FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM KEBERHASILAN PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA KONTRAKTOR KECIL DI PASAMAN BARAT

  

FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM KEBERHASILAN PENERAPAN

TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) PADA KONTRAKTOR

KECIL DI PASAMAN BARAT

  1

  1

  1 Mustika Candra , Nasfryzal Carlo dan Yusrizal Bakar

1 Program Studi Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  Email : mcand80@yahoo.com

  

ABSTRACT

Quality is a major factor in order to survive in the competition. So the quality

being the main things that should be done by each company's construction

services. But not all construction companies succeed in the application of TQM-

based quality system. This is due to a qualifying small construction companies

still haven't learned anything important factors that need to be applied. Yet he

knows are important factors in the implementation of TQM will lead to yet he

knows what factors most significantly influential in its application. Based on these

problems, the purpose of this study was to determine whether the application of

TQM is appropriate based on the standards required by the dimensions and the

main factors, know the important factors that need to be considered to achieve

successful implementation of TQM. The research method used is the quantitative

approach. This research was conducted in February until March 2014 at small

qualification (K1-K3) construction services company in West Pasaman.

Instrument research using questionnaires conducted test validity and reliability.

successful implementation of TQM in small contractors K1-K3. The result showed

that small contractors do not understand completely the importance of Total

Quality Management (TQM). Achieving the level of success of TQM

implementation available today allows for improved further by tracking things

that are considered important as a measure of successful implementation of TQM

in the future. Obtained three most important factors for achieving significant

success of TQM implementation in the current small contractors, among others,

the factors continual improvement process for all aspects of TQM, motivational

factors and management factors of leadership. Keyword: TQM, Construction company

  

ABSTRAK

  Mutu merupakan faktor utama agar dapat bertahan dalam persaingan. Sehingga mutu menjadi hal utama yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan jasa konstruksi. Namun tidak semua perusahaan konstruksi berhasil dalam penerapan sistem mutu berbasis TQM. Hal ini dikarenakan perusahaan konstruksi kualifikasi kecil masih belum mengetahui faktor penting apa saja yang perlu diterapkan. Belum diketahuinya faktor-faktor penting dalam penerapan TQM akan mengakibatkan belum diketahuinya faktor apa saja yang paling signifikan berpengaruh dalam penerapannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan TQM sudah sesuai berdasarkan standar yang dipersyaratkan berdasarkan dimensi dan faktor utamanya, mengetahui faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan TQM. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2014 pada perusahaan jasa konstruksi kualifikasi kecil (K1-K3) di Pasaman Barat. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Setelah itu dilakukan uji faktor untuk menentukan factor- faktor yang signifikan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan TQM pada kontraktor kecil K1-K3. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kontraktor kecil belum memahami sepenuhnya arti penting Total Quality Management (TQM). Tingkat pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM yang ada saat ini memungkinkan untuk diperbaiki dengan cara menelusuri lebih jauh hal-hal yang dianggap penting sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan TQM pada masa akan datang. Didapatkan tiga faktor penting yang paling signifikan untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM pada kontraktor kecil saat ini, antara lain yaitu faktor proses perbaikan secara terus menerus untuk seluruh aspek TQM, faktor motivasi dan faktor manajemen kepemimpinan.

  Kata kunci: TQM, Perusahaan jasa konstruksi

1. PENDAHULUAN

  Industri konstruksi di Indonesia saat ini dan akan datang masih akan menghadapi tugas berat untuk merekonstruksi infrastruktur dan kondisi fasilitas produksi yang sudah menurun diberbagai negara maju dan industri sebagaimana juga pembangunan komunitas, infrastruktur dan kompleks industri yang baru dinegara berkembang. Hal ini tentunya membutuhkan kemampuan pelaksana konstruksi (kontraktor) untuk bisa lebih efisien dalam pengelolaan konstruksinya (Hendrickson, 2000 dan Oberlender, 2000).

  Saat ini mutu/kualitas menjadi hal yang sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup organisasi baik pada perusahaan industri jasa, konstruksi ataupun manufaktur. Mutu merupakan salah satu tujuan dan sekaligus indikator kesuksesan suatu pekerjaan konstruksi terutama oleh pemilik proyek terhadap produk dan jasa layanan konstruksi dan konsultansi. Dalam konteks ini, mutu dianggap sebagai salah satu elemen kunci dari metode dan teknik manajemen proyek konstruksi. Sebagai konsekuensinya, sistem manajemen mutu harus diterapkan baik di tingkat perusahaan (corporate level) maupun di proyek (project level).

  Salah satu cara kontraktor kecil untuk meningkatkan mutu perusahaannya adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip yang ada di

  Total Quality Management (TQM/manajemen mutu terpadu).

  TQM adalah metode yang mendasari perkembangan manajemen mutu yang mengendalikan organisasi secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan nilai yang diperoleh oleh pengguna jasa secara berkelanjutan dengan cara perencanaan dan perbaikan proses dan sistem yang berkelanjutan. Sistem manajemen mutu terpadu (Total Quality Management /TQM) merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang dapat diterapkan. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang penerapan sistem mutu dalam organisasi konstruksi seperti Sari (2013), Asa dkk (2008), Carlo dkk (2006) dan Pamulu dan Husni (2005), selain itu beberapa penelitian lain tentang penerapan TQM dalam industri konstruksi adalah Low & Teo (2004), Biggar (1990) dan Haupt & Whiteman (2004). Latief dan Utami (2009), membahas mutu pada perusahaan konstruksi dari pendekatan yang berbeda yaitu dengan ,pendekatan Six Sigma. Selain itu, penelitian Putri (2009) menyimpulkan bahwa untuk menerapkan mutu pada kontraktor kecil ada 11 variabel yang dapat memberikan pengaruh antara lain kepemimpinan, kebijakan dan strategi, komitmen, manajemen sumber daya manusia (SDM), manajemen sumber

  awareness , kerjasama, komunikasi,

  kapasitas untuk berubah dan pembelajaran.

  Penerapan sistem mutu berbasis TQM dapat meningkatkan kinerja perusahaan sehingga akan berdampak pada peningkatan daya saing perusahaan. Peningkatan kinerja ini tercapai dikarenakan tujuan utama dalam sistem mutu berbasis TQM adalah bagaimana memenuhi harapan dan kebutuhan konsumen dengan tingkat kegagalan dan resiko yang kecil. Dalam hal peningkatan kinerja organisasi, terdapat beberapa penelitian yang mengkaji tentang kinerja jasa perusahaan konstruksi seperti Sudarto (2007), Adi dan Wibowo (2010) dan Abduh dkk (2007).

  Gilbert,G. (1992) mendefinisikan Total Quality Management (TQM) adalah metode dimana manajemen dan karyawan dapat terlibat dalam perbaikan terus menerus dari produksi barang dan jasa. Ini adalah kombinasi dari alat-alat berkualitas dan manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan bisnis dan mengurangi kerugian akibat praktik boros.

  Beberapa perusahaan yang telah menerapkan TQM mencakup Ford Motor Company , Phillips Semiconductor , SGL Carbon, Motorola dan Toyota Motor company.

  Berdasarkan perspektif sebuah industri konstruksi, mutu manajemen dalam proyek konstruksi seharusnya berarti menjaga mutu pekerjaan konstruksi sesuai dengan standar sehingga memperoleh kepuasan pelanggan yang akan membawa daya saing jangka panjang dalam bisnis dan kelangsungan hidup bagi perusahaan (Tan & Abdul-Rahman, 2005). yang diinginkan oleh pelanggan perlu direncanakan (quality planning), dikendalikan (quality control), dijamin (quality assurance), dan ditingkatkan (quality improvement). Implementasi dari hal-hal tersebut dapat menjadi alat untuk mengembangkan manajemen mutu terpadu atau lebih dikenal dengan Total Quality Management (TQM) (Gaspersz, 2005).

  1.2. Sistem mutu berbasis TQM pada Perusahaan jasa Konstruksi

  Dalam upaya meningkatkan sistem kualitas pada perusahaan jasa konstruksi perlu dilakukan langkah- langkah antisipatif yang harus dipersiapkan dengan melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas dan kinerja manajemen. Langkah- langkah perbaikan dapat berupa sistem pengendalian terhadap faktor-faktor

1.1. TQM

  yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan jasa konstruksi. Menurut Teng (2002) dalam menentukan strategi pengembangan perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal yang terdiri dari manajemen, organisasi perusahaan, operasional, sumber daya manusia dan keuangan. Disamping itu juga harus diperhatikan faktor eksternal yang terdiri dari ekonomi makro, hukum dan undang- undang, teknologi dan inovasi sosial politik dan lingkungan yang kompetitif.

  Namun pada umumnya permasalahan yang timbul dalam perusahaan jasa konstruksi dewasa ini lebih banyak pada faktor internal, dan hal ini penting untuk dibenahi. Permasalahan internal umumnya berhubungan dengan lemahnya sistem manajemen kualitas perusahaan. Untuk dapat menciptakan suatu sistem manajemen kualitas yang baik diperlukan adanya kebijakan dan sasaran kualitas dalam sistem

  Meskipun dari beberapa literatur dan hasil penelitian terlihat bahwa terdapat beberapa perbedaan mengenai faktor-faktor dalam penerapan TQM, tetapi dalam prosesnya, semua faktor tersebut bertujuan untuk memenuhi keinginan konsumen. Faktor-faktor penerapan TQM menurut literatur Bersterfield (2003), Oakland (2004), Omachonu dan Ross (2005) dan satu model TQM yang dikeluarkan oleh EFQM. Beberapa hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi penerapan TQM seperti Baidoun (2004), Carlo dkk (2006) dan Dewita (2011).

  Sedangkan variabel yang menjelaskan masing-masing faktor juga diambil dari beberapa literatur dan hasil penelitian seperti Oakland (2004) dan Bersterfield (2003), serta beberapa penelitian sebelumnya seperti Asa dkk (2008), Pamulu dan Husni (2005), Sudarto (2007), Adi dan Wibowo (2010), Lempoy dkk (2013) dan Abduh dkk (2007).

  Oleh karena itu berdasarkan filosofi TQM yang berusaha untuk

  mengintegrasikan semua fungsi-fungsi organisasi (pemasaran, keuangan, desain, rekayasa dan produksi, layanan pelanggan, dll) yang fokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dan tujuan organisasi serta berdasarkan

  literatur dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 10 faktor kunci dalam penerapan TQM pada perusahaan jasa konstruksi/kontraktor yaitu Manajemen kepemimpinan,

  Manajemen SDM, Manajemen Sumber Daya, Penggunaan teknologi, Proses perbaikan berkelanjutan, Pelatihan dan pendidikan , Komunikasi, Kerjasama dengan supplier, D okumentasi sistem Proses.

1.3. Faktor-faktor Penerapan TQM pada Perusahaan Kontraktor

  2. METODOLOGI PENELITIAN

  Metodologi penelitian merupakan bagian yang memuat tahap-tahap pelaksanakaan penelitian mulai dari studi pendahuluan, literatur yang digunakan, metode pemecahan masalah sampai dengan teknik analisis dan kesimpulan. Metodologi juga menjabarkan instrumen yang digunakan dalam penelitian berikut dengan respondennya. Tahapan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 : Tahapan Penelitian

  2.1. Uji Validitas

  Pada penelitian ini, alat uji yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai 1. Nilai yang dikehendaki harus > 0,5 untuk dapat dilakukan analisis faktor dan nilai eigen value > 1, serta nilai faktor loading > 0,5 maka indikator- indikator dari suatu variabel dinyatakan valid (Ghozali, 2011).

  2.2. Uji Reliabilitas

  Dalam menganalisa data digunakan metode cronbach alpha dengan harga koefisien berkisar antara 0 sampai dengan 1. alat ukur dapat dikatakan

  reliable apabila nilai alpha > 0,6 (Ghozali, 2011).

  2.3. Analisis Kesenjangan (Gap)

  Tujuan dilakukannya analisis gap ini adalah untuk melihat tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan pelaksanaannya di lapangan. Tingkat kesesuaian memperlihatkan seberapa jauh pelaksanaan TQM dilapangan dapat memenuhi kondisi yang diharapkan Apabila tingkat kepentingannya tinggi tetapi tingkat pelaksanaannya rendah, berarti faktor ataupun variabel tersebut memerlukan perbaikan dalam pelaksanaannya. Apabila nilai gap negatif berarti bahwa pelaksanaan TQM telah melebihi yang diharapkan, sedangkan nilai positif menyatakan bahwa pelaksanaan TQM belum sesuai dengan yang diharapkan.

  Kriteria dalam menilai gap dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Kriteria penilaian Gap

  component analysis, yang berfungsi

  3.1. Analisis kesenjangan (gap) penerapan TQM pada perusahaan kontraktor kecil di Pasaman Barat

  Penelitian dilakukan pada perusahaan konstruksi kualifikasi kecil (K1-K3) yang ada di Kabupaten Pasaman Barat. Kuesioner disebarkan kepada 67 responden dengan tingkat pengembalian kuesioner 100%. Dari 67 kuesioner yang kembali semuanya bisa digunakan untuk data penelitian sehingga response rate dari kuesioner adalah 100%. Hasil uji validitas dan 48 butir pertanyaan yang diidentifikasi di awal, 47 butir pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel, sehingga untuk penelitian ini menggunakan 47 butir pertanyaan.

  3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Regresi linear berganda adalah suatu teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003). Berdasarkan pendapat tersebut, maka tujuan menggunakan analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor- faktor yang dominan dalam meningkatkan mutu kontraktor kecil di Kabupaten Pasaman Barat.

  2.6. Analisis Regresi

  mentransformasikan himpunan variabel asli.

  Menurut Dillon dan Goldstein, penyederhanaan jumlah variabel yang cukup besar menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil dilakukan dengan analisis faktor, yaitu berdasarkan faktor yang sama dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi aslinya. Ada beberapa jenis analisis faktor, sedangkan dalam penelitian ini analisis faktor yang digunakan adalah principal

  Kategori Gap Keterangan 1 <0.33 Rendah 2 0.33 - <

  2.5. Analisis Faktor

  0,00 – 0,199 Sangat Lemah 0,20 – 0,399 Lemah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

  Kriteria penilaian analisi korelasi Interval Koefisien Tingkat Korelasi

  Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antara faktor-faktor penerapan TQM, dapat dilihat dengan analisis korelasi. Analisis korelasi dalam mencari hubungan antara variabel tanpa memperhatikan ada atau tidaknya hubungan kausal diantara variabel-variabel tersebut. Nilai korelasi berkisar antara 0<r<1 dengan kriteria sebagai berikut:

  2.4. Analisis Korelasi

  0.67 Sedang 3 0.67 - < 1 Tinggi 4 >= 1 Sangat Tinggi

  Gap faktor manajemen sumber daya manusia, faktor proses perbaikan berkelanjutan dan faktor kerjasama dengan supplier berada pada kategori 2 atau kategori “sedang” dengan nilai rentang gap antara 0,33 hingga 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa kontraktor kecil di Kabupaten Pasaman Barat sudah mulai belajar memahami arti pentingnya faktor sumber daya manusia, faktor proses perbaikan berkelanjutan dan faktor kerjasama dengan supplier dalam penerapan TQM yang pada akhirnya mampu meningkatkan profit dan daya saing kontraktor kecil sebagai dampak dari meningkatnya kualitas perusahaan. Sementara itu, gap faktor manajemen kepemimpinan, faktor manajemen sumber daya, faktor penggunaan teknologi, faktor pelatihan dan pendidikan, faktor komunikasi, faktor dokumentasi sistem manajemen kualitas, dan faktor manajemen proses berada pada kategori 2 (sedang) dan kategori 3 (tinggi) dengan nilai rentang gap antara 0,39 hingga 0,87. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan TQM pada kontraktor kecil di Kabupaten Pasaman Barat belum sesuai dengan yang diharapkan dimana tingkat kesesuaian yang terjadi masih berkisar antara 77,86% hingga 90,91%. Dapat disimpulkan bahwa kontraktor kecil yang ada di Kabupaten Pasaman Barat belum memahami sepenuhnya arti pentingnya Total Quality Management manajemen kepemimpinan, manajemen sumber daya, penggunaan teknologi, pelatihan dan pendidikan, komunikasi, dokumentasi sistem manajemen kualitas, dan manajemen proses dalam penerapan TQM dimana dengan memahami sepenuhnya faktor-faktor tersebut maka akan meningkatkan kualitas kontraktor kecil yang pada akhirnya mampu meningkatkan profit dan daya saing perusahaan kontraktor kecil

  Hasil penelitian sebelumnya (Sari, 2013) menemukan terdapat 4 variabel dengan tingkat pelaksanaan yang melebihi harapan dalam penerapan TQM dengan tingkat kesesuaian pelaksanaan melebih 100%, salah satunya yaitu peningkatan kemampuan SDM dengan pendidikan dan pelatihan. Terdapat 7 variabel dengan tingkat pelaksanaan yang masih dibawah 90% yang berarti bahwa masih terdapat penyimpangan dari kondisi yang diharapkan diantaranya kerjasama dan komunikasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada variabel dengan tingkat pelaksanaan yang melebihi harapan dalam penerapan TQM dengan tingkat kesesuaian pelaksanaan melebih 100%.

  Semua faktor-faktor penting penerapan TQM yang diukur masih berada dibawah kondisi yang diharapkan dimana tingkat pelaksanaan masih dibawah tingkat kepentingan.

  Begitu juga dengan penelitian Dewita (2011) dengan objek penelitiannya pada kontraktor menengah di Provinsi Sumatera Barat dengan hasil penelitian ditemukannya tiga faktor yang berpengaruh dalam penerapan sistem mutu berbasis TQM untuk meningkatkan mutu pada kontraktor gred V (skala menengah) yaitu 1.

  Perbaikan berkelanjutan terhadap SDM, proses dan teknologi informasi; manajemen;

  3. Kerjasama dan pengelolaan sumber daya. Dari ketiga faktor diatas, faktor kepemimpinan dan komitmen manajemen yang paling dominan dalam penerapan mutu berbasis TQM untuk meningkatkan mutu kontraktor menengah di Sumatera Barat.

  Penelitian yang dilakukan Hamdi (2014) yang meneliti tentang penentuan bobot penilaian kinerja kontraktor berdasarkan sistem mutu berbasis TQM di Kabupaten Kerinci dimana hasil penelitiannya variabel terbaik dari faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja kontraktor berdasarkan sistem mutu berbasis TQM adalah:

  1. Manajemen berdasarkan sumber daya manusia; 2. Kebijakan dan strategi; 3. Komitmen; 4. Manajemen proses; 5. Manajemen sumber daya; 6. Quality awareness. Faktor kritis dari penilaian kinerja kontraktor berdasarkan sistem mutu berbasis TQM adalah komitmen 48,8%, kebijakan dan strategi 22,1%, manajemen proses 13,5%, quality awareness 7,5%, manajemen sumber daya manusia 5,1%, dan manajemen sumber daya 2,9%.

  3.2. Faktor-faktor Penting penerap- an TQM pada kontraktor kecil Pasaman Barat

  Dari 47 (empat puluh tujuh) butir pertanyaan yang valid, hasil analisis korelasi menunjukkan 46 (empat puluh enam) butir pertanyaan memiliki hubungan yang kuat dan sangat kuat antara faktor-faktor penting dalam penerapan TQM untuk meningkatkan kualitas kontraktor kecil di Kabupaten Pasaman Barat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

  10 (sepuluh) faktor untuk meningkatkan mutu kontraktor kecil yaitu Manajemen Kepemimpinan, Manajemen SDM, Manajemen Sumber Daya, Penggunaan Berkelanjutan, Pelatihan dan Pendidikan, Komunikasi, Kerjasama dengan Supplier, Dokumentasi sistem manajemen kualitas, dan Manajemen Proses.

  3.3. Faktor-faktor paling signifikan untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM pada kontraktor kecil di Pasaman Barat

  Dengan menggunakan analisis faktor dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yang berpengaruh terhadap penerapan TQM yaitu faktor Perbaikan Secara Terus Menerus Untuk Seluruh Aspek TQM, faktor Motivasi, dan faktor Manajemen Kepemimpinan.

  Perbaikan terus-menerus harus berurusan tidak hanya dengan meningkatkan hasil, tetapi lebih penting dengan meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan hasil yang lebih baik di masa depan.

  Tichey, N. (1983) mengatakan bahwa l angkah awal dalam

  implementasi TQM adalah menilai realitas organisasi saat ini. Prasyarat yang relevan harus dilakukan dengan sejarah organisasi, kebutuhan saat ini, pemicu peristiwa yang menyebabkan TQM, dan kualitas karyawan yang ada dalam bekerja . Jika realitas saat ini tidak termasuk prasyarat penting, implementasi TQM harus ditunda sampai organisasi berada dalam keadaan di mana TQM kemungkinan akan berhasil.

  Filosofi Deming salah satunya fokus pada perbaikan berkelanjutan dalam pengembangan produk (Evans, 2001). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Besterfield (2003) faktor yang mempengaruhi sukses atau tidaknya penerapan TQM pada perusahaan, salah satunya yaitu proses perbaikan berkelanjutan. Baidoun

  (2004) mengemukakan bahwa salah satu dari tujuh faktor fundamental dalam model penerapan TQM adalah proses perbaikan berkelanjutan.

  Oakland (2004) juga menyimpulkan bahwa salah satu dari 8 faktor yang mempengaruhi pelaksanaan TQM yaitu perbaikan berkelanjutan. Dahlgaard dkk (2002) juga menjelaskan bahwa salah satu dari 6 faktor yang mempengaruhi penerapan TQM adalah manajemen proses. EFQM (Europe Foundation for Quality

  Management ) sebagai organisasi

  kualitas, membuat sebuah framework untuk implementasi TQM salah satu faktornya adalah manajemen proses.

1. Perbaikan Secara Terus Menerus Untuk Seluruh Aspek TQM

  Hasil penelitian Dewita (2011) terhadap penerapan faktor TQM memperlihatkan bahwa perbaikan berkelanjutan merupakan salah satu dari 3 (tiga) faktor utama peningkatan mutu kontraktor kecil menengah di Sumatera Barat. Yang terpenting dalam menjamin suksesnya pelaksanaan TQM adalah perbaikan berkelanjutan. Hasil penelitian ini didukung oleh Sari (2013) yang menemukan 9 (sembilan) faktor kunci dalam penerapan TQM pada perusahaan konsultan, salah satunya yaitu perbaikan berkelanjutan. Untuk dapat menciptakan suatu sistem manajemen kualitas yang baik diperlukan adanya kebijakan dan sasaran kualitas dalam sistem pengelolaan perusahaan.

2. Motivasi

  Pemahaman motivasi baik yang ada dalam diri karyawan maupun yang berasal dalam lingkungan akan dapat membantu dalam peningkatan kinerja. mengarahkan motivasi sumber daya manusia agar karyawan merasa terpacu untuk bekerja lebih keras agar kinerja yang dicapai juga tinggi. Motivasi menurut Mathis dan Jackson (2002) merupakan hasrat didalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Sedangkan Gibson et al. (2006) mengemukakan pengertian motivasi kerja sebagai konsep yang menguraikan tentang kekuatan- kekuatan yang ada di dalam diri karyawan yang memulai dan mengarahkan perilaku.

  Manajemen sumber daya manusia merupakan faktor penting lainnya dalam penerapan TQM. Omachonu dan Ross (2005) menyatakan bahwa manajemen SDM merupakan salah satu dari 6 (enam) faktor yang mempengaruhi sukses atau tidaknya penerapan TQM pada perusahaan. Sebelumnya Oakland (2004) juga menjelaskan bahwa salah satu dari 8 (delapan) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan TQM adalah SDM. EFQM (Europe Foundation for Quality Management) sebagai organisasi kualitas juga menyatakan bahwa faktor SDM merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan implementasi TQM.

  Hasil penelitian Sudarto (2007) menyimpulkan bahwa faktor manajemen dan faktor SDM merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Hasil penelitian Sari (2013) mendukung penelitian yang dilakukan Sudarto (2007) yang menemukan 9 (sembilan) faktor kunci dalam penerapan TQM pada perusahaan konsultan, salah satunya yaitu manajemen SDM.

  3. Manajemen Kepemimpinan

  proses dalam mempengaruhi atau memotivasi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok orang dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam situasi tertentu. Kepemimpinan adalah upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah (Dubrin, 2005).

  Perbaikan mutu dengan menggunakan pendekatan TQM berbeda dengan perbaikan mutu dengan melalui pendekatan tradisional. Dimana perbedaan kedua pendekatan tersebut dapat diuraikan salah satunya melalui peranan manajerial, oleh karena itu manajemen kepemimpinan merupakan faktor penting dalam penerapan TQM seperti yang dikemukakan oleh Deming dalam Evans (2001) pentingnya manajemen kepemimpinan. Feigenbaum, yang juga merupakan salah seorang guru kualitas membagi filosofi TQM dalam tiga tahap, salah satunya yaitu kepemimpinan. Besterfield (2003) juga mengemukakan bahwa manajemen kepemimpinan merupakan satu dari 6 faktor yang mempengaruhi sukses atau tidaknya penerapan TQM pada perusahaan, Omachonu dan Ross (2005) juga mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor dalam penetapan TQM. Demikian juga dengan Oakland (2004) yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan komitmen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan TQM. Dahlgaard dkk (2002) juga menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerapan TQM. EFQM (Europe Foundation for Quality Management) sebagai organisasi kualitas yang membuat sebuah framework untuk implementasi TQM, merupakan salah satu faktor penerapan TQM.

  Pendapat tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewita (2011) yang menyimpulkan bahwa kepemimpinan dan komitmen manajemen merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam penerapan sistem mutu berbasis TQM untuk meningkatkan mutu pada kontraktor gred V ( skala menengah) di Sumatera Barat. Hasil penelitian yang dilakukan Carlo dkk (2006) menyimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan salah satu faktor dari delapan faktor yang mempengaruhi budaya kualitas perusahaan konstruksi. Penelitian Ilyas (1998) menyimpulkan bahwa keberhasilan pengembangan mutu produk perusahaan atau organisasi yang baik diperlukan juga elemen pendukung seperti kepemimpinan. Penelitian Sari (2013) juga menyimpulkan bahwa manajemen kepemimpinan penting dalam penerapan TQM.

  4. KESIMPULAN

  Dari analisis kesenjangan (gap) pada kontraktor kecil, penerapan TQM masih berada pada kategori 2 (sedang) dan kategori 3 (tinggi). Artinya bahwa kontraktor kecil belum memahami sepenuhnya arti penting Total Quality

  Management (TQM) Tingkat

  pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM yang ada saat ini memungkinkan untuk diperbaiki dengan cara menelusuri lebih jauh hal-hal yang dianggap penting sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan TQM pada masa akan datang..

  Didapatkan tiga faktor penting yang paling signifikan untuk pencapaian keberhasilan pelaksanaan TQM pada kontraktor kecil saat ini, antara lain: faktor proses perbaikan aspek TQM, faktor motivasi, faktor manajemen kepemimpinan.

  5. SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlu adanya sosialisasi yang lebih komprehensif kepada seluruh unsur yang ada di kontraktor untuk memahami hal-hal penting dalam keberhasilan pelaksanaan TQM diatas. Karena penelitian ini baru sebatas untuk kontraktor kecil diharapkan penelitian yang akan datang dapat melakukan penelitian lanjutan tentang keberhasilan penerapan TQM pada kontraktor menengah dan besar dengan lingkup yang lebih besar seperti provinsi ataupun nasional.

  6. DAFTAR PUSTAKA

  Abduh, Muhamad, Soemardi, Biemo W, dan Wirahadikusuma, Reini D,

  (2007) Sistem Informasi Kinerja Industri Konstruksi Indonesia, Kebutuhan akan Benchmarking dan Integrasi Informasi, Konferensi

  Quality Management: Untuk Praktisi Bisnis dan Industri , Edisi

  Dubrin, Andrew J.,(2005) Leadership , Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta

  Evans, James R. and Lindsay, William, M, (2001) The Management and

  Control 5 th edition , USA: South Western – Thomson Learning.

  Gaspersz, Vincent., (2005) Total

  Quality Management. PT. Gramedia

  Gaspersz, Vincent., (2011) Total

  Revisi dan Perluasan, Cetakan Ketujuh, PT. Vinchristo Publication, Bogor.

  Bung Hatta, Padang Dillon, W.R. and M. Goldstein, (1984)

  Ghozali, Imam., (2011) Aplikasi

  Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 19 , Edisi 5,

  Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

  Gibson, james L.., Invancevich, Jhon M., dan Donnelly, Jame H. Jr., (2006) Organisasi, alih bahasa Ir.

  Nunuk Ardiani, MM. Jakarta: Bina Aksara. Gilbert,

  G. (1992) Quality Improvement in a Defense

  Organization .Public Productivity and Management Review , 16 (1),

  Multivariate Analysis, methods and Applicaation. John Wiley & Sons, New York.

  Tesis , Pascasarjana Universitas

  Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atmajaya Yogyakarta, 11-12 Mei 2007 .

  Transactions of the American Association of Cost Engineers ,

  Adi, Henny Pratiwi dan Wibowo, M.

  Agung, (2010) Evaluasi Kinerja Stakeholders dalam Pembinaan Keterampilan Tenaga Kerja Konstruksi dengan Metode Performance Prism, Media Teknik Sipil, Volume X edisi Juli 2010, pp.

  106-112 .

  Asa, M. Fansrullah, Ismeth S. Abidin, Yusuf Latief, (2008) Faktor-faktor Kritis dalam Sistem Manajemen Mutu untuk Optimasi Profitabilitas dan Daya Saing Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia, Jurnal

  Teknik Sipil , Vol. 15 No. 3 Desember 2008, pp. 99-106.

  Baidoun, Samir, (2004) The Implementation of TQM Philoshopy Proposed Non-Prescriptive Generic Framework, The TQM Magazine, Volume 16, No. 3, pp.

  174-185. Biggar, J. L. (1990) Total quality management in construction.

  Q.1.1-Q.1.4. Besterfield, Dale

  Dewita, Martha., (2011) Faktor-Faktor Penting Penerapan Sistem Mutu Berbasis TQM Untuk Meningkatkan Mutu Kontraktor Di Sumatera Barat,

  H., Besterfield- Michna, Carol, Besterfield, Glen H., and Besterfield-Sacre, Mary, (2003)

  Total Quality Management , New

  Jersey, Prentice Hall, Pearson Education, Inc. Carlo Nasfryzal, Abdul Hakim

  Mohammed, dan Muhd Zaimi Abd Majid., (2006) Budaya Kualitas (Mutu) dalam Perusahaan Jasa Konstruksi, International

  Conference on Construction Industry, Padang 21-24 Juni 2006, pp.7-10 .

  Dahgaard, Jens J, Kar Kristensen dan Gopal K. Kanji, (2002)

  Fundamental of Total Quality Management , Taylor and Franciss.

  65-75. Hamdi, (2014) Penentuan Bobot Penilaian Kinerja Kontraktor Berdasarkan Sistem Mutu Berbasis TQM, Tesis, Universitas Bung Hatta, Padang Haupt, T. C., & Whiteman, D. E.

  (2004) Inhibiting factors of implementing total quality management on construction sites.

  Sari, Liza Permana., (2014) Studi Kendala Pelaksanaan Standar Mutu Berbasis TQM Pada Perusahaan Kontraktor di Provinsi Jambi, Tesis, Pascasarjana, Universitas Bung Hatta, Padang.

  E, (2005) Principles of Total

  Quality , 3 rd edition, CRC Press.

  Pamulu, Muhammad Sapri dan Husni, Muhammad Salsabil, (2005) Studi Implementasi ISO 9000:2000 pada perusahaan Konstruksi di Makassar,

  Jurnal Teknik Sipil Volume 12 No.3 Juli 2005 .

  Pheng, Low Sui dan Jasmine Ann Teo, (2004) Implementing Total Quality Management in Construction Firms Journal of management in Engineering, Vol. 20, No.1, Hal. 8- 15.

  Putri, Dina Febrini., (2009) Faktor- faktor Penting Penerapan Sistem Mutu Berbasis TQM Untuk Meningkatkan Mutu Kontraktor Kecil Di Indonesia (Studi Kasus Kota Bandung), Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung

  Permasalahan pada Faktor Internal yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia, Jurnal Teknologi, Edisi No. 2 Tahun XXI, Juni 2007, pp. 102-110. Sugiyono, (2009) Metode Penelitian

  Management for Engineering and Construction , McGraw-Hill Higher

  Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta. Tan Chin-Keng, Abdul-Rahman,

  Hamzah, (2011) Study of Quality Management in Construction Projects, Chinese Business Review,

  ISSN 1537-1506 July 2011, Vol. 10, No. 7, 542-552

  Teng, M, (2002) Corporate Turnaround, Prentice Hall Inc, Singapore.

  Tichey, N., (1983) Managing Strategic

  Change .: John Wiley & Sons. New

  Education, Boston Omachonu, Vincent K dan Ross, Joel

  edition, Butterworth-Heinemann. Oberlender, Garold D., (2000) Project

  The TQM Magazine , 16(3), 166- 173.

  Jurnal EMBA, vol. I No. 3 Hal. 1157-1164.

  Hendrickson, C.T. (2000) Project

  Management for Construction , 2nd

  edition, Prentice-Hall, New York Ilyas, Mudakir, (1998) Buletin Pengawasan No. 13 & 14 Th.1998.

  Kuncuro, M. (2003) Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti & Menulis Tesis. Erlangga, Jakarta. Latief, Yusuf dan Utami, Retyaning

  Puji, (2009) Penerapan Pendekatan Metode Six Sigma dalam Penjagaan Kualitas pada Proyek Konstruksi.

  Lempoy, Juditshira, (2013) Penerapan efektifitas Pelayanan pada PT. PLN (persero) wilayah Suluttenggo.

  Mathis dan Jackson. (2002) Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat.

  rd

  Mathis Robert, L., Jackson Jhon H.

  (2002) Manajemen Sumber daya

  Manusia, Jilid kedua Penerbit

  Salemba Oakland, John S., (2004) Oakland on

  Quality Management,

  3

  York