BAGIAN 1B SAINS NON SAINS

Apa itu Sains?
Sains:
Kimia
Fisika
Biologi

Bukan
Sains:
Musik
Teologi
.....

Sains dimaksudkan untuk
memahami, menjelaskan, dan
memprediksi dunia di mana kita
hidup.

Daftar aktivitas dari apa
yang biasa disebut sains
▼Tampilan umum apa yang dimiliki atau disharing oleh yang ada dalam daftar
tersebut; yaitu Apa yang menjadikan/

membuat sesuatu itu disebut sains?

Beralasan, tetapi apakah itu
semuanya?

► Beragam agama juga dimaksudkan untuk memahami, menjelaskan dunia,
tetapi agama tidak dipandang sebagai cabang dari sains.
► Astrologi dan Falmistri memprediksi, tetapi tidak digolongkan sebagai sains.
► Sejarah, memahami dan menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu, tetapi
tidak dikatakan sebagai sains tetapi sebagai art.
▲ Apa itu sains? Tidak sesederhana yang dilihat pada awalnya!

Banyak orang menyarankan bahwa perbedaan sains
terletak pada metoda khusus yang digunakan saintis untuk
mempelajari dunia.
Secara historis, percobaan merupakan sentral dari perkembangan sains.
Tetapi, bagaimana dengan Astronomi, yang juga dikelompokkan ke dalam sains?
Astronomi tidak dikembangkan melalui percobaan, tetapi melalui pengamatan yang
hati-hati terhadap ruang angkasa.


Karakter lain yang penting dalam sains adalah konstruksi teori.
Saintis tidak hanya mengumpulkan data hasil percobaan atau
percobaan, mereka ingin menjelaskannya dalam bentuk teori
umum. Satu dari problem kunci dalam filsafat sains adalah
untuk memahami bagaimana teknik seperti eksperimen,
observasi, dan konstruksi teori yang telah menjadikan saintis
mampu mengatasi/memahami demikian banyak rahasia alam.

Apa itu Filsafat Sains?
Tugas utama dari filsafat sains adalah
menganalisa
metoda
inquiry
yang
digunakan dalam berbagai sains.
Mengapa tugas tersebut jatuh kepada para filsuf?
Melihat sains dari perspektif filosofi memungkinkan
kita untuk menelisiknya lebih dalam – untuk
membuka asumsi-asumsi yang implisit dalam
praktek sains, tetapi tidak didiskusikan saintis secara

eksplisit.

Ilustrasi Percobaan: .......... Reprodusibel, ..... Kesimpulan/Asumsi...., yakin.
Filsuf akan bertanya:
▼ Mengapa pengulangan dikemudian hari tentang percobaan tersebut
akan menghasilkan hasil yang sama?
▼ Bagaimana kita tahu bahwa itu adalah benar?
▲ Bagian dari tugas filsafat sains adalah mempertanyakan
asumsi-asumsi yang menjadi jaminan para saintis.

? ▼ Einstein, Newton, .... Tertarik pada pertanyaan-pertanyaan filosofis
Filsuf dan Saintis tertarik pada pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang:
▼ Bagaimana sains harusnya berkembang (berlangsung),
▼ Metoda inquiry apa yang harus digunakan,
▼ Seberapa besar kita harus percaya terhadap metoda tersebut,
▼ Apakah ada batas pengetahuan saintifik, dan seterusnya.

Sains dan non-Sains
• Setiap bidang inquiry bekerja dengan beberapa
materi subjek: Dia mempelajari beberapa hal

ketimbang semua hal atau tidak sama sekali.
• Dia harus mampu mengatakan, paling tidak
secara kasar, objek apa yang menjadi kajiannya,
dan bagaimana objek tersebut berbeda dari yang
lainnya.
• Jika suatu disiplin ilmu tidak mampu menawarkan
karakteristik materi subjeknya, maka perlu
dipertanyakan eksistensinya.
• Bagaimana Sains dibedakan dari non Sains.

Karl Popper :
• Tampilan utama dari suatu teori saintifik adalah dia
harus falsifiable.
• Suatu teori yang falsifiable memberikan beberapa
prediksi tertentu yang mampu dites melalui percobaan.
(Jika prediksi tersebut menunjukkan hal yang salah
maka teori tersebut adalah terbuktikan kesalahannya
(falsified) atau tak terbukti kebenarannya (disproved).
Popper beranggapan bahwa beberapa teori yang diklaim
saintifik tidak memenuhi syarat tersebut dan karenanya

sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai sains, tetapi
hanya pseudo-sains.

Contoh favorit Popper tentang pseudo-sains adalah:
• Teori Freud: reconciled with any empirical findings (repressed >< sublimation).
• Teori Marx: mengintroduksi teori ad hoc.
(kontra):Teori Einsten tentang gravitasi, dikenal sebagai relativitas umum.
Sinar cahaya dari bintang-bintang yang jauh akan didefleksikan oleh medan gravitasi
matahari.
Tahun 1919, Sir Arthur Eddington: dua ekspedisi pengamatan
1)
Brazil
2)
Island of Principe off the Atlantic coast of Africa.
Hasilnya: Sinar bintang didefleksikan oleh matahari, (~Einstein).
Jika sebaliknya maka Einstein adalah salah. Teori Einstein memenuhi kriteria falsifiablility.
(kontra): Teori Gravitasy Newton, membuat prediksi tentang jalur planet harus mengikuti
orbit matahari.
1) Sebagian dari prediksi tersebut terbuktikan melalui observasi.
2) Orbit yang terobservasi untuk URANUS secara konsisten berbeda dari yang diprediksi dari

teori Newton. (Menjadi TEKA-TEKI)
Tahun 1846, Adam di Inggris dan Leverrier di Francis: menyarankan bahwa ada pelanet lain, yang
belum terobservasi, yang memberikan gaya gravitasi tambahan terhadap URANUS.
Mereka mampu menghitung massa dan posisi yang harus dimiliki oleh planet tersebut bila tarikan
gravitasinya adalah memang betul sebagai dari penyebab tabiat aneh URANUS. Tak lama
kemudian, suatu planet terobservasi, yang disebut NEPTUNUS, hampir persis sama dengan yang
diprediksi oleh kedua saintis tersebut.

Demarkasi Sains dari Non-Sains
Ada tiga pertanyaan fundamental terkait dengan
demarkasi Sains:
• Mengapa penting untuk mendermakasi sains,
dan dari hal apa dia harus dibedakan?
• Apa bentuk logik dari suatu kriteria
demarkasi?
• Unit-unit apa yang menandai saintifik dan
non- saintifik, khususnya sebagai pseudoscientifik?

Mengapa Demarkasi
• Setiap bidang ilmu harus mampu mengatakan, secara kasar,

tentang dirinya, apa objek yang dipelajarinya. Jika tidak, filsafat
sains hanya merupakan epistemologi umum. Dia harus mampu
membedakan bentuk-bentuk pemikiran saintifik dan nonsaintifik.
• Hal yang berkaitan dengan aspek-aspek normatif khusus dari
demarkasi sains dan non sains. Demarkasi S dan non-S tidak
hanya vital untuk hal-hal fisis tetapi juga kultur dan politik
dalam kehidupan.
• Kepentingan pendidikan sains untuk mengajarkan apa itu sains
dan bagaimana dia bekerja.

BAGAIMANA MENDEMARKASI
• Logik positivism: Sutu kalimat dikatakan MEANINGFUL jika dan
hanya jika dapat diverifikasi, jika tidak adalah nonsense.
• Neopositivism: Pernyataan dari sains adalah VERIFIABLE dan
karenanya meaningful. Pernyataan metafisik dan jenis lain dari
filosofi buruk adalah tak dapat diverifikasi; mereka hanya
nonsense. (diverifikasi artinya dicari kebenarannya, yang
memerlukan test secara empiris). Testability merupakan kondisi
penting dari makna [meaning → testability]
Problemnya: Kita bisa tahu kebenaran suatu pernyataan tanpa harus

melakukan eksperimen.
Pengangguran meningkatkan kriminalitas (jelas hubungan antar
variabelnya). Makna merupakan kondisi penting dari testability
[testability → meaning].

Keberatan metodologis dan logik terhadap tesis Verifiability:
Ada sedikit (jarang) kemungkinan untuk menverifikasi suatu pernyataan
dalam makna yang tegas (strict sense), yaitu untuk menunjukkan bahwa
itu benar.
Contoh:
Mudah untuk memverifikasi suatu pernyataan existensial yang terbatasi
ruang dan waktu, seperti “Ada seekor gajah berwarna pink di kantorku”.
Tetapi bila kita dihadapkan pada pernyataan umum, seperti
“Untuk semua X: bila A maka B”, dengan mengobservasi B jelas
mengkonfirmasi A, tetapi hanya secara induktif, tak pernah konklusif.
Kebanyak pernyataan saintifik, seperti pernyataan hukum, tidak verifiable
scara tegas. Oleh karena itu, konsep yang kuat dari verifikasi konklusif
segera diganti dengan pemaknaan yang lebih lemah dari konfirmasi.
Popper menyarankan untuk menggunakan prinsip FALSIFIABILITY.
Menurut prinsip ini: dengan mengobservasi not-B memberikan makna

not-A.
Secara logik: Falsifikasi adalah konklusif, sedangkan verifikasi tidak
konklusif.

Kritik:
• Keale, Bunge: Tidak semua pernyataan saintifik
adalah universal: “Ada positron” (tidak dapat
difalsifikasi).
• Lakatos: Kriteria Popper tidak cocok dengan sains
praktis; saintis tidak menyerah begitu saja jika suatu
teori sebagai suatu yang unsaintifik hanya karena
ada beberapa data yang terfalsifikasi, kecuali tidak
ada teori yang lebih baik yang dipegang.
Tanggapan Popper: Falsifiability yang dia maksud lebih
bersifat logical falsifiability, bukan practical
falsifiability. Suatu pernyataan disebut logically
falsifiability jika ada paling tidak satu pernyataan
observasi yang dapat difahami kontradiksi
dengannya. Dengan kata lain, suatu pernyataan adalah
tidak saintifik hanya jika dia tidak konsisten dengan

setiap keadaan yang mungkin dari yang dipersoalkan.
[Falsifiability ditolak sebagai kriteria demarkasi]

Kitcher:
Tiga karakteristik dari Sains:
1) Hipotesis tambahan yang terlibat dalam
testing suatu teori adalah independently
testable.
2) Praktis saintifik merupakan kesatuan dari
keseluruhan, bukan kerja tambalan dari
metoda terisolasi dan oportunistik, dia
menerapkan sejumlah kecil strategi problemsolving terhadap kasus-kasus dan ploblema
yang luas.
3) Teori-teori saintifik yang baik adalah subur
(fertile), dalam artian bahwa mereka
membuka bidang baru dari riset.

Thagard:
Lima karakteristik Sains:
1) Metoda inferensi

2) Menggunakan “Correlation thinking”
(statistik)
3) Mencari konfirmasi dan diskonfirmasi
4) Evaluasi teori-teori dalam kaitannya dengan
teori-teori alternatif
5) Sains berkembang setiap saat, yaitu
mengembangkan teori baru untuk
menjelaskan fakta.

Volmer:
Membedakan antara Suatu Teori Saintifik yang
baik sebagai suatu kebutuhan dan tampilan
keinginan:
Syarat kebutuhan adalah:
Noncircularity, internal consistency
(noncontradiction), external consistency
(compatible with the bulk of well-confirmed
knowledge), explanatory power, testability, test
success (confirmation).
Tampilan Keinginan:
predictability, reproducibility, baik kesuburan
(fecundity) maupun simplicity (parsimony)

Konlusinya:
Tidak ada suatu single kriteria seperti
falsifiability untuk mendemarkasi sains
dari non-sains, tidak juga ada sebuah set
yang diterima secara umum tentang
kebutuhan dan kriteria cukup untuk
melakukan demarkasi.
Laudan: Ini bukan berarti tidak
memungkinkan untuk melakukan
demarkasi.

Mengkarakterisasi Bidang Ilmu
• Pandangan Klasik: Sains dikonotasikan dengan banyak items, seperti:
- Pernyataan-pernyataan individual
- Problem
- Metoda
- Sistem pernyataan (teori dalam arti khusus)
- Praktis keseluruhan (teori dalam arti luas)
- Sekuen sejarah dari teori dan/atau praktis (program riset)
- Bidang ilmu
• Pendekatan paling komprehensip: dari banyak hal dalam
memandang bangunan sains seperti berdasar kenyataan bahwa sains
pada saat yang sama sains merupakan body dari pengetahuan dan
suatu sistem dari personal termasuk aktivitasnya atau prakteknya, dan
karenanya merupakan sesuatu yang tidak datang ke dalam keberadaan
ex nihilio, tetapi telah dikembangkan berbad-abad dari suatu wadah
tercampur dari pengetahuan biasa, metafisis dan non- atau sebagian
pre-saintific inquiry.

Bidang Epistemik
Yaitu kelompok orang dan aktivitasnya, dimaksudkan untuk memperolah
pengetahuan dari beberapa janis/hal.
Bunge : 10 aspek dalam karakterisasi bidang epistemik:
• The Group or Comunity (C) dari pencari ilmu (knowledge seekers);
• The Society (S) yang memayungi aktivitas C;
• The Domain or univers of discourse (D) dari anggota C, yaitu koleksi objek-objek faktual atau
fiksional dari anggota C yang mengacu pada kajiannya;
• The Philosophical background or general outlook (G), yang terdiri dari
o Ontology atau pandangan umum terhadap sifat sesuatu;
o Epistemology atau pandangan umum terhadap sifat ilmu; dan
o Methodology, exiology and morality yang terkait dengan cara sejati dalam memperoleh dan
memperlakukan ilmu.
• The Formal background (F), koleksi logik atau asumsi matematical atau teori yang diambil untuk
menjamin proses inquiry;
• The Specifict background (B), koleksi item ilmu (pernyataan, prosedur, methode, dsb) yang
dipinjam dari bidang epistemik lainnya;
• The Problematics (P), koleksi problematika yang terkait dengan sifat, nilai atau kegunaan dari
anggota D, juga problema yang terkait dengan komponen yang ditabulasi di sini seperti G atau F;
• The Fund of Knowledge (K), koleksi dari item pengetahuan (proposisi, teori, prosedur, dsb) yang
diperoleh oleh anggota C saat ini atau terdahulu dalam perjalanan aktivitas kognitif mereka;
• The Aims (A), yang merupakan goal kognitif, praktis, atau moral yang mengikuti aktivitas
spesifiknya;
• The Methodics (M), koleksi metoda (teknis) spesifik atau umum yang digunakan oleh anggota C
dalam inquirinya dari anggota D.

E ={C, S, D, G, F, B, P, K, A, M}

Bidang Epistemik Saintifik (Martin)
1) The Community C of the field is a research community;
2) The siciety S hosting C supports or at least tolerates the activities of the person in C;
3) The domain D of a factual science deals exclusively with concrete entities (past, present and future),
their properties and change;
4) General philosophical outlook G [is that so?]
5) The formal background F of a scientific field is a collection of up-to-date ogical and mathematical
theories used by the members of C in studying the items of D.
6) The specific background knowledge B is a collection of up-to-date and reasonably well-confirmed data,
hypotheses, theories, or methods borrowed from adjacent fields.
7) The problematics P is of course the collection of problems to be solved in the given field.
8) The fund of knowledge K is a growing collection of up-to-date, testable and well-confirmed knowledge
items (data, hypotheses, theories), gained by C and compatible with those in B.
9) The aims A of the members of C of a field in basic science (as opposed to technology) are purely
cognitive.
10) The methodics M is a collection of empirical methods or techniques which may be used by the
researchers in C in their study of the members of D, whereby “method” means a rule-directed procedure
for collecting data or testing a theory. (Note that methods of reasoning, such as rules of inference or
rules for evaluating theories, have been treated as belonging in G. Whence the distinction between
methodics and methodology.)
11) The systemicity condition. There is at least one other field of research S’ such that S and S’ share some
items in G, F, B, K, A and M; and either the domain D of one of the two fields S and S’ is included in that
of the other, or each member of the domain of one of the fields is a component of a system in the
domain of the other.
12) The changeability or progressiveness condition.

Bidang Riset Lainnya
Matematika:
• Kontras terhadap Factual Science;
• Matematik merupakan Formal Science
(formal logic and semantics)
Apakah kita harus melabel matematik
sebagai “sains” dalam factual science dalam
pengertian khusus atau dalam pengertian
yang luas termasuk formal sains dan
teknologi?

Ada tiga karakter yang perlu diperhatikan (yang
lainnya tidak masalah):
1) Domain (D): Matematika murni tidak bekerja
dengan objek nyata.
2) Philosophical Backgraund (G): Matematik dapat
bekerja tanpa ontologi realisme. Sebagai logik
yang netral secara ontologi, matematik tidak
menggunakan asumsi ontologi dari factual
science, kecuali untuk prinsip lawfulness.
3) Methodics (M): Matematik tidak menggunakan
hal empiris, tetapi hanya metoda konseptual.

Teknologi:
Berbeda pada: P, A, dan D.

Humanities:
Kontras dengan social Science ( mempelajari sistem
sosial dan aktivitasnya melalui kajian empiris),
humanities kebanyakan terkait denghan hal abstrak
dari individu atau grup nyata maupun aktivitasnya,
dan mempelajari produk intelektualnya, seperti ide
atau artefak konkrit.
D: terdiri dari idea dan artefak ketimbang sesuatu
atau proses yang nyata.
M: kebanyak bersifat konseptual

Formal and Factual
Science and Technology

Science
Knowledge

Arts
and Humanities

Nonscience
Pseudoscience

Illusory Knowledge

A common post-positivist picture of science and nonscience.
As scientific research fields, mathematics, factual science (including psychology and social
science), and technology are subsumed under the general label of “science”. Nonscience
divides into the arts and humanities (including philosophy) on the one
hand, producing reliable or at least valuable knowledge, and pseudoscience on the
other, offering nonreliable or illusory knowledge.

END OF PART ONE
TERIMA KASIH

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMUNIKASI, KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA BADAN PUSAT STATISTIK JEMBER

0 48 17

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS DAN KATEGORI SEKTOR TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PERUSAHAAN NON MANUFAKTUR YANG LISTED DI BEI

3 54 15

PERBEDAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) ANTARA SANTRI MUKIM DAN NON MUKIM DI PONDOK PESANTREN SYAICHONA MOH. CHOLIL BANGKALAN

0 64 26

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA BALITA NON KELUARGA MISKIN (NON GAKIN) DI KECAMATAN SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER

4 92 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA BAGIAN PELINTINGAN PADA PERUSAHAAN ROKOK KRETEK DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

0 17 55

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PENGARUH MOTIVASI DAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI SAINS DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMTI TANJUNG KARANG

2 35 49

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS VIII.D SMP NEGERI 1 KEDONDONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 32 82

PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA MENGGUNAKAN KURA-KURA KAKI ATAU KAKI BAGIAN PUNGGUNG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU MODIFIKASI PADA SISWA KELAS V SDN 1 PADANGRATU KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 30 41

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60