Pengaruh Store Image terhadap Persepsi Kualitas Private Label Carrefour “Paling Murah” di Carrefour Golden City Mall Surab

BISMA JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN

Jurnal Bisnis dan Manajemen (BISMA) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun. Jurnal ini diharapkan sebagai wahana komunikasi dan media bagi para akademisi dan praktisi dalam menuangkan ide-ide dalam bentuk kajian, pengamatan, pengalaman praktis, dan hasil penelitian

empiris, di bidang bisnis dan manajemen

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab

: Dra. Jun Surjanti, SE, M.Si

Ketua Penyunting

: Putu Herry Sunarya, SE, MM

Wakil Ketua Penyunting

: Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi. MM

Penyunting Pelaksana

: Dr. Dewi Tri Wijayanti, M.Si

Dr. Sri Setyo Iriani, SE., M.Si Dr. Andre Dwijanto Witjaksono, ST, M.Si Dra. Anik Lestari Andjarwati, MM Nadia Aandimitra, SE, M.SM Musdholifah, SE, M.Si

Mitra Bestari

: Prof. Dr. Djumilah Zein (Unibraw)

Prof. Dr. H. Retig Adnyana, M.Si (Unesa) Prof. Dr. Musclich Anshori(Unair) Dr. Rer. pol. Debby Ratna Daniel, Ak (Unair) Dr. Muafi, SE, M.Si (UPN Yogyakarta) Budiono, SE, M.Si (ISEI)

Administrasi dan Sirkulasi : Widyastuti, S.Si, M.Si

Nindria Untarini SE, M.Si Yessy Artanti, SE, M.Si

Alamat Redaksi:

JURUSAN MANAJEMEN FE UNESA

Kampus Ketintang Surabaya, 60231 Telp. (031) 8299945, 8280009 PS.107 Fax. 8299946 Email : unindria@yahoo.com

BISMA

Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 3 No. 1 Agustus 2010 DAFTAR ISI

1. Model Kepemimpinan Situasional pada Perusahaan Keluarga (Kasus UKM di Sentra Industri Wedoro Sidoarjo)

Sentot Imam Wahjono 1-14

2. Analisis Segmentasi Psikografis dan Sensitivitas Harga Konsumen Rumah Makan di Kabupaten Sidoarjo

Luxi Ika Lestari & Saino 15-33

3. Analisis Kinerja Keuangan PT. BNI (Persero) Tbk Sebelum dan Sesudah Melakukan Seasoned Equity Offerings

Nancy Ika Ervina & Musdholifah 34-48

4. Pengaruh Kualitas Layanan Jasa terhadap Word Of Mouth dengan Kepuasan Pelanggan sebagai Variabel Antara (Studi pada Biro Perjalanan Umum Rosalia Indah Surabaya)

Deasy Prameswari & Anik Lestari A 49-65

5. Pengaruh Store Image Terhadap Persepsi Kualitas Private Label Carrefour “Paling Murah” di Carrefour Golden City Mall Surabaya

Inge Yunita Pramestya & Widyastuti 66-83

6. Pengaruh Persepsi Pelanggan tentang Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Penggunaan Ponsel Pasca Bayar Esia Surabaya

Nindria Untarini 84-100

7. Tingkat Persaingan pada Industri Tembakau dan Dampaknya terhadap Petani Tembakau (Studi Kasus Industri Tembakau Madura)

Bondan Satriawan 101-111

8. Analisis Pengaruh Kebijakan Harga Kebutuhan Pokok terhadap Indeks Harga Kebutuhan Pokok di Propinsi Jawa Timur Pasca Lumpur Lapindo

Agung Listiadi 112-124

PENGARUH STORE IMAGE TERHADAP PERSEPSI KUALITAS PRIVATE LABEL CARREFOUR “PALING MURAH” DI CARREFOUR GOLDEN CITY MALL SURABAYA INGE YUNITA PRAMESTYA 1 WIDYASTUTI 2

Email:wi2ed75@gmail.com

Abstract

Today the world has witness the birth of many retailers, it also making more and more private label are available that issues by the retailer itself. Because of that, the private label as the brand owned by a retailer is always connected to the Store Image of that retailer. In order to increase the quality of the private label, therefore the shop has to focus to increase the image from its store. The Store Image is depicted as the complex consumer’s perceptions from the different attributes or distinctive from a store. The Store Image

itself is consisted of Service, Convenience, Quality, Selection/Variety, Price and Atmosphere. This research will be focuses on the influence of the store image against the quality of Carrefour private label “Paling Murah ” by the customers at Golden City Mall Carrefour Surabaya.

The type of this research is a conclusive study uses causal research. The population of this study were men and women at least 17 years of age. The sample in this study are the customers of Golden City Mall Carrefour Surabaya that knowing Carrefour private label “Paling Murah” as many as 115 respondents. Non probability sampling technique using Purposive sampling way is used to determine the sample of this research. The data of this research analized by multiple linier regression analysis. The result of this research shows coefficient of determination 0,68, it means that there is an influence variable independent to dependent variable equal to 68% and the rest of 32% influenced by other variables outside this research. The most dominant variable in this research is brand awareness variable by t value of 6,109.

Key words: Private Label, Store Image, and Quality Perception

PENDAHULUAN

10%. Dan pangsa pasar tersebut diyakini akan Dalam beberapa tahun terakhir, private

terus tumbuh seperti yang telah terjadi di Luar label makin marak (MIX Juni-Juli IV, 2007). Saat

Negeri. Hal ini terjadi karena masyarakat umum

mulai terbiasa dengan kehadiran private label menggunakan private label bagi produk mereka

ini banyak sekali retailer yang mulai

ketika perkonomian Indonesia sempat melemah. khususnya produk-produk FMCG (Fast Moving

Di negara-negara maju, ketika keadaan Consumer Goods ) yang digunakan oleh konsumen

malah mendorong sehari-sehari. Mulai produk gula pasir, air

ekonominya

melemah

peningkatan penjualan private label. Tetapi pada mineral, tisu, maupun sirup sudah menjadi

saat perekonomian mulai membaik, pangsa pasar alternatif pilihan produk bagi retailer untuk

private label tidak menurun pada kondisi mengeluarkan produk sendiri menggunakan

awal/semula.

private label . Baik retailer kecil maupun retailer Perkembangan private label di Indonesia besar saat ini sudah menggunakan private label.

mungkin tidak sebagus perkembangan private Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu retail

label di luar negeri, dimana sutau produk dari mampu mengeluarkan private label tanpa takut

private label dapat memberikan kontribusi yang bersaing dengan private label dari retailer yang

begitu besar pada retail yaitu mencapai 23% di lebih besar. Saat ini adanya private label dapat

Eropa dan 16% di Amerika Utara. Sedangkan menunjukkan eksistensi retailer dalam memenuhi

private label di Indonesia masih kurang kebutuhan

mendapatkan perhatian dari para konsumen. memperhatikan kebutuhan dan kemampuan

Tetapi dengan perkembangan yang telah terjadi konsumennya.

dan adanya pergerakan dalam perekonomian yang Menurut Puspito (MIX, Juni-Juli 2007),

terjadi di Indonesia menyebabkan masyarakat survey explorative yang dilakukan oleh MRI

mulai aware terhadap kehadiran private label. (Marketing Research Indonesia), bahwa pangsa

“private label products or store brands pasar bagi private label masih berkisar antara 2%-

(from now on PBs) owned and branded by

1 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya 2 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

Lindley, 2003:2). Menurut Sopiah (2003:540), label atau yang juga biasa disebut dengan store

salah satu strategi diferensiasi untuk para brand adalah brand yang dimiliki oleh retailer,

pengecer yaitu pengecer harus menampilkan

barang dagangan yang bermerek pribadi (private mendapatkan margin yang lebih tinggi,

yang mampu membuat retailer tersebut

brand ).

meningkatkan pengendalian terhadap rak di toko, Bentuk penerapan produk private label dan memberi retailer kekuatan penawaran yang

yang dilakukan oleh kebanyakan peritel saat ini, lebih tinggi terhadap saluran distribusinya.

salah satunya juga dilakukan oleh pihak PT. Private label merupakan suatu brand yang

Carrefour Indonesia. Menurut katalog Carrefour dimiliki oleh suatu toko, oleh karena itu citra toko

(februari-Maret 2009), Penerapan private label mempunyai peranan penting dalam hal

yang dilakukan oleh Carrefour dilakukan pada perkembangan private labelnya. Menurut Berman

jenis produk pangan maupun nonpangan dengan dan Evans (2002: 452) “Image referst to how a

menggunakan nama merek “Carrefour, Paling retailer is perceived by consumers and others ”.

Murah, Harmonie, dan Bluesky”. Masing-masing Jadi image adalah suatu bentuk representasi

merek private label yang dimiliki oleh Carrefour konsumen tentang suatu retail. Semua yang

mempunyai karakteristik dan tujuan masing- berhubungan dengan retailer tersebut maka secara

masing, antara lain:

tidak langsung akan menciptakan suatu image

1. Produk ” Carrefour” merupakan pilihan terbaik yang akan terbentuk oleh konsumen.

dan terpercaya di bawah pengawasan kualitas Sedangkan menurut Vahie dan Paswan

yang ketat yang dihadirkan untuk memenuhi (2006:78) variabel-variabel yang membangun

kebutuhan konsumen.

store image antara lain: Service, Convinience,

2. Produk ”Paling Murah” merupakan produk Quality, Variety/Selection, Price dan Atmosphere.

pilihan tepat dengan harga ekonomis yang Suatu brand akan menimbulkan persepsi

dihadirkan untuk memenuhi berbagai macam tersendiri dalam benak konsumen. Oleh karena itu

kebutuhan konsumen dengan lebih hemat. para retailer saat ini mencoba memberikan image

3. Produk ” Harmonie” merupakan produk tekstil yang baik bagi tokonya agar image yang terbentuk

dengan pilihan terbaik dan terpercaya serta untuk private labelnya terutama image tentang

kualitas unggulan yang dihadirkan untuk kualitas produk juga ikut terangkat. Quality

kenyaman konsumen.

4. Produk ”Bluesky” merupakan produk pilihan (2007:174) adalah ”physical characteristics to

perception menurut Schifman dan Kanuk

tepat elektronik dengan harga ekonomis yang judge product quality ”. Physical characteristics

dihadirkan untukmemenuhi berbagai macam dari suatu produk itu sendiri meliputi ukuran,

kebutuhan konsumen dengan lebih mudah. warna, rasa, dan aroma.

Carrefour melengkapi jenis produk private label Menurut Schifman dan Kanuk (2007:163),

memberikan alternatif bagi konsumen untuk dengan tidak adanya pengalaman yang

mendapatkan harga barang yang kompetitif dan sesungguhnya dengan suatu produk, para

Private Label ini dihadirkan untuk menambah konsumen sering kali menilai kualitas atas dasar

pilihan belanja bagi konsumen. Carrefour isyarat yang bersifat external, seperti harga, citra

menyediakan produk private label yang merek, citra perusahaan, citra pabrikan, citra toko

mempunyai kualitas bagus dengan harga yang ritel, atau bahkan Negara asal.

bersaing. Kualitasnya terjamin karena telah Menurut Zeithml dalam Elly (2008: 3),

melalui serangkaian proses yang ketat sebelum konsumen cenderung menduga bahwa extrinsic

masuk ke toko. Carrefour melakukan seleksi cues berpengaruh terhadap product quality

kepada calon pemasok sebelum mereka mulai perception . Dan extrinsic cues itu merupakan

memproduksi untuk private label Carrefour. PT. atribut produk yang berhubungan dengan produk

Carrefour juga melakukan pemeriksaan berkala tersebut tetapi bukan merupakan bagian dari

yang melibatkan analis independen demi menjaga produk itu sendiri. Extrinsic cues itu sendiri

kualitas produk agar sesuai dengan standar yang meliputi harga (price), citra toko (Store Image),

telah ditetapkan oleh Carrefour ditiap rangkaian dan kemiripan kemasan (package similiarity).

produknya (www.carrefour.co.id). Penelitian ini akan berfokus pada pengaruh

Produsen yang sebagian besar UKM, juga antara “dimensi store image” terhadap “persepsi

diuntungkan karena tidak perlu mengembangkan kualitas private label ”. Hubungan yang kuat

merek yang memakan waktu lama dan biaya yang antara citra toko dari peritel dengan image dari

besar. Dengan private label produk langsung private

dikenal dan dipercaya masyarakat. Carrefour “fundamental requirement for asuccesfull

label

brand dianggap

sebagai

senantiasa memberikan pengetahuannya sehingga senantiasa memberikan pengetahuannya sehingga

gerbang tol keluar dari kota Gresik, Sidoarjo, Carrefour lain di dunia.

Mojokerto, Malang, Madura, dan kota sekitarnya Dalam mengelolah bisnisnya Carrefour

mempermudah para pengunjung Golden City Mall memiliki pesaing yang bergerak dibidang yang

untuk mencapai lokasi. Selain itu, lokasi yang sama seperti: Giant, Hypermart, Makro dan toko-

berdekatan dengan area perkantoran Darmo park, toko ritel kecil lainnya. Penerapan strategi dengan

perkantoran Bukit Darmo Golf, area perumahan menampilkan barang dagangan private label ini

perumahan Citraland, juga dilakukan para pesaingnya yaitu Giant

Villa Bukit Mas,

perumahan Bukit Darmo Golf, perumahan Graha dengan merek “Giant”, Hypermart dengan merek

Family, sekolah SD dan TK Petra, Universitas “Value Plus”, Makro dengan merek ”Aro”dan

Ciputra dan lainnya. Selain memiliki kelebihan lain-lain. Untuk itu bukan hal yang mudah bagi

dari sisi lokasi, Carrefour Golden City Mall juga PT. Carrefour dalam penerapan strategi ini.

menjadi anchor tenant untuk wilayah Surabaya. Menurut pakar pemasaran dari Markplus &

Dari latar belakang masalah di atas maka Co., Yuswohady (Bisnis Indonesia, April 2008),

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengungkapkan maraknya private label di

apakah store image yang terdiri dari service, Indonesia tidak lepas dari trend serupa yang

convenience, quality, variety/selection, pric e dan terjadi di pasar global. Saat brand dari toko-toko

atmosphere berpengaruh signifikan terhadap retail lebih kuat daripada brand produk yang

persepsi kualitas private label Carrefour ”Paling dijual, maka dijalankanlah private label .

Murah” di Carrefour Golden City Mall Surabaya Munculnya private label juga untuk me-leverage

secara serentak dan parsial ? (mendorong) penjualan barang-barang generik yang kurang begitu diserap pasar. Dengan

Pedagang Eceran (Retailer)

melekatkan brand toko pada produk yang dijual, Setiap organisasi yang melakukan maka muncul kepercayaan dari konsumen untuk

penjualan kepada konsumen akhir baik itu membeli barang yang dijual itu. Selama ini

produsen, pedagang besar, atau pengecer dapat Carrefour berhasil menciptakan kepercayaan yang

dikatakan melakukan usaha eceran. Tidak ada instan dari konsumen terhadap barang yang diberi

masalah bagaimana barang atau jasa tersebut private label . Meski berhasil mendatangkan

dijual (melalui orang, surat, telepon, atau mesin kepercayaan yang instan serta menawarkan harga

penjaja, maupun internet) atau dimana dijual (di yang lebih murah, ternyata private label tak

toko, di pinggir jalan, atau di rumah konsumen) selamanya berhasil meyakinkan konsumen.

(Kotler, 2007:164).

Banyak konsumen yang akan pikir-pikir untuk Sebagian besar produsen yang ada di membeli produk tertentu yang dilekati merek

pasar tidak akan langsung menjual produk yang toko.

mereka hasilkan kepada konsumen akhir. Antara Sejak masuk Indonesia pertama kali bulan

produsen dan konsumen tersebut terdapat saluran oktober tahun 1998, Carrefour sudah menantang

pemasaran, yakni sekumpulan pemasaran yang dengan konsep harga murah dan konsep yang

menjalankan beragam fungsi serta menyandang efektif. Kunci sukses Carrefour dalam menembus

berbagai nama. Di antara perantara tersebut pasar Indonesia menurut Manajemen Carrefour

terdapat para pedagang besar dan pengecer atau adalah karena Carrefour menawarkan harga

yang lazim di kenal dengan istilah retailer, bersaing, pilihan yang lengkap, kualitas yang dan

dimana mereka melakukan pembelian dan layanan yang memuaskan. Sehingga pasar ritel di

kemudian menjual kembali barang dagangan Indonesia pada saat ini menurut survei majalah

tersebut. Menurut Kotler (2003:535), “Retailing retail Asia tahun 2008 dikuasai oleh Carrefour

includes all the activities involved in selling goods dengan pendapatan Rp. 7,2 Triliun pada tahun

or service directlyto final consumers for personal, 2008. Sedangkan menurut penelitian AC Nielsen,

nonbusiness use ”. Ini berarti bahwa perdagangan Carrefour merupakan salah satu tempat belanja

eceran meliputi seluruh aktivitas-aktivitas yang di paling murah di mata responden.

dalamnya terdapat proses penjualan barang atau Sehingga Setting penelitian ini menggunakan

jasa secara langsung kepada konsumen akhir Carrefour sebagai retailer dan “Paling Murah”

untuk pemenuhan kebutuhan pribadi dan tidak sebagai private label dari Carrefour. Penelitian ini

untuk dijual kembali. Sementara Christina W. juga difokuskan pada Carrefour Golden City Mall

Utami (2006:32) menyatakan bahwa retailing Surabaya yang merupakan Carrefour yang

adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait pertama kali berdiri di Surabaya dan Carrefour

dengan penjualan dan pemberian layanan kepada Golden City Mall memiliki beberapa kelebihan

konsumen untuk penggunaan yang sifatnya diantaranya lokasinya yang sangat strategis yaitu

individu sebagai pribadi maupun keluarga.

Melihat maraknya industri retailer b. Pengecer Potongan Harga Independen sekarang ini, bentuk dari organisasi pengecer itu

(Independent Off-PriceRetailers) Dimilki sendiri juga sangat beraneka ragam dan bahkan

dan dikelolah oleh pengusaha atau divisi terus menerus memunculkan bentuk-bentuk baru

dari perusahaan pengecer besar. yang makin atraktif. Ada jenis pengecer toko

c. Klub Gudang (Warehouse Clubs / (store retailers), penjualan eceran tanpa toko (non

Wholesales Clubs )

store retailers ) dan berbagai organisasi eceran Menjual barang-barang grosir yang atau retail organization (Kotler, 2007:164).

pilihan terbatas, perlengkapan rumah tangga, pakaian dan

bermerek

dengan

Tipe-Tipe Pedagang Eceran (Retailer)

beragam barang lain dengan diskon besar Pengecer dapat dibedakan (Kotler, 2007:165)

bagi anggota yang membayar iuran menjadi:

tahunan. Contohnya : Makro, Indo Grosir

1. Toko Barang Khusus (Specialty Store)

dan sebagainya.

Pengecer yang menjual lini produk yang

7. Toko besar (Superstore)

sedikit dengan ragam yang lebih banyak dalam Ruang penjualan besar yang bertujuan lini tersebut. Contoh: toko buku Gramedia,

memenuhi semua kebutuhan konsumen untuk toko alat-alat olahraga Sport Station.

produk makanan yang di beli rutin maupun

2. Toko Serba Ada (Department Store) bukan makanan. Biasanya menawarkan Merupakan pengecer yang menjual berbagai

pelayanan seperti binatu, perbaikan sepatu dan lini produk biasanya pakaian, perlengkapan

pembayaran tagihan.

untuk rumah tangga, dan barang-barang

a. Toko Kombinasi (Combination Stores) : kebutuhan rumah tangga lainnya. Setiap lini

kombinasi toko makanan dan toko obat beroperasi sebagai departemen sendiri.

rata-rata memiliki ruang jual seluas 55.000 Contohnya adalah Matahari, Ramayana, Sogo.

kaki persegi.

b. Pasar Hyper (Hypermarket) : memiliki luas Pengecer tipe ini mempunyai tempat yang

3. Toko Swalayanan (Supermarket)

lokasi antara 80.000-200.000 kaki persegi, relatif luas, harga rata-rata barang yang dijual

merupakan kombinasi antara supermarket, rendah, keuntungan barang yang dijual rendah,

discount store dan warehouse retailing. volume tinggi, dan konsumen melayani dirinya

Contoh : Carrefour dan Giant. sendiri. Di Indonesia tipe seperti ini dikenal

8. Ruang Pameran Katalog (Catalog Showroom) sebagai toko swalayan. Contohnya: Hero

Menjual banyak pilihan produk merek, mark- Supermarket.

up tinggi, perputaran cepat dengan harga

4. Toko Kenyamanan (Convenience Store) diskon. Pelanggan memesan barang dari Pengecer tipe ini mempunyai tempat yang

katalog dan mengambil barang tersebut dari relatif kecil, terletak di daerah pemukiman,

suatu area pengambilan barang di toko. memiliki jam buka yang panjang dan buka setiap hari, dan menjual lini produk dengan

Merek

tingkat perputaran tinggi. Di Indonesia banyak Pemberian merek merupakan masalah ditemukan tipe pengecer seperti ini, yaitu toko-

utama dalam strategi produk. mengembangkan toko kecil yang dikelolah secara pribadi oleh

produk bermerek memerlukan pengeluaran pemiliknya dan menawarkan kebutuhan rumah

investasi jangka panjang yang besar, khususnya tangga sehari-hari.

untuk iklan, promosi dan pengemasan. Beberapa

5. Toko Diskon (Discount Store) ritel menyadari keunggulan bersaing yang dapat Pengecer yang menjual barang-barang standar

dipertahankan dengan mengembangkan merek dengan harga yang lebih murah dan menjual

pribadi.

dengan volume yang besar.

American

Marketing Association

6. Pengecer Potongan Harga (Off-Price Retalier) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, Pada pengecer tipe ini, membeli dengan harga

tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal- yang lebih rendah dari harga grosir dan

dimaksudkan untuk menetapkan harga pada konsumen lebih

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang rendah daripada harga eceran, sering

penjual dan untuk merupakan barang sisa, berlebihan, dan tidak

atau

sekelompok

membedakannya dari para pesaing (Kotler, biasa.

2003:460). Jadi pada dasarnya, merek mampu

a. Toko Pabrik (Factory Outlets) mengidentifikasikan penjual atau pembuatnya. Dimiliki dan dioperasikan oleh produsen

Random House Dictionary of the Enlish dan biasanya menjual barang berlebih, tidak

Language (dalam Knapp, 2002:7) mendefinisikan diproduksi lagi, atau tidak regular.

merek sebagai suatu jenis atau variasi dari sesuatu merek sebagai suatu jenis atau variasi dari sesuatu

1. Manufacturer Brands (merek pabrik) khusus.

Merek pabrik yang juga dikenal sebagai Sedangkan Aaker (1997:9) menyatakan

merek nasional merupakan produk yang bahwa merek merupakan nama atau simbol yang

dirancang, diproduksi, dan dipasarkan oleh bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap

penjual. Pabrik bertanggung jawab untuk maupun

mengembangkan barang dan menjaga image mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang

merek tersebut. Dengan membeli merek penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu

pabrik, pembeli dapat membantu dalam hal sehingga dengan demikian dapat membedakannya

menjaga image toko, aliran penjualan, dan dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh

pengeluaran penjualan atau promosi. Biaya para competitor.

merek pabrik juga Sehingga merek dapat disimpulkan sebagai

promosi

untuk

membutuhkan biaya yang lebih kecil karena sarana

pabrik telah mempromosikan sendiri barang menciptakan nilai tambah, memproteksi dan

untuk mengidentifikasi

produk,

mereka itu.

membedakan produk yang ditawarkan dengan

2. Private-Labels Brands

produk lain. Private labe l atau store brand pada umunya Pada

digunakan untuk menunjuk pada produk- mengidentifikasi penjual atau pembuat. Merek

produk yang disediakan oleh para penyalur dapat berupa nama, merek dagang, logo, atau

untuk industri eceran yang menempelkan simbol. Merek sebenarnya merupakan janji

”nama” pengecer tersebut (Knapp, 2000:201). penjual

Private labels dapat juga disebut sebagai store keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada

produk private labels pembeli. Merek-merek terbaik memberikan

brand ketika

mengadopsi nama toko itu sendiri. jaminan mutu. Akan tetapi merek lebih dari

3. Licensed Brands

sekedar simbol. Merek lisensi adalah strategi pemberian Menurut Kotler (2003:460) dalam beberapa

merek di mana ritel ataupun pihak yang kasus, terjadi gerakan kembali pada ”tanpa

membeli lisensi menandatangani surat kontrak merek” untuk barang-barang konsumsi sehari-

dengan pemilik merek yang terkenal untuk sehari bahkan untuk obat-obatan. Produk tersebut

mengembangkan, memproduksi dan menjual dinamakan generik yang berarti tanpa merek,

merek tersebut.

dikemas sederhana, versi yang lebih murah dari produk umunya. Produk tersebut bermutu standar

Private Label

atau lebih rendah dengan harga sekitar 20% Menurut Levy dan Weitz (1998:406), sampai 40% lebih murah daripada merek

“private label brands (also called store brands) pengecer yang lain. Harga yang lebih murah ini

are products developed and marketed by a bisa disebabkan karena isinya yang bermutu lebih

retailer ”. Private label adalah produk yang rendah, biaya pelebelan dan pengemasan yang

dikembangkan dan dipasarkan oleh retailer. jadi lebih murah serta iklan yang minimum. Namun,

retailer tidak memproduksi produk-produk produk generik juga cukup memuaskan bagi para

private label sendiri, tetapi mereka hanya konsumen.

bertanggung jawab terhadap promosi brand Melihat pada banyaknya manfaat yang akan

tersebut. Para retailer bertanggung jawab diperoleh oleh produsen jika memutuskan

terhadap promosi private label, tetapi promosinya memberi merek pada produknya maka para

bukanlah promosi seperti yang dilakukan oleh produsen memiliki beberapa pilihan yang

national brand kebanyakan.

berkaitan dengan pengajuan usulan merek. Produk Store brand is defined as those brand dapat diluncurkan sebagai merek produsen atau

distributed by retailers who have the name of the lebih dikenal dengan sebutan merek nasional,

store clearly labeled on the product, this claiming merek distributor atau disebut retail brand, store

“ownership” of the brand for the store (Cudmore brand, own brand, private labels, house/private

dalam Elly, 2008:21). Private label atau store brand dan juga adanya merek lisensi. Alternatif

sebagai brand yang yang lain adalah bahwa para produsen

brand diartikan

didistribusikan oleh retailer yang memiliki nama memproduksi sebagaian keluaran (output) dengan

toko yang jelas yang kemudian dilabelkan pada namanya sendiri dan sebagian lain dengan label

produk, yang menunjukkan kepemilikan brand distributor (Kotler, 2003:425).

oleh toko tersebut. Jadi private label merupakan Menurut Utami (2008:209), dalam bisnis

merek yang dimiliki oleh suatu toko dan hanya ritel terdapat tiga alternatif strategi pemberian

dijual oleh toko itu saja.

merek barang dagangan (Merchandise) yaitu: merek barang dagangan (Merchandise) yaitu:

“private label products or store brands

1) Merek membantu memperkuat nama gerai. retailers, generate higher margins, in the channel

2) Nilai merek yang baik meningkatkan citra of distribution ” (Jin dan Gin shu, 2005:1). Private

toko.

label atau yang juga biasa disebut dengan store

3) Hubungan pelanggan dan toko bertambah brand adalah brand yang dimiliki oleh retailer,

karena kepercayaan mereka terhadap merek yang mampu membuat retailer tersebut

dan karena kredibilitas toko yang mendapatkan margin yang lebih tinggi,

meningkat.

meningkatkan pengendalian terhadap rak di toko,

b. Keunggulan/omzet

dan memberi retailer kekuatan penawaran yang

1) Mempunyai keunggulan dibandingkan lebih tinggi terhadap saluran distribusinya.

pesaing yang tak memiliki merek sendiri. Aaker

2) Dapat lebih mengatur spesifikasi maupun mengemukakan bahwa store brand biasanya

menjangkau sekelompok

3) Memungkinkan terjadinya inovasi produk. memposisikan store brand sebagai produk yang

produk

serta

4) Merk sendiri tidak akan dapat dicari mengutamakan kualitas dengan harga yang

konsumen di tempat lain. relative lebih rendah.

5) Menawarkan pilihan harga lebih banyak Sedangkan Knapp (2000:201), berpendapat

bagi konsumen.

bahwa private label atau store brand digunakan

6) Dapat ”membonceng” ketenaran merek untuk menunjuk pada produk-produk yang

terkenal dengan cara menyandingkan disediakan oleh para penyalur untuk industri

produk merek sendiri dengan produk merek eceran yang menempelkan nama pengecer

terkenal itu.

tersebut. Ini berarti bahwa private labels

c. Profitabilitas yang lebih tinggi/marjin yang merupakan produk yang dibangun dari nama

lebih baik

retailer itu sendiri.

1) Marjin lebih tinggi dibandingkan dengan Menurut Utami (2008:212), terdapat empat

produk merek buatan produsen. kategori private label, antara lain :

2) Anggaran promosi cukup satu kali tapi

1. Bargain sudah mencakup gerai dan merek. Bargain memiliki target segmen yang

3) Kontrol terhadap harga berada di tangan sensitif terhadap harga sehingga merek privat

sendiri.

dalam kategori bargain biasanya ditawarkan dengan harga diskon. Merek ini dikenal sebagai

Store Image

merek generik. Menurut Berman dan Evans (2002:452)

2. Premium “image refers to how a retailer is perceived by Merek pribadi dengan kategori premium

customers and others ”. Jadi image adalah suatu biasanya ditawarkan dengan private label yang

bentuk representasi konsumen tentang suatu retail. dapat dibandingkan dengan merek pabrik, akan

Semua yang berhubungan dengan retailer tersebut tetapi biasanya dengan harga yang relatif lebih

maka secara tidak langsung akan menciptakan murah. Merek premium berusaha menyerupai atau

suatu image yang akan terbentuk oleh konsumen. melebihi standar merek pabrik.

Assael dalam Elly (2008:23) menyatakan

3. Copycat store image (citra toko) mengarah pada apa yang Merek copycat adalah meniru merek

dipikirkan konsumen tentang bagian –bagian toko, pabrik dalam hal desain dan kemasannya tetapi

termasuk juga didalamnya persepsi dan sikap secara umum merek copycat tersebut memiliki

konsumen. Menurut Vahie dan Paswan (2006:78) kualitas rendah dan ditawarkan dengan harga

variabel-variabel yang membangun store image yang jauh lebih murah daripada merek aslinya.

antara lain: Service, Convinience, Quality,

4. Pararel Variety/Selection, Price dan Atmosphere. Merek pararel hampir sama dengan

Menurut Sopiah (2008:174) image toko merek copycat, merek pararel meniru semua

memilliki pengertian pandangan atau persepsi desain dan kemasan produk dengan pendekatan

masyarakat terhadap nama atau produk toko kualitasnya. Merek pararel memproduksi barang

tersebut atau bisa juga diartikan sebagai dan kemasan yang mirip sekali dengan produk

penentuan posisi toko secara efektif, baik dari segi aslinya, perbedaannya hanya terletak pada

nilai, kualitas, dan harga. Jika dilihat dari konsep harganya.

secara fungsional, image toko berkaitan dengan Menurut Hendri Ma’ruf (2005:151), Jika

barang dagangan, harga, dan tata letak. Sementara private

secara psikologis, image toko berkaitan dengan memperoleh keuntungan-keuntungan berikut ini:

label berhasil

dijalankan

akan

nilai kepribadian toko tersebut, mulai dari nilai kepribadian toko tersebut, mulai dari

perasaan bersahabat

yang

telah

produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan didapat dari arsitektur, simbol, display, warna,

maksud yang diharapkan.

termasuk sikap karyawan.

d. Selection (variety)

Uraian mengenai variabel-variabel store Menurut Utami (2008:17), Variasi (variety) image akan dijabarkan di bawah ini :

adalah sejumlah kategori barang-barang yang

a. Service berbeda di dalam toko atau departemen. Menurut Levy dan Weitz (1996:138) “service

e. Price

is what the retailers offer to the customers ”. Jadi Harga berkaitan dengan citra kualitas. service (pelayanan) adalah segala fasilitas atau

Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan sesuatu yang disediakan oleh retailer kepada

bahwa terdapat korelasi erat antara harga dan customernya. Service tersebut dapat berupa

kualitas. Harga yang rendah dianggap sebagai penyediaan lahan parkir, tempat penitipan barang,

pertanda bahwa kualitasnya rendah. Sebaliknya, ataupun fasilitas pembayaran menggunakan kartu

harga tinggi mencerminkan kualitas yang tinggi. kredit.

Oleh karena itu, harga bisa digunakan sebagai alat

b. Convenience untuk menciptakan citra sebagai produk yang Vahie dan paswan (2006:12) menyatakan

memimpin (Sopiah,2008: 145). bahwa convenience merujuk pada kenyamanan

f. Atmosphere

seseorang dalam berbelanja di suatu retailer. Jadi “Atmospherics refers to the design of an convenience yaitu penilaian konsumen tentang

environment via visual communication, lights, kenyamanan yang diberikan oleh sebuah retailer

colors, music & scent to stimulate customer khususnya dalam hal lokasi.

perceptual and emotional responses and

c. Quality ultimately to affect their purchase behaviour ” Menurut Sullivan dan Adcock (2002:381)

(Levy dan Weitz, 1998 :562). Jadi atmosphere kualitas dari suatu barang dagangan dapat

adalah keseluruhan penampilan visual yang didefinisikan sebagai sejauh mana barang

melekat pada suatu retailer . mulai dari dagangan tersebut sesuai dengan tujuan

pencahayaan, warna toko, musik, sampai diciptakannya barang dagangan. Sedangkan Aaker

wewangian yang terbau oleh konsumen, sehingga (1997:124)

mendorong mereka untuk melakukan pembelian. merupakan

STIMULI

Sensasi

Pemberi Arti

 Penglihatan  Suara  Bau  Rasa

Indera Penerima

Perhatian

Interpretasi

Persepsi

Tanggapan

Gambar 1. Proses Perceptual

Sumber : Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Hal 161.

Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang “perception is defined as the process by

timbul akibat adanya sensasi, dimana pengertian which an individual selects, organizes, and

sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab interprets stimuli into a meaningful and coherent

keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi picture of the world ” (Schiffman dan Kanuk,

dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang 2007:148). Jadi persepsi adalah proses dimana

cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli seorang individu mengartikan sesuatu berdasarkan

dasar seperti cahaya, warna dan suara. Dengan apa yang mereka lihat.

adanya itu semua maka akan timbul persepsi.

Pengertian dari persepsi adalah proses bagimana Kesan kualitas tidak bisa ditetapkan secara stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan dan

objektif, karena kualitas ini merupakan persepsi diinterpretasikan (Setiadi, 2003:159).

dan juga karena melibatkan apa yang penting bagi Persepsi setiap orang terhadap suatu objek

para pelanggan. Kesan kualitas merupakan suatu akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi

perasaan yang tidak tampak dan menyeluruh memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk

mengenai suatu merek.

oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan Sehingga jika retailer dapat meyakinkan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang

pelanggan bahwa barang dagangannya yang dijual perlu diperhatikan dari persepsi adalah bahwa

tokonya mempunyai kualitas tinggi maka persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda

pelanggan akan membeli barang dagangan dengan realitas (Setiadi, 2003:160).

tersebut walaupun harganya mahal (Sullivan dan Stimuli atau stimulus merupakan bentuk

Adcock dalam Elly, 2008:29). fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi individu (Setiadi, 2003:161).

Hubungan antara Store Image dengan Persepsi Kualitas Private Label

Persepsi Kualitas

Assael dalam Elly (2008:29) melihat image Quality perception menurut Schiffman dan

sebagai keseluruhan persepsi yang terbentuk dari Kanuk

obyek berdasarkan pada informasi dan characteristics to judge product quality ”.

pengalaman masa lalu konsumen, sehingga dapat Aaker (1997:124) berpendapat bahwa

dinyatakan image terbentuk dari berbagai persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan terhadap

terhadap suatu obyek yang terdapat dalam benak keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu

konsumen, dimana image ini akan mempengaruhi produk atau jasa layanan yang berkaitan dengan

tindakan pembelian.

maksud yang diharapkan. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007:175), Kesan kualitas didasarkan pada dimensi-

dengan tidak adanya pengalaman yang dimensi yang termasuk dalam karakteristik

sesungguhnya dengan suatu produk, para produk tersebut dimana merek dikaitkan dengan

konsumen sering kali menilai kualitas atas dasar hal-hal seperti keandalan dan kinerja. Untuk

isyarat yang bersifat external, seperti harga, citra memahami kesan kualitas, diperlukan identifikasi

merek, citra perusahaan, citra pabrikan, citra toko dan pengukuran terhadap dimensi-dimensi yang

ritel, atau bahkan Negara asal. mendasarinya.

Menurut Elly, Zeithml dalam Cudmore Terdapat tujuh dimensi kualitas produk menurut

(2000: 15) berpendapat bahwa konsumen Aaker (1997:133), yaitu:

cenderung menduga bahwa extrinsic cues

1. Kinerja, melibatkan berbagai karakteristik berpengaruh terhadap product quality perception. operasional utama.

Dan extrinsic cues itu merupakan atribut produk

2. Karakteristik produk, merupakan karakteristik yang berhubungan dengan produk tersebut tetapi produk yang dirancang untuk memperkuat

bukan merupakan bagian dari produk itu sendiri. fungsi dasar.

Extrinsic cues itu sendiri meliputi harga (price),

3. Kesesuaian dengan spesifikasi (tak ada cacat citra toko (Store Image), dan kemiripan kemasan produk), merupakan pandangan mengenai

(package similiarity).

kualitas proses manufaktur yang berorientasi Pernyataan tersebut dikuatkan oleh tradisional (mengurangi persentase cacat

Schiffman Kanuk (2007:181) yang menyatakan produksi).

bahwa Store Image (citra toko) akan berpengaruh

4. Keandalan, adalah konsistensi kinerja dari terhadap penilaian konsumen tentang kualitas satu pembelian berikutnya dan persentase

suatu produk, terutama konsumen yang belum waktu yang dimiliki produk untuk berfungsi

berpengalaman dengan produk tersebut. Dan sebagaimana mestinya. .

kualitas private label secara langsung juga akan

5. Ketahanan, mencerminkan

terpengaruh oleh store image karena private label ekonomis dari produk tertentu: berapa lama

kehidupan

merupakan merek yang dimilki oleh sebuah produk tersebut bisa bertahan.

retailer . hubungan yang kuat antara citra toko dari

6. Pelayanan, mencerminkan

peritel dan juga image dari private label brand memberi pelayanan pada produk tersebut.

kemampuan

dianggap seba gai “fundamental requirement for a

7. Hasil akhir (fit and finish), yang menunjukkan succesfull differentiation strategy ” (collin-Dodd pada munculnya atau dirasakannya kualitas.

dan Lindley, 2003:2).

Apakah produk tersebut tampak dan terkesan seperti produk yang berkualitas?.

Vahie dan Paswan (2006:1) juga Yaitu keseluruhan penilaian konsumen mengatakan bahwa store image atmosphere dan

tentang penampilan konsumen tentang store quality sebagai variabel dari store image

penampilan visual atau atribut fisik yang secara positif mempengaruhi persepsi kualitas dari

melekat pada Carrefour.

private label . Sehingga bisa dikatakan bahwa

Variabel terikat

beberapa variabel dari store image dapat Variabel terikat atau variabel Y dalam mempengaruhi persepsi konsumen terhadap

penelitian ini adalah persepsi konsumen atas kualitas private label.

kualitas produk dari private label. Quality perception menurut Schiffman dan Kanuk

METODE PENELITIAN

(2007:174) adalah ”physical characteristics to

Pendekatan Penelitian

judge product quality ”. Aaker (1997:124) Menurut Malhotra (2005:89) rancangan

berpendapat bahwa kualitas merupakan persepsi penelitian secara luas diklasifikasikan menjadi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau eksploratif dan konklusif. Pada rancangan

keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang penelitian konklusif terdapat dua jenis penelitian

berkaitan dengan maksud yang diharapkan. diantaranya yaitu: penelitian jenis deskriptif dan

Tingkat persepsi konsumen terhadap toko penelitian konklusif. Penelitian ini menggunakan

dapat diketahui dengan melihat jawaban rancangan penelitian konklusif dengan tujuan

konsumen tentang seberapa bagus konsumen untuk menguji hipotesis yang spesifik dan

mempersepsikan private label Carrefour ”Paling menguji hubungan spesifik. Temuan rancangan

Murah”.

penelitian konklusif digunakan sebagai masukan Variabel bebas dan terikat diukur dengan bagi pembuatan keputusan oleh manajemen.

menggunakan skala likert. Menurut Malhotra Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal,

(2005:298) skala likert merupakan skala yang bertujuan untuk mendapatkan bukti

pengukuran dengan lima kategori respon yang hubungan sebab-akibat (hubungan kausal). Hal ini

berkisar antara ”sangat setuju” hingga ”sangat sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk

tidak setuju” yang mengharuskan responden mengetahui adanya pengaruh citra toko terhadap

menentukan derajat persetujuan atau ketidak quality perception dari private label “Carrefour”

setujuan mereka terhadap masing-masing dari pada toko ritel Carrefour.

serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Setiap penyataan diberi skor numerik sebagai

Identifikasi Variabel

berikut:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS) penelitian ini ada dua jenis, yaitu variabel bebas

Variabel-variabel yang digunakan dalam

2 = Tidak Setuju (TS)

(independent variable) dan variabel terikat

3 = Ragu-ragu (R)

(dependent variable). Variabel bebasnya adalah

4 = Setuju (S)

store image , sedangkan variabel terikatnya adalah

5 = Sangat Setuju (SS)

persepsi konsumen atas kualitas private label.

Variabel Bebas

Populasi dan Sampel

a. Variabel X 1 : Service Populasi target dalam penelitian ini adalah Yaitu penilaian konsumen tentang pelayanan

orang-orang yang berkunjung ke Carrefour yang diberikan oleh Carrefour kepada

cabang Golden City Mall dan mengetahui semua konsumennya.

produk private label Carrefour ”Paling Murah”,

b. Variabel X 2 : Convenience berjenis kelamin baik pria maupun wanita, dan Yaitu penilaian konsumen tentan kenyamanan

berumur diatas 17 tahun.

yang diberikan oleh Carrefour khususnya Jumlah atau besarnya sampel dalam dalam hal lokasi.

penelitian

ini

berdasarkan saran yang

c. Variabel X 3 : Quality dikemukakan oleh Roscoe dalam Sekaran Yaitu penilaian konsumen tentang kualitas

(2006:160) yaitu bila dalam penelitian akan barang yang dijual di Carrefour.

melakukan analisis dengan multivariate (korelasi

d. Variabel X 4 : Selection (Variety) atau regresi ganda misalnya), maka jumlah Yaitu penilaian konsumen tentang jumlah

anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah banyaknya produk dalam satu kategori yang

variabel yang diteliti.

ditawarkan oleh retailer. Penelitian ini memiliki enam variabel

e. Variabel X 5 : Price independen dan satu variabel dependen sehingga Yaitu penilaian konsumen tentang harga yang

terdapat 7 variabel. Berdasarkan saran yang ditawarkan oleh Carrefour.

dikemukakan di atas, maka peneliti menetapkan

f. Variabel X 6 : Atmosphere besarnya anggota sampel sebesar 115 orang.

usia, pendidikan terakhir, pekerjaan dan digunakan adalah non probability sampling,

Teknik pengambilan

sampel

yang

pengeluaran perbulan.

dimana dalam desain pengambilan sampel cara Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari non probabilitas, probabilitas elemen dalam

115 responden, prosentase responden perempuan populasi untuk terpilih sebagai subjek sampel

lebih banyak dibandingkan responden wanita, tidak diketahui (Sekaran, 2006:135). Penarikan

yaitu sebesar 94 orang atau 81,74% sedangkan sampel dilakukan dengan accidental sampling,

responden laki-laki sebesar 18, 26%. Data yaitu teknik penentuan sampel yang diambil dari

tersebut dapat diindikasikan bahwa sebagian besar siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan

responden Carrefour Golden City Mall Surabaya peneliti didalam Carrefour Golden City Mall dan

adalah wanita dari keseluruhan total responden. dapat memenuhi karakteristik sampel responden

Hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih suka dalam penelitian, sehingga bisa dipandang cocok

untuk melakukan kegiatan belanja. dengan sumber data (Soeratno dan Arsyad,

Usia responden Carrefour Golden City Mall 2003:119).

Surabaya yang paling besar adalah pada usia 26 -

35 tahun yaitu sebesar 40,87% dari total

Teknik Analisis

responden. Selanjutnya usia 36 – 45 tahun sebesar Teknik yang digunakan untuk mengetahui

20%. Setelah kuesioner terkumpul diperoleh suatu pengaruh variabel dependen, yaitu persepsi

penemuan bahwa yang menjadi konsumen utama kualitas konsumen (Y) terhadap variabel

saat ini adalah usia 26 - 35 tahun yaitu sebesar independen, yaitu Store Image (X) yaitu dengan

40,87% dimana pada usia tersebut merupakan usia rumus regresi linear berganda.

yang produktif cukup dewasa dalam melakukan Pada penelitian ini menggunakan model

keputusan pembelian.

analisis regresi berganda karena terdiri dari enam Pendidikan terakhir responden yang paling

sub variabel bebas, yaitu : service (X 1 ),

besar adalah SMA yaitu sebesar 74,78% dari

Convenience (X 2 ), Quality (X 3 ), Selection/Variety

jumlah total responden. Dengan demikian

tingkat pendidikan Perhitungan analisis data menggunakan

(X 4 ), Price (X 5 ), dan Atmosphere (X 6 ).

menunjukkan

bahwa

responden Carrefour Golden City Mall Surabaya analisis data menggunakan SPSS 12.0 for

konsumen yang Windows. Karena dalam penelitian ini terdapat

berpendidikan SMA. Hal tersebut cukup beralasan enam sub variabel bebas, maka persamaan regresi

bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

proses keputusan pembelian dan pola konsumsi. Y =α + β 1 X 1 + β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 +β 6 X 6 Jenis pekerjaan ibu rumah tangga yang Dimana,

memiliki kedudukan paling besar yaitu 45,22% Y: Persepsi konsumen atas kualitas dari private

kemudian diikuti wiraswasta sebesar 18,26%, label pegawai negeri sebesar 13,91%, karyawan swasta

α : Konstanta sebesar 12.18% dan yang paling rendah adalah β 1 ,β 2 , β 3 , β 4 ,β 5 , β 6 : Koefisien

pelajar/mahasiswa sebesar 10,43% dari total (intercept)

regresi

responden. Dengan demikian menunjukkan bahwa

X 1 : Variabel yang mewakili Service kebutuhan ibu rumah tangga paling dominan,

X 2 : Variabel yang mewakili Convenience sebagaimana diketahui sebelumnya pada tabel

X 3 : Variabel yang mewakili Quality diatas tingkat usia responden cukup berpengaruh

X 4 : Variabel yang mewakili Selection/Variety dan sejajar dengan jenis pekerjaan responden. Hal

X 5 : Variabel yang mewakili Price ini dikarenakan ibu rumah tangga merupakan

X 6 : Variabel yang mewakili Atmosphere orang yang mengatur kebutuhan keluarga sehari- hari, lebih mengerti tentang kebutuhan tersebut

HASIL DAN PEMBAHASAN

sehingga mereka yang lebih banyak melakukan

Deskripsi Karakteristik responden

kegiatan belanja.

Dari 125 kuesioner yang disebarkan hanya Jumlah pengeluaran perbulan responden 115 kuesioner yang dapat diolah atau digunakan

yang paling dominan yaitu Rp. 500.000 – Rp. untuk analisis selanjutnya sedangkan 10 kuesionar

1.000.000 sebesar 62,61%. Hal ini berkaitan tidak bias digunakan, karena dinyatakan cacat

dengan sebagian besar responden adalah orang (ada beberapa item butir pertanyaan yang tidak

yang sudah berkeluarga, sehingga kebutuhannya diisi oleh responden). Sehingga hanya 115

menjadi lebih banyak dan pengeluaran dalam satu kuesioner yang bisa digunakan atau diolah untuk

bulan juga lebih besar. Selain itu, pengeluaran per analisis selanjutnya. Berdasarkan penelitian ini

bulan sebesar Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 karakteristik responden diidentifikasikan melalui

untuk kalangan beberapa faktor demografi meliputi jenis kelamin,

merupakan

pengeluaran

menengah hal ini sesuai dengan segmen pasar menengah hal ini sesuai dengan segmen pasar

(kenyamanan) (X 2 ), quality (kualitas) (X 3 ), Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua

selection/variety (jenis-jenis barang) (X 4 ), price instrument valid karena nilai korelasinya lebih

(harga) (X 5 ) dan atmosphere (suasana) (X 6 ) besar dari r tabel dan reliable karena nilai cronbach

mempunyai pengaruh yang positif terhadap alpha lebih besar dari 0,60. Sedangkan hasil uji

persepsi kualitas private label Carrefour “Paling asumsi klasik yang meliputi normalitas residual,

Murah” (Y).