. Serbuk TKS dibersihkan dari pengotor dan dicuci dengan air. Serbuk TKS direndam dengan akuadest sampai terendam keseluruhannya, lalu diaduk selama 1 jam sambil diremas-remas kemudian disaring. Ampas serbuk TKS dibuang, air diendapkan sampai pati terpisah pada bagian bawah lalu disaring sehingga

  o

  didapatkan pati basah. Pati TKS basah dipanaskan pada suhu 50 C selama 6 jam. Kemudian diayak 100 mesh sehingga didapatkan pati TKS yang halus dan kering (Hidayani, 2017)

  2. Grafting Limbah Plastik Polipropilena

  Limbah plastik polipropilena yang bersumber dari limbah kemasan air mineral gelas yang beredar dipasaran dibersihkan dan dipotong kecil dengan ukuran 0.5 x 0,5 cm. Limbah PP yang sudah berukuran kecil dimasukkan ke dalam alat ekstruder dan diputar dengan kecepatan 40 rpm

  o

  pada suhu 157 C selama 30 menit. Ditambahkan maleat anhidrida dan benzoil peroksida kedalam alat ekstruder sesuai perbandingan dan diputar kembali selama 30 menit. Poliblend PP-g-MA (polipropilena grafting maleat anhidrida) dikeluarkan dan dikeringkan serta dihaluskan sehingga menjadi poliblend PP-g-MA.

  3. Pencampuran PP-g-MA dan Pati TKS dengan Alat Ekstruder

  PP-g-MA dan pati TKS dipersiapkan sesuai komposisi yang diinginkan (60:40). Bahan dicampurkan secara manual (dry mixing) dengan total setiap campuran bahan adalah 10 gram. Pencampuran dilanjutkan dengan alat ekstruder dengan kondisi operasi yang telah diatur terlebih

  o

  dahulu yaitu pemanasan alat dan penyalaan rotor. Kondisi suhu yang digunakan adalah pada 157 C dengan kecepatan 40 rpm dan waktu pencampuran selama 5 menit

  4. Pencampuran PP-g-MA dan Pati TKS dengan Alat Rheomix

  PP-g-MA dan pati TKS dipersiapkan sesuai komposisi yang diinginkan (60:40). Bahan dicampurkan secara manual (dry mixing) dengan total setiap campuran bahan adalah 10 gram.

  o

  Pencampuran dilanjutkan dengan alat rheomix dengan kondisi operasi yang telah diatur (155

  C) terlebih dahulu yaitu pemanasan alat dan penyalaan rotor. Kondisi suhu yang digunakan adalah

  o pada 157 C dengan kecepatan 40 rpm dan waktu pencampuran selama 5 menit (Ibrahim, 2012).

  5. Proses Kempa Tekan Plastik Biodegradabel

  Serbuk Plastik biodegradabel dengan berbagai variasi dan komposisi massa yang telah dihasilkan dimasukkan ke dalam alat cetak tekan dan ditekan pada alat tekan hidrolik dengan

  2 o

  tekanan 150 kg/cm pada temperatur 150 C selama 15 menit. Hasil yang diperoleh didinginkan pada suhu kamar dan dikeluarkan dari dalam cetakan.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

6. Karakterisasi Fisika Plastik Biodegradabel yang Dihasilkan

  Analisis yang dilakukan untuk plastik biodegradabel yang dihasilkan adalah dengan analisis sifat mekaniknya dengan uji kuat tarik dan kemuluran, analisis sifat morfologinya dengan Uji

  Scanning Electron Microscopy (SEM), uji sifat termalnya dengan uji DTA dan TGA.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Gambar 1. Plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode ekstruder Gambar 2. Plastik biodegradabel yang dibuat dengan alat rheomix

  Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan sudah cukup merata dan warnanya baik, namun masih ada perbedaan keadaan permukaan yang mungkin disebabkan oleh terkepungnya udara didalam plastik. Sedangkan pada gambar 2, dimana plastik biodegradabel dibuat dengan metode rheomix dengan sistem pencampuran satu tahap, dan tidak ada intervensi dari luar, hasil plastik biodegradabel menjadi lebih merata secara penampakan visual.

1. Karakterisasi Sifat Mekanik dengan Uji Tarik dan Kemuluran

  Analisa kekuatan tarik dan kemuluran dari plastik biodegradabel yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji Mekanik Plastik Biodegradabel No Metode yang Tensile Strength Elongation at

  2 digunakan (N/m ) break (%)

  1 Metode Ekstruder 18,278 2,93

  2 Metode Rheomix 18,953 2,87

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  Nilai kuat tarik dan kemuluran dari plastik biodegradabel dari kedua metode ini tidak menunjukan hasil yang sangat signifikan, dikarenakan perbandingan yang digunakan adalah tetap sama sedangkan yang berbeda hanya metode pencampuran. Namun, nilai kuat tarik dan kemuluran dengan metode rheomix sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan metode rheomix yaitu kekuatan

  2 tariknya 18,953 N/m dan nilai kemuluran 2,87 %.

2. Analisis Sifat Termal dengan Uji DTA dan TGA

  Uji DTA dan TGA dilakukan terhadap plastik biodegradabel dengan perbandingan (60:40) dari dua metode pembuatan yaitu metode ekstruder dan metode rheomix yang dapat dilihat pada tabel 2.

  Tabel 2. Data Hasil Analisa DTA dan TGA Karakterisasi Plastik Biodegradabel Plastik Biodegradabel Metode Ekstruder Metode rheomix o

  Titik Lebur (

  C) 152,5 153,3

  o

  Titik Terdekomposisi (

  C) 495,11 496,25 % residu (TGA) 4,21 3,45

  Dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa plastik biodegradabel yang dihasilkan dalam penelitian dengan metode ekstruder maupun dengan metode rheomix tidak memiliki perbedaan yang berarti, namun memiliki keunggulan dengan metode rheomix dimana hasil suhu titik leburnya

  o

  153,3 C dimana suhu awal polipropilena ke suhu setelah pencampuran tidak menurun drastis yang

  o

  menandakan sifat plastiknya masih menonjol dan suhu titik terdekomposisinya 496,25

  C. Suhu tersebut sesuai dengan perpaduan antara suhu Limbah Polipropilena keadaan awal dan pati TKS dimana pada suhu titik lebur mengalami penurunan yang menunjukan berkurangnya sifat plastik

  o o

  Polipropilena dari 157 C menjadi 153,3 C yang mengindikasikan bahwa sifat plastik Polipropilena masih menonjol namun telah terpengaruh bahan pengisi lain yaitu pati, maleat anhidrida dan benzoil peroksida. Suhu titik terdekomposisi mengalami kenaikan dimana suhu terdekomposisi

  o o

  Limbah Polipropilena adalah 490 C dan setelah penambahan pati menjadi 496,25 C yang menunjukan adanya pengaruh penambahan zat lain dalam hal ini pati yang meningkatkan ketahanan termal dan adanya interaksi langsung dari plastik biodegradabel.

  Dari data TGA dapat dilihat bahwa pada plastik biodegradabel perbandingan (60:40) dengan metode rheomix menghasilkan residu dalam persentase yang lebih rendah yakni 3,45%, yang mungkin terjadi dikarenakan pati TKS mengandung atom karbon organik yang paling akhir terurai, sehingga ikatan kimia yang terjadi pada metode rheomix lebih kuat karena pencampurannya lebih sempurna (Junaidi, 2015).

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

3. Analisis Sifat Morfologi dengan Uji SEM

  Hasil dari analisis SEM dapat memberikan informasi tentang bentuk dan perubahan permukaan dari Limbah Polipropilena dan plastik biodegradabel yang dihasilkan. Pada prinsipnya bila terjadi perubahan pada suatu bahan misalnya patahan, lekukan, dan perubahan struktur maka bahan tersebut cenderung mengalami perubahan energi. Energi yang berubah tersebut dapat dipancarkan, dipantulkan, dan diserap serta diubah menjadi gelombang elektron yang dapat di tangkap dan dibaca hasilnya pada foto SEM.

  Hasil SEM Plastik biodegradabel metode ekstruder dengan perbesaran 100x Gambar 3.

  Gambar 4. Hasil SEM Plastik Biodegradabel metode rheomix dengan perbesaran 100x

  Dari kedua gambar diatas terlihat permukaan plastik biodegradabel yang dihasilkan pada perbandingan (60:40) dengan metode rheomix memiliki karakteristik permukaan yang sama dengan hasil SEM pada metode ekstruder. Dari gambar hasil SEM dapat dilihat bahwa pati TKS yang ditambahkan tersebar secara merata pada permukaan plastik biodegradabel yang dihasilkan. Interaksi yang terjadi keduanya merupakan interaksi kimia dan fisika yaitu pencampuran dua bahan dan interaksi kimia yaitu terjadinya ikatan struktur antara Limbah PP-g-MA dan pati TKS.

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  KESIMPULAN

  Pada umumnya, kedua metoda pencampuran bahan yang digunakan yaitu metode ekstruder dan metode rheomix menghasilkan plastik biodegradabel yang baik. Dilihat dari kekuatan tarik

  2

  2

  metode ekstruder 18,278 N/m , kekuatan tarik metode rheomix 18,953 N/m , nilai kemuluran dengan metode ekstruder adalah 2,93% sedangkan dengan metode rheomix adalah 2,87 %. Sifat

  o

  termalnya dapat dilihat dari titik lebur metode ekstruder pada suhu 152,5 C dan dengan metode

  o o

  rheomix pada suhu 153,3

  C, titik terdekomposisi dengan metode ekstruder pada suhu 495,11 C dan

  o

  dengan metode rheomix pada suhu 496,25

  C, residu karbon pada uji TGA metode ekstruder 4,21% dan pada metode rheomix yaitu 3,45%. Dari analisa sifat morfologi dapat dilihat pada uji SEM dimana plastik biodegradabel yang dibuat dengan metode rheomix memiliki campuran yang sama rata dengan metode ekstruder. Keunggulan metode ekstruder yang paling signifikan adalah dari segi pembiayaan dimana alat ekstruder merupakan alat rakitan yang dapat dimiliki berbagai kalangan dengan sistem operasi yang mudah, sedangkan alat rheomix merupakan alat dari pabrik yang memiliki spesifikasi tertentu.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segala pihak yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini, dari pihak Politeknik ATI Padang yang telah mendukung baik secara moril maupun materil mulai dari tahap awal hingga dapat terselenggaranya penelitian ini. Kepada pihak laboratorium terpadu Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi pengujian sampe penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

  Abdelrasoul,G.N.2016. Nanocomposite Scaffold Fabrication By Incorporating Gold Nanoparticles Into BiodegradablePolymer Matrix: Synthesis, Characterization, and Photothermal Effect.

  Materials Science and Engineering C 56. Elsevier Ltd. 305-310

  Ibrahim,A.F.2012. Preparasi Nanokomposit Biodegradabel Masterbatch Pati. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta

  Junaidi.2015.Pengembangan Papan Komposit Dari Serat Tandan Kosong Sawit (TKS) Berperekat

  Gambir Berlapis Anyaman Bambu. Disertasi Doktor. Politeknik Negeri Padang

  Liao,J. 2016. Preparation, Characterization and Properties of Nano-hydroxyapatite/Polypropylene Carbonate Biocomposite. Material Science and Engineering C 63. Elsevier Ltd. 285-291 Hidayani, R. 2017. Karakterisasi Pati Dari Batang Kelapa Sawit Yang Telah Tidak Produktif.

  Sainti, Unit Penelitian Politeknik ATI Padang. Vol. 14 no.2 ISSN 1829-7404 (111-117)

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018

  Hidayani,R, Pelita,E, Gusfiyesi. 2017. Analisis Sifat Fisika Pemanfaatan Pati Tandan Kosong Sawit dan Limbah Plastik LDPE Sebagai Bahan Pembuatan Plastik Biodegradabel. Majalah Kulit, Karet dan Plastik. Vol 33. No.1 Juni 2017. ISSN 1829-6971 (29-34)

  Hidayani,R., Pelita,E, Gusfiyesi. 2017. Effect Of Starch Number Using Palm Empty Fruit Starch Of Physical Properties On Biodegradable Plastics With The Basic Materials LDPE Waste. Jurnal

  Kimia Kemasan (akses online : http://ejournal.kemen perin.go.id/jkk/author /index/completed)

  Pelita,E., Nirmala,D., Hidayani,R.2015. Pengaruh Penambahan Maleat Anhidrida dan Benzoil

  Peroksida Sebagai Agen Pengikat Silang Pada Plastik Biodegradabel dari Limbah Polipropilena dengan Bahan Pengisi Pati Biji Durian.Laporan Hasil Penelitian. Politeknik

  ATI Padang Surudzic,R. 2016. Physico-Chemical and Mechanical Properties and Antibacterial Activity of Silver/Poly(vinyl alcohol)/Graphene Nanocomposites Obtained By Electrochemical Method.

  Composites Part B 85. Elsevier Ltd. 102-112

  Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-7 Yogyakarta, 29 Agustus 2018