ONTOLOGI ILMU HAKIKAT APA YANG DIKAJI Di

ONTOLOGI ILMU : HAKIKAT APA YANG DIKAJI

Disusun oleh :
Elin Julianti Utami

: 3114

Andi Annisa Nofiyanti

: 3114

Eca Rahman

: 3114119

UNIVERSITAS ISLAM AKARTA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
2016

KATA PENGANTAR


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

1.
2.
3.

BAB II
PEMBAHASAN
1.

Pengertian Ontologi

kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu: Ontos : being, dan Logos. Jadi ontologi
adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). Atau bisa
disebut juga ontologi sebagai ilmu tetang yang ada. Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan

oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1936 M.
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau,
dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologi akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan:
a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,
b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Ontologi adalah cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang hakikat ilmu pengetahuan.
Muhadjir (2011:63) menjelaskan bahwan ontologi itu ilmu yang mempelajari tentang the being.
Yang dibahas dalam ontologi adalah hakikat realitas. Adapun dalam penelitian kualitatif,
idealisme, rasionalisme, materiaslisme, dan sebagainya. Keterkaitan antara penelitin kuantitatif
dan kualitatif memang tidak tidak perlu diragukan. Jadi ontologi itu adalah ilmu yang membahas
seluk-belik ilmu.
Secara etimologi ilmu dari bahasa inggris science. Pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa difinisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Ontologi itu
ilmu yang menelusuri tentang hakikat ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah keberadaan
sesuatu fenomena kehidupan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Filsafat ilmu
yang mengikuti pemikiran ontologi, jelas mempelajari hakikat ilmu. Ontologi merupakan salah

satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal pemikiran Yunani telah
menunjukan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam ontologi orang meghadapi
persoalan bagaimana kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini ? Pertama kali orang

dihadapkan pada persoalan materi (kebenaran) dan kedua, pada kenyataan yang merupakan
rohani (kejiwaan). Kedua realitas ini, yaitu lahir dan batin, merupakan hakekat keilmuan
manusia. Manusia memiliki dua sumber ilmu, yaitu (1) ilmu lahir, kasatmata, dan bersifat
observable, tangible dan (2) ilmu batin, taqn kasatmata, amat halus.
Hakikat adalah realitas; realitas adalah ke-real-an, artinya kenyataan yang sebenarnya.
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab pertanyaan “apa itu
ada” yang menurut Ariestoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai
esensi benda-benda (sesuatu).

2.

HAKEKAT YANG DIKAJI

Beberapa cakupan hakekat yang dikaji dalam ontologi diantaranya sebagai berikut :
1. Metafisika
Metafisika dalam bahasa Yunani diambil dari kata μετά (meta)=”setelah atau di balik”,

dan φύσικα (phúsika) =”hal-hal di alam”, maka metafisika dapat diartikan sebagai cabang
filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Metafisika adalah
studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta?
Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika, hal ini karena ontologi
membahas hakikat yang “ada”, sedangkan metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat
kenyataan ini sebenar-benarnya, sehingga metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang
saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati
termasuk didalamnya pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang apakah
alam ini. Terdapat beberapa penafsiran yang diberikan manusia mengenai alam ini. Beberapa
tafsiran mengenai metafisika yang dipaparkan oleh jujun (1995), sebagai berikut:

Tafsiran
 Animisme merupakan kepercayaan berdasarkan pemikiran supernaturalisme.
Supernaturalisme adalah manusia percaya bahwa terdapat roh-roh gaib dalam benda tertentu.
 Materialisme (Democritus) merupakan kepercayaan berdasarkan pemikiran naturalisme.
Naturalisme berpendapat bahwa gejala-gejala alam yang terjadi disebabkan oleh kekuatan alam
itu sendiri, yang dapat dipelajari sehingga dapat kita ketahui kebenarannya.

Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap

pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Pemikiran di ibaratkan roket yang meluncur ke
bintang-bintang menembus galaksi , maka metafisika adalah landasan peluncurannya.
Acuan berfikir :apakah hakekat kenyataan ini sebenar-benarnya ?
Beberapa tafsiran metafisika lainnya :
a. Di alam ini terdapat wujud – wujud yang bersifat gaib (supernatural) dan wujud-wujud ini
bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa bila dibandingkan dengan alam yang ada.
Contoh pemikiran supernatural:Kepercayaan “animisme” manusia percaya terhadap roh-roh
yang bersifat gaib yang terdapat di dalam benda-benda seperti batu, pohon-pohonan , air terjun
dll.
b. Pantisme -> serba Tuhan. Lawan dari “supernaturalisme“adalah paham “naturalisme” , yang
menolak pemdapat bahwa terdapat wujud-wujud yang bersifat supernatural ini. Menurut
naturalisme gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib ,
melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.
c. Naturalisme / materialisme: Dikembangkan oleh Democritos (460-370 SM) mengembangkan
teori tentang atom yang di pelajari dari gurunya bernama Leucippus. Hanya atom dan
kehampaan itu bersifat nyata.

Indentik paham naturalisme adalah paham :
1.


Mekanistik : gejala alam dapat didekati dari segi proses kimia fisika.

2.

Vitalistik : hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara subtantif dengan proses
tersebut.

3.

Monistik : tidak ada perbedaan antara pikiran dengan zat , mereka hanya berbeda dalam
gejala disebabkan yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama.

2. Asumsi
Adalah praduga anggapan semetara (yang kebenarannya masih dibuktikan) . timbulnya
asumsi karena adanya permasalahan yang belum jelas, seperti belum jelasnya hakekat alam mini,
yakni apakah gejala ala mini tunduk kepada determinisme , yakni hukum alam yang bersifat
universal ataukah hukum semacam itu tidak terdapat sebab setiap gejala merupakan akibat
pilihan bebas ataukah keumuman memang ada namun berupa peluang , sekedar tangkapan
probalistik (kemungkinan sesuatu hal untuk terjadi).
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktrin Tomas

Hubes (1588-1679) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang
dicerminkan oleh zat dan gerak universal.
Sifat asumsi : Tidak muthlak atau pasti sebagaimana ilmu yang tidak pernah ingin dan tidak
pernah berpretensi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang bersifat muthlak. Jadi asumsi
bukanlah suatu keputusan muthlak. Kedudukan ilmu dalam asumsi : Ilmu memberikan
pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan , karena keputusan harus didasarkan
pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Resiko asumsi : Apa yang diasumsikan akan mengandung resiko secara menyeluruh. Seseorang
yang

mengasumsikan usahanya akan berhasil maka direncanakan akan diadakan pesta

keberhasilannya. Secara tiba- tiba usahanya dinyatakan tidak berhasil. Resikonya menggagalkan
pelaksanaan pestanya.

Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan
suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin
memerlukan asumsi yang lebih banyak.
Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi
dapat diartikan pula sebagai gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan

lain yang akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang
tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu
ilmu pengetahuan adalah menentukan asumsi pokok (the standard presumption) keberadaan
suatu obyek sebelum melakukan penelitian.
Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain:
a) Aksioma: pernyataan yang diterima sebagai kebenaran dan bersifat umum, tanpa memerlukan
pembuktian karena kebenaran sudah membuktikan sendiri.
Contoh: kebudayaan yang tidak tumbuh dan berkembang adalah kebudayaan yang mati
b) Postulat: pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa memerlukan pembuktian, atau
suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya.
Contoh: manusia yang berkawan adalah manusia sebagai makhluk sosial
c) Premise: pangkal pendapat dalam suatu entimen

Asumsi dalam Ilmu
Ilmu merupakan terjemahan dari kata science yang secara etimologis berasal dari
kata scire yang berarti to know sedangkan dalam bahasa Arab "ilm" berarti memahami, mengerti,
atau mengetahui. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Namun para ilmuwan memberi
suatu kompromi, artinya ilmu merupakan pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam

memecahkan kehidupan praktis sehari-hari dan tidak perlu memiliki kemutlakan seperti agama
yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal-hal yang paling hakiki dalam kehidupan ini
(Masyhudin,dkk., 2010) Setiap ilmu memerlukan asumsi. Asumsi diperlukan untuk mengatasi
penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Asumsi ini perlu, Sebab pernyataan asumtif inilah
yang memberi arah dan landasan bagi kegiatan penelaahan kita. Sebuah pengetahuan baru

dianggap benar selama kita bisa menerima asumsi yang dikemukakannya. Semua teori
mempunyai asumsi- asumsi ini, baik yang dinyatakan secara tersurat maupun yang tercakup
secara tersirat (Suriasumantri, 2001:6). Dengan demikian asumsi dapat dikatakan sebagai latar
belakang intelektual suatu jalur pemikiran. Suhartono (dalam Mulyadiniarty, 2009) menyatakan
asumsi adalah gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu
gagasan lain yang akan muncul kemudian.Terdapat asumsi yang berbeda-beda mengenai hukum
alam. Asumsi ini menurut kelompok-kelompok penganut faham berikut ini :
1. Deterministik
Kelompok penganut paham deterministik menganggap hukum alam ini tunduk kepada
determinisme yaitu hukum alam mengikuti pola tertentu. Hukum alam ini diyakini bersifat
universal
2. Pilihan Bebas
Penganut paham pilihan bebas menganggap hukum yang mengatur itu tanpa sebab karena
setiap gejala alam merupakan pilihan bebas dan tidak terikat kepada hukum alam.

3. Probabilistik
Penganut paham ini berada di antara deterministik dan pilihan bebas. Yang menyatakan
bahwa gejala umum yang universal itu memang ada, namun berupa peluang.

KESIMPULAN
kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu: Ontos : being, dan Logos. Jadi ontologi
adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).
Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau,
dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.
Hakekat yang dikaji :
1. Metafisika
Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran
filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Pemikiran di ibaratkan roket yang meluncur ke bintangbintang menembus galaksi , maka metafisika adalah landasan peluncurannya.
2. Asumsi
1. sebuah asumsi aalah sebuah ketidakpastian.
2. asumsi perlu dirumuskan berdasarkan ilmu pengetahuan
3. timbulnya asumsi karena adanya sesuatu kejadian / kenyataan.
Beberapa asumsi dalam ilmu Akan terjadi perbedaan pandang suatu masalah bila ditinjau dari
berbagai kacamata ilmu begitu juga asumsi. Ilmu sekedar merupakan pengetahuan yang
mempunyai kegunaan praktis yang dapat membantu kehidupan manusia secara pragmtis.

Pragmatis -- > sesuatu yang mengandung manfaat. Asumsi-asumsi dalam ilmu contohnya ilmu
fisika yakni ilmu yang paling maju bila di bandingkan dengan ilmu-ilmu lain. Fisika merupakan
ilmu teoritis yang di bangun atas system penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembutktian
induktif yang sangat mengesankan. Fisika terdapat celah-celah perbedaan yang terletak di dalam
pondasi dimana dibangun teori ilmiah diatas yakni dalam asumsi tentang dunia fisiknya.
(zat,gerak,ruang dan waktu).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/slamet.rahardjo/apa-dan-bagaimana-ontologiitu_54f80961a333113a618b48e8

http://www.kompasiana.com/slamet.rahardjo/apa-dan-bagaimana-ontologiitu_54f80961a333113a618b48e8

http://www.kompasiana.com/slamet.rahardjo/apa-dan-bagaimana-ontologiitu_54f80961a333113a618b48e8

http://www.kompasiana.com/slamet.rahardjo/apa-dan-bagaimana-ontologiitu_54f80961a333113a618b48e8