Pemerataan Bantuan Pendidikan sebagai Sa

Pemerataan Bantuan Pendidikan sebagai Salah Satu Upaya
Pengamalan Sila ke-5 dalam Pancasila

Dosen Pengampu:
Drs. Sumarno, M.Hum.

Oleh:
Nurul Fitriani Winarsih
16020074086
Pb 2016

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2017

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam
keanekaragaman yang unik dan indah. Setiap masyarakatnya memiliki
adat, bahasa, kebiasaan, serta berbagai hal yang berbeda. Namun dengan

berbagai perbedaan itu, Indonesia memiliki simbol negara yang mampu
menyatukan berbagai perbedaan yang ada, yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan simbol negara Indonesia yang memiliki lima
sila sebagai tiang-tiang penopang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setiap sila memiliki nilai-nilai luhur yang dapat menjadi pedoman untuk
memajukan bangsa Indonesia. Dengan nilai-nilai dalam Pancasila,
masyarakat Indonesia memiliki satu pegangan hidup dalam berbangsa dan
bernegara sehingga dapat menyatukan keberagaman dalam Indonesia
menjadi sesuatu yang unik dan bernilai.
Namun pada faktanya, tidak jarang masyarakat Indonesia yang
tidak bersikap sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Contohnya masih
banyak perbedaan antara golongan kaya dan golongan miskin. Hal ini
tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila pada sila ke-5, yaitu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Orang-orang miskin banyak yang
menghabiskan waktu hidup mereka di jalanan untuk mendapat uang receh
sebagai upaya melanjutkan hidup, tanpa memikirkan pendidikan yang
bersangkutan dengan masa depan mereka. Sedangkan orang-orang yang
kaya mampu mendapat pendidikan dengan mudah karena memiliki biaya
yang sangat cukup untuk membayar berbagai hal yang berkaitan dengan
administrasi sekolah. Hal ini menimbulkan adanya ketidakseimbangan

antara orang kaya dan orang miskin dalam pendidikan. Sehingga perlu
adanya pemerataan pendidikan sebagai upaya untuk menyeimbangkan
tingkat pendidikan antara si miskin dan si kaya di Indonesia.
Setiap insan memiliki hak untuk mendapat pendidikan, baik ia
yang memiliki kondisi ekonomi yang baik ataupun ia yang kondisi
ekonominya kurang baik. Hal ini dapat tersampaikan secara tersirat pada
sila ke-5 dalam pancasila, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
Oleh karena itu makalah ini dibuat sebagai sebuah bentuk
kesadaran akan pentingnya keadailan sosial dalam masyarakat yang
diimplementasikan dalam pemerataan pendidikan. Selain itu pula untuk
menyelesaikan tugas dari dosen pengampuh, yaitu Pak Sumarno untuk
lebih meningkatkan pemahaman diri mengenai pengamalan pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep mengenai sila ke-5 dalam pancasila?

2. Bagaimana masalah pendidikan yang ada di Indonesia terkait dengan
kondisi
sosial-ekonomi
masyarakatnya

yang
mengalami
ketidaksesuaian dengan nilai-nilai dalam sila ke-5 Pancasila?
3. Bagaimana upaya menangani permasalahan pendidikan di Indonesia
dengan pancasila yang merupakan dasar negara?
C. Tujuan
1. Untuk memahami konsep sila ke-5 dalam pancasila.
2. Untuk mengetahui masalah pendidikan di Indonesia yang mengalami
ketidaksesuaian dengan sila ke-5 dalam Pancasila.
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai upaya penangananan
permasalahan pendidikan dengan sila ke-5 Pancasila.

PEMBAHASAN
A. Konsep sila ke-5 dalam Pancasila
Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai-nilai
yang bersifat universal dan diyakini kebenarannya, yaitu Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara sekaligus pandangan hidup bangsa
Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur sebagai suatu aturan untuk
mengatur moral masyarakat dalam beribadah, berbangsa dan bernegara.
Dalam bahasa Sansekerta, Pancasila terdiri atas kata panca yang artinya

lima dan sila/syila yang memiliki arti batu sendi atau dasar. Kata sila
berasal dari kata susila, yang artinya tingkah laku yang baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan lima tingkah laku yang
baik. (Wreksosuharjo dalam Muhdi dkk, 2011:136 dalam Pendidikan
Pancasila oleh Tim Dosen Unesa, 2014:5). Pancasila juga dapat diartikan
sebagai lima dasar atau lima azas.
Ada lima sila dalam Pancasila, yaitu 1) Ketuhanan Yang Maha
Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Rumusan tentang Pancasila tidak muncul dari sekadar pikiran
logis-rasional, tetapi digali dari akar budaya bangsa Indonesia. Ir.
Soekarno hanya mengakui dirinya sebagai penggali Pancasila karena nilainilai yang dirumuskan dalam Pancasila diambil dari nilai-nilai yang sejak
lama hadir dalam masyarakat Indonesia. Sehingga, nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai karakter bangsa yang menjadikan bangsa Indonesia
berbeda dengan bangsa yang lain. (Tim Unesa, 2014:18). Secara filosofis
dan objektif, nilai-nilai yang dituangkan dalam sila-sila Pancasila
merupakan filosofis yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia
sehingga sudah merupakan kewajiban moral untuk merealisasikan nilai-


nilai Pancasila dalam segala bidang kehidupan, baik dalam kehidupan
bermsayarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam buku Pendidikan Pancasila, yang disusun oleh Tim Dosen
Unesa (2014:20) dipaparkan bahwa menurut alam pemikiran Pancasila,
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai kebangsaan, serta demokrasi
permusyawaratan hendaknya dapat mewujudkan keadilan sosial. Visi
keadilan menurut Pancasila adalah keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan jasmani dan rohani, keseimbangan antara peran manusia
sebagai makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga
keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan sipil dan politik dengan hak
ekonomi, sosial, dan budaya.
Setiap sila dalam pancasila memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Namun setiap sila dalam Pancasila pada akhirnya akan berujung pada
terciptanya suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebebasan
beragama asalkan tetap dengan prinsip bahwa Tuhan Maha Esa
menimbulkan adanya toleransi antar umat beragama yang membentuk
sebuah keadilan sosial bagi setiap umat beragama. Nilai-nilai kemanusiaan
yang beradab juga mampu mengantarkan umat manusia pada keadilan.
Dengan nilai-nilai yang baik nan bermoral tersebut Indonesia dapat
bersatu padu dengan berbagai keanekaragaman yang ada sehingga pada

akhirnya akan membentuk suatu keadilan dalam moral ataupun dalam
bersosial. Nilai-nilai moral yang luhur dapat mengantarkan umat manusia
untuk memimpin rakyatnya dengan bijaksana sehingga tercipta sebuah
keharmonisan dalam sikap keadilan yang berbudaya luhur. Dengan
terciptanya keadilan yang menyelimuti setiap lapisan masyarakat,
kehidupan menjadi lebih damai dan tenteram. Kesejahteraan masyarakat
pun tercipta dalam keharmoniasan yang berpadu satu.
Sila ke-5 dalam Pancasila mengandung makna keadilan dalam
berbagai implementasi, seperti menjunjung tinggi semangat kekeluargaan
gotong royong, peduli terhadap penderitaan orang lain, menjaga
keseimbangan hak dan kewajiban, dan berusaha untuk mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Untuk mewujudkan suatu
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial dibutuhkan usaha yang
cukup besar dan telaten sebagai bentuk kesungguhan diri dalam
mewujudkan sebuah kemajuan. Contohnya saja melalui pendidikan yang
merata. Dapat diketahui bahwa pendidikan Indonesia belum memberikan
keadilan yang merata karena pada faktanya masih banyak anak-anak
jalanan yang enggan menuntut ilmu. Untuk menuntaskan masalah ini,
perlu adanya usaha besar yang mampu mendorong para anak jalanan untuk
juga memperoleh ilmu di sekolah. ada beberapa faktor yang membuat

mereka memilih tetap di jalanan dari pada pergi sekolah, salah satunya
yang mendominasi adalah kemampuan ekonomi keluarganya yang tak
mendukung untuk ia pergi bersekolah. Oleh karena itu, untuk

memnuntaskan berbagai permasalahan ketidak adilan dalam masyarakat
diperlukan juga adanya pemahaman dalam kesadaran tentang nilai-nilai
luhur dalam Pancasila yang merupakan dasar negara.
B. Masalah Pendidikan di Indonesia yang Mengalami Ketidaksesuaian
dengan Sila ke-5 dalam Pancasila.
Pendidikan merupakan tiang pertama dalam bangunan sebuah rumah.
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mengembangkan
potensi dan kreativitas dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan. (Tim Unesa, 2014:2). Dengan sebuah
pendidikan, maka rumah-rumah akan tegak berdiri karena ditopang oleh
tiang-tiang yang kokoh. Seseorang yang berpendidikan mampu
memajukan bangsa menjadi bangsa yang berintelektual dan bermoral. Hal
ini disebabkan karena orang-orang berpendidikan telah mendapatkan
pengajaran teori tentang suatu ilmu ilmu, karakter, ataupun ilmu
keagamaan serta mendapatkan pengajaran praktik untuk mendukung

keabsahan teori-teori yang diketahui dan dipahaminya. Pendidikan sangat
penting dijalankan oleh setiap lapisan masyarakat karena ia akan
membentuk karakter diri yang berbudaya luhur.
Pada faktanya, meskipun banyak orang yang mengetahui pentingnya
pendidikan namun masih sedikit dianatara mereka yang mampu
memahami dengan baik dan benar mengenai pentingnya pendidikan,
sehingga menimbulkan berbagai macam permasalahan pendidikan.
Permasalahan pendidikan tidak pernah lepas dari Indonesia. Ada banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya permasalahan-permsalahan
pendidikan di Indonesia, seperti faktor ketidak pahaman tentang teori
pendidikan sehingga menyebabkan perbedaan konsep pendidikan yang
berpengaruh pada hasil pembelajaran peserta didik. Permsalahan lain yang
ada yaitu seringkalinya berganti kurikulum pendidikan yang masih saja
seringkali menimbulkan keluh kesah terhadap peserta didik karena ketidak
cocokan kurikulum yang digunakan dengna peserta didik yang sedang
menempuh pendidikan tersebut. Namun permasalahan pendidikan yang
akan dibahas disini adalah permasalahan pendidikan yang memiliki
sangkut paut atas gagalnya memahami dan mengimplementasi sila ke-5
pada pancasila.
Pada faktanya, di Indonesia tidak semua lapisan masyarakat memperoleh

pendidikan. Hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi yang menghambat
banyak anak Indonesia tidak mendapat pendidikan di sekolah. Pemerataan
kesejahteraan masyarakat Indonesia masih sangat kurang sehingga masih
begitu sulit para rakyat miskin untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya.
Padahal pada pasal 31 ayat (1) dikatakan bahwa “Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan”, namun di Indonesia masih saja ada warga

negara yang tidak mendapat pendidikan. Pemerintah memang sudah
menyediakan beberapa fasilitas sebagai bentuk bantuan pada rakyat
miskin, seperti kartu BPJS, kartu pintar, dan sebagainya. Namun tak dapat
dipungkiri pula bahwa semua bantuan itu terkadang jatuh pada tangan
yang salah, atau jatuh pada orang-orang kaya yang memiliki cukup harta.
Pengawasan pemerintah dalam hal ini sangatlah kurang sehingga
menjadikan rakyat miskin lagi-lagi tertindas secara tidak sadar oleh orangorang kaya.
Para anak-anak miskin, anak-anak jalanan juga memiliki cita-cita yang
sama, yaitu ingin sukses dan menjadi orang hebat. Namun keterbatasan
ekonomi yang mereka alami membuat mereka tidak mampu bertingkah
lebih tinggi dan memilih meyerah pada nasib. Kecemburuan sosial pada
orang-orang kaya yang dengan mudah mendapat pendidikan juga mereka
rasakan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan ekonomi yang cukup

merumitkan pikiran membuat motivasi untuk belajar menurun. Seharusnya
pemerintah juga dapat mengambil sikap dalam hal mendidik karakter
anak-anak jalanan agar dapat termotivasi untuk terus mencari ilmu dari
sekitarnya, entah itu dengan mengadakan acara seminar motivasi yang
menampung anak jalanan ataupun program peduli anak-anak jalanan yang
mewadahi mereka untuk mendapatkan ilmu umum meski hanya sekali
dalam seminggu.
Pendidikan di Indonesia belum merata, sehingga menggugurkan nilai sila
ke-5, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Harusnya
pendidikan di Indonesia mampu meratakan pendidikan dengan berbagai
program yang mungkin diadakan untuk rakyat-rakyat miskin atau anak
jalanan dalam rangka mewadahi mereka memperoleh ilmu baru.
C. Upaya Menangani Permasalahan Pendidikan di Indonesia dengan
Pancasila yang Merupakan Dasar Negara
Permasalahan kurang meratanya pendidikan di Indonesia yang diakibatkan
kondisi ekonomi masyarakat yang rendah perlu ditangani lebih lanjut agar
dapat memajukan bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Ada beberapa hal
yang mampu dilakukan pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan
tersebut, yaitu:
1. Meratakan pemberian beasiswa kepada siswa-siswi yang

berekonomi rendah.
Beasiswa pendidikan akan sangat dibutuhkan oleh anak-anak
miskin yang punya keinginan untuk bersekolah. Namun pemerintah
tidak hanya menyediakan, tetapi juga mengawasi pemerataan
pemberian beasiswa tersebut. Dengan begitu akan tercipta keadilan
sosial dalam masyarakat.

2. Memberikan wadah untuk anak-anak jalanan dalam menambah
ilmu umum dan motivasi belajar.
Pemerintah dapat memerankan diri dalam membentuk sebuah
wadah untuk menampung anak-anak jalanan dengan tujuan
meningkatkan motivasi belajar mereka. Dengan adanya wadah yang
dapat berupa taman belajar atau yang lainnya, para anak jalanan dapat
menuntut ilmu umum meski tidak setiap hari karena mereka harus
tetap bekerja untuk mencukupi kehidupan sehari-hari.
3. Merangkul anak-anak jalanan atau anak-anak miskin yang
memiliki keinginan kuat untuk menuntut ilmu dengan membiayai
seluruh biaya sekolah beserta buku-buk yang diperlukan.
Dengan merangkul anak-anak yang kondisi ekonominya rendah
namun memiliki keinginan besar untuk menuntut ilmu dan memiliki
prestasi yang baik, hal itu akan memperbaiki sumber daya manusia.
Karena pada faktanya terdapat anak-anak berprestasi dan memiliki
keinginan kuat untuk belajar namun mereka terhambat dalam
merealisasikan mimpi mereka karena kondisi ekonomi yang rendah.
Namun tidak hanya pemerintah yang mampu merangkul anak-anak
jalanan atau anak-anak kurang mampu untuk bisa menuntut ilmu,
melainkan peran itu juga bisa dilakukan oleh para pemuda generasi bangsa
dengan mengandalkan kreativitas mereka sebagai seorang pemuda bangsa,
khususnya para mahasiswa. Para mahasiswa atau pemuda generasi bangsa
harus mampu mengandalkan kreativitas mereka dalam memajukan bangsa
Indonesia dengan terjun di masyarakat. Tidak menutup kemungkinan
bahwa para pemuda masih matang-matangnya dalam berorganisasi.
Dengan adanya sebuah organisasi, para pemuda dapat mengajak satu sama
lain untuk turun mengajar ke masyarakat dengan sasaran di desa-desa
terpencil. Melalui organisasi akan sangat mungkin untuk melengkapi
berbagai administrasi mengenai berbagai hal yang diperlukan untuk terjun
ke masyarakat. Namun pada faktanya, juga terdapat para generasi muda
yang tidak suka berorganisasi. Mereka pun tetap bisa berkontribusi untuk
bangsa, misalnya dengan berbagi buku-buku bacaan mereka dengan anak
jalanan agar dibaca oleh mereka. Hal ini akan memudahkan anak jalanan
untuk menambah wawasan mereka meski tanpa bersekolah.
Ada banyak cara yang dapat diupayakan untuk menangani
permasalahan pendidikan yang dialami rakyat-rakyat kecil karena kondisi
ekonomi mereka. Namun pengupayaan itu perlu kesabaran, keuletan dan
keteguhan prinsip dalam menghadapi berbagai ujian di tengah-tengah
perjalanan menuju suksesnya sebuah kegiatan demi kemajuan bangsa
Indonesia. Untuk dapat memajukan bangsa Indonesia dengan sangat baik,
perlu usaha yang juga sangat besar. Dengan berbagai upaya tersebut,

menandakan bahwa kita sebagai warga Indonesia mau dan melaksanakan
pengamalan pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, untuk
kemajuan bangsa Indonesia.

PENUTUP

Kesimpulan
Ada banyak permasalahan pendidikan di Indonesia yang menuntut
keadilan dari setiap korbannya. Permasalahan terhambatnya pendidikan
bagi rakyat-rakyat kecil karena kondisi ekonomi yang rendah, membuat
sila ke-5 yang berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
seakan-akan hanya menjadi dasar negara yang tak berfungsi. Hal ini
disebabkan karena kurang maksimalnya peran pemerintah terhadap rakyatrakyat kecil yang mampu mendukung biaya pendidikan mereka. Namun
setiap permasalahan selalu memiliki solusi. Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk menangani permasalahan-permasalahan tersebut,
yaitu pemerataan pendidikan di daerah-daerah terpencil, pemerataan
bantuan beasiswa untuk anak-anak yang tingkat ekonominya rendah,
memberi wadah untuk anak-anak jalanan dengan membuka taman belajar
gratis untuk mereka, merangkul anak-anak jalanan atau anak-anak miskin
yang berprestasi dan berkemauan kuat untuk menuntut ilmu dengan
membiayai semua keperluan pendidikan mereka. Tidak harus melulu
dengan peran pemerintah, para pemuda generasi bangsa pun mampu ikut
serta memperbaiki permasalahan-permasalahan tersebut dengan
mengandalkan berbagai kreatifitas mereka untuk terjun ke masyarakat
demi memajukan bangsa Indonesia.

Daftar Pustaka:
Tim Dosen Unesa. 2014. Pendidikan
University Press.

Pancasila. Surabaya: Unesa

Roesminingsih dan Susarno. 2016. Teori dan Praktek Pendidikan.
Surabaya: Lembaga Pengajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan.