LEGAL REVIEW ON E-COMMERCE AND THE BLUEPRINT OF THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY

TALREV

Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 58-68. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR

KAJIAN HUKUM TENTANG E-COMMERCE
DAN BLUEPRINT MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
LEGAL REVIEW ON E-COMMERCE AND THE BLUEPRINT
OF THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Mohammad Ikbal
Faculty Of Law Padjadjaran University
JL. Dipati Ukur No. 35, Coblong, Lebakgede, Coblong, Kota Bandung, West Java, Indonesia
Telp./Fax: +62-22- 4220696 Email: kikiborman@ymail.com
Submitted: Apr 06, 2017; Reviewed: Jun 05, 2017; Accepted: Jun 29, 2017

Abstrak
Revolusi dan perkembangan Informasi dan Transaksi Elektrnik secara tidak langsung
turut mengubah cara perdagangan ataupun aktivitas jual beli, dengan menggunakan
dunia maya (online) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Transaksi elektronik (ecommerce). Dalam rangka Integrasi dan Liberalisasi Perdagangan di ASEAN telah

disepakati Blueprint ASEAN Economic Community (AEC) dengan salah satu pilarnya
adalah, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. Blueprint merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN untuk mencapai jadwal strategis tentang
waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar yang telah disepakati.
Kata Kunci: Blueprint MEA; e-commerce
Abstract
Revolution and development of Information and Transactions Elektrnik indirectly
helped change the way of trading or buying and selling activities, using the virtual
world (online) or better known as electronic transactions (e-commerce). In the framework of ASEAN Trade Integration and Liberalization it has been agreed that the Blueprint ASEAN Economic Community (AEC) with one of its pillars is ASEAN as a region
with high economic competitiveness, with elements of competition rules, consumer protection, intellectual property rights, infrastructure development, taxation and Ecommerce. Blueprint is a guide for ASEAN member countries to achieve a strategic
timetable and timing of achievement of each pillar that has been agreed.
Keywords: Blueprint MEA; e-commerce
PENDAHULUAN
Diawali pada Konferensi Tingkat

sia, dengan disepakatinya Visi ASEAN

Tinggi (KTT) ASEAN ke-2 tanggal 15

2020, para Kepala Negara ASEAN mene-


Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malay-

gaskan bahwa ASEAN akan: (i) mencip-

□ 58

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

takan Kawasan Ekonomi ASEAN yang

ASEAN melakukan transformasi kerjasa-

stabil, makmur dan memiliki daya saing

ma ekonomi dengan meletakan sebuah

tinggi yang ditandai dengan arus lalu

kerangka hukum yang menjadi basis


lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang

komitmen

bebas, arus lalu lintas modal yang lebih

penanda

bebas, pembangunan ekonomi yang mera-

(ASEAN Charter). Kemudian ditindak

ta serta mengurangi kemiskinan dan

lanjuti dengan kesepakatn untuk mengem-

kesenjangan sosial-ekonomi, (ii) memper-

bangkan Cetak Biru Masyarakat Ekonomi


cepat liberalisasi perdagangan di bidang

ASEAN (MEA), MEA Blueprint merupa-

jasa, dan (iii) meningkatkan pergerakan

kan pedoman dan bagi negara-negara

tenaga professional dan jasa lainnya

anggota ASEAN untuk mencapai jadwal

secara bebas di kawasan. Selanjutnya pada

strategis tentang wakru dan tahapan pen-

beberapa KTT berikutnya (KTT ke-6, ke-

capaian dari masing-masing pilar yang


7) para pemimpin ASEAN menyepakati

telah disepakati. MEA Blueprint memuat

berbagai langkah yang tujuannya adalah

4 (empat) kerangka utama/ pilar yaitu :2

untuk mewujudkan visi tersebut.1

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan

Negara
tanganan

ASEAN

melalui


Piagam

ASEAN

KTT ke-12 ASEAN di Cebu bulan

basis produksi internasional dengan

Januari 2007 telah menyepakati ”Declara-

elemen aliran bebas barang, jasa, in-

tion on the Acceleration of the Establish-

vestasi, tenaga kerja terdidik dan ali-

ment of an ASEAN Community by 2015”.

ran modal yang lebih bebas;


Dalam konteks tersebut, para Menteri

2. ASEAN sebagai kawasan dengan

Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan

daya saing ekonomi yang tinggi,

Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Ce-

dengan elemen peraturan kompetisi,

tak Biru ASEAN Economic Community

perlindungan konsumen, hak atas

(AEC)”. Cetak Biru AEC tersebut berisi

kekayaan intelektual, pengembangan


rencana kerja strategis dalam jangka pen-

infrastruktur,

dek, menengah dan panjang hingga tahun

commerce;

2015

menuju

terbentuknya

integrasi

e-

pengembangan ekonomi yang merata
dengan elemen pengembangan usaha


Guna memperkuat langkah perintegrasi

dan

3. ASEAN sebagai kawasan dengan

ekonomi ASEAN.
cepatan

perpajakan

ekonomi

kecil dan menengah, dan prakarsa in-

tersebut

1


Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju
ASEAN Economic Community 2015

2

Ibid

□ 59

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

tegrasi ASEAN untuk negara- negara

pengembangan ekonomi dikawasan re-

CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos,

gional ASAEAN yaitu e-commerce.
Dalam ASEAN Vision 2020, nega-


dan Vietnam); dan
4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi

secara

penuh

ra-negara ASEAN memutuskan untuk

dengan

perekonomian global dengan elemen
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan

mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi
informasi dengan membentuk keunggulan

meningkatkan peran serta dalam jejarjaringan informasi teknologi regional dan

ing produksi global.
ASEAN
(AEC)

Economic

Community

tersebut

Blueprint

kemudian

pusat, untuk penyebaran serta akses yang
mudah ke data dan informasi.

disahkan pada Rangkaian Pertemuan KTT
Pada ASEAN Ministerial Meeting

ASEAN ke-13. AECBlueprint bertujuan
untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih
stabil, sejahtera dan sangat kompetitif,
memungkinkan bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi dan aliran modal.
Selain

itu,

juga

akan

diupayakan

kesetaraan pembangunan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015.
AEC Blueprint

merupakan suatu

master plan bagi ASEAN untuk membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun

2015

dengan

mengidentifikasi

langkah-langkah integrasi ekonomi yang
akan

ditempuh

melalui

sasaran dan jangka waktu yang jelas.
salah

satu

Jenderal ASEAN mengatakan, "negaranegara

sektor

ASEAN

harus

melakukan

pengembangan dan penggunaa teknologi
yang berbasiskan internet jika ingin tetap
kompetitif, bukan untuk mengejar ketinggalan dengan industri dunia. Ini adalah
panggilan bukan untuk ASEAN tetapi untuk meletakan dasar dalam mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperkuat
ekonomi

kawasan

dan

meningkatkan

ekonomi nasional.3
Adapun tujuan dari Persetujuan e-

implementasi

berbagai komitmen yang rinci, dengan
Dengan

ke 33 pada bulan Juli 2000, Sekretaris

ASEAN Framework Agreement dijelaskan dalam Article 2 ini adalah untuk:4

prioritas
3

Rodolfo C. Severino, ASEAN Secretary General, Report
to the 33rd ASEAN Ministerial Meeting, Bangkok, 24-25
July 2000
4
source e-ASEAN Framework Agreement

□ 60

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

1. Meningkatkan

kerja

sama

untuk

3. Memfasilitasi

penyelesaian,

pem-

mengembangkan, memperkuat dan

bayaran transaksi elektronik yang

meningkatkan daya saing sektor ICT

bersifat regional, melalui mekanisme

di ASEAN;

seperti electronic payment gateway

2. Meningkatkan kerja sama untuk men-

4. Melakukan adopsi/ratifikasi terhadap

gurangi kesenjangan digital dalam

perlindungan HAKI yang timbul ka-

negara anggota individu ASEAN dan

rena kegiatan e-commerce dengan

di antara negara anggota ASEAN;

mempertimbangkan “WIPO Copy-

antara

right Treaty 1996″ and “WIPO Per-

sektor publik dan swasta dalam

formances and Phonograms Treaty

mewujudkan e-ASEAN; dan

1996″;

3. Meningkatkan

kerjasama

liberalisasi

5. Melakukan tindakan mensosialisasi

perdagangan produk ICT, layanan

proteksi data pribadi dan privasi kon-

ICT dan investasi untuk mendukung

sumen

4. Mempromosikan

6. Mendorong penggunaan mekanisme

inisiatif e-ASEAN.

alternative
Dalam Article 5 e-ASEAN Frame-

penyelesaian

sengketa

(ADR) untuk transaksi online

work Agreement Negara-negara Anggota
wajib mengadopsi kerangka perdagangan

Berdasarkan blueprint Masyarakat

elektronik, menetapkan undang-undang

Ekonomi ASEAN dan perjanjian kerjasa-

dan kebijakan yang menciptakan ke-

ma e-ASEAN diharapkan Indonesia dapat

percayaan dan keyakinan bagi konsumen

menyiapkan

dan memfasilitasi transformasi bisnis ter-

transaksi e-commerce, untuk mewujudkan

hadap pengembangan e-ASEAN. Untuk

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis

tujuan ini, Negara Anggota harus:

produksi internasional dengan elemen ali-

kerangka

hukum

bagi

pera-

ran bebas barang, jasa, dan menjadikan

turan dan kebijakan Nasional terkait

ASEAN sebagai kawasan dengan daya

transaksi

saing ekonomi yang tinggi, dengan salah

1. Secepatnya

mengundangkan
e-commerce

berdasarkan

satu sektornya e-commerce.

norma-norma internasional
2. Memfasilitasi

pembentukan

saling

pengakuan kerangka tanda tangan

Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan,

digital

maka

perumusan

masalah

yang

□ 61

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

dikemukakan dalam Jurnal ini adalah sebagai berikut :
1. Implikasi dari disepakatinya Blueprint Masyarakat Ekonomi ASEAN
terhadap Transaksi e-commerce di
Indonesia ?
2. Apa saja kendala Indonesia dalam
meningkatkan

daya

saing

e-

commerce berdasarkan perjanjian eASEAN?
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui implikasi dari disepakatinya Blueprint Masyarakat Ekonomi
ASEAN terhadap pengaturan e-commerce

fostering the preparation of domestic legislation on e-commerce;
1. Harmonise the legal infrastructure
for electronic contracting and dispute resolution;
2. Develop and implement better practice guidelines for electronic contracting, guiding principles for
online dispute resolution services,
and mutual recognition framework
for digital signatures in ASEAN;
3. Facilitate mutual recognition of digital signatures in ASEAN;
4. Study and encourage the adoption of
the best practices and guidelines of
regulations and/or standards based
on a common framework; and
5. Establish a networking forum between the businesses in ASEAN and
its Dialogue Partners as a platform
for promoting trade and investment.

di Indonesia.
1. Untuk mengetahui kendala dalam

Berdasarkan blueprint masyarakat

meningkatkan daya saing khususnya

ekonomi Asean,maka Negara-negara ang-

transaksi

gota diharuskan menyiapkan kerangka

e-commerce

dikawasan

ASEAN.

kebijakan dan infrastruktur hukum untuk
perdagangan elektronik dan memung-

PEMBAHASAN
Salah satu sektor prioritas pengem-

kinkan perdagangan barang (e-commerce)

bangan ekonomi dikawasan ASEAN yaitu

sesama anggota ASEAN melalui penera-

e-commerce. Dalam AEC Blueprint ten-

pan

tang

beberapa

ASEAN yang diharapkan dapat mencip-

langkah strategis yang harus dijalankan

takan kerangka hukum yang harmonis dan

sebagi berikut :

konsisten diseluruh wilayah ASEAN

e-commerce

terdapat

To lay the policy and legal infrastructure for electronic commerce and
enable on-line trade in goods (ecommerce) within ASEAN through the implementation of the e-ASEAN Framework
Agreement and based on common reference frameworks. Actions:
Adopt best practices in implementing telecommunications competition policies and

Persetujuan

Kerangka

Kerja

e-

Ditandatangani pada tahun 2000,
Perjanjian

kerangka

kerja

e-ASEAN

menetapkan tujuan kerja sama ASEAN
dalam

information,communication

and

telekomunikation (ICT) adalah untuk :

□ 62

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

1.

mengembangkan, memperkuat dan

rangi kesenjangan digital didalam

meningkatkan daya saing sektor ICT

dan diantara Negara-negara anggota

di ASEAN
2.

3.

4.

6. Penggunaan aplikasi ICT dalam

Mengurangi kesenjangan digital da-

penyampaian

lam masing-masing negara anggota

pemerintah (e-Government)

ASEAN dan antar negara-negara

Berdasarkan

jasa
kerangka

layanan
kerja

e-

Anggota ASEAN;

ASEAN maka diharapkan Negara-negara

Mempromosikan kerja sama antara

anggota dapat melakukan pencapaian tar-

sektor publik dan swasta dalam

get sesuai dengan jadwal strategis yang

mewujudkan e-ASEAN; dan

telah ditetapkan khususnya dalam bidang

Menggalakkan

e-commerce yaitu :

liberalisasi

perdagangan produk ICT, layanan

1. Negara-negara anggota untuk mem-

ICT dan investasi untuk mendukung

buat undang-undang e-commerce

inisiatif e-ASEAN.

mereka

Prinsip panduan kerangka kerja eASEAN

mengidentifikasi

2. Menerapkan pedoman harmonis dan

langkah-

prinsip-prinsip untuk kontrak el-

langkah yang bertujuan untuk memfasili-

ektronik dan layanan penyelesaian

tasi atau mempromosikan hal-hal sebagai

sengketa secara online

berikut :

3. Mengadopsi kerangka kerja dan

1. Pembentukan infrastruktur informasi ASEAN

regional

untuk

saling

pengakuan tanda tangan digital

2. Pertumbuhan

e-commerce

di

ASEAN
3. Liberalisasi

strategi

4. Lanjutan peningkatan kapasitas dan
berbagi informasi untuk Negara-

perdagangan

dalam

negara Anggota pada kegiatan infra-

produk ICT, layanan ICT dan inves-

struktur hukum e-commerce.

tasi untuk mendukung insiatif e-

Kemudian di ikuti dengan langkah-

ASEAN
4. Investasi

langkah sebagai berikut :
dalam

menghasilkan

produk ICT dan penyedian jasa ICT

1. Memperbarui dan / atau merubah
peraturan perundang-undangan yang

5. e-Society di ASEAN dan mem-

relevan sesuai dengan praktek dan

bangun kemampuan untuk mengu-

peraturan terbaik dalam kegiatan ecommerce

□ 63

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

2. Mengadopsi praktik terbaik / pe-

para pelaku e-commerce di tanah air dan

doman tentang isu-isu cyber hukum

juga bagi pelaku e-commerce yang meli-

lainnya (misalnya data pribadi, per-

batkan pihak asing,

untuk

Undang-Undang No 11 Tahun

mendukung kegiatan e-commerce

2008 tentang Informasi dan Transaksi El-

regional.

ektronik terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal

lindungan

konsumen,dll)

3. Mengedepankan transaksi elektronik

mencakup materi mengenai Informasi dan

lintas batas, melalui implementasi

Dokumen Elektronik; Pengiriman dan

saling pengakuan tanda tangan digi-

Penerimaan Surat Elektronik; Tanda Tan-

tal asing

gan Elektronik; Sertifikat Elektronik;
Penyelenggaraan

Sistem

Elektronik;

para

Transaksi Elektronik; Hak Atas kekayaan

Negara-Negara anggota ASEAN sudah

Intelektual; dan Perlindungan Data Pribadi

berhasil mentransformasikan semua target

atau Privasi.

Pada

akhirnya

diharapkan

pencapaian tersebut dan pada tahun 2015
dan telah terbentuk sebuah infrastruktur
hukum yang harmonis untuk e-commerce
dan sepenuhnya dapat di implementasikan

undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi 
dan Transaksi Elektronik (UU
ITE) dapat memberikan kerangka bagi

di ASEAN
Secara normatif pengaturan tentang
transksi e-commerce di Indonesia tidak
diatur secara khusus dalam satu undangundang saja, akan tetapi terbagi dalam beberapa peraturan perundangan-undangan
dan peraturan pelaksananya.

Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, Undang-Undang
Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dan UndangUndang Nomor 7 tahun 2014 tentang
Perdagangan.Beberapa

Dengan adanya undang-

undang-undang

tersebut menjadi landasan hukum bagi

hukum perikatan dan hukum pembuktian,
sehingga kepastian hukum transaksi elektronik dapat terjamin, dan diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang termasuk
kualifikasi pelanggaran hukum terkait
penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi)
disertai dengan sanksi pidananya. Dengan
adanya pengakuan terhadap transaksi elektronik dan dokumen elektronik maka
setidaknya kegiatan e-commerce mempunyai basis legalnya.
Peraturan tentang e-commerce juga
diatur dalam Undang-Undang Republik

□ 64

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

Indonesia Nomor 7 tahun 2014 tentang

Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi

perdagangan. Dalam UU Perdagangan

dan Transaksi Elektronik (UU ITE) juga

(pasal 65 dan 66) diatur bahwa setiap

mengatur tentang transaksi elektronik

pelaku usaha yang memperdagangkan Ba-

yang berisikan kewajiban yang harus dil-

rang dan atau Jasa dengan menggunakan

akukan oleh penyelenggara sistem el-

sistem elektronik wajib menyediakan data

ektronik. Salah satunya adalah kewajiban

dan atau informasi secara lengkap dan

bagi tiap penyelenggara tersebut untuk

benar. Setiap pelaku usaha dilarang mem-

menempatkan pusat data di Indonesia.

perdagangkan Barang dan atau Jasa

Selain berisi mengenai keharusan penem-

dengan menggunakan sistem elektronik

patan data center di Indonesia, PP ini juga

yang tidak sesuai dengan data dan atau

mengatur mengenai pengelolaan nama

informasi dan penggunaan sistem el-

domain, tata kelola keamanan informasi

ektronik tersebut wajib memenuhi ke-

dan lembaga sertifikasi keandalan.

tentuan

yang diatur

dalam Undang-

Undang Informasi dan Transaksi El-

Berdasarkan uraian diatas, Article 5
e-ASEAN Framework Agreement dise-

ektronik.

butkan bahwa Negara-negara ASEAN
Pengaturan e-commerce dalam UU
Perdagangan

bertujuan

wajib mengadopsi kerangka perdagangan

memberikan

elektronik, menetapkan undang-undang

kepastian dan kesepahaman mengenai apa

dan kebijakan yang menciptakan ke-

yang dimaksud dengan Perdagangan Me-

percayaan dan keyakinan bagi konsumen

lalui Sistem Elektronik (selanjutnya dis-

dan memfasilitasi transformasi bisnis ter-

ingkat PMSE) dan memberikan perlin-

hadap pengembangan e-ASEAN.

dungan dan kepastian kepada pedagang,
penyelenggara PMSE, dan konsumen dalam melakukan kegiatan perdagangan melalui sistem elektronik.

Terdapat beberapa point penting
yang menjadi kendala utama dalam
mengembangkan bisnis e-commerce di
indonesia dan dikawasan regional ASEAN

Selain UU ITE dan UU Perdangan-

yang sangat berkaitan erat dengan perjan-

gan, Peraturan Pemerintah No 82 Tahun

jian e-ASEAN Framework Agremeent

2012 Tentang Penyelenggaraan Sistim dan

antara lain, Memfasilitasi penyelesaian

Transaksi Elektronik merupakan turunan

pembayaran transaksi elektronik yang ber-

dari Undang-undang Republik Indonesia

sifat regional melalui mekanismeelectron-

□ 65

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

ic payment gateway dan Mendorong

transaksi

penggunaan

mekanisme

ektronik, orang atau badan usaha yang

penyelesaian

sengketa

alternative

(ADR)

untuk

transaksi online.
Pada saaat ini Bank Indonesia
mempunyai Peraturan Bank Indonesia

dagang

melalui

sistem

el-

mengalami sengketa dapat menyelesaikan
sengketa tersebut melalui pengadilan atau
melalui mekanisme penyelesaian sengketa
lainnya”.

Nomor 18/40/PBI/2016 Tentang Penye-

Pasal 66 Undang-Undang Nomor 7

lengaraan Pemrosesan Transaksi Pem-

tahun 2014 tentang Perdagangan “Ke-

bayaranwalaupun masih bersifat regional,

tentuan lebih lanjut mengenai transaksi

akan tetapi hal ini menjadi sesuatu yang

Perdagangan melalui Sistem Elektronik

positif untuk membangun kepercayaan

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

para pelaku usaha dan konsumen dalam

Pemerintah”.
Rancangan Peraturan Pemerintah

Transaski e-commerce.
Kendala berikutnya adalah men-

(RPP) tentang Transaksi Perdagangan Me-

dorong penggunaan mekanisme alterna-

lalui Sistem Elektronik atau biasa yang

tive penyelesaian sengketa (ADR) untuk

dikenal dengan bisnis e-commerce. Pera-

transaksi online. Pasal 1 butir 10 Undang-

turan pemerintah ini diharapkan dapat

Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang

menjadi panduan untuk melaksanakan ke-

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

tentuan Pasal 66 Undang-Undang No 7

Sengketa menyebutkan bahwa: “Alternatif

Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Penyelesaian Sengketa adalah lembaga

Pada Bab XVIII Rancangan Pera-

penyelesaian sengketa atau beda pendapat

turan

melalui prosedur yang disepakati para

Perdagangan Melalui Sistem Elektronik

pihak, yakni penyelesaian di luar pengadi-

Pasal 79 ayat (1) dalam hal terjadi

lan dengan cara konsultasi, negosiasi, me-

sengketa dalam transaksi perdagangan

diasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”.

melalui sistem elektronik, para pihak

Selain Undang-Undang Nomor 30

Pemerintah

tentang

Transaksi

dapat menyelesaikan sengketa melalui

tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alter-

pengadilan

natif Penyelesaian Sengketa Pasal 65 ayat

penyelesaian sengketa lainnya”.

atau

melalui

mekanisme

(5) Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014

Pasal 79 ayat (2) Penyelesaian

tentang Perdagangan menyatakan : “Da-

sengketa transaksi perdagangan melalui

lam hal terjadi sengketa terkait dengan

sistem elektronik sebagaimana dimaksud

□ 66

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

pada ayat (1) dapat diselenggarakan

Implikasi

dari

terbentuknya

secara elektronik (Online Dispute Resolu-

Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap

tion) sesuai ketentuan peraturan perun-

Pengaturan

dang-undangan”.

adalah,

e-commerce

dengan

di

begitu

Indonesia
banyaknya

Terlihat pada Pasal 79 ayat (2) bah-

peraturan

perundang-undangan

wa terdapat kemungkinan penyelesaian

mengatur

mengenai

sengketa secara elektronik ODR (Online

indonesia

pada

Dispute Resolution). Namun, tidak ter-

Penerapan

dapat penjelasan lebih lanjut terkait ODR

harmonisasi

itu sendiri atas pasal ini.

aturan

yang

e-commerce

di

saat

ini.

diperlukan

azas-azas

dan

pola-pola

hukum

antara

beeberapa

perundangan

yang

mengatur

Pada peraturan perundang-undangan

tentang e-commerce tersebut agar dapat

lain mengatur tentang adanya kemung-

memberikan kepastian dan perlindungan

kinan untuk menangani sengketa yang

hukum bagi para pelaku usaha dan

timbul dari Transaksi Elektronik, yang

konsumen

mana peraturan ini juga menjadi dasar

pengaturan tentang e-commerce dibuat

bagi para pihak untuk bebas menentukan

dalam satu undang-undang tersendiri.

e-commerce.

Sebaiknya

cara penyelesaian sengketa (dalam hal ini

Selain itu kebijakan liberalisasi

ADR), yang mana dapat pula dilakukan

perdagangan dan pasar tunggal ASEAN

dengan cara ODR yang mungkin timbul

dapat menimbulkan standar ganda ter-

dari Transaksi Elektronik. Lebih lanjut

hadap suatu produk yang tidak sesuai

disebutkan pada Pasal 18 ayat (4) Un-

standar di suatu negara akan dilarang

dang-Undang Nomor 11 tahun 2008 ten-

beredar di negara tersebut. Hanya produk

tang Informasi dan Transaksi Elektronik

yang memenuhi standar dapat masuk ke

menyebutkan bahwa: “Para pihak mem-

pasar yang teregulasi, dengan kata lain

iliki kewenangan untuk menetapkan fo-

industri

yang

rum pengadilan, arbitrase, atau lembaga

kualitas

produknya

penyelesaian sengketa alternatif lainnya

pangsa pasar yang lebih besar.

memperhatikan
dapat

tingkat

menguasai

yang berwenang menangani sengketa

Terdapat beberapa kendala yang

yang mungkin timbul dari Transaksi El-

dapat menghambat perkembangan bisnis

ektronik internasional yang dibuatnya”.

e-commerce di Indonesia apabila dikaitkan dengan Mayarakat Ekonomi ASEAN,

PENUTUP

dari hasil analisis dalam Jurnal ini, ken-

□ 67

Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017

dala utama adalah tentang belum adanya
Payment Gateway Nasional sampai saat
ini.
Penyelesaian sengketa secara online,
walaupun belum diatur secara khusus
akan tetapi undang-undang memungkinkan

untuk

dibentuk

penyelesaian

sengketa secara online, perlu dibangun
suatu sistem penyelesaian sengketa yang
sesuai dengan karakteristik dari transaksi
e-commerce itu sendiri.
BIBLIOGRAFI

Ministerial Meeting, Bangkok, 2425 July 2000
The ASEAN Declaration (Bangkok Declaration)
Agreement on ASEAN Preferential Trading Arrangements
e-ASEAN Framework Agreement
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan.
Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2012
Tentang Penyelenggaraan Sistim
dan Transaksi Elektronik
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Transaksi Perdagangan Melalui
Sistem
Elektronik

Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic
Community 2015
Rodolfo C. Severino, ASEAN Secretary
General, Report to the 33rd ASEAN
***

□ 68