05 Penerapan Tekonologi Informasi dan Industri pada UMKM

  Portofolio Volume 9 No. 1, Mei 2012 : 52 - 61

  

PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN INDUSTRI PADA UMKM

Oleh

Heni Nurani Hartikayanti

henuyanti@yahoo.com

  

Abstrak: Perekonomian sebuah negara tergantung kepada pelaku bisnis yang ada di

  negara tersebut. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menyebabkan pengusaha harus mencari cara untuk mengenalkan produk/jasa yang ditawarkannya dikenal baik oleh konsumen. Pelaku bisnis yang ada dalam perekonomian sebuah negara terdiri dari para pelaku bisnis besar dan kecil. Telah terbukti bahwa keberadaan UMKM dapat bertahan dalam persaingan selama Indonesia menghadapi krisis global pada tahun 1998. Mengingatperanan UMKM yang cukup besar dalam perekonomian ini maka UMKM harus terus dibina dan diberdayakan agar dapat terus bertahan. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia adalah pemasaran. Oleh karena itu pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan guna melindungi keberadaan UMKM yang semakin banyak dan dapat menghidupi sebagian besar masyarakat.Salah satu yang menjadi titik perhatian dalam kebijakan pemerintah untuk melindungi keberadaan UMKM dalam persaingan global,khususnya menghadapi persaingan pasar, adalah dengan memusatkan perhatian pada kebijakan penerapan teknologi,baik industri dan informasi.

  Kata kunci : UMKM, Teknologi Industri, Teknologi Informasi

Abstract : Economy of a country depends on the existing businesses in the country.

  

Competition is getting tougher corporate world lead to the entrepreneur must find a way

to present your product / service offerings are well known to consumers. Businesses

that exist in the economy of a country made up of businesses large and small. It has

been proven that the existence of SMEs can survive in the competition during the

global crisis facing Indonesia in 1998. Given the significant role of SMEs in this

economy the SME must continue to be fostered and empowered in order to survive.

One of the main problems faced by SMEs in Indonesia is the difficulty in obtaining

market information both about the quality of product and marketing area. Therefore, the

government has established several policies to protect the existence of SMEs are more

and more and can support most of the community. One of the focal points in

government policy to protect the existence of SMEs in global competition, especially

the face of market competition, is to focus on the application of technology policy, both

industrial and information.

  Key words : SMEs, Industry technology, Information Technology

  I. PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi penciptaan

  Penerapan Teknologi Informasi dan Industri pada UMKM lapangan kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menegkop & UKM), usaha- usaha kecil termasuk usaha-usaha rumah tangga atau mikro (yaitu usaha dengan jumlah total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar), pada tahun 2009 meliputi 99,9 persen dari total usaha-usaha yang bergerak di Indonesia. Sedangkan usaha-usaha menengah (yaitu usaha-usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp. 1 Milyar dan Rp. 50 Milyar) meliputi hanya 0,14 persen dari jumlah total usaha.

  Pada tahun 2010, menurut dataterdapat hampir 50 juta unit UMKM di Indonesia atau sekitar 99% lebih dari total unit usaha yang ada. Dari seluruh UMKM itu, menurut Kementrian Negara Koperasi dan UKM, maka yang paling banyak adalah usaha mikro dengan jumlah 47.702.310 atau sekitar 95% lebih. Sedangkan usaha kecil sebanyak lebih 2 juta unit usaha, dan usaha menengah sekitar 120.000 unit. Adapun yang tergolong sebagai usaha besar hanya 4.527 unit atau hanya sekitar 0,01% saja. Artinya usaha mikro dan kecil merupakan mayoritas dalam sektor usaha di Indonesia, namun sepertinya fasilitas yang tersedia bagi mereka tidaklanh banyak. Padahal usaha pembinaan manajemen, pemasaran, maupun kredit modal.

  Namun demikian, UMKM di Indonesia harus siap menghadapi satu tantangan baru. Tantangan itu adalah disepakatinya Asean Economic Community (AEC) dengan target mulai 2008 dan implementasi penuh pada 2015, masalahnya, bagaimana kesiapan pelaku UMKM di Indonesia. Dalam setiap tantangan selalu ada peluang di baliknya. Masuknya para pengusaha Asia Tenggara pada tahun 2015 secara bebas seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah hambatan. Justru yang perlu dilihat sekarang adalah terbuka lebarnya pasar di luar Indonesia yang nantinya akan dipermudah dengan diturunkannya tarif perdagangan antar negara Asia Tenggara.

  Optimisme tentang perubahan pasar menuntut banyak hal. Mulai dari pengembangan potensi-potensi UMKM yang kompetitif, pembangunan infrastruktur dan institusi hingga penyiapan sumber daya manusia yang handal, terampil dan berdaya saing. Di sini pemerintah memiliki kewajiban besar untuk selalu menjaga kesinambungan UMKM, tentu saja peran tersebut dapat berbagi dengan elemen swasta. Adanya dukungan yang kuat dari pemerintah dan swasta terhadap UMKM adalah modal penting bagi perekonomian negara di tengah persaingan AEC.Berangkat dari kesepakatan dalam AEC maka akan mengantarkan kita pada sebuah konsekuensi untuk pemberdayaan UMKM yang ada di Indonesia. Kita perlu mengerti apa kekuatan dari UMKM kita dan apa kelemahannya. Hambatan-hambatan yang kerap muncul dalam tubuh UMKM Indonesia harus segara diidentifikasi dan dicari jalan keluarnya. Semua menuntut pada sebuah analisis mendalam akan eksistensi UMKM.

II. PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi UMKM

  Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut : (1) jumlah tenaga kerja, (2) pendapatan dan (3) jumlah aset.

  Dalam perkembangannya beberapa pihak menetapkan klasifikasi UMKM. Berikut ini disampaikan klasifikasi UMKM menurut beberapa pihak.

  53 Portofolio Volume 9 No. 1, Mei 2012 : 52 - 61

  1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

  a. Medium Enterprise, dengan kriteria :

  1) Jumlah karyawan maksimal 300 orang 2) Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta 3) Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

  b. Small Enterprise, dengan kriteria :

  1) Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta 3) Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

  c. Micro Enterprise, dengan kriteria :

  1) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu 3) Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

  2. Singapura mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di bawah SG $ 15 juta. karyawan yang bekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

  a. Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5

  • – 50 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu

  b. Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50

  • – 75 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu – M $ 2,5 juta.

  4. Jepang, membagi UMKM sebagai berikut :

  a. Mining and manufacturing, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.

  b. Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 840 ribu c. Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 820 ribu d. Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 420 ribu

  5. Korea Selatan, mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang jumlahnya di bawah 300 orang dan jumlah asetnya kurang dari US$ 60 juta.

  6. European Commision, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

  a. Medium-sized Enterprise, dengan kriteria : 1) Jumlah karyawan kurang dari 250 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta 3) Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta

  b. Small-sized Enterprise, dengan kriteria :

  1) Jumlah karyawan kurang dari 50 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta 3) Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta

  c. Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :

  1) Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2) Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta Penerapan Teknologi Informasi dan Industri pada UMKM 3) Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta

  7. Berdasarkan UU Industri Kecil No. 9 tahun 1995, maka industri kecil (UMKM) adalah aktifitas ekonomi yang dilakukan individu, rumah tangga, atau unit usaha dengan modal maksimal Rp. 200 juta dan penjualan per tahun di bawah Rp. 1 milyar. Sedangkan BPS menurunkan kategori sendiri, antara lain berdasarkan jumlah tenaga kerjanya. Usaha mikro memiliki 1 hingga 4 pekerja, lantas usaha kecil antara 5 hingga 19 pekerja, sedangkan usaha menengah dengan 20 sampai 99 pekerja.

2.2. Permasalahan UMKM Di Indonesia

  UMKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-

  Karakteristik UMKM di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic (CEMSED), dan the

  

Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah mempunyai

  daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UMKM dalam melakukan penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

  UMKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu : (1) Sebagian UMKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama, (2) Mayoritas UMKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek pendanaan usaha, (3) Pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan (4) Terbentuknya UMKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

  UMKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor UMKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UMKM dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu (1) Sektor UMKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal, (2) Sektor UMKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan (3) Sektor UMKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini.

  Kinerja UMKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah, (2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut dijelaskan sebagai :

  1. Nilai Tambah Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006 bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk Domestik Bruto

  55 Portofolio Volume 9 No. 1, Mei 2012 : 52 - 61 (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7 persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7 persen.

  2. Unit Usaha dan Tenaga Kerja Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau 99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 85,4 juta orang.

  3. Ekspor UKM Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006. Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas nasional sedikit menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun 2006. Pengusaha mikro dan kecil yang sudah berhasil mengelola manajemen dan UMKM diakui memiliki peran strategis bukan saja mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan juga penyerapan tenaga kerja. Karena dinilai sangat strategis untuk distribusi barang dan jasa, UMKM memiliki peran penting untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Secara teknis, upaya pemberdayaan UMKM dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh pada upaya pemberdayaan UMKM adalah sumber daya manusia, pasar, modal, teknologi, dan lingkungan bisnis. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi UMKM adalah kondisi politik, internasional, ekonomi, hukum, dan sosial budaya.

  Srihandriatmo, menyatakan menurut Mari Elka Pangestu mengungkapkan terdapat enam masalah yang dihadapi semua UMKM.Masalah UMKM ini, bukan saja terjadi di Indonesia saja, tetapi juga seluruh negara yang tergabung dalam APEC, tidak terkecuali di Amerika sendiri.Mari Elka menyebutkan semua UMKM baik di Amerika maupun Indonesia dan negara-negara APEC lain, dalam menghadapi globalisasi dan meningkatkan daya saing sebetulnya masalahnya kurang lebih sama. Tidak terlalu berbeda antara tiap negara. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi adalah : 1. Akses informasi dan pemahaman mengenai pasar.

  2. Pemahaman kesempatan untuk akses pasar,

  3. Permodalan

  4. Masalah enterpeurneurship

  5. Kesulitan melayani order

  6. Kemudahan-kemudahan dan mengurangi biaya-biaya yang terkait dengan perijinan dan beroperasinya suatu UMKM..

2.3. Pemanfaatan Teknologi Industri

  Salah satu faktor internal dalam pemberdayaan UMKM yang harus mendapat perhatian utama adalah masalah pemanfaatan teknologi. Teknologi yang dimaksud dalam hal ini adalah teknologi industri dan teknologi informasi. Sebagian besar UMKM menghasil produk yang akan dipasarkan didalam dan ke luar negeri. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas maka diperlukan alih tekonologi produksi. Penerapan Teknologi Informasi dan Industri pada UMKM Seperti kita ketahui bersama, bahwa hanya produk yang berkualitaslah yang akan diterima baik oleh konsumen, khususnya konsumen dari luar negeri yang sangat menginginkan kualitas yang baik dan jangan lupa bahwa produk tersebut akan bersaing pula dengan hasil produk dari negara lain.

  Alih teknologi produksi memerlukan beberapa langkah diantaranya adalah penyiapan dana untuk investasi mesin dan pelatihan sumber daya manusia utnuk mengoperasikan mesin tersebut. Penyediaan dana untuk investasi pada mesin merupakan permasalahan internal UMKM yang terkendala dengan prasyarat penyaluran kredit dari lembaga perbankan. Walapun demikian, hal ini harus cepat dapat diatasi oleh UMKM untuk menghadapi persaingan kualitas produk dari negara lain.

  Dalam hal pelatihan sumber daya manusia, UMKM di Indonesia pun menghadapi kendala budaya yang sulit untuk menghadapi perubahan cara menangani proses produksi. Masih banyak pegawai yang belum terlatih dan lebih senang menggunakan cara mereka sendiri untuk menghasilkan produk.

  Dalam menghadapi mekanisme pasar yang makin terbuka dan kompetitif, penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing UMKM. Agar dapat menguasai pasar, maka UMKM perlu mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat, baik informasi mengenai pasar produksi maupun pasar faktor produksi. Informasi tentang pasar produksi sangat diperlukan untuk memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh UMKM.

  Informasi pasar produksi atau pasar komoditas yang diperlukan misalnya (1) jenis barang atau produk apa yang dibutuhkan oleh konsumen di daerah tertentu, (2) bagaimana daya beli masyarakat terhadap produk tersebut, (3) berapa harga pasar yang berlaku, (4) selera konsumen pada pasar lokal, regional, maupun internasional. Dengan demikian, UMKM dapat mengantisipasi berbagai kondisi pasar sehingga dalam menjalankan usahanya akan lebih inovatif. Sedangkan informasi pasar faktor produksi juga diperlukan terutama untuk mengetahui : (1) sumber bahan baku yang dibutuhkan, (2) harga bahan baku yang ingin dibeli, (3) di mana dan bagaimana memperoleh modal usaha, (4) di mana mendapatkan tenaga kerja yang professional, (5) tingkat upah atau gaji yang layak untuk pekerja, (6) di mana dapat memperoleh alat-alat atau mesin yang diperlukan (Effendi Ishak, 2005).

  Informasi pasar yang lengkap dan akurat dapat dimanfaatkan oleh UMKM untuk membuat perencanaan usahanya secara tepat, misalnya : (1) membuat desain produk yang disukai konsumen, (2) menentukan harga yang bersaing di pasar, (3) mengetahui pasar yang akan dituju, dan banyak manfaat lainnya. Oleh karena itu peran pemerintah sangat diperlukan dalam mendorong keberhasilan UMKM dalam memperoleh akses untuk memperluas jaringan pemasarannya.

  Selain memiliki kemudahan dan kecepatan dalam memperoleh informasi pasar, UMKM juga perlu memiliki kemudahan dan kecepatan dalam mengkomunikasikan atau mempromosikan usahanya kepada konsumen secara luas baik di dalam maupun di luar negeri. Selama ini promosi UMKM lebih banyak dilakukan melalui pameran- pameran bersama dalam waktu dan tempat yang terbatas, sehingga hubungan maupun transaksi dengan konsumen kurang bisa dijamin keberlangsungannya. Hal itu dapat disebabkan oleh jarak yang jauh atau kendala intensitas komunikasi yang

  57 Portofolio Volume 9 No. 1, Mei 2012 : 52 - 61 kurang. Padahal faktor komunikasi dalam menjalankan bisnis adalah sangat penting, karena dengan komunikasi akan membuat ikatan emosional yang kuat dengan pelanggan yang sudah ada, juga memungkinkan datangnya pelanggan baru.

  Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil maupun menengah dapat memasuki pasar global. Secara mudahnya teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.

  Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan teknologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah perusahaan.Sistem informasi yang dirancang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan didalam perusahaan untuk mengolah data yang ada menjadi informasi yang dibutuhkan oleh berbagai pihak internal untuk pengambilan keputusan. O'Brien & Marakas (2008: 4) mengemukakan mengenai definisi sistem informasi sebagai

  

networks, data resources, and policies and procedures that stores, retrieves, transforms, and

disseminates information in an organization.”

  Pendapat di atas menyatakan bahwa satu sistem informasi merupakan kombinasi dari manusia, perangkat keras, perangkat lunak jaringan komunikasi, sumber data kebijakan dan prosedur yang bertugas untuk menghasilkan informasi pada organisasi Hal ini sejalan dengan beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda tapi intinya sama. Hal yang sama dikemukakan oleh Susanto (2008: 52) mengemukakan bahwa sistem informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna “

  Laudon (2005:7) mengemukakan bahwa sistem informasi :

  “ as a set of interrelated

components that collect ( or retrieve), process, store, and distribute information to support

decision making and control in an organization.In addition to supporting decision making,

coordinating, and control, Information syatem may also help managers andworkers analyze

problem,visualize complex subjects, and create new products. ”

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik simpulan bahwa sistem informasi sebuah perusahaan merupakan kumpulan dari sub sistem yang bertujuan untuk memproses data menjadi informasi yang berguna bagi para penerimanya. Peran utama dari sistem informasi sesuai dengan pendapat di atas adalah menghasilkan informasi. Lebih jauh mengenai peran sistem informasi disampaikan oleh O’Brien (2008: 9) bahwa sistem informasi berperan dalam :

  1. Support of business processes and operations

  2. Support of decision making by employees and managers

  3. Support of strategies for competitive advantage”

  Penggunaan teknologi informasi sebagai alat pengolah data (Electronic Data

  

Processing = EDP) dalam sistem informasi akuntansi atau proses akuntansi di era

  industri dalam organisasi dilaksanakan dengan tujuan agar kecepatan dan akurasi pengolahan data menjadi lebih baik (Susanto,2008:5). Sistem informasi dikembangkan untuk menunjang aktifitas usaha di semua level organisasi. Oleh karena itu, sistem informasi harus dapat diterima dan digunakan oleh seluruh

  Penerapan Teknologi Informasi dan Industri pada UMKM karyawan dalam organisasi (Laudon,2005:6). Pengguna sistem informasi sebuah perusahaan terdiri dari pengguna internal dan pengguna eksternal. Pengguna internal dari sistem informasi akan menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan (Susanto, 2004:72).

  Dengan pemanfaatan teknologi informasi yang demikian besar itulah maka semua kegiatan bisnis nyaris tidak dapat terlepas dari ketergantungan akan sebuah Sistem Informasi. Pemanfaatan internet tersebut akan membantu para pelaku bisnis untuk memasarkan produk atau jasanya dalam ruang lingkup yang sangat luas, melakukan transaksi jual-beli beli, dan masih banyak manfaat lainnya yang bisa di dapat dari sebuah Sistem Informasi.

  Mungkin sudah banyak orang yang mencetuskan tentang pemanfaaatan teknologi informasi (sistem informai) untuk membantu pengembangan UMKM. Akan tetapi, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat banyak para pelaku UMKM tertutama masyarakat kalangan perdesaan yang belum memanfaatkan Teknologi Informasi dalam memasarkan produk atau jasa mereka. Hal ini terjadi disebabkan oleh faktor sumber daya manusia yang masih merasakan sulitnya sistem tidak akan berjalan dengan sempurna atau bahkan tidak sama sekali. Kemudian, apa pengaruhnya jika prosedur kerja diabaikan dalam pembangunan sebuah Sistem Informasi yang ditujukan bagi para pelaku UMKM guna memasarkan produk mereka? Sebagus apapun sistem dibangun, jika orang yang menjadi komponen dari sistem tersebut tidak memiliki akses terhadap sistem, maka hal itu hanya akan menjadi sia-sia belaka. tidak sedikit para pelaku UMKM Indonesia terutama dari kalangan bawah yang tidak dapat membeli sebuah perangkat komputer atau tidak tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang penggunaan Teknologi Informasi di daerah tempat mereka tinggal. Oleh karena itu sebelum mengimplementasikan ide tentang Sistem Informasi bagi UMKM, sudah seharusnya pemerintah terlebih dahulu membuat program penggunaan Teknologi Informasi bagi masyarakat pelaku UMKM terutama bagi kalangan yang kurang mampu. Seperti misalnya menyediakan akses internet gratis bagi para pelaku UMKM yang membutuhkannya. Jika program tersebut telah terlaksana, barulah kita dapat melangkah kepada tahap selanjutnya. Kemudian apakah ketika masyarakat telah memiliki akses terhadap Teknologi Informasi lantas Sistem dapat diimplementasikan? Tentu saja belum, sebab penggunaan Teknologi Informasi memerlukan pengetahuan- pengetahuan dasar dalam mengoperasikannya. Dengan pertimbangan tersebut, maka pemerintah sekali lagi dituntut untuk dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat pelaku UMKM tentang pengetahuan-pengetahuan dasar penggunaan Teknologi Informasi. Khususnya pemahaman terhadap Sistem Informasi yang dibangun sebagai media pemasaran produk atau jasa UMKM. Dengan demikian, masyarakat dapat memanfaatkan sistem dengan sebaik-baiknya. Setelah keperluan-keperluan dasar guna mendukung suksesnya implementasi sistem, maka diharapkan sistem dapat mencapai tujuannya. Yaitu meningkatkan jangkauan pasar para pelaku UMKM. Akan tetapi dengan jangkauan pasar yang semakin luas, maka kegiatan bisnis memiliki tantangan dalam hal melakukan transaksi jarak jauh. Dimana pada faktanya, tidak sedikit pula para pelaku UMKM yang tidak memiliki pengetahuan akan pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada dalam menunjang kegiatan transaksi bisnis. Hal ini pun

  59 Portofolio Volume 9 No. 1, Mei 2012 : 52 - 61 layak untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah. Karena jika tidak, sia-sialah apa yang dicapai oleh sistem yaitu semakin luasnya jangkauan pasar para pelaku UMKM. Sistem informasi dapat dikembangkan lagi dengan memasukan fasilitas ecommerce. Ecommerce adalah penggunaan jaringan komputer untuk melakukan komunikasi bisnis dan transaksi komersial. Dengan fasilitas tersebut, pelanggan mendapatkan kemudahan dalam melakukan transaksi bisnis. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan kuantitas transakasi jual-beli UMKM. Dimana itu artinya, kegiatan UMKM dapat berkembang dan bukannya tidak mungkin, produk-produk yang dihasilkan dapat menembus pasar dunia. Dan dengan semakin berkembangnya usaha-usaha rakyat, maka secara otomatis hal ini memiliki dampak semakin berkurangnya jumlah pengangguran yang ada di Indonesia. Jika kita mempertimbangkan bahwa UMKM masih menjadi mayoritas kegiatan bisnis di negeri ini, hal-hal yang saya kemukakan dalam tulisan ini seandainya dapat teralisasikan, diharapkan perkembangan ekonomi di Indonesia akan menjadi lebih baik lagi.

  Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas produk perangkat lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta mendukung transaksi cepat tanpa kertas. Pemanfaatan internet memungkinkan UMKM melakukan pemasaran dengan tujuan pasar global, sehingga peluang menembus ekspor sangat mungkin. Menurut Internet World States, pada tahun 2005 pemakai internet dunia mencapai angka 972.828.001 (hampir satu miliar), pengguna di Indonesia diperkirakan mencapai 16 juta orang. Jumlah pemakai terbesar di Amerika Serikat dan Kanada, yaitu mencapai 68,2% dari jumlah penduduknya.

  Hal positif yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan jaringan internet dalam mengembangkan usaha adalah : (1) dapat mempertinggi promosi produk dan layanan melalui kontak langsung, kaya informasi, dan interaktif dengan pelanggan, (2) menciptakan satu saluran distribusi bagi produk yang ada, (3) biaya pengiriman informasi ke pelanggan lebih hemat jika dibandingkan dengan paket atau jasa pos, (4) waktu yang dibutuhkan untuk menerima atau mengirim informasi sangat singkat, hanya dalam hitungan menit atau bahkan detik (M. Suyanto, Kedaulatan Rakyat, 22 Desember 2004).

  Melihat berbagai keuntungan, kemudahan, serta peluang yang dapat diperoleh dari aplikasi IT dalam bisnis, maka aplikasi IT untuk pengembangan UMKM di Indonesia merupakan suatu kebutuhan. Akan tetapi karena sampai saat tidak semua UMKM mampu menyediakan dan memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan usahanya. Menurut Megawaty Khie, Small Medium Business Director PT Microsoft Indonesia, potensi UMKM di Indonesia sangat besar dan menjadi penggerak ekonomi nasional, namun pemahaman sebagian besar dari mereka terhadap teknologi informasi masih kurang. Lebih lanjut dari sekian juta UMKM yang ada baru 27% yang memiliki dan memanfaatkan komputer. Itupun belum dapat memanfaatkannya secara maksimal, dalam arti untuk mendukung aktivitas usaha mereka (Kedaulatan Rakyat, 22 Desember 2004).

III. PENUTUP

  Peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian negara sangat penting dan strategis, karena telah terbukti menjadi penyelamat perekonomian pasca krisis

  Penerapan Teknologi Informasi dan Industri pada UMKM menjadi penyedia lapangan kerja terbesar. Tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan diharapkan akan membantu mewujudkan masyarakat Indonesia yang aman dan damai; adil dan demokratis; serta sejahtera. Sehingga sektor UMKM perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional masa mendatang. UMKM yang tangguh dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal besar dalam memelihara dan mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Dukungan terhadap sektor ini sekaligus dapat mengurangi dan menetralisir dampak negatif penerapan teknologi informasi seperti tejadi di banyak negara maju, yaitu semakin melebarnya kesenjangan ekonomi antar kelompok masyarakat. Kemudahan dan ketersediaan teknologi industri & informasi bagi UMKM akan sangat membantu mengembangkan usahanya. Jika informasi pasar sudah dapat diakses dengan mudah dan cepat, paling tidak akan menumbuhkan motivasi bagi para pelaku UMKM untuk menjalankan usahanya dengan lebih serius, sehingga UMKM berkembang lebih maju. Kemajuan UMKM berarti kemajuan bagi perekonomian negara, sehingga menumbuhkan kemandirian bangsa agar dapat lepas dari jeratan neo kolonialisme. Pengalaman di luar negeri telah membuktikan bahwa melalui aplikasi teknologi dunia dalam waktu yang singkat. Salah satu gagasan yang pantas dikembangkan di Indonesia adalah pembentukan Pusat Komunikasi Bisnis Berbasis Web, untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah di era teknologi informasi sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA

  Azhar Susanto, 2008. Sistem Informasi Akuntansi : Konsep dan Pengembangan

  Berbasis Komputer, Edisi Perdana, Cetakan Pertama, Lingga Jaya, Bandung

  Azhar Susanto, 2004. Sistem Informasi Manajamen, Edisi Perdana, Cetakan 2, Lingga Jaya, Bandung

  Laudon Kenneth C & Jane P. Laudon, 2005, Management Information Systems : New

  Approaches to Organization & Technology, International Edition, Prentice Hall,

  New Jersey M. Srihandriatmo, Perkembangan UMKM di Indonesia. Tribunnews.com Jakarta. 11

  Juli 2011 M. Suyanto, 2005. Artikel : Aplikasi IT untuk UMKM Menghadapi Persaingan Global. Kedaulatan Rakyat. Yogjakarta. O’Brien, James A. & Marakas, George M. 2008. Introduction To Information Systems,

  Fourteenth Edition, MCGraw-Hill Irwin, New York UU Industri Kecil No 9 Tahun 1995

  

  BIODATA PENULIS Heni Nurani H adalah Dosen Tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNJANI.

  61