Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik : Suatu Kajian Tentang Kerapatan Adat Nagari (Kan) di Nagari Ketaping, Pariaman, Sumatra Barat

NAGARI SEBAGAI PRANATA PENYELESAIAN KONFLIK : SUATU KAJIAN TENTANG KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) DI NAGARI KETAPING, PARIAMAN, SUMATRA BARAT NAGARI AS A PREREQUISITE FOR CONFLICT RESOLUTION : A STUDY OF KERAPATAN ADAT NAGARI (KAN) IN NAGARI KETAPING, PARIAMAN, WEST SUMATERA

1 2 Lia Safitri 3 , Ichsan Malik , Josephine R. Marietta

Prodi Damai dan Resolusi Konflik Fakultas Keamanan Nasional Universitas Pertahanan (lia.safitri@idu.ac.id, ichsanmalik@gmail.com, kokosoeprapto@yahoo.com)

Abstrak – Studi ini menganalisa mengenai upaya pencegahan konflik tanah ulayat oleh Kerapatan Adat Nagari di Nagari Ketaping Kabupaten Padang Pariaman. Nagari Ketaping merupakan wilayah berkembang yang memiliki potensi konflik tanah ulayat, dimana tanah ulayat bagi masyarakat Minangkabau merupakan pengikat bagi kaum dan identitas. Terjadinya konflik tanah ulayat di wilayah ini tidak menutup kemungkinan terjadinya potensi konflik yang berakhir pada krisis. Konflik yang disebabkan oleh konflik tanah ulayat pernah terjadi di wilayah ini, akan tetapi tingkat eskalasi konflik di wilayah ini tidak tinggi, meskipun berada di wilayah konflik. Studi ini dianalisis menggunakan Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konflik untuk menganalisa upaya pencegahan konflik tanah ulayat serta kerja sama KAN dan pemerintah. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan deskriptif analisis dengan pengambilan data menggunakan teknik wawancara, observasi, penelitian lapangan dan studi pustaka yang melibatkan Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan pemerintah serta masyarakat setempat dan niniak mamak. Dari hasil studi didapatkan bahwa rendahnya eskalasi konflik di Nagari Ketaping ini karena adanya upaya pencegahan konflik tanah ulayat oleh Kerapatan Adat Nagari dengan menggunakan kerangka penyelesaian konflik tanah ulayat sehingga pencegahan konflik dapat dilakukan. Selain itu dengan adanya pengoptimalan berlakunya hukum adat yang merupakan kearifan lokal yang dimiliki oleh Nagari Ketaping dan sinergitas yang baik dari pemerintah dengan KAN menyebabkan Nagari tingkat konflik di Nagari ini rendah.

Kata Kunci : pencegahan konflik, tanah ulayat, kerapatan adat nagari, kearifan lokal, hukum adat Abstract – This study analyzes the prevention of the Ulayat Land Conflict by Kerapatan Adat Nagari in

Nagari Ketaping, Padang Pariaman District. Nagari Ketaping is a developing region that has a potential for ulayat land conflit, where ulayat land for Minangkabau people is a binder for people and identity. The occurrence of ulayat land disputes in this region does not close the possibility of potential conflict that ended in crisis. Conflicts caused by ulayat land disputes have occurred in this region, but the extent of conflict escalation in the region is not high, even in disputed areas. This study was analyzed using Dynamic Framework of Conflict Prevention and Resolution to analyze the prevention efforts of ulayat land conflict and (Kerapatan Adat Nagari) KAN and government cooperation. This study uses qualitative research method with descriptive analysis with data taking using interview technique, observation, field research and literature study involving KAN and government and local community and niniak mamak. This study found that the low escalation of conflict in Nagari Ketaping was due to the effort to prevent the ulayat land conflict by Kerapatan Adat Nagari by using the ulayat land dispute

1 Lia Safitri S.IP, Mahasiswa Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pertahanan. 2 Dr. Ichsan Malik, M.Sc, Dosen Universitas Pertahanan Program Studi Damai dan Resolusi Konflik. 3 Dra. Josephine R. Marietta, M.Psi. T, Dosen Universitas Pertahanan Program Studi Damai dan Resolusi

Konflik. Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 147 Konflik. Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 147

Keywords: conflict prevention, ulayat land, kerapatan adat nagari, local wisdom, customary law

Pendahuluan 123

Pengaturan mengenai Nagari ini telah diatur sejak dari zaman

sosial baik secara sosial maupun M

asyarakat Minangkabau telah pendudukan Belanda dimana diatur

mengatur kehidupan dalam dalam peraturan pemerintah Belanda

beragama dan kehidupan tanggal 27 Septembar 1918 yang dimuat

dalam Lembaran Negara No. 667, yang pemerintahan. Sistem ini mengatur

isinya tentang pemerintahan baru paska mengenai keseharian dan menjamin

pemerintahan Tuanku Laras, setelah keserasian serta keamanan masyarakat.

dilakukan perubahan dan penambahan Sistem adat ini lah yang dipertahankan

Inlandsche Gemeente hingga saat ini. Salah satu sistem kebijakan

dikeluarkan

Ordonantie Buitengewesten (IGOB) tahun yang dimiliki oleh Minangkabau yaitu

1938 (Lembaran Negara 490) 5 “Nagari”. Bagi masyarakat Minangkabau,

istilah “Nagari” tidak dapat dipisahkan Menurut IGOB, nagari berkedudukan antara primordialisme dengan nilai-

sebagai Badan Hukum Bumi Putra yang nilai berbangsa, antara struktur sosial

diberi hak mengatur urusan rumah tangga dengan administrasi negara, antara adat

sendiri yang sama maksudnya dengan dan pemerintahan, antara kolektifitas

otonomi. Sebelum IGOB diberlakukan, kesukuan dengan pembangunan. Belanda mengangkat Penghulu-Penghulu Masyarakat Minangkabau telah memakai

baru di luar adat seperti Penghulu pasar, elemen-elemen administrasi negara,

Penghulu nikah dan di Nagari diangkat sehingga Nagari merupakan wilayah

Penghulu Kepala (Angku Kapalo=Kapalo yang otonom (adat salingka nagari). 6 Nagari) .

Nagari merupakan artikulasi dari struktur Nagari adalah satu kesatuan hukum masyarakat adat Minangkabau yang

adat dalam daerah Provinsi Sumatera terbentuk atas kesamaan hubungan

Barat, yang terdiri dari himpunan beberapa darah (genealogis) dan kesamaan wilayah

suku yang mempunyai wilayah yang (teritorial) seperti yang tertuang dalam

tertentu batas- batasnya, mempunyai pantun adat nagari bapaga undang,

harta kekayaan sendiri, berhak mengatur kampuang bapaga buek . 4 dan mengurus rumah tangganya dan

memilih pimpinan pemerintahannya.

3 2 1 4 Nofil Ardi dalam Latief, Dt. Bandaro, et.al. (ed.).,

Minangkabau yang Gelisah : Mencari Strategi 5 Arifin, Bustanul Dt Bandaro Kayo, et.al, Sosialisasi Pewarisan Adat dan Budaya Minangkabau

Manajemen Suku, (CV Lubuk Agung Bandung : untuk Generasi Muda, (CV Lubuk Agung Bandung :

Bandung, 2008), hlm. 23.

Bandung, 2004), hlm. 148.

6 Soewardi dalam Ibid, hlm. 23.

148 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

Kedudukan Nagari merupakan inilah yang dimiliki oleh Sumatera Barat, sub sistem dari sistem penyelenggaraan

yaitu berupa adanya KAN dalam Nagari pemerintahan negara, sehingga nagari

sebagai lembaga penyelesai konflik sako memiliki kewenangan untuk mengatur

dan pusako yang memiliki mekanisme dan mengurus kepentingan masyarakat.

yang berbeda disetiap nagari, akan tetapi Wali Nagari bertangung jawab kepada

tetap memegang teguh prinsip-prinsip Badan Perwakilan Anak Nagari (BPAN)

ajaran adat dan agama.

dan menyampaikan laporan pelaksanaan KAN terdiri dari Penghulu suku,

tugas kepada Bupati 7 .

Penghulu kaum, Penghulu tungganai Nagari memiliki kebebasan dalam

yang memiliki fungsi penting dalam bentuk perbedaan tradisi. Nagari juga

pengambilan keputusan di KAN. dapat mengatur aktivitasnya masing-

Pengambilan keputusan di KAN masing menurut tatanan dan aturan yang

berdasarkan dengan kebersamaan disetujui oleh masyarakat. Dengan kata

yang melalui musyawarah mufakat. lain bahwa Nagari memiliki hak mengenai

Dalam pengambilan keputusan di KAN pengolahan dan pengorganisasian tidak mengenal sistem voting atau dalam bidang adat yang berada dibawah

penghitungan suara berdasarkan suara Kerapatan Adat Nagari (KAN). Setiap

setuju atau tidak setuju. Semua keputusan nagari juga memiliki karakteristik budaya

mengedepankan azas musyawarah dan lokal masing-masing, yang hanya dimiliki

mufakat. Apabila belum mencapai kata oleh Nagari tersebut.

sepakat dalam suatu keputusan, maka pengambilan keputusan ditunda dulu,

Nagari merupakan salah satu atau diperambunkan hingga didapat kata

bentuk dari kearifan lokal yang dimiliki

sepakat. 9

oleh wilayah Sumatera Barat. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan gagasan-

Nagari ketaping merupakan nagari gagasan yang dimiliki oleh suatu wilayah

yang terletak di wilayah perbatasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh

Kota Padang dan Kabupaten Padang kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan

Pariaman. Di Nagari tersebut terdapat

Bandar Udara internasional Minangkabau Kearifan lokal merupakan yang menyebabkan nagari tersebut pandangan hidup dan ilmu pengetahuan

diikuti oleh anggota masyarakatnya 8 .

menjadi salah satu nagari berkembang di dalam strategi kehidupan yang berupa

Sumatera Barat. Dengan adanya Bandara, aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat

membuat banyaknya orang luar daerah lokal dalam menjawab berbagai masalah

Nagari Ketaping yang menetap dan dalam kehidupan, atau juga dapat disebut

membuat usaha di daerah tersebut. Hal ini sebagai kebijakan lokal. Kearifan lokal

menjadikan Nagari Ketaping berpotensi

sebagai Nagari yang sering dikunjungi

Peraturan Daerah Sumbar No. 9 Tahun 2000. 8 Sartini, Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah

dan menjadi nagari berkembang.

Kajian Filsafat, (Makalah UGM, 2013).

9 Latief, op.cit, hlm. 30.

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 149

150 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

Masuknya pendatang ke Nagari Ketaping menyebabkan terjadinya tindakan jual beli tanah dan aset yang berada di daerah tersebut. Akan tetapi yang sering terjadi, tanah yang diperjual belikan merupakan tanah ulayat yang berdasarkan hukum adat tidak boleh diperjualbelikan. 10

Hal ini menyebabkan terjadinya saling klaim terhadap tanah tersebut yang menjadi pemicu konflik atar warga masyarakat. Selain itu, selama konflik terjadi, maka tanah ulayat berada dalam status quo yang berarti bahwa tanah tersebut tidak dapat dimanfaatkan. Sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas sumber daya alam yang akan merugikan banyak pihak. Potensi konflik di Nagari ini sangat tinggi dengan banyaknya kasus perjual belian tanah ulayat yang tidak seharusnya.

Kerapatan Adat Nagari merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat. Provinsi Sumatera Barat termasuk kedalam

kawasan yang cukup damai dan harmonis

di Indonesia, karena jarang terjadinya konflik yang besar di wilayah tersebut. Akan tetapi, bukan berarti di wilayah Sumatera Barat tidak pernah terjadi konflik. Konflik terkait tanah ulayat sering terjadi di wilayah Sumatera Barat, akan tetapi Sumatera Barat memiliki lembaga penyelesaian konflik terkait adat yang sampai saat ini masih berperan sehingga konflik yang terjadi di Sumatera Barat dapat diselesaikan dengan cepat dan efektif.

10 Wawancara dengan Hardimus, 18 Oktober 2017.

Studi mengenai kearifan lokal ini penting untuk dikembangkan dengan tujuan untuk menganalisa efektivitas suatu kebijakan yang dapat menjadi acuan bagi wilayah lain untuk menyelesaikan konflik sesuai dengan kekhasan yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Program studi Damai dan Resolusi Konflik merupakan program studi yang salah satunya mempelajari mengenai pencegahan konflik. Oleh karena itu, diharapkan studi ini dapat memberikan pelajaran bagi wilayah lain agar dapat melakukan upaya pencegahan meningkatnya eskalasi konflik. Hal ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi wilayah lain untuk dapat menjaga stabilitas kawasan untuk dapat terbentuknya keamanan nasional. Diharapkan dengan adanya pemanfaatan yang maksimal dari kearifan lokal masing- masing daerah dapat menjaga stabilitas kawasan. Karena pada dasarnya setiap konflik memiliki cara penyelesaian yang berbeda.

Rumusan Masalah

Pada dasarnya potensi konflik di Nagari Ketaping tinggi dikarenakan banyaknya pendatang yang masuk ke wilayah tersebut dan terjadinya jual beli tanah ulayat yang menyebabkan konflik di daerah tersebut tidak dapat dihindarkan. Selain itu, terjadinya saling klaim dan bahkan pelaporan dari pihak yang berkonflik dan tidak jarang terjadinya kekerasan baik

secara verbal maupun non verbal 11 . Akan tetapi dengan eskalasi konflik di Nagari

11 Wawancara dengan Aidinur, 23 Juni 2017.

tersebut rendah, dapat dilihat dengan dapat memanfaatkan hak-hak yang sangat sedikitnya pelaporan kepada pihak

dimilikinya.

hukum mengenai konflik tanah ulayat di Berdasarkan pasal 1 pada Undang-

daerah tersebut. Undang No. 32 tahun 2004 tentang

Dari latar belakang di atas, pemerintahan daerah, mengatakan maka penulis tertarik untuk meneliti

bahwa otonomi daerah merupakan hak, mengenai upaya pencegahan konflik

wewenang dan kewajiban daerah otonom tanah ulayat di Nagari Ketaping dengan

untuk mengatur dan mengurus sendiri studi Kerapatan Adat Nagari. Terdapat

urusan pemerintahan dan kepentingan beberapa pertanyaan yang menjadi pokok

masyarakat setempat sesuai dengan permasalahan dalam studi ini, yaitu :

peraturan perundang-undangan. 13

1. Bagaimana upaya pencegahan Daerah otonom memiliki kebebasan konflik tanah ulayat oleh KAN Nagari

untuk mengatur dan mengurus rumah Ketaping?

tangganya sendiri sesuai dengan

2. Bagaimana sinergi pemerintah perundang-undangan yang berlaku dengan Kerapatan Adat Nagari

tanpa adanya campur tangan langsung dalam pencegahan konflik Tanah

dari pemerintah pusat. Kewenangan Ulayat di wilayah Nagari Ketaping?

yang dimiliki oleh daerah otonom adalah kewenangan untuk menyusun suatu kebijaksanaan daerah dalam

Tinjauan Pustaka

mengelola rumah tangga dan mengatur

Otonomi Daerah

kepentingannya sendiri.

Otonomi daerah menurut Ryaas Rasyid 12 Peraturan perundang-undangan

bertujuan untuk pendewasaan politik mengakui dan menghormati kesatuan rakyat dan untuk menyejahterakan

masyarakat hukum adat dan hak rakyat demi terwujudnya peran serta

tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat yang

KAN diakui dan dihormati oleh perundang- menjadi harapan dari rakyat Indonesia.

undangan mengenai pemerintahan Oleh karena itu, menurut Ryaas Rasyid,

daerah. Akan tetapi, sinergi antara pemberian otonomi kepada daerah yang

pemerintah daerah dan pusat harus seluas mungkin dan meletakkan fokus

tetap terjalin dengan baik untuk dapat ekonomi daerah pada tingkat wilayah

memaksimalkan potensi yang dimiliki. yang paling terdekat dengan masyarakat

Pemerintah daerah memiliki adalah hal yang sangat diperlukan.

kewenangan dalam mengatur Dengan pemberian wewenang kepada

kebijaksanaan yang berlaku dalam daerah, menjadikan daerah tersebut

kehidupan bermasyarakat. Pemerintah

12 Ryaas Rasyid, Makna Pemerintahan: Tinjauan

daerah Sumatera Barat mengakui

Dari Segi Etika dan Kepemimpinan, (Jakarta:Yarif Watampone, 1998), hlm. 46.

13 Undang-undang No. 32 Tahun 2004.

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 151 Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 151

menghindari atau mengelak dari konflik terkait permasalahan adat yang juga

melainkan untuk menghadapinya dengan diterapkan dalam Perda Sumbar. Dengan

cara meminimalkan dampak negatifnya demikian, maka legalitas KAN telah

dan memaksimalkan potensi positifnya diakui berdasarkan dengan peraturan

dalam kerangka nilai-nilai perdamaian. perundang-undangan yang berlaku .

Senada dengan Malik, Miall 15 menyatakan bahwa manajemen konflik

Kerangka Dinamis Pencegahan dan

merupakan terminologi umum yang

Resolusi Konflik

meliputi keseluruhan penanganan konflik untuk menghindari konflik kekerasan,

Alat analisis yang penulis gunakan yaitu konflik bersenjata dan konflik

adalah menggunakan Kerangka Dinamis mematikan. Manajemen konflik segala

Pencegahan dan Resolusi Konflik. macam usaha berupa pencegahan konflik Gambar 1. Kerangka Dinamis Pencegahan dan Resolusi Konflik

menjadi lebih buruk dan terjadinya konflik terbuka. Manajemen konflik mengacu pada usaha untuk mencegah konflik agar

tidak semakin memburuk. 16 Menurut Ross 17 bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu

akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin (atau bahkan tidak mungkin) menghasilkan ketenangan, hal positif,

Sumber: Ichsan Malik, 2017.

Dalam Kerangka Dinamis kreatif, bermufakat, atau agresif. Suatu Pencegahan dan Resolusi Konflik yang

pendekatan yang berorientasi pada dikembangkan oleh Ichsan Malik dan Tim

proses manajemen konflik menunjuk

pada pola komunikasi (termasuk ada lima komponen utama yang saling

Institut Titian Perdamaian 14 disebutkan

perilaku) para pelaku dan bagaimana terkait, saling berkontribusi dan saling

15 Hugh Miall (et.al.), Resolusi Damai Konflik

mempengaruhi dalam konflik maupun Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah,

Mengelola dan Mengubah Konflik Bersumber

perdamaian yakni tingkat eskalasi dan

Politik, Sosial, Agama dan Ras, Terjemahan Tri

deeskalasi, faktor konflik, aktor konflik, Budhi Satrio, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

pemangku kepentingan atau stakeholders

16 H. Butler (ed.), Poucher’s Perfumes, Cosmetics

dan kemauan politik dari dari penguasa. and Soaps, 10th Edn, (Britain: Kluwer Academic

Publishers, 2000).

14 Ichsan Malik, Resolusi Konflik : Jembatan 17 Marc Howard Ross, The Management Of Conflict: Perdamaian, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas,

Interpretations and Interests in Comparative 2017), hlm.233.

Perspective, (Yale: Yale University Press,1993).

152 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1 152 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

antara Pemerintah dan pemangku Penanganan kepentingan, dimana pada kerangka konflik secara

cepat dan tepat merupakan hal yang dinamis pencegahan dan resolusi konflik

dikatakan bahwa antara pemerintah dan sangat dibutuhkan untuk mencegah

konflik menjadi konflik terbuka. Untuk pemangku kepentingan memiliki sinergi menghindari konflik terbuka inilah yang berlandaskan atas kemauan politik

maka dibutuhkan tindakan pencegahan penguasa. Selaras dengan Malik, Deardoff

dan penanganan konflik mengingat dan Williams mengatakan bahwa sinergi keberadaan dan pengaruh konflik bermakna melipatgandakan pengaruh

yang langsung dapat berdampak multiplier effect) yang berarti bahwa

usaha antar individu atau kelompok pada masyarakat. Tindakan yang

memungkinkan terjadinya kekuatan mengarah pada tindakan-tindakan

efektif dan efisien yang diambil oleh yang berlipatganda sehingga hasil yang didapatkan menjadi jauh lebih baik.

seorang pimpinan ataupun pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik sebelum Sinergi pada kelompok atau organisasi,

dideskripsikan sebagai tindakan yang mempengaruhi kondisi dan efektivitas

berkembang dari kelompok-kelompok kehidupan sosial masyarakat disebut

18 dengan tindakan manajemen konflik . yang bekerja bersama secara sinkron satu sama lain sehingga mereka bergerak dan

Dari pendapat para ahli di atas berfikir sebagai satu kesatuan. penulis menyimpulkan bahwa manajemen Sirower 19 konflik adalah usaha yang dilakukan baik juga menjelaskan

mengenai dasar-dasar sinergi yang terdiri oleh individu maupun kelompok untuk

dari :

menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi dengan mendalami akar

a. Visi strategis yang menurut Sirower masalahnya dan mencari pemecahan yang

adalah “where all acquisitions adil dan damai, yang dapat diterima oleh

begin” atau realisasi mimpi yang semua pihak. Dalam rumusan yang hampir

salah satunya ditentukan oleh sama resolusi konflik diartikan sebagai

kemampuan visioner untuk dapat upaya penyelesaian masalah antara pihak-

menyampaikan, meyakinkan serta pihak yang berkonflik yang dilaksanakan

membuat komitmen diantara semua secara bersama-sama dengan bantuan

stakeholders.

pihak ketiga untuk mencapai kesepakatan

b. Strategi kerja yang responsif, dan perdamaian serta kerukunan.

merupakan strategi kerja yang Dalam kerangka dinamis

mampu menghadapi persoalan pencegahan dan resolusi konflik tersebut

dengan tanggap serta aktif dalam

18 Rusdiana dan Yeti Heryati, Pendidikan Profesi 19 Mark L. Sirower, The Synergy Trap, Alih bahasa Keguruan,(Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm.

Hikmat Kusumaningrat, (Jakarta: PT. Gramedia 170.

Pustaka Utama, 1998), hlm. 89.

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 153 Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 153

c. Integrasi sistem, yaitu konsep yang terlibat dan melihat pola tingkah sistem yang dapat berhubungan

laku mereka dalam konteks natural. satu sama lain dengan berbagai cara

Peneliti merupakan instrumen kunci yang disesuaikan dengan keperluan.

karena peneliti akan mengumpulkan data melalui dokumentasi, observasi perilaku,

d. Harmonisasi budaya antarlembaga dan melakukan wawancara mendalam 20 .

berupa keseimbangan antara konsep atau nilai dari suatu lembaga

Metode deskriptif menurut dengan lembaga lain yang saling

Kountur 21 merupakan jenis penelitian yang bekerjasama sehingga diperoleh

dapat memberikan gambaran atau uraian keteraturan untuk dapat mencapai

atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa tujuan.

adanya perlakuan tertentu terhadap obyek yang diteliti. Pada umumnya,

Dengan demikian maka dapat penelitian deskriptif menggunakan survei disimpulkan bahwa sinergitas merupakan

sebagai metode pengumpulan data, kombinasi atau kerjasama dari dua

survei dilakukan dengan tujuan untuk pihak atau antarlembaga dengan tujuan

mendapatkan informasi-informasi yang menghasilkan output yang lebih baik dan

diperlukan. Informasi didapatkan dengan dapat mencapai tujuan bersama, dalam

mengajukan serangkaian pertanyaan yang penelitian ini, maka sinergitas dari dua 22 telah dipersiapkan . Dengan demikian,

lembaga yaitu pemerintah dan lembaga metode penilitian yang digunakan oleh kerapatan Adat Nagari dalam hal upaya

penulis adalah kualitatif deskriptif. pencegahan konflik konflik tanah ulayat

Penelitian ini bersifat studi kasus yang di Nagari ketaping.

hanya dapat digunakan di Nagari Ketaping dan tidak bersifat general.

Metode

Studi ini juga mengacu pada contexs of discovery bukan mengacu pada

Studi ini menggunakan pendekatan contexs of justification yang tidak menguji

kualitatif dengan deskriptif analisis dalam menganalisa upaya pencegahan konflik teori yang berkaitan dengan masalah-

masalah penelitian, melainkan berharap tanah ulayat oleh KAN di Nagari Ketaping

pada penemuan sesuatu untuk dapat Kabupaten Padang Pariaman.

menggambarkan keadaan dan fakta-fakta John W. Creswell menyatakan

sebagaimana adanya.

bahwa pada penelitian kualitatif, peneliti

20 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan

tidak dapat membawa individu atau

Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran, (Edisi

kelompok kedalam laboratorium dan tidak

keempat Pustaka Pelajar : Jogjakarta, 2013), hlm. 264.

pula dengan cara membagikan instrumen-

21 Ronny Kountur, Metode Penelitian, Untuk

instrumen. Informasi yang dikumpulkan

Penulisan Skripsi dan Tesis, (Penerbit PPM: Jakarta,2004), hlm.64.

dalam penelitian kualitatif adalah dengan

22 Ibid.

154 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 155

Analisa Data dan Pembahasan Upaya Pencegahan Konflik Tanah

Ulayat oleh Kerapatan Adat Nagari di Nagari Ketaping

Kerapatan Adat Nagari atau biasa disebut KAN merupakan sebuah lembaga yang telah diatur dalam perundang-undangan yaitu Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang pemerintah desa. Dimana Kerapatan Adat Nagari yang selanjutnya disebut KAN merupakan Lembaga Kerapatan dari Niniak Mamak yang telah ada dan diwarisi secara turun-temurun sepanjang adat dan berfungsi memelihara kelestarian adat serta menyelesaikan perselisihan sako dan pusako dalam Nagari. Dengan demikian maka KAN berfungsi sebagai penyelesai konflik anak kemanakan, suku, kaum di wilayah Nagari nya masing-masing.

Pengoptimalan Aturan Adat yang Berlaku

Upaya yang dilakukan oleh KAN Nagari ketaping dalam mencegah terjadinya konflik tanah ulayat di daerah tersebut adalah salah satunya dengan pengoptimalan aturan adat yang berlaku di daerah tersebut. Sesuai dengan ungkapan dari Sekretaris KAN Nagari Ketaping mengenai adat yang dimiliki oleh Nagari Ketaping:

Nagari Ketapiang memiliki kebijakannya sendiri, seperti istilah “ ciek lasuang, ciek jam gadangnyo” dikarenakan negeri ini merupakan negeri “Barajo”. 23

23 Wawancara dengan Hardimus, 10 Oktober 2017.

Wilayah Ketaping ini dimiliki oleh Rajo Sampono yang memiliki seluruh tanah dan aset, masyarakat hanya diberikan tanah dan diberikan hak garap. Akan tetapi terjadi banyak permasalahan dan penyalahgunaan kekuasaan, terjadinya “ siliah Jariah” yang berarti memindahtangankan hak tanah kepada orang lain dengan sistem jual beli tanpa sepengetahuan Rajo Sampono. Sekretaris KAN juga mengatakan bahwa :

Segala bentuk kepemilikan tanah berasal dari Rajo Sampono, maka apabila terdapat permasalahan konflik, akan diselesaikan oleh Rajo Sampono dengan melibatkan kepala Korong, untuk menghargai fungsi dari Pemuka Korong. Korong merupakan unit terkecil dalam masyarakat di wilayah Kabupaten Padang Pariaman. KAN merupakan lembaga penyelesai yang paling terakhir menyelesaikan perkonflikan dengan hasil keputusan yang sudah melalui berbagai perhitungan dan sidang yang diakui oleh hukum. Oleh karena itu, langkah utama yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan memberikan laporan kepada Ketua Korong yang kemudian memohon penyelesaian kepada KAN melalui panukek atau Sekretaris KAN. 24

Pada dasarnya tanah ulayat tidak boleh dijual dan masyarakat sadar akan hal tersebut, seperti yang diutarakan oleh Direktur LBH Padang yang menyatakan bahwa :

Masyarakat sadar bahwa sebenarnya tanah ulayat itu tidak dapat diperjualbelikan akan tetapi tanah ulayat dapat digadaikan dengan empat syarat yaitu :

1. Rumah gadang ketirisan. 2. Mayat Tabujua di ateh rumah.

24 Ibid.

3. Gadih gadang indak balaki. Ketaping, menyatakan bahwa : 4. Mambangkik batang tarandam.

Kebijakan ranji di wilayah Ketapiang juga memiliki perbedaan dengan nagari

Pada dasarnya, masyarakat paham lain di Sumatera Barat. Nagari Ketapiang mengenai empat syarat utama dari

hanya mengenal ranji dari keturunan, penggadaian tanah ulayat tersebut,

yaitu ranji suku. Ranji suku berarti akan tetapi masih banyak pihak-pihak

bahwa kepemilikan tanah tersebut yang tidak mempedulikan hal tersebut

sesuai dengan ranji masyarakat yang sehingga tetap terjadi siliah jariah dari

telah diberikan tanah tersebut dengan tanah tersebut. Hal ini lah yang kemudian

keturunannya berdasarkan suku dengan menjadi potensi konflik tanah ulayat. 25 keturunan kandung dari pemilik awal

tanah. 27

Akan tetapi setelah terdapat aturan mengenai sertifikat tanah dan hak

Nagari Ketaping merupakan nagari milik, maka hal ini menjadi dilema bagi

Barajo yang mengoptimalkan peran masyarakat. Dengan adanya sertifikat,

Rajo dalam segala bentuk penyelesaian maka mulai timbullah permasalahan

permasalahan adat dan pusaka. Rajo dikarenakan adanya keinginan masyarakat

berperan penting dalam bentuk untuk menjadikan tanah tersebut menjadi

penyelesaian konflik di daerah tersebut. hak milik.Tanah ulayat di wilayah Ketaping

Legalitas Rajo Sampono sudah diakui sejak merupakan tanah ulayat rajo yang berarti

awal berdirinya Nagari Ketaping pada bahwa seluruh tanah di wilayah tersebut

tahun 1826 oleh pihak yang berwenang merupakan tanah rajo yang diberikan

sejak dari Alm. Nan Basusu Ampo hak kelola kepada masyarakat. Akan

Badarah Putiah dan Alm. Saidi Ibrahim tetapi dengan kebijaksanaan rajo, maka

Ungku Kapalo Tuo Nagari Ketaping terdapat tanah yang dihibahkan kepada

(Rajo Ketaping yang pertama) sampai masyarakat dan terdapat tanah yang

kepada Rajo Sampono yang sekarang dan kemudian menjadi hak milik masyarakat. 26 seterusnya.

Kebijakan Rajo ini dikarenakan Rajo Sampono selaku Ketua KAN adanya permintaan dari Masyarakat

menetapkan aturan mengenai kepemilikan sehingga hak tanah tersebut menjadi hak

tanah ulayat di Nagari Ketaping yang miliki dari masyarakat. Akan tetapi hak

dituangkan dalam ketetapan Nomor : 01/ ini hanya dimiliki oleh keturunan pemilik

TAP/RS-K/X 2014 yang mengatakan bahwa pertama yang telah diberikan hak sesuai

tanah yang ditempati dikuasai oleh sanak dengan sistem ranji (silsilah keluarga)

kemenakan seluruhnya berasal dari tanah yang berlaku di Nagari ketaping.

ulayat Rajo Sampono. Penyelesaian terhadap konflik tanah ulayat dalam

Kemudian Sekretaris KAN yang ulayat Rajo Sampono “gantiang putuih juga diamini oleh niniak mamak Nagari biang tabuak di tangan Rajo Sampono”

25 Wawancara dengan Era Purnama Sari, 10 Oktober 2017. 27 Ibid, konfirmasi kepada niniak mamak atau orang

26 Wawancara dengan Hardimus, op.cit.

yang dituakan, 2017.

156 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1 156 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

oleh saudara sesuku ataupun masyarakat dan mengurangi terjadinya konflik tanah

sekitar. Hal ini lah yang menjadi penyebab ulayat di Nagari Ketaping berada ditangan

konflik, dikarenakan ketika pemilik tanah Rajo Sampono. 28 tersebut yang memiliki hak menuntut hak dari tanahnya kembali. Masyarakat

Kepemimpinan dan keputusan yang telah menggarap tanah tersebut,

yang berada ditangan Rajo Sampono merasa dirugikan, begitu juga sebaliknya,

juga termasuk kedalam aturan adat yang diberlakukan dengan optimal oleh Nagari

sehingga terjadi konflik.

Ketaping. Masyarakat Nagari Ketaping Pihak yang terlibat dalam konflik sangat mempercayai kebijakan dan aturan

tanah ulayat ini biasanya adalah orang adat yang dibuat oleh Rajo Sampono.

satu kaum, misalkan mamak jo kamanakan, saudara sesuku. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya tali silahturahmi. Oleh karena

Kerangka Penyelesaian Konflik Tanah

itu, maka KAN sudah seharusnya

Ulayat oleh KAN

berperan dalam menyelesaikan konflik Selama ini, konflik di Nagari Ketaping telah

agar eskalasi konflik tidak meningkat. banyak yang diselesaikan oleh Kerapatan

KAN Nagari Ketaping memiliki mekanisme Adat nagara. Rajo Sampono merupakan

penyelesaian konflik tanah ulayat di orang yang bijaksana dan sangat

Nagari Ketaping.

dihormati oleh masyarakat. Masyarakat Mekanisme yang harus dilalui

lebih menyukai diselesaikan secara informal seperti mediasi melalui wali

oleh masyarakat yang berkonflik adalah Masyarakat mengajukan penyelesaian

korong, pemuka adat dan KAN daripada konflik kepada Korong yang apabila tidak

melalui hukum. Permasalahan konflik ini selesai di korong kemudian masyarakat

mudah diselesaikan apabila Ketua KAN, yang berkonflik akan mengajukan

niniak mamak jo pemuko adat memiliki ketegasan dan bijaksana dalam mengatasi

permohonan

penyelesaian konflik kepada KAN melalui panukek adat

permasalahan tersebut. Pemuka adat dengan membuat surat permohonan

dan agama di wilayah Ketaping ini sangat yang kemudian akan diproses oleh KAN.

mendukung dan bekerjasama dengan

29 baik dengan program pemerintah. Panukek adatakan membantu warga membuatkan surat permohonan kepada

Konflik tanah ulayat ini terjadi karena KAN, yang kemudian setelah pembuatan

adanya siliah jariah antara pihak sesuku, surat permohonan, akan diproses

selain itu, banyak masyarakat yang sudah oleh KAN. Setelah mendapatkan surat

memiliki sertifikat, akan tetapi mereka permohonan warga, maka KAN akan

merantau dan meninggalkan tanah memproses dengan cara melakukan

28 KAN Nagari ketaping, 2017.

pemanggilan kepada warga yang

Hasil observasi dengan penduduk setempat, 2017.

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 157 Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 157

berfungsi atau tidak, tergantung kepada Pihak yang berkonflik akan dipanggil penerapan mekanisme tersebut dalam

ke Rumah Gadang untuk dilakukan sidang penyelesaian konflik. Menurut hasil

wawancara dengan warga setempat, hal yang mengedepankan musyawarah

pertama yang dilakukan oleh masyarakat mufakat. Setelah itu, KAN beserta niniak

mamak dan pemuka adat akan melakukan setempat apabila terjadi konflik adalah

sidang dengan pihak yang berkonflik dengan menemui pihak KAN yang berwenang, sehingga dapat diselesaikan

untuk kemudian mencari kata mufakat, secara informal. Masyarakat lebih memilih

apabila dirasa masih belum memuaskan, maka kemudian pihak yang berkonflik menyelesaikan permasalahan melalui

musyawarah mufakat.

akan dibawa ke kantor KAN untuk di sidang lanjutan. Setelah didapatkan hasil, apabila

Peranan KAN dalam kehidupan pihak yang berkonflik, dipersilahkan

bernagari diserahkan kepada Pemerintah untuk mengajukan ke pengadilan, akan

Nagari dengan artian bahwa pengaturan tetapi, Ketua KAN menyarankan agar

lembaga adat nagari ditetapkan dengan tidak sampai ke pengadilan dikarenakan

keputusan pemerintahan nagari dimana apabila sampai ke bidang hukum, maka

tempat dan daerah KAN tersebut kok manang jadi abu, kak kalah jadi arang

bernaung dalam suatu nagari. Kerapatan dengan artian menang ataupun kalah

Adat Nagari memiliki kewenangan dalam akan sama-sama rugi. Akan tetapi apabila

suatu nagari dimana mengenai masalah terdapat konflik yang diajukan ke pihak

sako dan pusako. Dimana sako artinya pengadilan, maka pihak KAN akan tetap

warisan tidak bersifat benda seperti mendampingi dan menjadi saksi ahli

gelar pusaka (gelar penghulu). Sako juga hingga selesai permasalahan dan terdapat

berarti asal atau tua, seperti dalam kalimat keputusan dari pengadilan.

sebagai berikut “sawah banyak padi dek urang Lai karambie sako pulo”

Penerapan Kerangka Penyelesaian

Sako dalam pengertian adat Minang

Konflik oleh Kerapatan Adat Nagari

merupakan segala macam kekayaan

dalam Menyelesaikan Konflik Tanah

asal, yang tidak berwujud, atau harta

Ulayat

tua berupa hak atau kekayaan tanpa Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan

wujud. Sedangkan pusaka adalah segala sebuah lembaga yang berperan kekayaan materil atau harta benda yang dalam penyelesaian konflik tanah

juga disebut pusako harta. ulayat di Nagari Ketaping. Mekanisme

KAN memiliki peran untuk penyelesaian konflik yang dimiliki oleh

mengetahui setiap permasalahan yang KAN merupakan mekanisme yang sudah

terdapat didalam nagarinya dan juga ada dan sudah memiliki aturan tertulis.

terhadap permasalahan gadai. Sedangkan

158 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1 158 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

Perundang-undangan yang berlaku. dalam pemerintahan nagari tersebut. Jadi

Kemudian berdasarkan hasil dalam hal ini Wali Nagari dan Wali Korong

wawancara dengan Wali Nagari periode sangat berperan sekali untuk mengetahui

tahun 2010-2016 beliau mengatakan setiap permasalahan yang terjadi

mengenai kasus konflik tanah ulayat yang didalam nagarinya dan juga terhadap

terjadi di Nagari Ketaping dengan konflik permasalahan gadai. unsur tersebut

yang telah diselesaikan selama beliau merupakan unsur pelengkap yang dapat

menjadi Wali Nagari 31 :

dijadikan legal menurut hukum. Selama saya menjadi Wali Nagari,

Kerapatan Adat Nagari (KAN) adalah kasus konflik tanah ulayat yang terjadi sebanyak 102 Kasus di Nagari Ketaping,

lembaga perwakilan permusyawaratan yang sudah diselesaikan oleh KAN adat tertinggi yang telah ada dan diwarisi

sebanyak 100 Kasus dan 2 kasus yang secara turun temurun sepanjang adat

dibawa ke pengadilan, dari 100 kasus yang diselesaikan, 90 kasus berada di

di tengah-tengah masyarakat nagari di

sekitar bandara.

Sumatera Barat. Jadi KAN ini meskipun didirikan beberapa tahun tetapi

Dari banyaknya kasus yang musyawarah dan mufakat adat ini telah diselesaikan oleh KAN sebanyak 98%, hal dilaksanakan juga oleh nenek moyang ini menunjukkan bahwa penerapan KAN sejak dahulu kala, sejak dilaksanakannnya efektif di Nagari Ketaping. hukum adat di Minangkabau. Dalam

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 Konflik tanah ulayat yang terjadi di tentang pokok-pokok Pemerintahan

nagari Ketaping dari tahun 2010 hingga Nagari Pasal 1 Ayat (13) yang berbunyi 32 30 : 2016 dapat gambarkan sebagai berikut :

“Kerapatan adat nagari yang selanjutnya disebut KAN adalah

Jumlah Konflik

Lembaga kerapatan dari niniak mamak

yang telah ada dan diwarisi secara turun

temurun sepanjang adat dan berfungsi

10 Jumlah

memelihara kelestarian adat serta 0 menyelesaikan perselisihan sako dan Konflik pusako”.

Penerapan kerangka penyelesaian Keputusan Kerapatan Adat Nagari

konflik yang dimiliki oleh KAN Nagari (KAN) menjadi pedoman bagi kepala desa

Ketaping berarti bahwa seberapa efektif dalam rangka menjalankan pemerintahan

penerapan kerangka tersebut terhadap desa dan wajib ditaati oleh seluruh

penyelesaian konflik tanah ulayat di masyarakat dan aparat pemerintah

Nagari Ketaping. Oleh karena itu, penulis berkewajiban menegakkannya sepanjang

31 Wawancara dengan Yulisman, 20 Oktober 2017. 30 Peraturan Daerah Sumbar Nomor 2 Tahun 2007.

32 KAN Nagari ketaping, 2017.

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 159 Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 159

terkait adat.

Nagari Ketaping terhadap penyelesaian konflik tanah ulayat di Nagari Ketaping.

Sinergi Pemerintah dan Kerapatan

Berdasarkan hasil wawancara tersebut,

Adat Nagari di Nagari Ketaping

Wali Nagari mengatakan bahwa : Berdasarkan hasil wawancara dengan Pada dasarnya KAN Nagari Ketaping

Walikota Padang periode 2004-2014, memiliki peran yang sangat besar dalam

Bapak Letkol (Laut) (P) (Purn) Dr. H. Fauzi penyelesaian permasalahan konflik

tanah ulayat di Nagari Ketaping ini. Bahar, M.Si di rumah beliau, beliau juga KAN sudah memiliki mekanisme sendiri

menyatakan bahwa:

dalam hal penyelesaian konflik tanah Peran KAN itu ada sesuai dengan ulayat yang sudah diterapkan sesuai aturan yang menyatakan bahwa di dengan kemampuan dari Pihak KAN juga Minangkabau merupakan daerah yang sangat dipercaya oleh masyarakat dalam dipimpin oleh tigo tungku sajarangan menyelesaikan berbagai konflik yang

yaitu : pemerintahan, pemangku adat terjadi. yang dalam hal ini adalah KAN, dan

tokoh agama. 35

Menurut wawancara tersebut, Wali Nagari Ketaping mengatakan bahwa

Berdasarkan pernyataan diatas, KAN sudah sangat berperan dalam

maka dapat dikatakan bahwa KAN menyelesaikan konflik tanah ulayat di

dan pemerintah merupakan dua dari Nagari Ketaping, selain itu, wali nagari

tiga lembaga yang memiliki kerjasama juga mengatakan bahwa :

dalam hal kepemimpinan di wilayah Ketua KAN dalam hal ini Rajo

Sumatera Barat. Hubungan KAN dan Sampono merupakan orang yang

Pemerintah merupakan hubungan

yang saling terkait dikarenakan wilayah masyarakat. Dimana beliau tidak hanya

bijaksana dan sangat dihormati oleh

menyelesaikan konflik terkait adat di Minangkabau memiliki tiga lembaga daerah Nagari Ketaping saja, akan tetapi

yang saling bersinergi dalam memimpin beliau juga selalu dimintai pendapat

Minangkabau.

oleh pemimpin Nagari-Nagari lainnya di Kabupaten Padang Pariaman, bahkan

Sementara itu dari hasil wawancara juga oleh di Kabupaten lainnya di Sumatera Barat. 34

dengan Kepala Seksi Konflik, Konflik dan Perkara Kanwil BPN Kabupaten Sumatera Barat, beliau mengatakan bahwa :

Dari pernyataan wali nagari BPN memiliki mekanisme tersebut maka dapat diindikasikan bahwa

penyelesaian konflik tanah ulayat yang sebenarnya masyarakat Nagari Ketaping

bekerja sama dengan KAN sehingga penyelesaian konflik tanah ulayat dapat

memiliki Kepercayaan kepada Ketua KAN maksimal. Pada dasarnya sinergi antara

yaitu Rajo Sampono dalam menyelesaikan pemerintah dengan KAN Nagari sangat konflik, tidak hanya konflik tanah ulayat

baik. 36

Wawancara dengan Fauzi Bahar, 26 Oktober Wawancara dengan Dasman, 18 Oktober 2017.

Ibid. 36 Wawancara dengan Upik Suryati, 20 Oktober 160 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

1. Eskalasi-deeskalasi tersebut, dapat dikatakan bahwa

Maka sesuai dengan pernyataan

Potensi konflik di Nagari Ketaping tinggi, pemerintah dan lembaga KAN sudah

dikarenakan banyak terjadi siliah jariah memiliki sinergitas yang baik untuk

atau pemindahtanganan hak tanah ulayat mendapatkan hasil yang maksimal terkait

yang seharusnya tidak boleh terjadi. Hal ini konflik tanah ulayat

disebabkan karena masuknya pendatang Sesuai dengan aturan yang berlaku

dan penduduk asli berusia produktif justru di Minangkabau terkait masalah tiga

merantau. Sehingga banyaknya tanah hal yang saling berkesinambungan

kosong yang kemudian diperjualbelikan. dalam kehidupan bermasyarakat di

Potensi konflik meningkat, masyarakat Minangkabau adalah Pemerintahan, Adat

pemilik tanah tersebut mengklaim bahwa dan Agama, sesuai dengan tigo tungku

tanah itu merupakan tanah yang dimiliki sajarangan yang berarti bahwa tiga hal

oleh kaumnya, sedangkan pihak pembeli ini merupakan pokok penting dalam

merasa memiliki hak atas tanah tersebut. kehidupan masyarakat Minangkabau

Kasus ini banyak terjadi sejak tahun yang tidak dapat terpisahkan.

2010, kasus yang sama terjadi antara pemilik tanah ulayat dan pihak pembeli. Banyaknya konflik di Nagari Ketaping ini,

Pembahasan

tidak menyebabkan eskalasi konfliknya Dalam studi ini penulis menggunakan

meningkat.

Kerangka Dinamis Pencegahan Konflik Eskalasi konflik tanah ulayat di

oleh Ichsan Malik 37 sebagai alat analisis

Nagari Ketaping ini mayoritas hanya yang akan peneliti gunakan terkait

sampai berada pada tahapan sengketa dengan kerangka penyelesaian konflik

dimana kedua pihak saling klaim hak tanah ulayat oleh KAN di Nagari Ketaping.

kepemilikan tanah, akan tetapi terdapat Kerangka dinamis pencegahan dan

konflik yang hingga tahap ketegangan resolusi konflik merupakan modifikasi

dan itu terjadi pada tahun 2012. Dari tahun dari Titian Damai Framework yang dibuat

2010 hingga 20016, konflik yang terjadi dalam rangka untuk mendeteksi dini dan

hingga mencapai tahap ketegangan respon dini konflik yang direkonstruksi

hanyalah terjadi dua kasus dari 102 kasus oleh Ichsan Malik dan tim Institut

konflik tanah ulayat di Nagari Ketaping. Perdamaian pada tahun 2010 yang

Hal ini disebabkan karena adanya kemudian dilengkapkan pada tahun 2013.

pencegahan dini terhadap meningkatnya Kerangka dinamis pencegahan konflik ini

eskalasi konflik yang dilakukan oleh KAN memiliki lima komponen utama sesuai

Nagari Ketaping.

dengan gambar 1 yaitu : KAN Nagari Ketaping memiliki

kebijakan mengenai mekanisme atau

langkah-langkah yang harus dilakukan

37 Malik, op.cit, hlm. 243. Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 161 37 Malik, op.cit, hlm. 243. Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 161

sehingga terjadi konflik.

terkait adat di Nagari ketaping. Langkah inilah yang ditekankan dan diterapkan di

3. Aktor Konflik

seluruh daerah di Nagari Ketaping. Wali Komponen ketiga merupakan aktor

Korong memiliki tanggung jawab penuh konflik dimana aktor ini memiliki kontribusi dalam upaya pencegahan meningkatnya yang besar dalam terjadinya peningkatan

eskalasi konflik, dengan cara pendekatan eskalasi konflik, sekaligus merupakan yang bersifat kekeluargaan kepada orang yang berpengaruh terhadap

masyarakat, sehingga masyarakat akan konflik. Terdapat tiga kategori aktor- segera melaporkan kepada pihak terkait aktor konflik yang perlu diperhatikan, ketika terjadi perselisihan. Oleh karena yaitu provokator, kelompok rentan

itu, maka deeskalasi konflik di Nagari dan kelompok fungsional. Provokator Ketaping tinggi. merupakan aktor-aktor utama yang

terlibat dalam konflik, dimana provokator

2. Faktor Konflik terkadang merupakan orang-orang yang

Komponen kedua merupakan faktor memiliki logika abnormal dan tidak berfikir konflik, dimana dalam faktor konflik

secara matang dikarenakan egoisme dan ini terdapat tiga elemen yaitu elemen

adanya kepentingan tertentu.

pemicu atau sering dikatakan sebagai Kecenderungan provokator

api, kemudian elemen akselerator atau adalah orang yang fanatik terhadap

sering disebut angin, dan elemen akar sesuatu atau memiliki keyakinan yang

konflik yang sering disebut sebagai sangat tinggi terhadap sesuatu yang

rumput kering. Faktor konflik dalam dia anggap benar dan menyebarkan

konflik tanah ulayat ini adalah pemicu hal tersebut kepada orang lain yang

yang sering muncul dalam konflik tanah biasanya mudah terpengaruh (-kelompok

ulayat di Nagari Ketaping. Berdasarkan rentan). Kelompok rentan merupakan

hasil studi didapatkan bahwa adanya kategori aktor kedua, yakni orang-

siliah jariah antara pihak sesuku, selain itu, orang yang sangat mudah terprovokasi.

banyak masyarakat yang sudah memiliki Kecenderungan kelompok ini adalah

sertifikat, tetapi mereka merantau dan orang-orang yang hanya mendengar dari

meninggalkan tanah mereka begitu saja, satu pihak tanpa adanya cover both side

sehingga di garap oleh saudara sesuku sehingga akan sangat mudah terbawa

ataupun masyarakat sekitar. Hal ini yang suasana dan dipengaruhi oleh provokator.

menjadi penyebab konflik, dikarenakan Kategori terakhir dari aktor konflik adalah

ketika pemilik tanah tersebut menuntut kelompok fungsional, dimana kelompok

hak dari tanahnya kembali. Masyarakat ini yang bertanggungjawab menghentikan

yang telah menggarap tanah tersebut, kekerasan dan mencegah meluasnya

merasa dirugikan, begitu juga sebaliknya, konflik. Berdasarkan hasil studi, aktor- 162 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1 merasa dirugikan, begitu juga sebaliknya, konflik. Berdasarkan hasil studi, aktor- 162 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

kelompok yang dapat berkomunikasi adalah pihak-pihak yang merasa bahwa

aktif dengan kelompok fungsional mereka yang paling memiliki hak dan

dan dapat memberikan kontribusi, memprovokasi kelompok-kelompok kerjasama, dan saling berkoordinasi rentan, yakni orang-orang sesuku atau

untuk mencegah terjadinya konflik dan sekaum yang mudah dipengaruhi.

menghentikan konflik agar tidak meluas serta memberikan kontribusi dalam

Sementara itu, kelompok fungsional dalam kasus ini merupakan

perumusan resolusi konflik. Dalam kasus ini, kelompok kepentingan merupakan

KAN dan Pemerintahan Nagari yang tokoh adat seperti niniak mamak, tokoh

memiliki tanggung jawab penuh dalam penyelesaian konflik di Nagari tersebut. agama, dan tokoh masyarakat di Nagari

Ketaping, selain itu peneliti, media massa KAN termasuk kedalam kelompok

dan polisi serta militer juga dianggap fungsional dikarenakan KAN merupakan

sebagai pemangku kepentingan. lembaga yang memiliki fungsi dan

tanggung jawab sebagai penyelesai konflik terkait adat. Sehingga penulis

5. Kemauan Politik Penguasa memasukkan KAN kedalam kategori

Komponen terakhir dari kerangka kelompok fungsional mengingat KAN

dinamis pencegahan konflik ini adalah merupakan kelompok yang bertugas dan

kemauan politik penguasa yaitu terlihat memiliki tanggung jawab utama dalam

dari inisiatif pihak penguasa untuk menyelesaikan konflik dan mencegah

segera menyelesaikan konflik dan tidak konflik meluas, serta diakui oleh negara.

membiarkan konflik ini meluas. Selain itu juga dapat terlihat dari kebijakan-kebijakan

4. Pemangku Kepentingan yang dikeluarkan yang dapat mencegah (stakeholders)

dan menyelesaikan konflik. Dalam kasus Komponen selanjutnya dalam kerangka

ini, kemauan politik penguasa memiliki dinamis pencegahan dan resolusi konflik

inisiatif dalam mengeluarkan kebijakan ini adalah pemangku kepentingan atau

terkait konflik tanah ulayat, terlihat pada disebut sebagai stakeholders, dimana

terdapatnya aturan mengenai tanah stakeholders merupakan elemen-elemen

ulayat dan lembaga penyelesai konflik yang berkepentingan untuk menghentikan

pada peraturan perundang-undangan di dan mencegah meluasnya konflik. Elemen-

Indonesia.

elemen pemangku kepentingan ini terdiri Pada kerangka dinamis pencegahan atas kelompok polisi, militer, kelompok

dan resolusi konflik tersebut dijelaskan tokoh masyarakat, tokoh agama,

pemahaman mengenai konflik sehingga tokoh adat, kelompok LSM, kelompok

eskalasi konflik dapat di deteksi dan dapat peneliti, serta kelompok media massa.

dilakukan upaya deeskalasi. Kerangka

Nagari Sebagai Pranata Penyelesaian Konflik ... | Lia Safitri, Ichsan Malik, Josephine R. Marietta | 163

164 | Jurnal Pertahanan & Bela Negara | April 2018, Volume 8 Nomor 1

dinamis pencegah dan resolusi konflik merupakan kerangka untuk memahami konflik sehingga dapat ditemukan alternatif terbaik untuk mencegah dan menyelesaikan konflik.

Dokumen yang terkait

Analisis Penerapan Cost Containment pada Kasus Sectio Caesarea dengan Jaminan BPJS di RS Pemerintah XY di Kota Bogor Tahun 2016

1 3 6

Cost Recovery Rate Tarif Rumah Sakit dan Tarif INA-CBG’s Berdasarkan Clinical Pathway pada Penyakit Arteri Koroner di RS Pemerintah A di Palembang Tahun 2015

1 2 10

Analisis Hasil Koding yang Dihasilkan oleh Coder di Rumah Sakit Pemerintah X di Kota Semarang Tahun 2012

0 0 8

Analisis Upaya Rumah Sakit dalam Menutupi Kekurangan Biaya Klaim Indonesia Case Base Group (INA-CBGs) Yang Dihitung den- gan Metode Activities Base Costing pada Rumah Sakit Swasta Kelas C di Kota Medan Tahun 2017

0 2 8

Kebijakan Penetapan Tarif Seksio Sesarea Tanpa Penyulit dengan Metode Activity Based Costing Berdasarkan ICD-9CM pada Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit XY Kabupaten Kudus Tahun 2016

0 0 8

Analisis Pembiayaan Program Promotif dan Preventif Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) Bersumber Pemerintah di Kota Semarang Tahun 2013-2015

0 1 7

Analisis Praktik Koordinasi Manfaat (Coordination of Benefit) Layanan Rawat Inap di Indonesia

0 0 10

Cost of Treatment Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rawat Inap Berdasarkan Clinical Pathway di RS X Jakarta

0 0 9

View of Analisis Tingkat Pemahaman Guru Terhadap Konsep Pembelajaran Aritmatika-Bahasa di Sekolah Dasar

0 0 12

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Kasus pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

0 6 16