SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA KARMON ABSTRAK - SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA DIALEK GU- MAWASANGKA

SISTEM DERIVASIONAL BAHASA MUNA
DIALEK GU- MAWASANGKA

KARMON
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa proses pembentukan kata
dalam suatu bahasa yang dilakukan dengan afiksasi dapat mengubah identitas leksikal
kata sekaligus dapat mengubah kategori kata. Akan tetapi, sampai saat ini belum ada
peneliti yang khususnya membicarakan masalah afiks yang mengubah identitas sekaligus
mengubah kategori kata. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengubah maslah”
sistem derivasional bahasa Muna dialek Gu- Mawasangka”
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem derivasional bahasa Muna
dialek Gu- Mawasangka; mendistribusikan afiks-afiks yang berperan sebagai pembentuk
nomina dan verba; mendistribusikan kontruksi afiks derivatif dalam bahasa Muna dialek
Gu-Mawasangka. Pendekatan dan teori yang digunakan teori struktural yang
mendekatkan struktur bahasa. Data utama penelitian ini bersumber dari bahasa lisan
sedangkan data tambahan bersumber dari tulis. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan metode cakap dan simak dengan teknik rekam dan catat. Selain kedua
teknik ini dipergunakan juga dengan instrospeksi dan elisitasi. Afiks-afiks pembentuk
verba dari nomina dalam bahasa Muna dialek Gu-Mawasangkaterdiri dari beberapa
prefiksasiyang meliputi ne-, me-, po-, fe-, noci-, ; sufiksasi yang meliputi –i, -e ;

konfiksasi meliputi fe-...-e, foko-...-e, afiks-afiks pembentuk verba dari dasar adjektiva
terdiri atas prefiksasi yang meliputi pakha-, feka-, dan prefiksasi meliputi ka(N)-, manso-,
kafo-, dan konfiksasi yang meliputi kao-...a.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa yang mempunyai latar belakang
sosiokultural yang berbeda-beda. Salah satu keragaman budaya yang dimaksud adalah
keragaman bahasa, yang kemudian kita kenal sebagai bahasa daerah. Bahasa daerah
merupakan salah satu warisan nasional yang harus dipelihara, dibina dan dikembangkan
agar nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tetap hidup dan tumbuh ditengahtengah masyarakat Indonesia.
Bahasa daerah menjadi identitas daerah atau alat komunikasi dalam masyarakat di
daerah dan menjadi salah satu identitas nasional. Fungsi bahasa daerah sebagaimana yang
dikemukakan dalam Politik Bahasa Nasional dan kebijakan bahasa nasional adalah
sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, alat komunikasi di
lingkungan keluarga dan masyarakat daerah, sebagai sarana pendukung budaya daerah
dan bahasa Indonesia, dan sebagai pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia. Bahasa
daerah dengan kekhasannyamasing-masing mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan
daerah yang bersangkutan. Eksistensi berbagai bentuk dan corak ragam yang terdapat
pada bahasa daerah dari seluruh wilayah tanah air membuktikan kekayaan budaya
nasional.

Seperti halnya bahasa daerah lainya, bahasa Muna mempunyai sejumlah potensi
kebahasaan yang cukup memadai untuk kajian linguistik yang tersebar dari berbagai
aspek kebahasaan yang ada dalam bahasa Muna. Aspek kebahasaan yang dimaksud

ix

dalam penelitian ini adalah aspek kebahasaan yang mencangkup gejala morfologis,
fonologis, sintaksis, semantik dan gejala tindak tutur (pragmatik).
Dari kelima gejala kebahasaan tersebut di atas, yang menarik bagi penelitian untuk
dikaji adalah gejala morfologis yang berupa sistem derivasional bahasa Muna. Hal ini
penulis lakukan karena masalah derivasional merupakan gejala-gejala kebahasaan yang
umum dalam bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Sistem derivasional dalam bahasa Muna
ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Menindak lanjut hasil penelitian yang ada, perlu adanya penelitian dalam aspek
yang lain agar dapat memberi masukan yang cukup berharga bagi perkembangan bahasa
daerah di Sulawesi Tenggara khususnya BMDM. Salah satu penelitian yang nampaknya
belum diteliti sistem derivasional BMDM. Olehnya itu peneliti terdorong untuk
mengangkat judul “Sistem Derivasional BMDM”.
Derivasional adalah perubahan dari kelas kata yang satu ke kelas kata yang lain.
Kata kunci dari defenisi ini adalah perubahan kelas kata. Perubahan kelas kata tersebut

karena adanya afiksasi, pemajemukan, dan reduplikasi. Sebagai contoh, verba makan
berubah menjadi nomina makanan (afiksasi), verba tumbuh berubah menjadi nomina
tumbuh-tumbuhan (reduplikasi), dan verba makan menjadi nomina meja makan
(pemajemukan).
Sistem derivasional yang dimaksud adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pembentukan kata BMDM. Hal itu dilakukan karena dengan pertimbangan bahwa data
proses sistem derivasional BMDM dinilai sangat produktif, khususnya dalam pergaulan
antar warga sehari-hari. Sistem derivasional dalam bahasa BMDM dapat berupa sistem
derivasional.
1) Me- + helem ‘helem’ (N)
mehelem ‘memekai helem’ (V)
2) Ka(N)- + cisa ‘tanam’ (V)
kancisa ‘tanaman’ (V)
3) Ne+ tambu ‘timba’ (N)
netambu ‘menimba’ (V)
Afiks yang melekat pada bentuk dasar seperti tampak pada contoh di atas
merupakan afiks derivasional karena masing-masing afiks itu dapat mengubah kelas kata.
Afiks /me-/ yang melekat pada bentuk dasar helem‘helem’ yang berkelas nomina
berubah menjadi mehelem ‘memakai helem’ yang berkelas verba. Afiks /ka(N)-/ yang
melekat pada bentuk dasar cisa ‘tanam’ yang berkelas verba berubaha menjadi kancisa

‘tanaman’ yang berkelas nomina. Demikian juga afiks /ne-/ yang melekat pada bentuk
dasar tambu ‘timba’ yang berkelas nomina berubah menjadi netambu ‘menimba’ yang
berkelas verba. Dengan demikian berarti afiks-afiks tersebut dikategorikan sebagai afiks
derivatif karena dapat mengubah identitas leksikal kata sekaligus kategorinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah bagaimana sistem derivasional Bahasa Muna Dialek Mawasangka.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sistem derivasional Bahasa
Muna Dialek Mawasangka.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dokumentasi data kebahasaan Bahasa Muna Dialek Mawasangka.
2. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
acuan bagi penelitian yang relevan.
KAJIAN TEORI
Pengertian Morfem
ix


Kridalaksana (dalam Agusdarma, dkk. 2009: 3) memberikan definisi bahawa
morfem adalah “satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak
dapat dibagi atas bagian bermaknayang lebih.”O’Grady dan Dobrovlsky (dalam
Ba’dulu,2005:6-7) mengemukakan bahwa morfem adalah satuan-satuan bahasa terkecil
yang bermakna dan bersifat arbitrer,yang berarti hubungan bunyi dari suatu morfem
dengan maknanya sama sekali bersifat konvensional,bukan berakar pada objek yang
diwakilinya.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa semua
definisi sebenarnya memiliki kesamaan. Morfem didefinisikan sebagai satuan atau unit
bahasa terkecil yang memiliki makna yang tidak dapat dipilah lagi atau satuan terkecil
dari bahasa yang memiliki makna tertentu.
Beberapa kriteria morfem yang dikemukakan oleh Stageberg (dalam Sukmawati,
dkk., 1988: 52) sebagai berikut.
1. Morfem merupakan kata atau bagian kata yang memiliki makna.
2. Morfem tidak dapat dipilah atau diurai lagi menjadi bagian-bagian kecil yang
bermakna
3. Morfem terjadi dalam lingkungan kata kerja yang berbeda dengan makna yang
relatif stabil.
Morfem terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan
bentuk yang independen atau tidak terikat dan umumnya adalah kata yang memiliki

makna. Sedangkan morfem terikat adalah bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri dan
hanya memiliki makna jika dilekatkan kepada morfem bebas, umumnya dikenal dengan
nama afiks.
Afiksasi
Afiks adalah morfem terikat yang harus dilekatkan pada morfem yang lain untuk
membentuk kata sehingga dapat difungsikan untuk berkomunikasi (Pateda, 2009: 42).
Sedangkan menurut Chaer (2008: 23) afiks adalah morfem yang tidak dapat menjadi
dasar dalam pembentukan kata, tetapi hanya menjadi unsur pembentuk dalam proses
afiksasi.
Selanjutnya Badudu (1982: 66) membagi morfem menjadi dua macam yaitu
morfem bebas dan morfem terikat. Morfem yang dapat berdiri sendiri disebut morfem
bebas, sedangkan morfem seperti me- dan -kan disebut morfem terikat. Semua imbuhan
dalam bahasa Indonesia (awalan, sisipan, akhiran) adalah morfem terikat. Dari definisi di
atas, maka dapat dikatakan bahwa afiks merupakan morfem terikat yang tidak dapat
berdiri sendiri. Imbuhan atau afiks tidak dapat berdiri sendiri, dan agar afiks tersebut
dapat difungsikan maka harus dilekatkan pada kata dasar, karena afiks tidak dapat
menjadi dasar dalam pembentukan kata. Yasin (dalam Sukmawati, dkk., 1988: 52)
mengemukakan bahwa afiks adalah bentuk linguistik yang keberadaannya hanya untuk
melekatkan diri pada bentuk-bentuk lain sehingga mampu menimbulkan makna (baru)
terhadap bentuk-bentuk yang dilekatinya tadi. Bentuk-bentuk yang dilekatinya bisa terdiri

atas pokok kata, kata dasar, atau bentuk kompleks, yang perlu dicatat dalam pembentukan
kata kompleks dalam bahasa Indonesia adalah bahwa afiks-afiks itu membentuk satu
sistem, sehingga kejadian kata dalam bahasa Indonesia merupakan rangkaian proses yang
berkaitan (Kridalaksana, 2007: 28).
Derivasi
Derivasi merupakan proses morfemik yang mengubah kata dasar dari unsur leksikal
tertentu ke unsur leksikal yang lain. Derivasional merupakan konstruksi yang berbeda
distribusinya dari dasarnya Samsuri (dalam putrayasa, 2010: 42) . Pakar lain mengatakan
bahwa derivasional adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan
terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan bahwa bentukan tersebut

ix

berubah kelas katanya dari kata dasarnya Suparman, Clark, (dalam putrayasa, 2010: 42)
mengatakan derivasi mendaftarkan berbagai proses pembentukan kata-kata baru dari
kata-kata yang sudah ada ( atau akar,asal ), adjektiva dari nomina, nomina dari verba,
adjektiva dari verba, dan sebagainya. Afiks-afiks yang dapat membentuk derivasional
antara lain: ke-an dalam kebaikan, per-an dalam pertunjukan, pe-an dalam penurunan.
Kemudian Parera (2002: 15) mengatakan bahwa derivasi adalah konstruksi paradigmatis
yang berbeda distribusinya dengan dasarnya atau adanya morfem terikat terhadap bentuk

dasarnya yang menyebabkan perubahan kelas kata.
Verhar (1986: 100) menjelaskan bahwa tidak ada kata (sebagai unsur leksikal) yang
termasuk lebih dari pada satu kategori, jadi jika dalam proses derivasi kita pindah
kategori, pasti pindah identitas pula. Sebaliknya, tidak semua perpindahan identitas kata
mengakibatkan perpindahan kategori.
Pikiran verhar mengenai derivasi di atas mempunyai orientasi yang sama dengan
pikiran (Ba’dulu, dkk. 1985: 52).bahwa:
Derivasi adalah proses morfemis yang merubah identitas leksikal sebuah kata
yang mengalami proses tersebut. Proses morfemis yang mengubah identitas
leksikal sebuah kata ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) derivasi
berupa proses morfemis yang mengubah identitas di sertai perubahan status
kategorial, (2) derivasi berupa proses morfemis yang merubah identitas
leksikal tanpa di sertai perubahan status kategorial.
Jenis-Jenis Afiks
Perubahan bentuk kata makan menjadi makanan, malas menjadi pemalas, sepeda
menjad bersepeda merupakan proses perubahan identitas leksikal sekaligus kategorial.
Perubahan bentuk seperti ini banyak dijumpai dalam bahasa Muna. Seperti cisa ’tanam’
menjadi kancisa ‘tanaman’, wamba ‘bicara’ menjadi kowamba ‘berbicara’, lanco
‘apung’ menjadi kofalanco ‘pengapung’. Sebaliknya perubahan bentuk tulis menjadi
menulis, bawa menjadi membawa, lempar menjadi melempar yang berubah hanyalah

identitas leksikalnya, sedangkan status kategorinya tidak berubah (tetap).
Berdasarkan proses morfemis yang pertama, dikenal jenis derivasi (1) denominal,
(2) deverbal, (3) deajektiva, (4) deadverbial (Cook dalam Baharudin, Dkk. 2000: 99-101)
Denominal
Derivasi denominal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan
kategori kata dari kata kelas nomina menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar
perubahan itu. Dalam bahasa Muna derivasi denominal dapat berubah menjadi kata kelas
verba. Kata kelas verba tersebut adalah hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian
kategori dan identitas kategori dan identitas leksikal berbeda dari kata kelas nomina yang
menjadi dasar perubahan itu.
Deverbal
Derivasi deverbal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan
kategori kata dari kata kelas verba menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar perubahan
kata itu. BMDM derivasi deverbal dapat berubah menjadi menjadi kata kelas nomina.
Kata kelas nomina tersebut adalah hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian
kategori dan identitas leksikal berbeda dari kata kelas verba yang menjadi dasar
perubahan itu.

ix


Deadjektival
Derivasi deadjektival merupakan perubahan identitas leksikal di sertai perubahan
kategori kata dari kata kelas adjektival menjadi kelas kata lain yang merupakan
perubahan kata itu. Dalam BMDM derivasi adjektival dapat berubah menjadi kelas kata
nomina dan kelas kata verbal. Kata kelas nomina dan kata kelas kata verba tersebut
adalah hasil proses derivasi yang berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal
berbeda dari kelas jkata adjektiva yang menjadi dasar perubahan itu.
Deadverbial
Derivasi deadverbial merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan
kategori kata dari kata kelas adverbial menjadi kelas kata lain yang menjadi dasar
perubahan itu. Dalam BMDM derivasi deadverbial ini tidak ditemukan sehingga tidak
ada pembahasan dalam penelitian ini.
Konstruksi Derivasi
Derivasi sebagai suatu konstruksi secara potensial yang berisi dua atau lebih
tagmen, yaitu dasar atau asal serta afiks derivasi. Pada proses derivasi yang pertama,
kedua slot bersifat wajib dan derivasinya mencangkup denominal, deverbal, dan
deadjektiva. Sebaliknya, pada proses derivasi yang kedua karena kategori leksikalnya
tidak berubah maka alat yang tersisi afiks derivasi bersifat mana suka (Baharudin, Dkk.
2000: 35-38).
Uraian diatas jika diformulasikan pola konstruksinya adalah sebagai berikut ini.

Bentuk =
bentuk
+
afiks
Derivasi
dasar
derivasi
(prefiks)

(Infiks)
(Sufiks)
(konfiks)
Matriks di atas menggambarkan bahwa kata-kata derivatif itu dapat dibentuk dari
perpaduan bentuk dasar dalam kategori tertentu dengan afiks derivasi yang terdapat
dalam BMDM.
Berdasarkan pola konstruksi tersebut di atas, pola-pola pembentukan derivasi
dalam BMDM dapat dilihat pada contoh berikut ini:
beha (V)
‘potong’
kabeha (N)
‘memotong’
tobo (V)
‘tikam’
metobo (V)
‘menikam
siramu (V)
‘siram’
fesiramu(V)
‘tempat tidur’
ghato (N)
‘atap’
fegghato (V)
‘memasang atap’
Temba (N)
‘senjata’
Potemba (V)
‘saling menembak’
Afiks Formator Derivasional
La Ino (2013: 48-49) Mengatakan afiks formator adalah afiks-afiks yang
membentuk kata, yaitu afiks-afiks pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata.
Afiks-afiks formator derivasional antara lain :

ix

1) meN- digabungkan dengan kata benda
Misalnya :
• me(N)- + gunting = menggunting (kata kerja)
• me(N)- + sapu = menyapu (kata kerja)
• me(N)- + gambar = menggambar (kata kerja)
• me(N)- + sampul = menyampul ( kata kerja )
• me(N)- + lem = mengelem (kata kerja)
• me(N)- + bor = mengebor (kata kerja)
2. Ber- digabungkan dengan kata benda
Misalnya:
• ber- + sepeda = bersepeda (kata kerja)
• ber- + kebun = berkebun (kata kerja)
• ber- + sampah = bersampah (kata kerja)
• ber- + sepatu = bersepatu (kata kerja)
• ber- + jalan = berjalan
(kata kerja)
3. Per-digabungkan dengan kata sifat
Misalnya :
• per- + panjang = perpanjang (kata kerja)
• per- + lebar = perlebar (kata kerja)
• per- + tinggi = pertinggi (kata kerja)
• per- + besar = perbesar (kata kerja)
• per- + sulit = persulit (kata kerja)
4. Pen- digabungkan dengan :
a. Kata kerja
Misalnya :
• pen- + jilat = penjilat ( kata benda )
• pen- + lari = pelari ( kata benda )
• pen- + tembak = penembak ( kata benda )
• pen- + pukul = pemukul ( kata benda )
• pen- + tunjuk = penunjuk ( kata benda )
b. Kata sifat
Misalnya :
• pen- + nikmat = penikmat ( kata benda )
• pen- + marah = pemarah ( kata benda )
• pen- + ramah = peramah ( kata benda )
• pen- + murah = pemurah ( kata benda )
• pen- + besar = pembesar ( kata benda )
5. Ke- digabungkan dengan
Misalnya : ke - + tua = ketua
6. – i digabungkan dengan kata sifat
Misalnya :
• sayang + -i = sayangi ( kata kerja )
• kasih + -i = kasihi ( kata kerja )
• sakit + -i = sakiti ( kata kerja )
7. -Kan digabung dengan :
a. kata benda
Misalnya :
• gunting + -kan = guntingkan (kata kerja )

ix

• lem + -kan = lemkan ( kata kerja )
• bor + -kan = borkan ( kata kerja )
• jauh + -kan = jauhkan ( kata kerja )
• putih + -kan = putihkan ( kata kerja )
• besar + -kan = besarkan ( kata kerja )
• lebar + -kan = lebarkan ( kata kerja )
8. -An digabungkan dengan kata kerja
Misalnya :
• makan + -an = makanan ( kata benda )
• minum + -an = minuman ( kata benda )
• tulis + -an = tulisan
( kata benda )
• tembak + -an = tembakan ( kata benda )
• tendang + -an = tendangan ( kata benda )
Afiks Majemuk Derivasional
La Ino (2013: 48-49) Mengatakan afiks majemuk derivasional adalah konfiks
maupun imbuhan gabung yang membentuk kelas kata, yaitu konfiks maupun imbuhan
gabungan pembentuk kelas kata yang sifatnya mengubah kelas kata. Berikut adalah
beberapa contoh majemuk derivasional.
1. Ke-an digabungkan dengan kata sifat
Misalnya:
• putih + ke –an = keputihan ( kata benda )
• jujur + ke –an = kejujuran ( kata benda )
• baik + ke –an = kebaikan ( kata benda )
• damai + ke –an
= kedamaian ( kata benda )
• sukses + ke –an = kesuksesan ( kata benda )
2. Per-an digabungkan dengan
a. kata kerja
Misalnya :
• tunjuk + per-an
= pertunjukan ( kata benda )
• kerja + per-an
= pekerjaan ( kata benda )
• sentuh + per-an +persentuhan ( kata benda )
• mandi + per-an
+permandian ( kata benda )
b. kata sifat
Misalnya :
• panjang + per-an = perpanjangan ( kata benda )
• damai + per-an = perdamaian ( kata benda )
• baik + per-an = perbaikan ( kata benda )
• sama + per-an =persamaan ( kata benda )
3. Pen-an digabungkan dengan
a. kata kerja
Misalnya :
• turun + pen-an =penurunan ( kata benda )
• arik + pen-an = penarikan ( kata benda )
• tunjuk + pen-an = penunjukan ( kata benda )
• tembak + pen-an =penembakan ( kata benda )
• angkut + pen-an = pengangkutan ( kata benda )
b. kata sifat
Misalnya :

ix

• bulat
+ pen-an = bulat ( kata benda )
• pendek
+ pen-an = pemendekan ( kata benda )
• putih
+ pen-an = pemutihan ( kata benda )
• hijau
+ pen-an = penghijauan ( kata benda )
4. Men-kan digabungkan dengan
a. kata benda
Misalnya :
• Buku
+ men-kan = membukukan ( kata kerja )
• meja hijau + men-kan =memejahijaukan ( kata benda )
• gambar
+ men-kan = menggambarkan ( kata kerja )
• sampul
+ men-kan = menyampulkan ( kata kerja )
b. kata sifat
Misalnya :
• panjang + men-kan = memanjangkan ( kata kerja )
• tinggi
+ men-kan = meninggikan ( kata kerja )
• bulat
+ men-kan = membulatkan ( kata kerja )
• putih
+ men-kan = memutihkan ( kata kerja )
• dekat
+ men-kan = mendekatkan ( kata kerja )
c. kata bilangan
Misalnya :
• susu + men-kan = menyatuhkan ( kata kerja )
• dua + men-kan = menduakan ( kata kerja )
5. Men-i digabungkan dengan
Misalnya :
a. kata benda
Misalnya :
• Bulu
+ men-i = membului ( kata kerja )
• kulit
+ men-i = menguliti ( kata kerja )
• sampul
+ men-i = menyampuli ( kata kerja )
• sikat
+ men-i = menyikati ( kata kerja )
• surat
+ men-i = menyurati ( kata kerja )
b. kata sifat
Misalnya :
• dekat
+ men-i = mendekati ( kata kerja )
• jauh
+ men-i = menjauhi ( kata kerja )
• kagum
+ men-i = mengagumi ( kata kerja)
• marah
+ men-i = memarahi ( kata kerja )
c. Kata keterangan
Misalnya :
• sudah + men-i = menyudahi ( kata kerja )
6. Memper- digabungkan dengan
a. kata benda
Misalnya :
• memper - + budak = memperbudak ( kata kerja )
• memper - + istri = memperistri ( kata kerja )
b. kata benda
Misalnya :
• memper - + indah = memperindah ( kata kerja )
• memper - + cantik = mempercantik ( kata kerja )
ix

• memper - + mudah = mempermudah ( kata kerja )
• memper - + besar = memperbesar ( kata kerja )
• memper - + kecil = memperkecil (kata kerja )
7. -Memper – kan digabungkan dengan kata sifat
Misalnya :
• banyak - + memper – kan = memperbanyakan ( kata kerja )
8. Memper – i digabungkan dengan kata sifat
Misalnya :
• baik + memper – i = memperbaiki ( kata kerja )
9. ter – kan digabungkan dengan :
a. kata kerja
misalnya :
• gambar + ter – kan = tergambarkan
• ludah + ter – kan = terludahkan
• pasar + ter – kan = terpasarkan
• darat + ter – kan = terdaratkan
b. kata sifat
Misalnya :
• lupa + ter – kan = terlupakan
• jinak + ter – kan = terjinakan
• sesal + ter – kan = tersesalkan
• takluk + ter – kan = tertaklukan
• roboh + ter – kan = terobohkan
10. Ter-i digabungkan dengan :
a. kata benda
Misalnya :
• gambar + ter – i = tergambari
• ludah + ter – i = terludahi
• air + ter – i = terairi
b. kata sifat
Misalnya :
• dekat + ter – i = terdekati
• sakit + ter – i = tertsakiti
11. Ber – kan digabungkan dengan kata benda
Misalnya :
• senjata + ber – kan = bersenjatakan
• sampul + ber – kan = bersampulkan
• dasar + ber – kan = berdasarkan
• suami + ber – kan = bersuamikan
• istri + ber – kan = beristrikan
12. Di – kan digabungkan dengan :
a. kata benda
Misalnya :
• gambar + di – kan = digambarkan
• ludah + di – kan = diludahkan
• darat + di – kan = didaratkan
• sekolah + di – kan = disekolahkan
• pasar + di – kan = dipasarkan
b. kata sifat
ix

Misalnya :
• hilang + di – kan = dihilangkan
• roboh + di – kan = dirobohkan
• lebar + di – kan = dilebarkan
• rendah + di – kan = direndahkan

luas + di – kan = diluaskan
13. Di – i digabungkan dengan :
a. kata benda
Misalnya :
• hadiah + di – i = dihadiahi
• air + di – i = diairi
• gambar + di – i = digambari
• ludah + di – i = diludahi
• pagar + di – i = dipagari
b. kata sifat
Misalnya :
• habis + di – i = dihabisi
• dalam + di – i = didalami
• jauh + di – i = dijauhi
• dekat + di – i = didekati
• senang + di – i = disenangi
Reduplikasi
Muslich (2009: 48) mengatakan proses reduplikasi ialah pembentukan kata dengan
mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, berkombinasi dengan
pembubuhan afiks, dengan variasi fonem maupun tidak. Lebih lanjut,
bentuk reduplikasi menjadi empat, reduplikasi seluruh, sebagian, berkombinasi dengan
afiks dan perubahan fonem. Berikut akan dipaparkan keempat bentuk tersebut.
1. Reduplikasi Seluruh, ialah pengulangan secara menyeluruh sesuai dengan bentuk
dasar. Contoh: sepeda menjadi sepeda-sepeda, buku menjadi buku-buku, kebaikan
menjadi kebaikan-kebaikan.
2. Reduplikasi Sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Contoh
bentuk tunggalnya, yaitu lelaki dan tetamu yang dibentuk dari bentuk dasar laki dan
tamu. Contoh bentuk kompleksnya yaitu mengambil-ngambil dari bentuk dasar
mengambil, ditarik-tarik dari bentuk dasar ditarik, berkata-kata dari bentuk dasar
berkata, dan terbatuk-batuk dari bentuk dasar terbatuk.
3. Reduplikasi berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, ialah pengulangan
bentuk dasar yang dilekatkan pada afiks. Misalnya reduplikasi yang dilekatkan pada
afiks an, ke-an, dan se-nya. Contoh: kereta-keretaan, kekuning-kuningan, dan
selincah-lincahnya.
4. Reduplikasi dengan perubahan fonem, ialah pengulangan yang diikuti dengan
perubahan fonem atau bunyi. Reduplikasi perubahan fonem terbagi dua, yaitu
perubahan fonem vokal dan konsonan. Reduplikasi dengan perubahan fonem vokal,
yaitu bolak-balik dari bentuk dasar balik dan gerak-gerik dari bentuk dasar gerak.
Sedangkan perubahan fonem konsonan, yaitu lauk-pauk dari bentuk dasar lauk dan
sayur-mayur dari bentuk dasar sayur.
Pemajemukan

ix

Menurut Kridalaksana (2007: 104-105) yang dimaksud dengan perpaduan atau
pemajemukan atau komposisi adalah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang
membentuk kata. Output proses itu disebut paduan leksem atau kompositum yang
menjadi calon kata majemuk. Kemudian, Chaer (2007: 108) memperluas lagi konsep
pengertian komposisi. Komposisi adalah hasil penggabungan morfem dasar dengan
morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah kontruksi
yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Misalnya lalulintas,
dayajuang dan rumahsakit.
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
Jenis dan Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) dalam hal ini
peneliti langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data secara objektif sesuai
dengan masalah yang diteliti.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif.Metode ini merupakan penggambaran atau menyajikan data berdasarkan
kenyataan-kenyataan secara objektif,sistematisdan akurat mengenai data,sifat-sifat serta
hubungannya dengan masalah penelitian.
Metode ini bertujuan membuat deskriptif sesuai dengan kenyataan atau keadaan
data secara alamiah,sehingga data yang ada berdasarkan fenomena dan fakta yang
memang sesuai dengan kenyataan pada penuturnya.
Data dan Sumber Data
Data
Dalam penelitian ini adalah data lisan yang berupa tuturan-tuturan yang bersumber
dari penutur asli BMDM.
Data yang digunakan adalah data yang sesuai dengan objek penelitian.Upaya
penyedian data ini dilakukan semata-mata untuk penelitian analisis.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang merupakan penutur asli
BMDM yang mendiami Kabupaten Buton Tengah, Kecamatan Mawasangka Desa Banga.
Masyarakat yang dijadikan informan yang ditetapkan yaitu:
1. Informan penutup asli BMDM dan berdomisili di lokasi peneliti.
2. Informan sudah dewasa (18-60 tahun).
3. Informan tidak terlalu lama meninggalkan tempat asalnya.
4. Informan bersedia diwawancarai dan mempunyai waktu yang cukup.
5. Memiliki waktu yang cukup untuk memberikan data kebahasaan (Marafad,2008 : 18 ).
Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini tergolong metode penelitian lapangan, sehingga dalam pengumpulan
data dari penelitian ini,Peneliti langsung ke lokasi penelitian. Untuk mengumpulkan data
dari penelitian ini, peneliti menggunakan metode simak yaitu metode yang digunakan

ix

peneliti untuk memperoleh data dengan cara menyimak setiap penutur sumber informasi
dalam BMDM...
Teknik Analisis Data
Tahap menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
yang sesuai agar data yang dianalisis kebenarannya dapat teruji dan valid. Analisis data
adalah kegiatan menguraikan, menjabarkan, menyelidiki, memecahkan atau menganalisis
permasalahan dalam hal ini data penelitian yang telah dikumpulkan dengan menggunakan
metode dan teknik tertentu serta berlandaskan pada teori yang sesuai.
Metode yang digunakan dalam penelitian untuk memberikan gambaran yang lengkap
mengenai sistem derivasional dalam BMDM, maka data dianalisis dengan menggunakan
metode simak, yaitu metode dengan menggunakan alat penentu unsur bahasa itu sendiri
(Djajasudarma,2006:69). Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
teknik kajian menurun (top down).
Bila teknik tersebut diterapkan dalam menganalisis sistem derivasional dalam
BMDM akan tampak sebagai berikut.
Contoh nomina derivatif yang mengubah identitas leksikal (derivasi)
kabebe, pemukul
ka(N)-

bebe ‘pukul’ (V)

Berdasarkan contoh di atas, maka pola kontruksinya sebagai berikut.
Nomina derivatif = prefikska(N)- + nomina
Dari kajian tersebut, dapat diklasifikasikan menurut kategorial atau kelas kata dan
menurut derivasinya.Prefiks ka(N)- merupakan afiks pembentukan nomina dari dasar
verba. Selain itu prefiksini adalah satu-satunya prefiksyang mengalami proses
derivasional. Prefiks ka(N) akan mengalami proses morfofonemikapabila kata dasarnya
diawali dengan fonem /c/ karena dimuka fonem /c/ muncul fonem /n/. Kata benda
deverbal yang diturunkan dengan prefiks ka(N)-seperti tersebutdiatas dapat dilihat proses
terbentuknya berikut ini.
1. Transkripsi data untuk menentukan indetifikasi data penelitian, Dalam
penelitiankegiatan ini peneliti melakukan transkripsi data dengan cara
mendeskripsikan data berdasarkan tuturan yang diperoleh melalui observasi tidak
terstruktur atau melalui data wawancara
2. Klasifikasi data berdasarkan indentifikasi data penelitian. Dalam kegiatan inipeneliti
mengadakan klasifikasi data berdasarkan klasifikasi data yang telah dilakukan
sebelumnya.
3. Interpretasi data yaitu dengan jalan menafsirkan data dan klasifikasi secara rinci sesuai
dengan ruang lingkup penelitian.
Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian
olehh karena itu diperlukan suatu teknik pemeriksaan data. Untuk memperoleh validasi
tetap, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang

ix

memanfaatkan semua sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Pengecekan keabsahan data dimaksudkan untuk mencari pertemuan pada satu titik
tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan pembanding terhadap
data yang telah ada. Sehingga langkah yang dilakukan adalah dengan triangulasi yaitu:
1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh kemudian
dideskripsikan dan dikategorisasikan sesuai dengan apa yang diperoleh dari berbagai
sumber tersebut. Peneliti akan melakukan pemilihan data yang sama dan data yang
berbeda untuk dianalisis lebih lanjut.
2. Triangulasi teknik, pengujian ini dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan
observasi, wawancara, atau dokumentasi. Apabila terdapat hasil yang berbeda maka
peneliti melakukan konfirmasi kepada sumber data guna memperoleh data yang
dianggap benar.
3. Triangulasi waktu, narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat
memberikan informasi yang berbeda pada pertemuan selanjutnya.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini pada hakikatnya merupakan temuan-temuan dalam
penelitian.Temuan-temuan dalam penelitian ini pada prinsipnya merupakan gambaran
yang menyeluruh tentang eksistensi derivasi bahasa Muna Dialek Mawasangka. Adapun
wujud dari keberadaan derivasi bahasa Muna dapat diorganisasikan sebagai berikut;
1. Jenis-jenis derivasi BMDM.
2. Distribusi derivasi BMDM; dan
3. Konstruksi derivasi BMDM
Jenis-Jenis Derivasi BMDM
Derivasi dalam bahasa Muna dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) derivasi
dari sebuah kata benda atau derivasi denominal; (2) derivasi dari sebuah kata kerja atau
derivasi deverbal; dan (3) derivasi dari sebuah kata sifat atau derivasi deadjektival.
Pembahasan ketiga jenis derivasi dalam BMDM tersebut dapat dilakukan dengan cara
pengujian kategorial dan identitas leksikal. Selanjutnya jika diperlukan digunakan
susunan beruntun atau pengujian struktur sintaksis.
Derivasi Denominal
Derivasi denominal merupakan perubahan identitas leksikal disertai perubahan
BMDM dapat dilakukan dengan proses morfologis, yaitu sebagai berikut ini.
1. Derivasi dengan prefiksasi: ne-, me-, po-, fe-, dan noci-.
2. Derivasi dengan sufiksasi:-i, dan -e
3. Derivasi dengan konfiksasi: fe-...-e, dan foko-...e
Dari proses ini terbentuk kelas kata lain dari kata benda yang menjadi dasar perubahan
identitas leksikal yang disertai perubahan kategori. Dalam BMDM, derivasi denominal

ix

ini dikategorikan ke dalam dua kelas kata, yaitu verba denominal dan adjektiva
denominal.
Verba Denominal
Verba denominal dalam BMDM adalah verba hasil proses derivasi yang berdasarkan
pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dengan nomina yang menjadi dasar
perubahan itu. Kata kerja denominal dalam BMDM dapat dibentuk melalui afiksasi,
yaitu prefiks ne-,me-, po-, fe-, dan noci-, sufiks –i, dan -e; dan konfiks fe...-a dan foka
...-a untuk memperjelas persoalan di atas di bawah ini akan diuraikan satu demi satu.

Prefiks neSalah satu cara yang dilakukan untuk mengubah identitas leksikal yang disertai dengan
perubahan kategorial dalam BMDM adalah prefiksne-. Prefiks ne- dalam BMDM dapat
mengubah status kategorial dari kelaskata nomina menjadi kelaskata verba. Perubahan
kelas kata dengan prefiks ne- tersebut dalam BMDM sangat produktif. Perhatikan data
berikut ini.
nebeha, memotong
beha ‘potong;(N)

nenehela, menarik

hela ‘tarik’ (N)

nenetofa, mencuci

tofa ‘cuci’(N)

ne-

Data di atas menunjukan bahwa prefiks ne- dalam BMDM merupakan morfem
pembentuk kelaskata verba dari dasar nomina. Atau dengan perkataan lain, prefiks nedalam BMDM berfungsi membentuk kelaskata verba secara derivatif. Previks ne- biasa
digunakan dalam kalimat berita berikut proses terbentuknya kata derivatif
anai amaicu ne’beha sau.(KD1)
“anak itu memomotong kayu”
kamokula amaicu ne’helahabuta.(KD2)
“orang tua itu sedang menarik tali”
kalambe amaicu ne’tofa pakeano amano.(KD3)
“gadis itu mencuci pakaian bapaknya”
4.1.4

prefik me-

Prefik me- dalam BMDM dapat mengubah identitas leksikal kata disertai
perubahan status kategorial dari dasar kelaskata nomina menjadi kelaskata verba

ix

Perhatikan data berikut ini.
mehelem, memakai helem
helem ‘helem (N)

memebeca, memakai beca

beca‘becak’ (N)

me-

metembo, memakai tembok
me-

tembo ‘tembok’ (N)

Berdasarkan data di atas maka prefiks me- dalam BMDM berfungsi membentuk
kelaskata verba secara derivatif karena kata dasarnya dari kelaskata nomina. Prefiks meuntuk menyatakan kalimat pertanyaan berikut ini proses terbentuknya afiks derivatif meAne akumaa wekotame’helemhampaano nobahi polisiKD4)
“kalau kamu pergi dikota memakai helemmasalahnya banyak polisi”
anahi amaicu me’beca kala wedaoa .(KD5)
“anak itu mamakai becak pergi kepasar”
kamokula amaicu lambuno me’tembo.(KD6)
“orang tua itu rumahnya memakai tembok”
Prefiks poPrefiks lain dalam BMDM yang dapat mengubah identitas leksikal disertai
perubahan kategori kelas kata adalah prefiks po-. Perhatikan data berikut ini.
poamba, mengejar
amba ‘kejar’ (N)

po-

popohai, pacaran
pohai ‘pacaran’ (N)

po-

Berdasarkanilustrasi diatas maka prefiks po- dalam BMDM berfungsi
membentuk kelaskatanomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari
kelaskataverba. Selain itu, prefiks po- dapat mengubah identitas leksikal disertai dengan
perubahan kategorial. Berikut ini proses terbentuknya afiks derivatif po-.
anai amaicu po,amba bhesabangkano.(KD7)
“anak itu saling mengejar dengan temannya”
Amirpo,pohaibhasitieno.(KD8)
“Amir berpacaran dengan sepupunya

ix

Prefiks fePrefiks fe- dalam BMDM dapat mengubah identitas leksikal kata disertai
perubahan kategorial dari kelas kata nomina menjadi kelas kata verba. Perhatikan data
berikut ini.
feghato, teratap
ghato ‘atap’ (N)

fefepana, terpana

pana ‘panah’ (N)

fe-

Ilustrasi diatas menunjukan bahwa prefiks fe- dalam BMDM berfungsi
membentuk kelaskata verba karena kata dasarnya berasal dari kelas kata nomina. Akan
tetapi prefiks ini tidak produktif dalam membentuk kelas kata verba dari dasar nomina.
Berikut proses terbentuknyaafiks derivatif fe-.
lambu amaicu nandofe,ghato aniniKD9)
“rumah itu ssementara teratap tadi”
kalambe awacu kancibae fe,pana.(KD10)
“gadis itu sedang terkena panah”

Prefiks nociPrefiks dalam BMDM yang dapat mengubah identitas leksikal kata disertai
dengan perubahan kategorial adalah prefiks noci-. Perhatikan data berikut ini.
nocibangku, sedang tertumbu
noci-

bangku ‘tertumbu’ (N)

nocicunu, sedang terkait
noci-

cunu ‘ terkait’ (N)

Data di atas menunjukkan bahwa prefis noci- dalam BMDM berfungsi
membentuk kelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas
kata nomina. Berikut proses terbentuknya afiks derivatif noci-.
anai amaicu noci,bangku fotuno nekahondomi.(KD11)
“anak itu tertumbu kepalanya didinding”
wa Ila noci,cunu aeono nekoncu.(KD12)
“Wa Ila sedang terkait kakinya di batu”

ix

Sufiks-i
Selain sufiks-i, pembentukan verba dari dasar nomina dapat dilakukan dengan
menempatkan sufiks pada akhir kata yang berkelas kata nomina. Salah satu sufiks dalam
BMDM yang membentuk kelas kata verba dari dasar nomina adalah sufiks i. Perhatikan
data berikut ini.
tofai,tamparin
tofa ‘tampar’ (N)

-i

cumbui,pukuli
cumbu‘pukul’ (N)

-i

Data diatas menunjukan bahwa sufiks -i dapat mengubah kelaskata
nominamenjadi kelaskata verba. Hal ini terjadi karena sufiks-i merupakan afiks
derivasional yang dapat mengubah identitas leksikal disertai dengan perubahan kategori
kata. Selain itu, penulis berasumsi bahwa sufiks -i merupakan alomorf dari sufiks -i
karena mempunyai makna yang sama, yaitu memberi sesuatu seperti tersebut pada kata
dasarnya. Berikut ini proses terbentukya afiks derivatif –i
anai amaicu tofa,i sabangkano.(KD13)
“anak itu dia tamparin temannya”
Sabangka cumbu,i kaeta mie awacu hampaano nokapaculi.(KD14)
“teman pergi pukuli kita orang sana, karena dia nakal”
Sufiks-e
Selain sufiks-e, kata kerja denominal dapat juga dibentuk dengan menggunakan
sufiks -e dapat membentuk kelaskatanomina verba dari dasar verba.Hal ini tampak pada
data berikut ini.
cambue, timbalah
cambu ‘timba’(N)

-e

dosue, masukan dalam dos
dosu ‘dos’ (N)

-e

Data di atas menunjukkan bahwa sufiks -e berfungsi membetuk kelas kata
nomina secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelas kataverba. Afiks ini cukup
produktif dalam proses pembentukan kelas kata dan selalu melekat pada kata yang
menyatakan alat seperti tampak pada contoh di atas.Berikut ini proses terbentuknya afiks
derifatif –e
kalacambu,eoe webaki wacu hampaano nohaku sipalia.(KD15)
ix

“Pergi timbalah air dibak sana soalnya kotor sekali”
Udin kala dosu,e kaeta kausu amaicu.(KD16)
“Udin pergi masukan dalam dossepatu yang disana”

Konfiks fe...-e
Morfem yang membentuk kelaskata verba dengan dasar nomina adalah konfiks
fe- -e dapat mengubah kelaskata nomina menjadi kelaskata verba, seperti tampak pada
data berikut ini.
fetoboe, menikamkan
fe- tobo ‘tikam’ (N)

-e

febhandue, melemparkan
fe- bhandu ‘lempar’ (N)

-e

fesiramue, menyiramkan
fe-siramu ‘siram’ (N)

-e

Data diatas menunjukan bahwa konfiks fe...-e merupakan morfem yang dapat
mengubah identitas leksikal kata diserta perubahan kategori. Konfiks ini dapat
membentuk kata kelas verba secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelaskata
nomina. Selain itu, konfiks fe...-e memiliki alomorf, yaitu fo...-e karena memiliki makna
yang sama, yaitu menyatakan perintah, perhatikan proses terbentuknya afiks derivatif
fe...-e berikut ini.
kamokula awacufe,tobo-emie.(KD17)
“orang tua itu sedang menikam orang”
anai moane awacu fe,bhandu-ejhambu.(KD18)
“anak laki-laki itu sedang melempar jambu”
kalambe awacufe,siramu-ebunga tewise lambu.(KD19)
“cewe itu menyiram bunga didepan rumah”
Konfiks foko-...-e
Selain konfiks fe-....-e, konfiks yang lain yang dapat mengubah identitas leksikal
disertai perubahan kategori dalam konfiksfoko-...-e. Kata kerja denominal yang di bentuk
dengan konfiks foko-...-e ini tampak pada data berikut ini.
fokosiae, sedang menyalakan api

ix

foko-

sia’nyala’(N)

-e

fokoheae, jadikan darah
foko - hea’darah(N)

-e

Ilustrasi di atas tampak bahwa konfiks foko-...-e berfungsi membentuk kata kelas
verba secara derivasi karena kata dasarnya berasal dari kelaskata nomina. Perhatikan
proses terbentuknya afiks derivatif foko-...-e berikut ini
anai amicu foko,sia-e oifi.(KD20)
“anak itu sedang menyalakanapi”
soba oe awacu foko hea-e.(KD21)
“coba air itu rubah menjadi darah ”
soba fokokalae oto tewiseno lambu.(KD22)
“coba jalankan mobil yang ada di depan rumah”
Derivasi Deverbal

Derivasi deverbal dalam BMDM dapat menurunkan dua jenis kategori, yaitu(1)
nomina deverbal dan (2) numerralia deverbal. Derivasi deverbal ini dapat dilakukan
melalui proses morfologis yaitu sebagai berikut ini.
1) Derivasi dengan prefiksasi : ka(N)-, manso-, kafo-, pakha-, dan fo.
2) Derifasi dengan konfiksasi : kao-...-a.
Untuk memperjelas kedua jenis kategori ini di bawah ini akan diuraikan satu
demi satu.
Nomina Deverbal
Nomina deverbal dalam BMDM adalah nomina hasil proses derivasi yang
berdasarkan pengujian kategori dan identitas leksikal berbeda dari kelaskata verba yang
dasar dari perubahan itu. Nomina deverbal dapat di bentuk dengan menggunakan prefiks
ka(N)-, manso-, kafo-; konfiks kao-...-a
Prefiks ka(N)Perubahan kategori dari dasar verba menjadi kelaskata verba dalam BMDM
adalah prefiks ka(N)-. Prefiks ka(N)- dalam BMDM berfungsi membentuk kelas kata
verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskata noomina.
Perhatikan data berikut ini.
kasibu, pencuri
sibu ‘curi’ (V)

ka(N)-

ix

kabahi,terlalu banyak
bahi ‘banyak’ (V)

ka(N)-

kahimba, terlalu cepat
himba ‘cepat’(V)

ka(N)-

Data diatas menunjukan bahwa prefiks ka(N)- merupakan afiks pembentukan
nomina dari dasar verba. Selain itu prefiksini adalah satu-satunya prefiksyang mengalami
proses morfofonemik. Prefiks ka(N) akan mengalami proses morfofonemikapabila kata
dasarnya diawali dengan fonem /c/ karena dimuka fonem /c/ muncul fonem /n/. Kata
benda deverbal yang diturunkan dengan prefiks ka(N)-seperti tersebutdiatas dapat dilihat
proses terbentuknya berikut ini.
anai awacu ka,sibu jhambu wekoomeno.(KD23)
“anak itu sedangmencuri jambu dikebunnya orang”
wedaoa awacu ka,bahi mie..(KD24)
“dipasar itu terlalu banyak orang”
anai awacu ka,himba sipalia neowa motoro.(KD25)
“anak itu terlalu cepat bawa motor”
Prefiks mansoPrefiks lain yang mengubah identitas leksikal yang disertai dengan perubahan
kategori dari dasar verba menjadi nomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal
dari verba. Perhatikan data berikut ini.
mansounda, selalu mau
unda ‘mau’ (v)

manso(N)-

mansoamaha, pemarah
amaha ‘marah’ (v)

manso(N)-

mansobohai, selalu teriak
manso(N) -

bohai ‘teriak’(v)

Untukmemperjelas kedudukan nomina deverbal ini, berikut ini dikemukakan
proses terbentuknya afiks derivatif mansomahingga nocudue kamokulano manso,unda kansuhu.(KD26)
“apapun dia surukan orang tuanya selalu mau”
ama diman nembali manso,amaha kansuhu.(KD27)

ix

“bapaknya diman jadi pemarah terus”
guhu awacu manso,bohai muriino hampaano nohia.(KD28)
“guru itu selalu teriak kalau siswanya ribut”
Perfiks kafoSelain perfiks ka(N) dan prefiks manso-perfiks yang mengubah identitas leksikal
disertai dengan perubahan kategori dari verba menjadi nomina dalam BMDM adalah
perfiks kafo-. Hal ini tampak pada data berikut ini.
kafokala, menjalankan
kala ‘jalan’ (v)

kafokafofuma, memberikan makanan

fuma ‘ makan’ (V

kafo-

Kata kala ‘jalan’ (V) apabila dirangkaikan dengan afiks kafo- menjadi kafokala
‘menjalankan, dalam BMDM berbeda dengan makna dasarnya.Maknakata kafokala
adalah orang yang menjalankan. Kata kafofumakasih makan, mengandung pengertian
bahwa ada sesuatu alat /faktor sehingga seseorang duduk jika makna kata kafokala dan
kafofuma itu diganti dengan yang lain,kata tersebut justru tidak. Hal ini kemungkinannya
merupakan segi keunikan BMDM.
Proses terbentuknya afiks derivatif kafo-tampak pada uraian berikut ini.
anai amaicu kafo,kala oto.(KD29)
“anak itu sedeang menjalankan mobil”
sobakafofuma anai moahono awacu.(KD30)
“coba kasih makan anak yang sudah lapar itu”
Konfiks kao-...-a
Satu-satunya konfiks BMDM yang membentuk verba dari dasar nomina adalah
konfiks kao-...-a. Konfiks kao-...-a ini kadang-kadang bervariasi dengan konfiks kae-...-a
sehingga penulisan berasumsi bahwa konfikskae-...-a merupakan alomorf konfiks kao-...a. Konfiks kae-...-a dalam BMDM selalu muncul apabila kata dasarnya diawali dengan
fonem /b/w/ dan /t/. Perhatikan data berikut ini.
kaosakia, tempat sakit
kao-

saki ‘ sakit’ (V) –a

kaoobaa, tempat pembuangan
kao-

oba ‘buang (V) –a

kaesangkea, tempat mengangkat

ix

kao-sangke ‘angkat’ (V) -a
Data diatas menunjukan bahwa konfiks kao-...-a dengan alomorfnya kae-...-a
berfungsi membentuk kelaskata nomina secara derivatif karena kata dasarnyaberasal dari
kelaskata verba. Dengan demikian berarti konfiks kao-...-amengubah kategori kata dari
kelaskata verba menjadi kelaskata nomina. Proses terbentuknya konfiks kao-...-a dapat
dilihat dalam uraian berikut.

anai amaicu kancuhu kao,saki-a focuno.(KD31)
“Anak itu sering sakit kepala”
wekahumbu nembali kao,oba-a hewu.(KD32)
“dihutan tempatpembuangan sampah”
lapu aini nembali kae,sangke-a noua.(KD33)
“lap ini dijadikan untuk tempat mengangkat panci”
Derivasi Deadjektival
Derivasi deadjektival merupakan perubahan kelas kata disertai dengan perubahan
identitasleksikal dari kata deadjektival menjadi kelas kata lain. Derivasi deadjektival
tersebut dalam BMDM dapat dilakukan melalui proses morfologis, yaitu sebagai berikut.
1. Derivasi dengan prefiksasi: manso-, kafo-, pakha-, dan feka-.
2. Derivasi dengan konfiksasi: feka-...e dan kao-...a
Dari proses tersebut diatas terbentuklah kelas nomina dan kelas verba dari kelas
adjektiva yang menjadi dasar perubahan identitas leksikal yang disertai perubahan
kategori.
Nomina Deadjektival
Nomina deadjektival dalam BMDM adalah kata kelas nomina hasil proses derivasi
yang berdasarkan pengujian kategorial dan identitas leksikal, berbeda dari kata sifat
menjadi perubahan itu.Nomina deadjektival tersebut dapat melalui afiksasi, yaitu prefiks
manso-, kafo-, dan konfiks kao-,...-a penjelasan kedua afiks tersebut tampak pada uraian
berikut.
Prefiks MansoNominadeadjektiva dalam BMDM dapat diturunkan dengan menambahkan prefiks
manso- pada kelas kata adjektivayang merupakan bentuk dasarnya, seperti tampak pada
data berikut ini.
mansompali, keseringan pergi
manso-mpali ‘pergi’ (Adj)
mansowuha, sering melihat

ix

manso-wuha ‘lihat’ (Adj)
Ilustrasi di atas menunjukan bahwa prefiks manso- dalam BMDM berfungsi sebagai
pembentuk kelas kata verba secara derivatif karena kata dasarnyaberasal dari kelas kata
adjektiva. Selain itu, prefiks manso- tersebut kurang produktif dalam menurunkan kelas
kataverba dari kelaskata adjektiva. Proses terbentuknya afiks derivatif manso- tampak
pada uraian berikut ini.
kalambe awacu manso,mpali weacara.(KD34)
“gadis itu terlalu keseringan pergi diacara”
anai amaicu manso,wuha mie kasibu jhambu weome.(KD35)
“anak itu sering melihat orang mencuri jambu dikebun”
Prefiks kafoDisamping prefiks manso-perfiks lain yang dapat mengubah identitas sekaligus
mengubah kategori dalam BMDM adalah prefiks kafo-kurang produktif dalam
membentuk kelaskata verba dari dasar adjektiva. Hal ini tampak pada data berikut ini.
kafongkoha, kasih duduk
ngkoha ‘ duduk’(Adj)

kofo-

kafosampu, kasih turun
kafo-

sampu ‘ turun’ (Adj)

“coba kasih berdiri kita jagung yang terbaring ditanah” Prefiks kafo-sebagaimana
tampak pada contoh di atas berfungsi sebagai pembentukkelas kata verba secara derivatif
karena kata dasarnya berasal dari kelaskata adjektiva.Proses terbentuknyaafiks derivatif
kafo- tampak pada uraian berikut ini.
encoba kafo,ngkoha nuua awacu kompoho.(KD36)
“coba kasih duduk belanga dikompor”
kala kafo,sampu kaeta oai weome(KD37)
“pergi kasih turun kita kelapa dikebun”
encoba kala kafo,wanu kahitela ndumoleno newite.(KD38)
“coba kasih berdiri jagung yang terbaring ditanah”
Konfiks kao-...-a
Satu-satunya konfiks dalam BMDM yang membentuk kelaskata verba dari dasar
kelas adjektiva adalah konfiks kao-...-a. perhatikan data berikut ini.
kaopanaa, sakit panas
kao-

pana ‘panas’

ix

(Adj) -a

kaofofonia, tempat naik
kao- foni ‘naik’

(Adj) -a

Ilustrasi diatas menunjukan bahwa konfiks kao-...-a merupakan afiks pembentuk
kelaskata nomina secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas kata adjektiva.
Prefiks ini lebih cukup produktif dalam membentuk kelaskata nomina dari dasar
adjektiva. Berikut ini terbentuknya afiks derivatif kao-...-a
kamokula amaicu nofohou kago kao,panaa.(KD39)
“orang tua itu minum obat sakit panas”
anai amaicu nehabu pulangku nembali kao,fofonia telolambu.(KD40)
“anak itu membuat tangga untuk tempat naik diatas rumah”
kamokula amaicu nofohou kago kao,bea.(KD41)
“orang tua itu sedang minum obat gila”
Verba Deadjektival
Verba deadjektival dalam BMDM merupakan kelaskata verba hasil proses derivasi yang
berdasarkan pengujian kategorian dan identitas leksikal berbeda dari kelas kata adjektiva
yang menjadi dasar perubahan itu. Verba deadjektival dapat dibentuk melalui melalui
prefiks pakha-, feka-, dan konfiks feka-,...-e.
Prefiks pakhaVerba deadjektival dapat diturunkan dengan menambahkan prefiks pakha-pada
kelaskata adjektival yang merupakan bentuk dasarnya. Verba deadjektival tersebut dapat
dilihat pada data berikut ini.
pakhalente-lente, pura-pura melahirkan
pakha-

lente ‘lahir’ (Adj)

pakhaondo-ondo, pura-pura melihat
pakha-

ondo ‘lihat’ (Adj)

Berdasarkan data di atas, tampak prefiks pakha- dalam BMDM berfungsi sebagai
pembentuk kelaskata verba secara derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelaskata
adjektiva. Prefiks ini cukup produktif dalam membentuk kelaskata verba dari dasar
adjektiva. Proses ini terbentuknya afiks derivatif pakha-.
kalambe amaicu nobe hampaano pakha,lente-lente anai.(KD42)
“gadis itu gila karena pura-pura melahirkan anak”
kamokula mohane pakha, ondo-ondo kartu.(KD43)
“orang tua laki- laki itu pura-pura melihat kartu”

ix

Prefiks fekaPrefiks lain yang membentuk verba deadjektival dalam BMDM adalah prefiks
feka-. Prefiks feka- dalam BMDM berfungsi sebagai pembentuk kelaskata verba secara
derivatif karena kata dasarnya berasal dari kelas kata adjektiva. Perhatikan