EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA KOPERASI DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS DAN MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS (Studi Penelitian Pada KPRI Universitas Brawijaya Malang Tahun 2010 - 2012)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA KOPERASI DALAM
MENINGKATKAN PROFITABILITAS DAN MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS
(Studi Penelitian Pada KPRI Universitas Brawijaya Malang Tahun 2010 - 2012)
Antoni Susanto
Topowijono
Devi Farah Azizah
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang
Abstrak
Modal Kerja mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Modal kerja yang dikelola
secara tidak efektif dapat menghambat koperasi dalam memperoleh laba secara optimal. Penetapan modal
kerja yang terlalu kecil akan mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan. Apabila modal kerja yang terlalu
besar menunjukkan adanya dana yang menganggur dan tidak produktif yang menyebabkan hilangnya
kesempatan untuk memperoleh laba.
Hasil dari penelitian di KPRI Universitas Brawijaya Malang menunjukkan bahwa kondisi NWC (Net
Working Capital) dari tahun ke tahun cenderung turun dari tahun 2012 dengan selisih Rp 14.716.065
menjadi Rp 20.606.879.352. Pada rasio Likuiditas juga cenderung menurun pada tahun 2013, hal tersebut
mengindikasikan bahwa manajemen koperasi belum mampu dalam memenuhi dan menjaga tingkat
perputaran Current Asset (aktiva lancar) dan Current Liabilities (hutang lancar). Berdasarkan proyeksi
perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil bahwa rasio keuangan koperasi secara keseluruhan
yaitu rasio profitabilitas, rasio aktivitas masih cenderung naik akan tetapi pada rasio likuiditas cenderung

turun. Hal tersebut dapat dilihat pada tingkat Current Ratio mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun
meskipun jumlah tersebut sudah mencapai standar menurut teori perusahaan sebesar 200%.
Kata Kunci: modal kerja, profitabilitas, likuiditas

Manajemen modal kerja pada koperasi digunakan
untuk membeli persediaan barang yang diperlukan
anggota dan konsumen, membayar gaji pegawai,
membayar hutang dagang, membayar bunga
pinjaman serta untuk mendanai kegitan lain yang
menjadi kegiatan rutin koperasi. Manajemen
koperasi harus dapat merencanakan dengan tepat
jumlah kebutuhan modal kerjanya, agar berbagai
kegiatan koperasi dapat dilakukan dengan lancar.
Pada dasarnya koperasi harus selalu berusaha
agar dana yang telah dibelanjakan untuk
membiayai kegiatannya dapat kembali masuk ke
dalam koperasi melalui penjualan barang-barang
atau jasa yang dilakukannya. Ukuran baik untuk
menilai keberhasilan koperasi bukanlah terletak
pada besarnya laba yang dihasilkan kperasi, tetapi

lebih ditekankan pada efisiensi pengelolaan modal
koperasi yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Yang perlu diperhatikan jika koperasi memperoleh
modal tersebut dari pinjaman maka koperasi akan
menanggung resiko yaitu berupa biaya bunga yang
harus dibayar atas pinjaman tersebut, semakin
besar modal yang dipinjam akan semakin besar
pula biaya bunga yang harus ditanggung oleh
koperasi. Dengan demikian berkembangnya usaha
koperasi, maka manajemen koperasi dituntut untuk

1. PENDAHULUAN
Peranan modal kerja sangatlah penting
karena merupakan salah satu bentuk sumber daya
perusahaan yang terbatas dan dibutuhkan untuk
dapat membiayai aktivitas operasi perusahaan.
Modal kerja yang digunakan akan lebih baik bila
tersedia dalam jumlah yang optimal agar dapat
memberikan keuntungan yang maksimal. Kondisi
ini menyebabkan perusahaan dapat beroperasi

secara ekonomis, dapat menekan biaya perusahaan
menjadi rendah dan menunjang kegiatan operasi
perusahaaan secara teratur. Namun ketersediaan
modal kerja yang optimal saja ternyata belum
menjamin perusahaan dalam memperoleh laba
yang maksimal. Efektivitas modal kerja dapat
dilihat melalui unsur-unsur modal kerja yang
meliputi aktiva lancar seperti kas, surat-surat
berharga atau sekuritas, piutang, dan persediaan.
Pembahasan mengenai modal kerja, selama
ini lebih banyak ditujukan untuk perusahaan
industri dan masih jarang yang ditujukan untuk
koperasi. Manajemen koperasi juga membutuhkan
modal kerja seperti halnya manajemen perusahaan
lainnya. Pengelolaan modal kerja dari suatu
koperasi juga sangat diperlukan untuk menjamin
kontinuitas atau menunjang kelancaran usaha.
1

bekerja lebih profesional agar berbagai potensi

yang ada di dalam koperasi dan keunggulan yang
tidak dimiliki institusi ekonomi lain dapat di daya
gunakan secara optimal. Berbagai potensi dan
keunggulan harus dilaksankan dalam operasional
nyata untuk memperoleh profitabilitas yang wajar
serta mampu menjaga tingkat likuiditas.
Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) Universitas Brawijaya sebagai salah satu
koperasi yang mempunyai unit usaha yang banyak
di bidang pelayanan jasa dan juga bidang
perdagangan. Dalam hal ini tidak terlepas dari
kebutuhkan pengelolaan modal kerja yang lebih
baik dan sesuai dengan kebutuhan. Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Universitas
Brawijaya sebagai salah satu koperasi yang
modern dan telah dikelola secara professional
dalam menentukan hasil guna mewujudkan
kesejahterakan anggota koperasi. Alternatif
tersebut membutuhkan pengelolaan modal kerja
yang lebih baik sehingga dapat terhindar dari

kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan
maupun kelebihan modal kerja menunjukkan
pengelolaan modal kerja kurang efektif atau
kurang produktif dan pada akhirnya menimbulkan
kerugian
karena
kesempatan
memperoleh
profitabilitas yang wajar telah disia-siakan.
Untuk menghindari kekurangan modal kerja
diperlukan suatu tingkat modal kerja yang sesuai
kebutuhan untuk menjamin operasional koperasi
dapat secara efisien dan meningkatkan pelayanan
secara efektif kepada para anggota maupun
konsumen lain. Dalam menjalankan operasional
sehari-hari secara efisien dan kegiatan pelayanan
secara efektif, koperasi tidak luput dari berbagai
masalah yang dapat menggangu pelaksanaan dari
berbagai
usahanya

untuk
meningkatkan
profitabilitas serta menjaga tingkat likuiditas. Saat
ini Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)
Universitas Brawijaya dilihat dari beberapa usaha
yang dikelola telah mengalami peningkatan atau
kemajuan, dengan kata lain hal ini menunjukkan
bahwa Koperasi Pegawai Republik Indonesia
(KPRI) Universitas Brawijaya memiliki kinerja
yang cukup baik. Hal tersebut merupakan aspek
yang penting dan berpengaruh pada kegiatan
operasional koperasi, apabila efektivitas menurun
atau kecil dampaknya profitabilitas dan kinerja
koperasi akan buruk, maka dari itu pada Koperasi
Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Universitas
Brawijaya ini sangat penting sekali untuk dinilai
laporan keuangannya agar pihak pengelola
koperasi dapat mengambil keputusan yang tepat
dalam penetapan modal kerja demi semakin


berkembangnya dan meningkatnya profitabilitas
dan tingkat likuiditas koperasi itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengelolaan modal kerja pada KPRI Universitas
Brawijaya Malang selama periode 2010 – 2012,
untuk mengetahui dan pengelolaan modal kerja
pada KPRI Universitas Brawijaya Malang dilihat
dari profitabilitas dan tingkat likuiditas selama
periode 2010 – 2012, dan untuk mendiskripsikan
tingkat keefektifan pengelolaan modal kerja pada
KPRI Universitas Brawijaya Malang selama
periode 2010 – 2012.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Modal Kerja
Dalam dunia usaha, salah satu masalah
utama yang dihadapi oleh pimpinan atau pemilik
perusahaan adalah menyediakan modal kerja yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan
perusahaan. Pimpinan perusahaan harus selalu
aktif meneliti sumber-sumber dan penggunaan

modal kerja agar perusahaan selalu terpenuhi.
Kegagalan memperoleh modal kerja akan
menimbulkan hambatan, meski hal itu juga turut
dipengaruhi oleh faktor pengelolaan dalam
meningkatkan mutu produksi dan faktor lain yang
sifatnya eksternal. Modal kerja merupakan dana
yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari (Martono dan Harjito, 2003:
72).
2.2 Profitabilitas
Perusahaan pada umumnya bertujuan
memperoleh laba secara optimal dari pemanfaatan
potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu,
pengelolaan modal kerja yang baik sangat
diperlukan guna menjaga profitabilitas perusahaan.
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah
kemampuan memperoleh laba. Sifat perusahaan
yang profit oriented akan berusaha menggunakan
setiap aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba
yang maksimal. Karena tanpa adanya laba akan

sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari
luar.
“Profitability
adalah
menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.” (Munawir, 2002: 33)
Sugiyarso dan Winarni (2005: 118)
mengatakan bahwa “Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva,
maupun modal sendiri.” Jadi, profitabilitas
digunakan untuk mengukur efektivitas kinerja
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang
dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan
modal sendiri selama periode tertentu. Dengan
2

memiliki tingkat profitabilitas yang baik maka
akan dapat memperkecil risiko bahwa perusahaan

dapat membayar kewajiban-kewajibannya.

2.4 Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas
Dalam mengukur atau menentukan tingkat
likuiditas,
suatu
perusahaan
perlu
mempertimbangkan pengukuran yang mapan
terhadap modal kerja, karena akibat kesalahan
dalam penetapan, perusahaan akan dihadapkan
pada hambatan dalam menyelenggarakan aktivitas
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
menjaga agar jumlah modal kerjanya dapat
mencukupi kegiatan usahanya. Apabila tingkat
likuiditas tinggi maka semakin tidak efektif karena
aset lancar yang terlalu besar akan berakibat
timbulnya aset lancar yang menganggur, dan
menuntut para manajer untuk mengambil tindakan
dalam mengalokasikan aset lancar yang

menganggur, sehingga akan sangat berpengaruh
terhadap perputaran modal kerja.
Pimpinan perusahaan akan bergantung pada
laporan hasil dari bagian keuangan terhadap
tingkat likuiditas perusahaan agar dapat melihat
seberapa besar kemampuan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya, sehingga dapat
diketahui seberapa besar modal kerja untuk
mengalokasikan dana yang tersedia. Informasi
mengenai sumber dan penggunaan modal kerja
sangat penting, hal ini berguna untuk mengetahui
sejauh mana tingkat likuiditas yang dapat tercapai.

2.3 Likuiditas
Pengawasan
terhadap
sumber
dan
penggunaan modal kerja merupakan hal yang
penting
bagi
perusahaan
yang
ingin
mempertahankan tingkat likuiditasnya, hal ini
dapat tercapai selama modal kerja yang tersedia
dikelola secara efktif dan efisien. Likuiditas
merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan dalam membayar semua kewajiban
finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
(Syamsuddin, 2009: 41)
Menurut
Munawir
(2002:
31)
mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut:
“Likuiditas adalah menunjukan kemampuan suatu
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih.”
Menurut Riyanto (2001: 25)
tentang
masalah likuiditas menyatakan bahwa “Masalah
likuiditas adalah berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang akan segera harus
dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat-alat
likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada
saat tertentu merupakan „kekuatan membayar‟ dari
perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan
yang
mempunyai
„kekuatan
membayar‟
(zahlungsfahigkeit) belum tentu dapat memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang harus segera
dipenuhi, atau dengan kata lain perusahaan
tersebut belum tentu mempunyai „kemampuan
membayar‟ (zahlungsfahigkeit).”
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada
waktunya berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan “likuid” artinya perusahaan tersebut
mempunyai alat pembayaran ataupun aset lancar
yang lebih besar daripada hutang lancar.
Sebaliknya jika perusahaan tidak dapat memenuhi
pembayaran pada saat ditagih atau kewajibannya
pada saat jatuh tempo, berarti perusahaan tersebut
dalam keadaan “illikuid”. Dalam hal ini
perusahaan harus menjaga agar alat likuid ini
selalu tersedia dan jaminan alat likuid sebaliknya
tidak berlebihan karena akan membawa
perusahaan dalam keadaan yang tidak likuid.

2.5 Hubungan Modal Kerja dengan Likuiditas
dan Profitabilitas
Dalam pembelanjaan perusahaan antara
likuiditas dan profitabilitas mempunyai hubungan
yang sangat erat, bahkan keduanya tidak dapat
dipisahkan karena merupakan unsur analisa dalam
pembelanjaan yang saling mempengaruhi. Untuk
itu likuiditas dan profitabilitas harus sama-sama
diperhatikan.
Perusahaan
harus
dapat
menggunakan atau mengalokasikan dana atau
modal dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin.
Syamsuddin (2009: 205) menyatakan bahwa
“Pemahaman atas bagaimana meningkat dan
menurunnya tingkat keuntungan merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk dapat dimengertinya
ide tentang kaitan (trade-off) antara profitabilitas
dengan risiko. Risiko untuk berada dalam keadaan
technically insolvent pada umumnya diukur
dengan jumlah net working capital atau current
ratio, tetapi untuk maksud pembahasan dalam
konteks ini, maka pengukuran yang akan
digunakan adalah atas dasar net working capital.”
Diasumsikan bahwa semakin besar jumlah
net working capital yang dimiliki oleh suatu
perusahaan, maka semakin kecil risiko yang
dihadapi. Dengan perkataan lain semakin besar net
3

a) Rasio Profitabilitas
1) ROI (Return On Investment)

working capital, maka semakin likuid keadaan
perusahaan dan oleh karena itu akan semakin kecil
pula risiko untuk berada dalam keadaan technically
insolvent. Sebaliknya semakin kecil net working
capital (likuiditas), maka akan semakin besar
risiko
yang
dihadapi
oleh
perusahaan
(Syamsuddin, 2009: 206)
“Semakin besar rasio aktiva lancar terhadap
total aktiva, maka semakin kecil profitabilitas yang
diperoleh maupun risiko yang dihadapi. Semakin
kecilnya profitabilitas dikarenakan aktiva lancar
menghasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan
aktiva tetap. Kebalikan dari hal ini, rasio aktiva
lancar terhadap total aktiva yang semakin kecil
akan meningkatkan profitabilitas dan juga risiko
yang dihadapinya.” (Syamsuddin, 2009: 209)
“Semakin besar rasio hutang lancar terhadap total
aktiva, maka semakin besar profitabilitas yang
diperoleh, akan tetapi risiko yang dihadapi juga
semakin besar. Meningkatnya profitabilitas
disebabkan karena menurunnya biaya-biaya yang
dikaitkan dengan penggunaan modal jangka
pendek yang semakin sedikit dibandingkan dengan
jumlah modal jangka panjang. Kebalikan dari hal
ini, rasio hutang lancar terhadap total aktiva yang
semakin kecil akan menurunkan profitabilitas dan
juga risiko yang dihadapinya.” (Syamsuddin, 2009:
211)
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan kepentingan
antara rasio likuiditas dan rasio profitabilitas.
Likuiditas menginginkan sebagian besar modal
perusahaan tertanam dalam aktiva lancar, agar
perusahaan tidak mengalami kesukaran dalam
membiayai kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh
tempo. Di lain pihak, profitabilitas menginginkan
sebagian besar dana perusahaan di operasikan agar
dapat
memperoleh
laba
yang
tinggi.
Permasalahannya adalah bagaimana perusahaan
mengelola modal kerjanya, sehingga profitabilitas
dapat meningkat dan kemampuan dalam
membayar kewajiban lancarnya masih dapat
dipertahankan, walaupun agak terlalu kecil.

ROI =

2) ROE (Return On Equity)
ROE =

2. Melakukan analisis terhadap pengelolaan
unsur-unsur pengelolaan modal kerja yang
efektif dengan menggunakan analisis rasio
yaitu rasio likuiditas dan rasio aktivitas :
a) Rasio Likuiditas
1) NWC (Net Working Capital)
NWC = Aktiva Lancar - Hutang Lancar

2) CR (Current Ratio)
CR =

100%

3) QR (Quick Ratio)
QR =

4) Cash Ratio
Cash Ratio =

b) Rasio Aktivitas
1) Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Cash Turn Over =
2) Perputaran Modal Kerja (Working
Capital Turn Over)
Working Capital Turn Over

=

3. Mendiskripsikan dan menarik kesimpulan
terhadap hasil analisis yang telah dilakukan
untuk mengetahui keefektifan pengelolaan
modal kerja KPRI Universitas Brawijaya
Malang.
4. Membuat proyeksi keuangan KPRI Universitas
Brawijaya Malang tahun 2013, dengan
menggunakan rumus least square dalam
meramalkan pendapatan serta perhitungan
keuangan lainnya.
5. Analisis proyeksi laporan keuangan tahun
2013.

3. METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Teknik analisis data yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis terhadap profitabilitas
koperasi dengan menggunakan analisis rasio
profitabilitas :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Rasio Keuangan
Deskripsi data rasio keuangan yang erat
hubungannya dengan pengelolaan modal kerja
yang dilakukan dengan cara menganalisis Neraca
dan Laporan Sisa Hasil Usaha mulai tahun 2010
sampai tahun 2012.
4

Tabel 2 Perhitungan Return On Equity KPRI
Universitas Brawijaya Tahun 2010 – 2012

a) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Beberapa ukuran rasio profitabilitas yang
mencerminkan kemampuan menggunakan total
aktiva dan modal sendiri dalam opersional yaitu:
1. ROI (Return On Investment)
Return On Investment mengukur kemampuan
perusahaan secara keseluruhan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan jumlah
seluruh aktiva yang tersedia di dalam koperasi.
Return On Investment dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
ROI =

Kenaikan (+)/

Total Aktiva
(Rp)

ROI

2010

448.946.989

25.619.521.524

1,75 %

2011

492.551.761

32.606.106.986

1,51 %

0,24 % (-)

2012

559.904.632

41.727.063.023

1,34 %

0,16 % (-)

ROE

2010

448.946.989

6.170.492.125

7,28 %

2011

492.551.761

7.781.699.573

6,33 %

0,95 % (-)

2012

559.904.632

10.058.056.998

5,57 %

0,76 % (-)

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan
bahwa Return On Equity yang diperoleh cenderung
turun. Pada tahun 2010 tingkat Return On Equity
sebesar 7,28%, sedangkan tahun 2011 mengalami
penurunan sebesar 0,95% dan menjadi 6,33%.
Pada tahun 2012 juga mengalami penurunan
sebesar 0,76% sehingga menjadi 5,57%. Hasil
Return On Equity menunjukkan pengelolaan modal
sendiri belum efektif, meskipun laba bersih setelah
pajak dan modal sendiri mengalami peningkatan
tetapi Return On Equity yang diperoleh hanya
sebesar 5,57%. Koperasi perlu mengelola modal
kerja agar dapat memperoleh Return On Equity
sebesar 7,28% seperti tahun 2010.

Tabel 1 Perhitungan Return On Investment KPRI
Universitas Brawijaya Tahun 2010 - 2012
EAT
(Rp)

Tahun

Modal Sendiri
(Rp)

Sumber: Data Diolah

Return On Investment KPRI Universitas
Brawijaya disajikan dalam Tabel 1 sebagai
berikut:

Th

Kenaikan
(+)/
Penurunan
(-)

EAT
(Rp)

Penurunan (-)

b) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan
menggunakan aktiva lancar untuk membayar
hutang lancar. Beberapa ukuran rasio yang
mencerminkan kemampuan menggunakan aktiva
lancar untuk membayar hutang lancar yaitu:
1. NWC (Net Working Capital)
Net Working Capital merupakan selisih antara
current asset (aktiva lancar) dengan current
liabilities (hutang lancar) jumlah net working
capital yang semakin besar menunjukkan
tingkat likuiditas yang semakin tinggi pula. Net
Working Capital dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
NWC = Aktiva Lancar - Hutang Lancar
Net Working Capital
KPRI Universitas
Brawijaya disajikan dalam Tabel 3 sebagai
berikut:

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa Return On Investment yang diperoleh
cenderung turun. Pada tahun 2010 hanya
sebesar 1,75% sedangkan pada tahun 2011
mengalami penurunan sebesar 0,24%, menjadi
1,51%. Pada tahun 2012 mengalami penurunan
kembali sebesar 0,16%, menjadi 1,34%. Return
On Investment tahun 2012 sangat kecil sekali
menunjukkan pengelolaan total aktiva masih
belum efektif. Koperasi perlu meningkatkan
pengelolaan total aktiva secara lebih efektif agar
dapat memperoleh Return On Investment lebih
besar dari tahun 2010 sebesar 1,75%.
2. ROE (Return On Equity)
Return On Equity merupakan perbandingan dari
laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Secara lengkap Return On Equity merupakan
suatu pengukuran dari penghasilan yang
tersedia bagi koperasi atas modal yang
diinvestasikan di dalam koperasi tersebut.
Semakin tinggi tingkat Return On Equity berarti
semakin tinggi tingkat pendapatan yang
diperoleh koperasi. Return On Equity dapat
dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
ROE =
Return On Equity KPRI Universitas Brawijaya
disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 3 Perhitungan Net Working Capital KPRI
Universitas Brawijaya Tahun 2010 – 2012
Kenaikan (+)/

Tahun

Aktiva Lancar
(Rp)

Hutang Lancar
(Rp)

NWC
(Rp)

2010

24.151.427.518

12.435.917.650

11.715.509.868

2011

31.156.443.696

16.202.370.126

14.954.073.570

3.238.563.702 (+)

2012

40.205.414.021

19.583.818.604

20.621.595.417

5.667.521.847 (+)

Penurunan (-)

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 3 di atas Net Working
Capital pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2012 cenderung naik. Pada tahun 2010 sebesar Rp
11.715.509.868, sedangkan pada tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar Rp 3.238.563.702
5

menjadi Rp 14.954.073.570. Pada tahun 2012
masih mengalami kenaikan kembali sebesar
Rp 5.667.521.847 menjadi Rp 20.621.595.417.
Tabel 3 di atas menunjukkan tingkat likuiditas
KPRI Universitas Brawijaya sangat tinggi
disebabkan oleh naiknya aktiva lancar jauh lebih
besar dari naiknya hutang lancar. Perbandingan
Net Working Capital dari tahun ke tahun juga bisa
memberikan
gambaran
tentang
jalannya
operasional KPRI Universitas Brawijaya Malang.

kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan
aktiva yang lebih likuid. Quick Ratio dapat
dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut:
Quick Ratio =
Quick Ratio KPRI Universitas Brawijaya
disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5 Perhitungan Quick Ratio KPRI Universitas
Brawijaya Tahun 2010 – 2012
Tahun

2. CR (Current Ratio)
Current Rasio merupakan suatu pengukuran
berapa
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar utang lancar dengan aktiva lancar
yang tersedia. Current Rasio dapat dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
100%
Current Rasio =

Kenaikan (+)/

Hutang Lancar
(Rp)

CR

2010

24.151.427.518

12.435.917.650

194,20 %

2011

31.156.443.696

16.202.370.126

192,29 %

1,91 % (-)

2012

40.205.414.021

19.583.818.604

205,29 %

13,00 % (+)

Hutang Lancar
(Rp)

2010

24.151.427.518

764.590.590

12.435.917.650

2011

31.156.443.696

887.643.130

16.202.370.126

2012

40.205.414.021

1.145.641.078

19.583.818.604

QR

Kenaikan (+)/
Penurunan (-)

188,05
%
186,81
%
199,44
%

1,24 % (-)
12,63 % (+)

Berdasarkan tabel 5 di atas Quick Ratio pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2010 sebesar 188,05%
sedangkan tahun 2011 mengalami penurunan
sebesar 1,24% dan menjadi 186,81%. Pada tahun
2012 mengalami kenaikan kembali sebesar 12,63%
dan menjadi 199,44%. Quick Ratio pada KPRI
Universitas Brawijaya mencapai jauh di atas
standar umum sebesar 100%, maka hasil seperti ini
menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja
masih kurang efektif. Quick Ratio yang dicapai
KPRI Universitas Brawijaya ditinjau dari segi
likuiditas sangat baik, namun jika ditinjau dari segi
profitabilitas masih kurang baik.
Quick Ratio yang tinggi mencerminkan
kemampuan yang sangat besar dalam membayar
hutang lancar, namun banyak aktiva likuid yang
menganggur berarti mencerminkan kurang efektif
dan memperkecil tingkat profitabilitas yang
dicapai.

Tabel 4 Perhitungan Current Rasio KPRI Universitas
Brawijaya Tahun 2010 – 2012
Aktiva Lancar
(Rp)

Persediaan
(Rp)

Sumber: Data Diolah

Current Rasio KPRI Universitas Brawijaya
disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut:

Tahun

Aktiva Lancar
(Rp)

Penurunan (-)

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 4 di atas Current Rasio
pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
mengalami fluktuasi. Pedoman umum tingkat
Current Ratio 200% sudah dianggap baik. Pada
tahun 2010 sebesar 194,20%, sedangkan pada
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 1,91%
menjadi 192,29%. Pada tahun 2012 mengalami
kenaikan kembali sebesar 13,00% menjadi
205,29%. Pada tabel 4 di atas dapat dikategorikan
bahwa Current Rasio tahun 2010 sampai tahun
2011 masih belum baik karena nilai Current Rasio
berada di bawah standar 200%, yaitu menjadi
194,20% dan 192,29%. Pada tahun 2012 Current
Rasio mengalami kenaikan sebesar 13,00%
menjadi 205,29%, nilai tersebut dikatakan baik
karena nilai Current Rasio berada di atas standar,
yaitu 200%. Fluktuasi Current Rasio dari tahun
2010 sampai tahun 2012 disebabkan semakin
tingginya hutang lancar yang diiringi oleh
kenaikan aktiva lancar. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja
sudah lebih efisien dan sebaiknya mempertahankan
CR sekitar 200%.
1. QR (Quick Ratio)
Quick Ratio atau Acid-Test Ratio merupakan
suatu
pengukuran
untuk
menghitung
kemampuan perusahaan dalam membayar

2. Cash Ratio
Cash Ratio merupakan Rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan
modal yang tertanam dalam kas. Cash Ratio
dapat dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
Cash Ratio =
Cash Ratio KPRI Universitas Brawijaya
disajikan dalam Tabel 6 sebagai berikut:

6

Tabel 6 Perhitungan Cash Ratio KPRI Universitas
Brawijaya Tahun 2010 – 2012
Surat
Berharga

Kas
(Rp)

Th

(Rp)

Hutang
Lancar
(Rp)

Cash
Ratio

mengalami penurunan atau fluktuasi. Pada tahun
2007 sebesar 1,86 kali, sedangkan tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar 0,64 kali menjadi
2,50 kali. Pada tahun 2012 mengalami penurunan
kembali sebesar 0,56 kali menjadi 1,94 kali. Hasil
ini disebabkan berubahnya/ naik turunnya
(fluktuasi) kas dari tahun ke tahun diikuti dengan
berubahnya/ naik turunnya (flukuasi) penjualan
tiap tahun pada koperasi. Cash Turn Over yang
sangat kecil menunjukkan pengelolaan kas juga
masih belum efisien, koperasi perlu untuk
meningkatkan dalam mengelola dana yang
tertanam dalam kas. Jumlah kas yang tidak tetap
atau naik turun (fluktuasi) dan jumlahnya terlalu
besar jika ditinjau dari tingkat likuiditas memang
sangat baik, tetapi jika ditinjau dari profitabilitas
yang dicapai menjadi lebih kecil karena
menyebabkan banyak uang kas yang menganggur.
Manajemen koperasi perlu mengefektifkan
penggunaan kas sesuai dengan kebutuhan dan
selalu menjaga penggunaan kas sesuai dengan
kebutuhan dan jangan sampai terjadi kelebihan kas
maupun kekurangan kas ddalam operasionalnya
sehari-hari.

Kenaikan
(+)/
Penurunan
(-)

2010

24.151.427.518

1.200.000.000

12.435.917.650

203,85 %

2011

31.156.443.696

700.000.000

16.202.370.126

196,61 %

2012

40.205.414.021

1.100.000.000

19.583.818.604

210,91 %

7,24 % (-)
14,30 %
(+)

Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 6 di atas Cash Ratio pada
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2010 nilai Cash Ratio sebesar
203,85% sedangkan pada tahun 2011 mengalami
penurunan sebesar 7,24% dan menjadi 196,61%.
Pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar 14,30%,
Cash Ratio pada tahun 2012 menjadi 210,91%.
Setelah dilihat dari penjabaran tabel 6 di atas maka
dapat diambil kesimpulan dari terjadinya fluktuasi
tersebut,
bahwasannya
kemampuan
KPRI
Universitas Brawijaya dalam memenuhi kewajiban
hutang jangka pendek masih belum efisien.
Manajemen koperasi perlu meningkatkan
pengelolaan modal kerja yang lebih efektif agar
koperasi dapat menjaga tingkat likuiditas. Cash
Ratio merupakan tolak ukur dari perhitungan
modal dalam kas yang digunakan koperasi dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya.

2. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn
Over)

Working Capital Turn Over adalah kemampuan
modal kerja bersih berputar dalam satu periode
siklis kas perusahaan. Working Capital Turn
Over dapat dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut:

c) Rasio Aktivitas
Rasio
aktivitas
menunjukkan
kemampuan
menggunakan aktiva lancar dalam menjalankan
aktivitas operasional. Beberapa ukuran rasio
aktivitas
yang mencerminkan kemampuan
menggunakan aktiva lancar untuk operasional
yaitu:
1. Perputaran Kas (Cash Turn Over)
Cash Turn Over menunjukkan perputaran kas
dalam menghasilkan penjualan, semakin tinggi
tingkat perputaran kas berarti semakin efisien
mengelola kas. Cash Turn Over dapat dihitung
dengan menggunakan formula sebagai berikut:
Cash Turn Over =
Cash Turn Over KPRI Universitas Brawijaya
disajikan dalam Tabel 7 sebagai berikut:

Working Capital Turnover =

Working Capital Turn Over KPRI Universitas
Brawijaya disajikan dalam Tabel 8 sebagai
berikut:
Tabel 8 Perhitungan Working Capital Turn Over KPRI
Universitas Brawijaya Tahun 2010 – 2012

Kas
(Rp)

Cash
Turnover

2010

5.887.239.692

3.160.815.175

1,86 kali

2011

5.760.028.287

2.296.588.390

2,50 kali

0,64 kali (+)

2012

7.332.901.288

3.776.199.691

1,94 kali

0,56 kali (-)

Hutang
Lancar
(Rp)

2010

5.887.239.692

24.151.427.518

12.435.917.650

0,50 kali

2011

5.760.028.287

31.156.443.696

16.202.370.126

0,38 kali

0,12 kali (-)

2012

7.332.901.288

40.205.414.021

19.583.818.604

0,35 kali

0,03 kali (-)

Berdasarkan tabel 8 di atas Working Capital
Turn Over pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2012 cenderung turun. Pada tahun 2010 sebesar
0,50 kali, sedangkan tahun 2011 mengalami
penurunan sebesar 0,12 kali menjadi 0,38 kali.
Pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali
sebesar 0,03 kali menjadi 0,35 kali. Penurunan
Working Capital Turn Over berubahnya (fluktuasi)
dari
penjualan
bersih
disertai
dengan
meningkatnya aktiva lancar. Penurunan Working

Kenaikan (+)/

Penjualan
(Rp)

Aktiva
Lancar
(Rp)

Sumber: Data Diolah

Tabel 7 Perhitungan Cash Turn Over KPRI Universitas
Brawijaya Tahun 2010 – 2012
Tahun

Kenaikan
(+)/
Penurunan
(-)

Penjualan
(Rp)

WCTO

Tahun

Penurunan (-)

Sumber: Data Diolah
Berdasarkan tabel 7 di atas Cash Turn Over
pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terus
7

Capital Turn Over ini menunjukkan bahwa tingkat
perputaran modal kerja koperasi belum cukup
efektif sehingga pihak manajemen koperasi
hendaknya lebih meningkatkan pengelolaan modal
kerja agar dapat meningkatkan keuntungan
koperasi.

kekurangan persediaan. Kebijakan dari pihak
manajemen untuk menekan persediaan serendah
mungkin sangat sulit dilakukan, apalagi salah
satu unit usaha koperasi adalah perdagangan
yang membutuhkan stock barang yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Kebijakan ini cukup tepat untuk
mengalihkan dana yang tertanam dalam
persediaan itu ke jenis barang lain, sebab jenis
barang-barang
tersebut
sangat
diminati
konsumen dan memberikan pendapatan yang
besar bagi koperasi. Untuk barang yang banyak
diminatim oleh konsumen, pihak manajemen
dapat memperbesar persediaan atau menetapkan
safety stock yang lebih besar dibandingkan Janis
barang lain. Barang dagangan yang kurang
diminati konsumen pihak manjemen dapat
mengambil kebijakan mengurangi jumlah
persediaan atau bahkan menghapuskannya dari
total persediaan, karena semakin lambatnya
proses transaksi barang tersebut akan dianggap
tidak profitable agar tidak membebani koperasi.

4.2 Pembahasan
Upaya
Meningkatkan
Profitabilitas dan Menjaga Tingkat
likuiditas
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa tingkat ROI yang diperoleh sangat kecil/
menurun sedangkan berdasar pada tabel 2 di atas
tingkat ROE yang diperoleh pada tahun 2012 juga
sangat kecil/ menurun. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pengelolaan total aktiva belum efektif dan
efisien. Koperasi perlu sekali meningkatkan
pengelolaan aktiva khususnya pengelolaan aktiva
lancar atau modal kerja secara lebih efektif dan
efisien untuk meningkatkan profitabilitas dan
menjaga tingkat likuiditas melalui kebijakan
sebagai berikut:
a. Kebijakan Dalam Mengelola Kas
Kas merupakan unsur modal kerja yang paling
likuid, jumlah kas yang ada di dalam koperasi
tidak boleh melebihi standar ketentuan banyak
atau sedikitnya jumlah kas yang harus dimiliki
oleh koperasi, karena menyebabkan dana pada
koperasi tidak produktif. Kebijakan pengelolaan
kas KPRI Universitas Brawijaya dapat
ditempuh dengan menggunakan budget kas.
Manajemen koperasi perlu meningkatkan
pengelolaan kas yang lebih efisien agar jumlah
kas yang tersedia sesuai dengan kebutuhan yaitu
operasional sehari-hari tidak terganggu dan
mapu membayar berbagai hutang lancar tepat
pada waktunya.

d. Kebijakan Dalam Mengelola Rasio Likuiditas
Manajemen koperasi perlu untuk meningkatkan
pengelolaan modal kerja yang lebih efektif dan
efisien agar koperasi dapat meningkatkan
jumlah profitabilitas dan menjaga tingkat
likuiditas. Dalam hal ini pada tabel 5 yaitu
Quick Ratio yang sangat tinggi telah
menggambarkan kemampuan yang sangat besar
dalam membayar hutang lancar, namun banyak
aktiva likuid yang menganggur. Berarti
mencerminkan
kurang
efektifnya
dan
menyebabkan perolehan tingkat profitabilitas
yang dicapai menjadi sangat kecil.
e. Menerapkan Proyeksi laporan Keuangan untuk
Tahun Berikutnya
Setelah dikemukakan beberapa pemecahan
masalah di atas, maka untuk lebih memudahkan
melihat peningkatan profitabilitas, likuiditas,
aktivitas yang ada pada koperasi perlu
diterapkan perhitungan proyeksi keuangan
untuk tahun berikutnya.

b. Kebijakan Dalam Mengelola Piutang
Koperasi perlu memiliki manajemen piutang
yang baik, sehingga mempercepat tingkat
perputaran dan memperkecil collection periodnya. Karena adanya over investment dalam
piutang menandakan sebagian besar modal kerja
yang
tertanam
dalam
piutang
tidak
termanfaatkan secara baik, akibatnya efisiensi
dan efektivitas dari pengelolaan modal kerja
menurun
dan
kesempatan
memperoleh
keuntungan berkurang.

5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kebijakan penetapan modal kerja pada KPRI
Universitas Brawijaya Malang dikatakan belum
efektif, karena nilai yang dihasilkan mengalami
penurunan (Fluktuasi), hal ini dapat dilihat dari:
a. Tingkat
Likuiditas
koperasi
masih
mengalami penurunan meskipun berada
melebihi rata - rata standar umum dari

c. Kebijakan Dalam Persediaan
Tingkat perputaran persediaan yang tinggi
menunjukkan efektivitas dari pengelolaan
persediaan, namun tingkat perputaran yang
tinggi tersebut dapat menimbulkan risiko
8

bagi koperasi sesuai dengan pedoman Well
Finance bahwa jumlah kas yang optimal sebesar
5% - 10% dari total aktiva lancar. Hal ini
dimaksudkan
agar
nantinya
koperasi
mendapatkan Capital Gain atau dapat
dialokasikan pada aktiva tetap karena
memberikan gambaran penerimaan dan
pengeluaran aktiva bagi koperasi dapat
diketahui.
3. Perlu penetapan kebijakan manejemen dalam
mengelola
piutang
agar
perputarannya
meningkat dan jumlah piutang koperasi segera
terlunasi pada saat jatuh tempo dengan cara
memperketat kebijakan dalam pengumpulan
piutang dengan penagihan piutang yang tepat
pada waktunya. Memperketat pola penagihan
piutang juga harus hati – hati karena
memungkinkan konsumen justru akan merasa
keberatan tetapi apabila terlalu longgar dalam
penetapan piutang akan semakin banyak dana
yang tertanam dalam piutang.
4. Untuk mencapai perputaran persediaan yang
tinggi, koperasi perlu mengadakan perencanaan
persediaan secara labih efektif dan efisien.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan
akan memperkecil kemungkinan kerugian
akibat fluktuasi harga, selera konsumen, dan
menghemat biaya penyimpanan/ pemeliharaan
persediaan.
5. Estimasi laporan keuangan tahun berikutnya
perlu dibuat agar koperasi tepat dalam membuat
dan menjalankan kebijakan maupun koperasi
memiliki gambaran kebutuhan dana yang
diperlukan.

perusahaan yaitu 200%, terutama pada Cash
Ratio yang masih mengalami penurunan dan
belum memenuhi standar minimum yang
biasa digunakan, maka tingkat likuiditas
masih harus dan perlu untuk ditingkatkan
lagi.
b. Pada rasio aktivitas dari tahun ke tahun
nilainya mengalami naik turun, sehingga
perputaran piutangnya menjadi semakin
melambat dari putaran tahun ke tahun. Hal
ini menunjukkan bahwa kebijakan kredit
yang ditetapkan koperasi belum efektif.
c. Kondisi rasio profitabilitas koperasi pada
tahun 2010 sampai tahun 2012 secara umum
mengalami penurunan, hal ini menunjukkan
bahwa turunnya efektifitas penggunaan
aktiva dalam menghasilkan laba. Return On
Equity pada tahun 2010 sebesar 7,28%,
sedangkan tahun 2011 sebesar 6,33%, dan
tahun 2012 sebesar 5,57%. Return On Equity
terus menurun menunjukkan pengelolaan
modal sendiri belum efektif. Return On
Equity yang diperoleh hanya sebesar 5,57%
koperasi perlu mengelola modal sendiri
secara efektif dan efisien agar dapat
memperoleh Return On Equity pada tahun
2013 sama besar seperti tahun 2010 sebesar
7,28%.
2. Setelah dilakukan upaya - upaya pengefektifan
penetapan modal kerja pada KPRI Universitas
Brawijaya Malang, sesuai dengan teori yang
dipakai
maka
hasilnya
adalah
dapat
meningkatkan profitabilitas dan menjaga tingkat
likuiditas, dapat dilihat dari:
a. Tingkat
Profitabilitas
pada
koperasi
mengalami peningkatan kembali yang cukup
berarti setelah diadakan analisis untuk tahun
yang diproyeksikan.
b. Tingkat Aktivitas mengalami kenaikan
terutama pada Working Capital Turn Over.
3. Tingkat Likuiditas masih mengalami penurunan
meskipun masih di atas
rata–rata standar
umum perusahaan, hal ini menunjukkan tingkat
kemampuan koperasi dalam melunasi kewajiban
jangka pendek masih dianggap lemah.

DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, M. Benny. 2009. Manajemen Keuangan
Bisnis. Bandung: ALFABETA.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting.
Yogyakarta: BPFE.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Halsey, Robert F. K. R. Subrayaman, dan John J.
Wild. 2005. Analisa Laporan Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, M. Mamduh. 2004. Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: BPFE.
Indriantoro, B. Supomo. 2009. Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Manullang, M. 2005. Pengantar Manajemen
Keuangan. Yogyakarta: Ardi.

5.2 Saran
1. Dalam melaksanakan suatu aktivitas usaha,
koperasi hendaknya menetapkan modal
kerjanya secara efektif dan menekan biaya yang
timbul sehingga dapat meningkatkan tingkat
profitabilitas yang diperoleh oleh koperasi.
2. Penting bagi koperasi untuk mengefektifkan
jumlah kas, agar pihak menajemen koperasi
menyusun bubget kas yang benar – benar tepat
9

Martono dan Hardjito, A. 2003. Manajemen
Keuangan I. edisi 5. Jakarta: Lintas Media.
Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi
Keempat.
Cetakan
Kelima
Belas.
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Rianse, dan Abdi. 2008. Metodologi Penelitian
Sosial dan Ekonomi. Bandung: Alfabeta.
Riyanto,
Bambang.
2001.
Dasar-dasar
Pembelajaran Perusahaan, Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan
dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Gramedia.
Sugiono, Arif dan Edy Untung. 2008. Panduan
Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyarso, G. dan F. Winarni. 2005. Manajemen
Keuangan Perusahaan Laporan Keuangan
Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal,
Serta Pengukuran Kinerja Perusahaan.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Sumarsono, Sonny. 2003. Manajemen Koperasi
Teori dan Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syamsuddin,
Lukman.
2009.
Manajemen
Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi
Dalam : Perencanaan, Pengawasan, dan
Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.

10