ANALISIS EFEKTIVITAS PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM PROGRAM PAMSIMAS DI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

  1 ANALISIS EFEKTIVITAS PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMBANGUNAN SARANA AIR MINUM PROGRAM PAMSIMAS DI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

  Oleh:

  AFRIZAL NPM : 0810018312008 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

  

EFFECTIVENESS ANALYSIS OF PARTICIPATION IN INFRASTRUCTURE

DEVELOPMENT IN DRINKING WATER PROGRAM PAMSIMAS GUNUNG TULEH

AND TALAMAU SUBDISTRICT DISTRICT PASAMAN BARAT

by :

  

Afrizal¹, Alizar Hasan², Wardi²

¹ Program Magister Teknik Sipil Studies, Graduate University of Bung Hatta

² Magister Teknik Sipil Program, Graduate School of the University of Bung Hatta

  

E - mail :

E - mail : afrizalzaky24@gmail.com

  Pamsimas program allow the society to manage all activities independently and activelly involved in every stage of activities ranging from socialization, planning, execution, control, conservation and development activities. the perpormance of the program depends on the participation of society program implementation mechanism and the facilitation of the process of implementing a participatory approach.This study examines the effektiveness community participation in the construction of the facilities constructed by non-governmental organizations. Therefore, a research on the assess ment of the effectiveness of community participation in the construction of drinking water facilities in the District Program Pamsimas Gunung Tuleh and Talamau Pasaman Barat Is necessary.This study adopted qualitative methods. The qualitative research is conducted in specific environment that exist in real life (naturally) with the purpose of investigating and understanding the phenomenon: what happened, why it happened and how it happened (Finlay 2006). The Data are written in a descriptive report. Data obtained from this study in the form of words and images.The participation at the Communites are measured through their financial contributions, in the form of mutual aid personnel and work together in gathering local materials.Based the out came of this studi, it can be concluded that community participation in the construction of drinking water facilities in the District Program Pamsimas Gunung Tuleh and Talamau is considenably effective.

  Keywords : Effectiveness, community participation, Pamsimas Program.

A. Pendahuluan

  jumlah penderita penyakit diare dan penyakit lain Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan, yang disebabkan atau ditularkan melalui air dan produktifitas dan kualitas hidup masyarakat lingkungan yang tidak sehat, adalah dilakukan miskin merupakan sesuatu yang harus suatu usaha yang dikenal dengan Program diprioritaskan oleh Pemerintah. Salah satu PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan permasalahan yang dihadapi adalah tingginya Sanitasi Berbasis Masyarakat). Program ini angka diare yakni 5 kejadian per desa (Laporan merupakan program pemberdayaan masyarakat

  IMAS Fasilitator Tahun 2011), yang disebabkan yang kegiatannya meliputi antara lain oleh rendahnya akses terhadap penggunaan pembangunan sarana air bersih, sanitasi yang sarana air bersih. Salah satu upaya yang baik di masyarakat maupun di lingkungan dilakukan pemerintah untuk meminimalkan sekolah.

  2 Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas), pemerintah berupaya untuk : (i) meningkatkan jumlah masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan peri-urban yang mendapatkan akses aman air minum dan sanitasi yang layak, (ii) mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan, (iii) meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan maupun penanganan pasca proyek (Pedoman Pamsimas Tahun 2012). Sehingga dapat mendukung pencapaian target MDGs bidang air minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL). Tidak sedikit partisipasi yang diberikan oleh masyarakat mulai dari proses sosialisasi, perencanaan, dan pembangunan sarana air bersih, masyarakat rela mengorbankan waktu bahkan uang utnuk mendapatkan bantuan Program Pamsimas. ”Partisipasi bagi warga masyarakat merupakan proses keterlibatan warga masyarakat dalam pembuatan keputusan bersama mengenai penggunaan sumber daya publik dan pemecahan masalah publik untuk pembangunan daerahnya” (Syamsul Hadi Thubany, dkk : 2004). Sebagai bentuk voice, akses dan kontrol rakyat, partisipasi merupakan prasyarat mutlak untuk mewujudkan program pembangunan. Tanpa partisipasi masyarakat, mustahil suatu pembangunan itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta diorientasikan untuk meningkatkan derajat hidup rakyat banyak. Berdasarkan target Millennium Development Goals (MDGs) Tahun 2000, Indonesia menghadapi dua tantangan. Pertama, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan hingga 67% proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman. Kedua, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk meningkatkan hingga 69,3% proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar. Sumber air terlindungi serta air perpipaan, sementara fasilitas sanitasi dasar terdiri dari jamban dengan tangki septik yang memadai. Sudah Rp. 12,750,144,565 (dua belas milyar tujuh ratus lima puluh juta seratus empat puluh ribu lima ratus enam lima rupiah) dana yang sudah terserap dalam pelaksanan pembangunan sarana air minum dan sanitasi hanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan 8.706 jiwa (Laporan Fasilitator Keberlanjutan Kabupaten Pasaman Barat Bulan Desember 2012). Empat Isu Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia tertuang dalam tujuan dan Sasaran Program, dari Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium Development Goals). Salah satu dari tujuan tersebut berbunyi “Meningkatkan

  Efektifitas dan Kesinambungan Jangka Panjang Pembangunan Sarana dan Prasarana Air Minum Berbasis Masyarakat”.

  Menurut penelitian sebuah lembaga yang bernama MDGs (Millenium Development Goals) Asia Pasifik, Bahwa untuk sektor sanitasi di Indonesia cakupan akses nasionalnya, rata-rata memang telah mencapai 80%, dan itu artinya telah melampaui target dari MDGs yang hanya 74%. Namun, hal itu baru sebatas kuantitas. Bukan kualitas. Dengan bukti di atas yang menunjukkan bahwa banyaknya bayi yang meninggal akibat diare, hal itu telah cukup membuktikan bahwa secara kualitas, sanitasi di Indonesia masih sangat-sangat buruk. Sedangkan bila ditinjau dari kuantitas dan kualitas, data terbaru yang dilansir MDGs, baru 51,02% keluarga di Indonesia yang memiliki akses sanitasi yang memadai. Targetnya, pada tahun 2015 akses sanitasi dapat naik hingga di angka 60% hingga 70% sumber artikel (hidro water solution). Di akses tgg 20 Maret 2013.

  Masalah air bersih dan sanitasi tampaknya merupakan masalah klasik yang tak kunjung usai diberantas di Indonesia. Pada tahun 2011 ini, dari sekitar dua ratus jutaan penduduk Indonesia, baru 20% saja yang memiliki akses terhadap air bersih. Itu pun kebanyakan di daerah perkotaaan.

  Sedangkan sisanya, atau sekitar 80% rakyat Indonesia masih mengkonsumsi air yang tak layak untuk kesehatan. Hal itu dibuktikan melalui hasil penelitian dari (Jim Woodcock), seorang konsultan masalah air dan sanitasi dari bank dunia, yang hasilnya adalah 100.000 bayi di Indonesia tewas setiap tahunnya yang disebabkan oleh diare, penyakit yang paling mematikan nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan akut. Penyebab utamanya, jelas buruknya akses terhadap air bersih serta sanitasi sumber artikel (hidro water solution) Program pembangunan seperti ini kemudian sering disebut dengan pembangunan yang top- down (diturunkan dari atas ke bawah). Meskipun program pembangunan didasarkan pada proses penjajakan kebutuhan masyarakat, namun hanya didasarkan pada suatu survey atau penelitian akademis yang tidak melibatkan masyarakat secara penuh dan berarti. ”Hal ini masih ditambah dengan ketidakmampuan masyarakat untuk bersuara menyatakan pendapatnya yang mengakibatkan rendahnya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi secara baik dalam kehidupan sosial maupun politik” (Mukherjee, 2002:2) Partisipasi masyarakat merupakan indikator utama dan menentukan keberhasilan pembangunan. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat dan pembangunan berencana merupakan dua terminologi yang tidak dapat dipisahkan. Pendapat atau teori tersebut secara rasional dapat diterima, karena secara ideal tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu sangatlah pantas masyarakat terlibat didalamnya.

  (Korten dalam Supriatna, 2000:65) mengatakan bahwa “pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program pembangunan (partisipasi pembangunan). Karena hanya dengan partisipasi masyarakat penerima program, maka hasil pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat”. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan sebagai suatu pendekatan pembangunan alternatif, fokusnya tidak hanya pada keterlibatan pihak penerima dalam proses pembangunan tetapi juga memampukan masyarakat untuk mengawasinya guna melindungi kehidupan mereka. Demikian pula dengan pemberdayaan masyarakat yang diterapkan dalam pengelolaan Program Pamsimas. Maka melalui penelitian dan penyusunan laporan dalam bentuk tesis terhadap hal tersebut, penulis membuat judul penelitian ini : “Analisis Efektivitas Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Sarana Air Minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat”.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Adanya pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan Sarana Air Minum pada Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan sesuai dengan Juklak dan Juknis dari Program Pamsimas.

  Selama ini belum ada yang meneliti tentang seberapa jauh efektivenya partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana yang dibangun secara swadaya masyarakat. Oleh sebab itu peneliti ingin mengkaji efektivitas partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

  C. Pertanyaan Penelitian

  Dari perumusan masalah di atas maka yang menjadi pertanyaan penelitian (Research

  Question) nya adalah :

  1. Apakah Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Sarana Air Minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat berjalan Efektive ?

  D. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Efektivitas Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Sarana Air Minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.

  E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Effektifitas

  Efektivitas dapat diartikan sangat beragam terkait dengan bidang keahlian dan tergantung pada konteks apa efektivitas tersebut digunakan. Menurut Drucker (1978) efektivitas adalah suatu tingkatan yang sesuai antara keluaran secara empiris dalam suatu sistem dengan keluaran yang diharapkan. Efektivitas berkaitan erat dengan suatu kegiatan untuk bekerja dengan benar demi tercapainya hasil yang lebih baik sesuai dengan tujuan semula. Sementara itu efektivitas dapat diartikan sebagai pencapaian sasaran dari upaya bersama, dimana derajat pencapaian menunjukkan derajat efektivitas (Gybson 1997).

  Efektivitas dapat digunakan sebagai suatu alat evaluasi efektif atau tidaknya suatu tindakan (Wahyuningsih D 2005) yang dapat dilihat dari : a. Kemampuan memecahkan masalah, keefektifan tindakan dapat diukur dari kemampuannya dalam memecahkan persoalan dan hal ini dapat dilihat dari berbagai permasalahan yang dihadapi sebelum dan sesudah tindakan tersebut dilaksanakan dan seberapa besar kemampuan dalam mengatasi persoalan.

  b. Pencapaian tujuan, efektivitas suatu tindakan dapat dilihat dari tercapainya suatu tujuan dalam hal ini dapat dilihat dari hasil yang dapat dilihat secara nyata. Menurut Slamet (1994), faktor-faktor internal yang mempengaruhi partisipasi Kriteria efektivitas kebijakan merupakan suatu masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat fungsi yang tidak hanya ditentukan oleh pendidikan, tingkat pendapatan dan mata implementasi kebijakan tersebut secara efisien pencaharian. Faktor internal berasal dari tetapi juga ditentukan oleh kemampuan individu itu sendiri. Secara teoritis, tingkah koordinasi kebijakan, hal tersebut untuk laku individu berhubungan erat atau ditentukan meminimalkan efek samping akibat keterkaitan oleh: antar ukuran-ukuran kebijakan yang berbeda- Jenis Kelamin. beda ( Wahyuningsih D 2005).

  1.

2. Bentuk – Bentuk Partisipasi Masyarakat Partisipasi yang diberikan oleh seorang

  pria dan wanita dalam pembangunan Menurut Keith Davis dalam Sastropoetro adalah berbeda. Hal ini disebabkan oleh (1988), bentuk-bentuk partisipasi meliputi : adanya sistem pelapisan sosial yang

  1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa; terbentuk dalam masyarakat, yang membedakan kedudukan dan derajat ini,

  2. Sumbangan spontan berupa uang dan akan menimbulkan perbedaan- perbedaan barang; hak dan kewajiban anatar pria dan wanita.

  3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari Dengan demikian maka kecenderungannya, dan donornya berasal dari pihak ketiga; kelompok pria akan lebih banyak

  4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari berpartisipasi. dan dibiayai seluruhnya oleh masyarakat; 2. Usia.

  5. Sumbangan dalam bentuk kerja; Perbedaan usia juga mempengaruhi

  6. Aksi massa; tingkat partisipasi masyarakat. Dalam masyarakat terdapat pembedaan

  3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi kedudukan dan derajat atas dasar senoritas,

  Partisipasi masyarakat sehingga akan memunculkan golongan tua dengan pendidikan yang diperoleh dan golongan muda, yang berbeda-beda seseorang lebih mudah berkomunikasi dalam hal-hal tertentu, misalnya dengan orang luar dan cepat tanggap menyalurkan pendapat dan mengambil terhadap inovasi. keputusan. Usia berpengaruh pada 4. Tingkat Penghasilan. keaktifan seseorang untuk berpartisipasi

  Tingkat penghasilan juga mempengaruhi (Slamet 1994). Dalam hal ini golongan partisipasi masyarakat. Penduduk yang tua yang dianggap lebih berpengalaman lebih kaya kebanyakan membayar atau senior, akan lebih banyak pengeluaran tunai dan jarang melakukan memberikan pendapat dalam hal kerja fisik sendiri. Sementara penduduk menetapkan keputusan. yang berpenghasilan pas-pasan akan 3. Tingkat Pendidikan. cenderung berpartisipasi dalam hal tenaga.

  Demikian pula halnya dengan tingkat Besarnya tingkat penghasilan akan pengetahuan. Salah satu karakteristik memberi peluang lebih besar bagi partisipan dalam pembangunan partisipatif masyarakat untuk berpartisipasi. Tingkat adalah tingkat pengetahuan masyarakat penghasilan ini mempengaruhi tentang usaha-usaha partisipasi yang kemampuan finansial masyarakat untuk diberikan masyarakat dalam pembangunan. berinvestasi. Masyarakat hanya akan Salah satu faktor yang mempengaruhi bersedia untuk mengerahkan semua tingkat pengetahuan adalah tingkat kemampuannya apabila hasil yang dicapai pendidikan. Semakin tinggi latar belakang akan sesuai dengan keinginan dan prioritas pendidikannya, tentunya mempunyai kebutuhan mereka (Panudju 1999). pengetahuan yang luas tentang 5. Mata Pencaharian. pembangunan dan bentuk serta tata cara

  Hal ini berkaitan dengan tingkat partisipasi yang dapat diberikan. Faktor penghasilan seseorang. Dengan demikian pendidikan dianggap penting karena dapat dikatakan bahwa mata pencaharian dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan akan berpengaruh terhadap waktu luang seseorang untuk terlibat alam pembangunan, misalnya dalam hal menghadiri pertemuan, kerja bakti dan sebagainya.

  Yang menjadi tolak ukur efektifitas partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air minum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh adalah besarnya prosentase partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pamsimas (dengan menggunakan indikator delapan bentuk partisipasi masyarakat yang dikemukakan oleh C. Ericson dalam Slamet (1993) dan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam tiga variable utama, yaitu : Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan dan Tahap Pengawasan dan dihubungkan dengan hasil analisis besarnya prosentase jawaban responden yang menyatakan adanya partisipasi masyarakat tersebut.

  Adapun kriterianya sebagai berikut: 1) Cukup efektif, jika hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pamsimas sama atau lebih dari 50 %.

  2) Kurang efektif, jika hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program Pamsimas kurang dari 50 %.

  4. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode

  Kualitatif, dimana penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan tujuan menginvestigasi dan memahami fenomena : apa yang terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya, Finlay (2006). Data ditulis secara deskriptif sehingga terbentuk laporan. Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata-kata, gambar dan bukan angka- angka. Selanjutnya dilakukan literatur review.

  Kegiatan ini berkaitan dengan telaah atas teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang didapat dalam penelitian (Chariri 2009).

  F. Metode Penelitian

  1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Talamau data penelitian. dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten

  2. Teknik Pengumpulan Data

  Pasaman Barat yang merupakan salah satu dari Riset lapangan dan analisis data 11 kecamatan di Kabupaten Pasaman Barat merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan

  Propinsi Sumatera Barat yang mendapatkan dalam penelitian kualitatif. Artinya, analisis Program Pamsimas. Penelitian ini dilaksanakan data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan pada lokasi Program Pamsimas Tahun. 2011 di data. Dalam penelitian kualitatif kualitas riset Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung sangat tergantung pada kualitas dan Tuleh, yaitu ; kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan

  • TA. 2011 ; Nagari Talu Jorong yang selalu diperhatikan dalam pengumpulan

  Patamuan Sungai Janiah data adalah apa, mengapa dan bagaimana.

  • TA 2011: Nagari Robi Jonggor Analisa data dilakukan bersamaan dengan

  Jorong Kampuang Pinang pengumpulan data. Penelitian bertumpu pada Siligawan

  triangulation data yang dihasilkan dari tiga

  Ada beberapa alasan peneliti dalam metode (Chariri 2009) : memilih lokasi penelitian ini diantaranya ; pertama, Nagari Talu Jorong Patamuan Sungai

  a. Wawancara (Interview)

  Janiah dan Nagari Robi Jonggor Jorong Wawancara (interview) dimana peneliti Kampuang Pinang Siligawan dianggap yang dan responden berhadapan langsung (face terbaik pelaksanaan program Pamsimas di to face) bertujuan mencatat opini, tingkat Kabupaten dibandingkan nagari-nagari perasaan, emosi dan hal lain yang lain yang melaksanakan Program Pamsimas. berkaitan dengan individu dan topic

  Kedua, peneliti sudah cukup dikenal baik oleh wawancara. Dengan melakukan masyarakat maupun tokoh dan perangkat wawancara, peneliti dapat memperoleh kelembagaan yang ada ditengah masyarakat data yang lebih banyak sehingga peneliti sehingga sangat membantu proses pengumpulan dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresi pihak yang diwawancarai dan dapat melakukan klarifikasi atas hal- hal yang tidak diketahui. Data yang diperoleh dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi.

  • Wawancara Berstruktur (Schedule

  Standardised Interview ), yaitu

  wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis dan telah disusun sebelumnya.

  • Wawancara Tidak Berstruktur (Non

  Schedule Standardised Interview ),

  adalah wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan.

  Pertanyaan muncul secara spontan sesuai perkembangan situasi dan kondisi ketika wawancara. Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi yang fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak dan luas.

  b. Observasi Partisipatif (Participant Observation)

  Observasi partisipatif dilakukan dengan cara mengamati secara langsung perilaku individu dan interaksi mereka dalam latar penelitian. Oleh karena itu peneliti harus terlibat langsung dalam proses sehari-hari subjek yang dipelajari. Dengan cara ini peneliti dapat memperoleh data khusus di luar struktur dan prosedur formal program.

  c. Telaah Catatan Program (Organitation Record)

  Arsip dan catatan program merupakan bukti unik dalam study kasus, yang tidak ditemui dalam wawancara dan observasi. Sumber ini merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk mendukung data dari observasi dan wawancara. Selain itu telaah terhadap catatan program dapat memberikan data tentang konteks historis setting program yang diteliti.

  Sumber datanya dapat berupa buku petunjuk teknis program, foto dokumentasi, dokumen laporan-laporan, catatan administrasi dan keuangan, surat menyurat dan dokumen lain yang relevan.

  Dalam melakukan penelitian di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat, peneliti bertumpu pada triangulation data yang dihasilkan dari tiga metode : wawancara

  (interview) , observasi partisipatif (participative observation) , dan telaah catatan program (organizational document record). Sehingga

  data-data primer yang diperoleh dalam penelitian kualitatif ini akan berbentuk kata-kata, kutipan- kutipan wawancara, sedangkan data sekunder berupa foto-foto dan dokumen-dokumen yang dikutip dari catatan program.

  Ketika data mulai terkumpul dari hasil wawancara, observasi dan telaah catatan, analisis data harus segera dilakukan untuk menentukan pengumpulan data berikutnya (Chariri 2009).

  Dengan demikian proses analisis ini menggunakan model linier atau analisis mengalir (flow model analysis). Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Setelah dianalisis belum terasa memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu sampai diperoleh data yang kredibel.

  Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu ;

  reduksi data, klasifikasi dan penyajian data dan penarikan kesimpulan dideskripsikan untuk

  dapat menjawab permasalahan penelitian.

  H. Hasil Penelitian

  Tingkat kehadiran masyarakat dalam musyawarah Pamsimas cukup banyak. Zulfahri selaku masyarakat Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor mengatakan (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  “...Dalam melakukan Setiap kali musyawarah dalam perencanaan Pamsimas, masyarakat cukup berpartisipatif dengan dibuktikan tingkat kehadirannya rata-rata diatas 65% orang yang hadir…”

G. Teknik Analisis Data

  Sedangkan yang di katakan oleh M. Zein selaku Koordinator LKM Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  “…Di Jorong Robi Jonggor Nagari Kampung Pinang Siligawan setiap kali musyawarah kalau masyarakatnya diinformasikan atau diundang selalu ramai yang hadir. Apalagi musyawarah tentang air bersih, masyarakat yang hadir rata- rata diatas 65% orang. …”

  Dalam setiap kali musyarawah, masyarakat cukup berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan air bersih yang ada di jorong Dalam setiap kali musyarawah, mereka, M. Zein selaku Koordinator LKM masyarakat cukup berpartisipasi dalam Jorong Robi Jonggor Nagari Kampung Pinang memecahkan permasalahan air bersih yang ada Siligawan (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) : di jorong mereka, Zulhelmi selaku Kepala

  Jorong Partamuan Sungai Janiah Nagari Talu

  “...Masyarakat yang hadir dalam musyawarah cukup aktif ditambah lagi fasilitatornya Cukup

  (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  Antusias dalam melakukan musyawarah sehingga membuat peta sosial jorong “...Masyarakat yang hadir dalam musyawarah masyarakat beramai-ramai membuat dan cukup aktif ditambah lagi fasilitatornya Cukup menunjukan mana yang rumah miskin, mana Antusias dalam melakukan musyawarah yang rumah kaya…” sehingga membuat peta sosial jorong masyarakat beramai-ramai membuat dan menunjukan mana yang rumah miskin, mana “…Di dalam peta sosial jorong yang dibuat yang rumah kaya…” masyarakat tersebut, juga ditunjukkan di mana- “…Di dalam peta sosial jorong yang dibuat mana sumber air yang ada di jorong tersebut…” masyarakat tersebut, juga ditunjukkan di mana- mana sumber air yang ada di jorong tersebut…”

  Hal demikian juga di katakan oleh Zulhelmi selaku Koordinator Kepala Jorong Partamuan Sungai Janiah Nagari Talu (Wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  “…Di Jorong Patamuan Sungai Janiah Nagari Talu setiap kali musyawarah kalau masyarakatnya diinformasikan atau diundang selalu ramai yang hadir. Apalagi musyawarah tentang air bersih, masyarakat yang hadir rata- rata diatas 80% orang. …”

  Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga gotong royong. Bentuk partisipasi dan kerjasama yang ada pada kehidupan masyarakat di kecamatan Batipuh dapat dicerminkan dari kegiatan gotong royong. Gotong royong memang tidak periodik dilaksanakan, melainkan diadakan apabila diperlukan sewaktu-waktu misalnya dalam menyambut dan mempersiapkan suatu acara atau keperluan Nagari atau Jorong. Jika ada permasalahan yang terjadi dan mempengaruhi seluruh nagari, misalnya terjadi kerusakan akibat bencana alam seperti saluran irigasi runtuh, jembatan rusak, atau balai adat nagari yang perlu diperbaiki, musyawarah dan gotong royong memperbaiki sarana umum tersebut akan menjadi alternative jalan penyelesaian yang dipilih masyarakat.

  Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga gotong royong sejak dahulunya sudah membudaya di Kecamatan Talamau Nagari Talu, menurut Aljufri, SS. Selaku Wali Nagari Talu mengatakan (wawancara tanggal 09 Juli 2014) :

  “…Kalau untuk bergotong royong di Jorong Partamuan Sungai Janiah tersebut saya yakin sekali, sebab dari jorong-jorong yang ada di Nagari ini, Jorong Partamuan Sungai Janiah perlu diacungkan jempol…” “…Saya sendiri sebagai Wali Nagari Talu, sering sekali bergotong royong bersama dengan masyarakat Jorong Partamuan Sungai

  Janiah…”

  Hal yang sama juga dikatakan oleh Pennisri, SE, selaku Sekretris Wali Nagari Rabi Jonggor mengatakan (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  “...Pelaksanaan Pamsimas di mulai di akhir bulan Agustus 2011. LKM mengundang masyarakat untuk bergotong royong setiap harinya. Dalam satu minggu ada satu hari yang gotong royong bersama untuk merintis jalur pipa yang akan dilalui dan goro mengumpulkan batu atau pasir yang akan digunakan untuk pembangunan. Konsumsi untuk gotong royong harian dibawa dari rumah masing-masing yang bergotong royong. Ibu-ibu dilibatkan dalam bergotong royong dengan cara mengangkut pasir atau batu yang dibutuhkan dari sungai ke lokasi pembangunan. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian Tukang tetap dibayarkan tetapi dibayar separohnya karena didalamnya Tukang dituntut berswadaya juga…”

  Dalam pelaksanaan Program Pamsimas di Nagari Robi Jonggor, LKM punya kiat tersendiri. Hal itu dikatakan oleh Zulfahri selaku tokoh masyarakat Jorong Kampung Pinang Siligawan Nagari Robi Jonggor (wawancara tanggal 08 Juli 2014) :

  “...Dalam musyawarah antara LKM dengan masyarakat didapat kesepakatan bahwa nilai swadaya gotong royong sebanyak Rp. 44.000.000,- dibagi per KK. Nilai pelaksanaan gotong royong per KK sebesar Rp. 500.000,-

  dimana satu hari goro dinilai sebesar Rp.

  2. Tingkat Pendidikan

  50.000,- ( wajib 10x gotong royong/ KK )…”

  Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah tingkat

I. Pembahasan atau Pengolahan Data

  pendidikan. Dari hasil penelitian dan Dari hasil Analisis Data dan Hasil Wawancara, wawancara langsung kelapangan tingkat Efektivitas Partisipasi Masyarakat pada pendidikan di jorong tersebut sudah cukup pembangunan sarana air minum Program memadai, terutama pada golongan muda

  Talamau dan Pamsimas di Kecamatan pendidikannya Sekolah Menengah Tingkat Kecamatan Gunung Tuleh dapat dipengaruhi Atas (SMA) sudah mencapai 60%. oleh beberapa Faktor diantaranya :

  Sedangkan sisanya tamatan Sekolah Dasar dan Sekolah Tingkat Pertama.

  1. Tingkat Usia Perbedaan Usia juga mempengaruhi tingkat

  3. Tingkat Ekonomi partisipasi mayarakat, berdasarkan hasil Dari tingkat ekonomi sangat berpengaruhi

  Penelitian diatas pada tabel 4.6 dapat kita sekali terhadap partisipasi masyarakat dalam lihat bahwa tingkat kehadiran masyarakat pembangunan. Hal ini disebabkan pekerjaan dalam setiap melakukan musyarawah hanya berpengaruh waktu luang seseorang untuk 65% dari jumlah penduduk. Sedangkan terlibat dalam pembangunan. Dari hasil sisanya (35%) lagi tidak mengikuti penelitian penghasilan masyarakat musyawarah, ini sebabkan oleh :

  Kecamatan Gunung Tuleh dan Kecamatan Talamau Rata – rata dari Tani dan

  1. Adanya perbedaan kedudukan dan Perkebunan. Sehingga penduduk yang derajat atas dasar senioritas berpenghasilan pas-pasan akan cenderung

  2. Dalam hal ini golongan tua yang berpartisipasi dalam hal tenaga. Besarnya dianggap lebih berpengalaman atau tingkat penghasilan akan memberi peluang senior, akan lebih banyak memberikan lebih besar bagi masyarakat untuk pendapat dalam hal menetapkan berpartisipasi dan Tingkat penghasilan ini keputusan. mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi.

  J. Kesimpulan

  Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat persentase kehadiran partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh adalah berkisar antara 65% - 85%.

  2. Dari hasil Uji Reliabilitasi dapat disimpulkan bahwa jawaban yang diberikan oleh responden adalah konsisten dengan jawaban sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat penelitian ini adalah valid.

  3. Partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas cukup efektif kalau ditinjau dari segi waktu, biaya dan mutu.

  4. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat pada pembangunan sarana air munum Program Pamsimas di Kecamatan Talamau dan Kecamatan Gunung Tuleh sudah cukup efektive.

  5. Ternyata ada pengaruh positif dan negative dari keberadaan Fasilitator Masyarakat terhadap partisipasi masyarakat. Dampak positif dapat diuraikan antara lain : Masyarakat lebih termotivasi hadir dalam acara yang dihadiri oleh fasilitator atau ikut serta ketika fasilitator turun kelapangan. Mempererat solidaritas dan kerjasama masyarakat, kelompok kerja termotivasi meningkatkan kualitas pekerjaan dan kekompakan antara anggota kelompok.

  Sementara dampak negative dari keberadaan fasilitator antara lain : menurunkan kemandirian dan kepercayaan diri masyarakat. Sikap yang terbuka dan siap membantu kapan saja diperlukan malah menciptakan ketergantungan mereka terhadap fasilitator. Pendampingan dan tuntunan secara terus menerus menyebabkan masyarakat kurang percaya diri untuk bekerja tanpa pendampingan.

  K. Saran – Saran

  1. Pada saat kegiatan sosialisasi di masyarakat, perlu adanya kejelasan dan ketegasan mengenai tahapan kegiatan Pamsimas.

  disajikan pada Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Laboratorium Pengembangan Akuntansi (LPA), Semarang ; Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

  London : Zed Books Ltd.

  Participation and Decision Making .

  Karl, M, 1995. Women and Empowerment:

  Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

  New Haven Conn: Yale University Press.

  www.inparametric.com Dahl, Robert ,1983. Democracy and Its Critics.

  Download dari :

  Dwiyanto, Djoko. 2006. Metode Kualitatif dan Penerapannya dalam Penelitian .

  Tanggung jawab Praktek . Jakarta: Penerbit Gramedia.

  Drucker, peter, F.1978. Manajemen: Tugas dan

  Metode Penelitian Kualitatif . Paper

  2. Pengelola perlu memperhatikan ketersediaan sumber air, kualitas air (fisik, kimia, biologi) dan kuantitas (liter/keluarga) yang disalurkan ke masyarakat penerima manfaat.

  Chariri, A., 2009. Landasan Filsafat dan

  Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

  Bungin Burhan, ed. 2003. Analisa Data

  Measuring Empowerment. Modul Pelatihan Pemberdayaan.

  Bartle, Phill, 2002. Participatory Method of

  Publications Limited.

  Community Participation in Urba Management. London : Earthscan

  Abbott, John. 1996. Sharing the City :

  Terutama karena nilai keuntungan yang besar, menyebabkan pay back periode dapat sangat cepat dicapai.

  Sehingga secara bersama mereka berusaha menjaga keberlanjutan penyediaan air minum mereka secara mandiri, melalui pemeliharaan sarana-prasarana pengelolaan kelembagaan, ketertiban iuran, dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan air minum.

  3. Pengelola perlu melakukan penghitungan nilai-manfaat, yang hasilnya disosialisasikan ke masyarakat penerima manfaat, setelah mereka mengimplementasikan program Pamsimas.

DAFTAR PUSTAKA

  Kartasasmita, Ginandjar. 1997. Administrasi Pembangunan . Jakarta: LP3ES.

  Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor

  dan Upaya Peningkatannya dalam Pengelolaan Jaringan Irigasi Mendut Kabupaten Semarang.”

  Sutrisno, D, 2005. “Pemberdayaan Masyarakat

  Yogyakarta: Gava Media.

  Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004. Kemitraan dan Modul-modul Pemberdayaan .

  Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP- STKS).

  Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran. Bandung :

  Suharto, Edi. 1997. Pembangunan, Kebijakan

  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

  Soetrisno, Loekman, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif.

  Soekartawi. 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan. Jakarta: Rajawali.

  Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

  Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat

  1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

  Indonesia Prijono, Onny S. dan Pranarka A.M.W. (ed.).

  Purba, Jonny (ed).2005. Pengelolaan

  Mikkelsen, Britha. 2003. Metode Penelitian

  The World Bank.

  in Development Projects-The World Bank Experience. Washington DC:

  Paul, Samuel, 1987. Community Participation

  Bandung: Penerbit Alumni.

  Perumahan Kota dengan Peran serta Masyarakat Berpenghasilan Rendah .

  Panudju, Bambang. 1999. Pengadaan

  Siregar Syofian, 2012. Statistika deskriptif untuk Penelitian . Jakarta: Rajawali Pers.

  Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

  Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

  Moleong, Lexy J., 2006, Metode Penelitian

  1992. Analisa Data Kualitatif (terjemahan) Jakarta: Universitas Indonesia.

  Miles, Matthew B. dan a. mishael Huberman.

  Nalle). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

  Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan Sebuah Buku Pegangan bagi Para Praktisi Lapangan. (Terjemahan : Matheos

  Tugas Akhir tidak diterbitkan, Prorgam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.

  Situs Web Pemda Kabupaten Pasaman Barat Error! Hyperlink reference not valid.

  Situs Web Departemen Pekerjaan Umum

  http://www.ciptakarya.pu.go.id

  Situs Web Pamsimas http://www.pamsimas.org Widodo, Erna dan Mukhtar. 2000. Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif .

  Yogyakarta: Avyrous.

  Wahyuningsih,

  D, 2005. Efektivitas

  Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan di Kelurahan Salaman Mloyo Kabupaten Semarang. Tugas Akhir

  tidak diterbitkan, Prorgam Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.