Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

  P R O F

  I L K A B . T A N A H B U M B U P R O F

  I L K A B . T A N A H B U M B U

  Kabupaten Tanah Bumbu merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Induknya Kabupaten Kotabaru pada tahun 2003. Kabupaten Tanah Bumbu ini memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah, yaitu dari dataran tinggi (up land), daerah tengah (middle

  land), hingga ke dataran rendah (low land) yang berada pada daerah pesisir. Kabupaten

  Tanah Bumbu merupakan salah satu Kabupaten dari 13 Kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu dalam sistemfungsi kota-kota di Kalimantan Selatan secara nasional (RTRWN) berperan sebagai PKN Sekunder dengan pusatnya adalah Batulicin. Dalam Sistem Perkotaan Nasional ini, Pusat Kegiatan Nasional terletak di Kota Banjarmasin. Kabupaten Tanah Bumbu dalam sistem perkotaan nasional sebagaimana ditetapkan dalam RTRW Provinsi Kalimantan Selatan, bahwa Batulicin sebagai pusat Kabupaten Tanah Bumbu diarahkan sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), ada beberapa arahan yang terkait dengan Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, yaitu:

1. Arahan pengembangan sistem kota, adalah:

  2 - 1

   Mendukung pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Banjarmasin  Mengembangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), meliputi: Batu Licin

  2. Arah kebijakan pengembangan jaringan transportasi nasional, maka penataan sistem transportasi yang terkait dengan wilayah Kabupaten Tanah Laut, meliputi:

a. Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan meliputi: Pelaihari - Pagatan -

  Batulicin b. Pemantapan Pelabuhan Nasional Batulicin. Untuk memberikan gambaran terhadap Kabupaten Tanah Bumbu secara tuntas, dalam penyusunan Bantek Recana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) maka di jelaskan sebagai berikut:

2.1. LETAK GEOGRAFIS DAN BATAS ADMINISTRASI

  8. KarangBintang 118.02

  5. Kusan Hulu 1.609.39

  31.76

  6. Kuranji 110.24

  2.18

  7. Batulicin 127.71

  2.52

  2.33

  4. Angsana 151.54

  9. SimpangEmpat 302.32

  5.97

  10. Mantewe 1,011.21

  19.96 Kabupaten Tanah Bumbu 5,066.96 100.00

  Kalimantan Selatan 37,530.52

  13.50

  2.99

  2 - 2

  Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2º52’ - 3º47’ lintang selatan dan 115º15’ - 116º04’ Bujur Timur. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu dari 13 (tiga belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan:

  Kecamatan Luas Persentase

  Sebelah Utara : Kabupaten Kota baru SebelahTimur : Kabupaten Kota Baru Sebelah Selatan : Laut Jawa Sebelah Barat : Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.

  Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 (sepuluh) Kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan 2005 lalu.

  Tabel. 2.1. Luas Daerah Menurut Kecamatan Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

  Sejak keluarnya Undang-undang Nomor 2 Tahun 2003, wilayah Kabupaten Tanah Bumbu meliputi 10 Kecamatan (sebelumnya hanya 5 kecamatan), yang terdiri dari 150 desa. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki Luas wilayah 5.066,96 km

  2

  (506.696 Ha) atau 13,56 persen dari luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 31,76 % dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji memiliki luas wilayah terkecil sebesar 110,24 atau 2,18 % dari wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut-turut dari kecamatan terluas setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan Hilir, Sungai Loban, Simpang Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji.

  1

  3. Satui 876.58

  2

  3

  1. KusanHulir 401.54

  7.92

  2. Sungai Loban 358.41

  7.07

  17.30

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 3 Peta. 2.1. Administrasi Kabupaten Tanah Bumbu

  2 - 4 Tabel. 2.2. Desa-Desa di Tiap Kecamatan, Kabupaten Tanah Bumbu No. Kecamatan Desa

  9. Satui Timur

  1. Bakarangan

  4 Kusan Hulu

  16. Pendamaran Jaya (Desa Pers)

  15. Tegal Sari

  14. Sinar Bulan (Desa Pers)

  13. Setarap

  12. Al Kautsar

  11. Satui Barat

  10. Makmur Mulia

  8. Sumber Arum

  3. Karang Mulya

  7. Sungai danau

  6. Wono rejo

  5. Jombang

  4. Sumber makmur

  3. Bukit Baru

  2. Sekapuk

  1. Sungai Cuka

  3 Satui

  17. Kerta Buana

  16. Sumber Makmur (Desa Pers)

  2. Timbarau Panjang

  4. Tapus

  14. Wanasari (Desa Pers)

  17. Pacakan

  3. Gunung Tinggi (Kelurahan)

  2. Danau Indah (Desa Pers)

  1. Segumbang

  5 Batulicin

  22. Dadap Kusan Raya

  21. Karang Sari

  20. Ringkit

  19. Wonorejo

  18. Batu Bulan

  16. Tamunih

  5. Harapan Jaya

  15. Binawara

  14. Mangkalapi

  13. Anjir Baru

  12. Hati’if

  11. Manuntung

  10. Teluk Kepayang

  9. Sungai Rukam

  8. Darasan Binjai

  7. Lasung

  6. Guntung

  15. Tri Mulya

  13. Sari Mulya

  I. Kusan Hilir

  12. Mekar Jaya

  21. Pulau Tanjug

  20. Muara Pagatan

  19. Juku Eja

  18. Pulau Satu

  17. Baru Gelang

  16. Manurung

  15. Beringin

  14. Mudalang

  13. Pulau Salak

  11. Betung

  23. Saring Sei Binjai

  10. Serdangan

  9. Upt. Karya Bakti

  8. Sei Lembu

  7. Pagaruyung

  6. Gusunge

  5. Rantau Panjang Hulu

  4. Pejala

  3. Rantau Panjang Hilir

  2. Batuah

  1. Kota Pagatan

  22. Muara Pagatan Tengah

  24. Tannete

  12. Biduri Bersujud (Desa Pers)

  1. Sebamban Baru

  11. Sungai Loban

  10. Sumber Sari (Desa Pers)

  9. Marga Mulya

  8. Damar Indah (Desa Pers)

  7. Sungai Dua Laut

  6. Sari Utama

  5. Dwi Marga Utama

  4. Tri Martani

  3. Sebamban Lama

  2. Batu Meranti

  2 Sungai Loban

  25. Wiritasi

  35. Satiung

  34. Api-api

  33. Batarang

  32. Sepunggur

  31. Saring Sei Bubu

  30. Pakatellu

  29. Salimuran

  28. Kampung Baru

  27. Pasar Baru

  26. Penyolongan

  4. Polewali Marajae (Desa Pers)

  2 - 5 No. Kecamatan Desa

  10 Angsana

  9. Bulu Rejo

  10. Gunung Hatalau Meratus Raya

  11. Sido Mulya

  12. Gunung Raya (Desa Pers)

  13. Emil Baru

  9 Kuranji

  1. Kuranji

  2. Mustika

  3. Giri Mulya

  4. Indra Loka Jaya

  5. Waringin Tunggal

  6. Karang Intan

  1. Angsana

  7. Suka Damai

  2. Banjar Sari

  3. Purwodadi

  4. Bayan Sari

  5. Sumber Baru

  6. Makmur

  7. Karang Indah

  8. Mekar Jaya

  9. Bunati

  Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

  Karakteristik fisik wilayah menjadi penting dalam pembahsan, karena pembangunan infrastruktur wilayah akan sangat bergantung pada kondisi tersebut. Maka perlu diketahui kondisi topografi dan ketinggian, klimatologi, jenis tanah, geologi, hidrologi.

  Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah, dan perbukitan. Dataran rendah (termasuk mangrove dan rawa) seluas 43%, dataran tinggi 19,25%, pegunungan 31,20% serta wilayah perairan termasuk sungai 5,55%, sedangkan laut diperhitungkan seluas lebih dari 3.700 Km

  2

  dengan panjang pantai 114 Km. Menurut ketinggian dari permukaan laut, daerah dengan ketinggian lebih dari 25-100 m merupakan daerah terluas yaitu seluas ±210.233 Ha. Sedangkan daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 m seluas ±23 Ha. Terdapat dua buah gunung yang ketinggiannya mencapai

  8. Mantawakan Mulia

  6. Sepakat

  5. Kersik Putih

  5. Rejo Sari

  6. Maju Bersama (Desa Pers)

  7. Batulicin (Kelurahan)

  8. Sukamaju (Desa Pers)

  9. Kusambi

  6 Angsana

  1. Angsana

  2. Manunggal

  3. Pandan Sari

  4. Harapan Maju

  5. Rejo Winangun

  6. Sumber Wangi

  7. Selaselilau

  8. Maduretno

  9. Pematang Ulin

  10. Karang Rejo (Desa Pers)

  11. Batulicin Irigasi

  7 Simpang Empat

  1. Kampung Baru

  2. Mekar Sari

  3. Tungkaran Pangeran

  4. Sungai Dua

  5. Sarigadung

  6. Batu Ampar

  8 Mantewe

  1. Mantewe

  2. Karya bakti

  3. Dukuh Rejo

  4. Sari Mulya

2.2. KARAKTERISTIK FISIK

2.2.1. TOPOGRAFI DAN KETINGGIAN

  lebih dari 1.000 m yaitu Gunung Walungin dan Gunung Kandis masing-masing ketinggiannya 1.184 m dan 1.170 m, dengan jumlah gunung seluruhnya 15 buah. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu berada di kelas ketinggian 25 - 100 meter dan di kemiringan 2 - 15 persen. Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Tanah Bumbu di dominasi oleh jenis lereng pedataran (0 -100 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 100 - 500 m dpl) dan pegunungan meratus (> 1000 m dpl) hanya tersebar di bagian paling utara Kabupaten Tanah Bumbu. Luas lahan menurut kelerengan; 0 s.d. 2 %; 69.974 ha, 2 s.d. 15%,; 241.821 ha, 15 s.d. 40%; 164.903 Ha, dan di atas 40%; 29.998 Ha. Sedangkan Luas Lahan menurut Ketinggian; 0 s.d 7 meter 6.055 ha, 7 s.d. 25 meter 133.298 Ha, 25 s.d. 100 meter 210.203 Ha, 100 s.d. 500 meter 155.446 Ha, 500-1000 meter 1.671 Ha, dan di atas 1000 meter 23 Ha.

  Tabel. 2.3. Luas Kabupaten Tanah Bumbu Menurut Kelas KetinggianTahun 2014 No. Ketinggian Luas (Ha) Persentase 1 0 - 7 m 5.983 1,19 2 > 7 - 25 m 131.718 26,31 3 > 25 - 100 m 207.712 41,48 4 > 100 - 500 m 153.613 30,68 5 > 500 - 1.000 m 1.650 0,33

  6 20 0,004

  • 1000

  Jumlah 506.696 100,00 Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

2.2.2. KLIMATOLOGI

  Iklim di Kabupaten Tanah Bumbu dikelompokkan sebagai Afaw (menurut sistem

  2 - 6

  koppen) yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan musim kemarau yang panas, dengan kondisi klimatologi berdasarkan hasil pantauan Stasiun Meteorologi Stagen tahun 2014 sebagai berikut:

   Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 86 persen sampai 93 % dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 98 % di bulan juli dan Agustus. Kelembaban minimum terendah terjadi di bulan Februari sebesar 76 %  Temperature udara rata-rata selama tahun 2014 berkisar antara 26,1ºC dan 27,3ºC, dengan suhu udara maksimum tertinggi pada bulan oktober sebesar 34,2ºC dan minimum terendah sebesar 15,4º di bulan Juli  Curah hujan tertinggi terjadi di bulan juli yaitu 608,6 mm. sedangkan jumlah hari hujan terbanyak yaitu selama 30 hari terjadi di bulan oktober  Kecepatan Angin rata-rata berkisar antara 2-7 Knot  Penyinaran matahari berkisar antara 47%-72%. Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu selama periode 2009 - 2014 menunjukkan musim barat terjadi peningkatan tekanan udara dan menurun pada musim timur, di mana maksimum terjadi pada bulan Desember (1.010,7 mbar) dan terendah terjadi Nopember (1.009,7 mbar). Melihat penyebaran curah hujan di Kabupaten Tanah Bumbu, faktor iklim sedikit mengurangi pengembangan pertanian terutama tanaman palawija/hortikultura, dikarenakan penyebaran curah hujan kurang rata setiap bulannya. Untuk mengatasi hal tersebut perlu penyesuaian musim tanam dengan curah hujan.

2.2.3. JENIS TANAH

  Jenis dan sifat tanah sangat tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah seperti suhu, iklim, bahan induk, dan waktu. Jenis tanah di KabupatenTanah Bumbu didominasi oleh jenis tanah PMKL dengan luas 161.028 Ha (31,78%). Berdasarkan hasil analisis Peta RePPRoT, tinjauan lapangan oleh konsultan (data primer) dan hasil studi sebelumnya (data sekunder), jenis tanah di KabupatenTanah Bumbu secara garis besar terdiri dari 5 jenis tanah yaitu tanah PMKL, KPMK, Alluvial, Latosol, dan PMK, dengan penyebaran sebagai berikut :

   Jenis Tanah PMKL terdapat di semua kecamatan dengan luas 132.516,21 Ha  Jenis tanah KPMK terdapat di Kecamatan Satui dan Kecamatan Kusan Hulu dengan luas 127.651,83 hektar  Jenis tanah aluvial terdapat di semua kecamatan dengan luas 99.437,05  Jenis Tanah Latosol terdapat di Kecamatan Karang Bintang, Kecamatan Satui,

  Kecamatan Kusan Hilir, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Kusan Hulu dengan luas 80.327,01 hektar

  2 - 7

   Jenis tanah PMK terdapat di Kecamatan Karang Bintang, Kecamatan Batulicin, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Kusan Hulu dan Kecamatan Mantewe dengan luas 66.763,92 hektar.

  Tabel. 2.4. Luas Daerah Menurut Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014 No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase

  1 PMKL 159.120

  31.40

  2 KPMK 70.798

  13.97

  3 Aluvial 88.323

  17.43

  4 Latosol 53.322

  10.52

  5 PMK 127.134

  25.09 Jumlah 506.696,00 100.00

  Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 8 Peta. 2.2. Topografi Kabupaten Tanah Bumbu

  Peta. 2.3. Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 9

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 10 Peta. 2.4. Jenis Tanah Kabupaten Tanah Bumbu

2.2.4. GEOLOGI

  A. Geologi Umum

  Struktur geologi Kabupaten Tanah Bumbu Berdasarkan Peta Geologi Lembar 1712 Banjarmasin dan 1812 Kotabaru (P3G 1994) didominasi oleh Formasi Tanjung dan jenis batuan lainnya terdiri dari batuan endapan permukaan, formasi Dahor, formasi Warukin, formasi Berai, formasi Pamaluan, formasi Manunggal, Anggota Paau Manunggal, Formasi Pitap, anggota Haruyan, formasi Pitap, Batuan Ultramatik dan Batuan Malihan.

  B. Geologi Bencana

  Kawasan bencana yang diakibatkan oleh gerakan tanah yang menimbulkan gempa bumi bersumber dari patahan/sesar. Jalur patahan naik terdapat di wilayah Kecamatan Simpang Empat dan sekitarnya, sedangkan jalur patahan geser jurus berada di wilayah utara Kabupaten Tanah Bumbu. Untuk sinklin (lembah) banyak terdapat di sekitar Kecamatan Batulicin, dan untuk antiklin (pegunungan) berada di sekitar Batulicin, Simpang Empat dan Mantewe.Sementara untuk daerah rawan banjir berada di daerah Pagatan.

2.2.5. HIDROLOGI

  Sumber daya air di kabupaten tanah bumbu di bagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air tanah.

A. Air Permukaan (Sungai)

  Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yang menjadi jantung kebutuhan air dan cukup besar untuk dimanfaatkan terutama bagi pengairan, yaitu: DAS Angsana, DAS Loban, DAS Sitiung dan DAS Batulicin. Sistem DAS yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu akan berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya

  2 - 11

  mempengaruhi sistem kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat beberapa tempat yang mempunyai debit air yang sangat tinggi yaitu di Pegunungan Meratus yang merupakan sumber mata air setempat. Sungai terluas terdapat di daerah Sungai Sitiung dan Sungai Batulicin, hal ini dapat memberikan kemudahan bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air.Sungai Batulicin dapat melayani kebutuhan air untuk warga Kecamatan Batulicin, Angsana, Kampung Baru, Mentewe, Simpang Empat.Sungai Sitiung dapat melayani kebutuhan air untuk warga Kecamatan Kusan Hilir, Kusan Hulu dan Kuranji. Kebutuhan akan air warga Kecamatan Sungai Loban dan Angsana dapat dilayani oleh Sungai Loban sedangkan warga Kecamatan Angsana akan dilayani oleh Sungai Angsana. Secara umum pola sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah berpola dendritik dimana salah satu sifat utamanya adalah apabila terjadi hujan secara merata di seluruh daerah aliran sungai, maka puncak banjirnya akan sedemikian tinggi hingga berpotensi besar untuk menggenangi daerah yang ada di sekitar aliran sungai, baik pada bagian hulu maupun pada bagian hilir sungai dari DAS Tanah Bumbu (DAS Satui, DAS Kusan dan DAS Batulicin). Panjang DAS Satui ± 26 Km dan Lebar 25 m, DAS Kusan ± 81 Km dan Lebar 30 m, dan panjang DAS Batulicin ± 50 Km dan Lebar 26 m. Daerah Aliran Sungai tersebut memiliki banyak anak sungai yang digunakan sebagai sumber air dan transportasi sungai. Air sungai tersebut telah dimanfaatkan oleh penduduk untuk mandi, cuci, kakus, air minum serta irigasi persawahan. Kecenderungan konsumsi air bersih di Kabupaten Tanah Bumbu secara ekspansia akan terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan ketersediaan air bersih cenderung mengalami penurunan sebagai akibat adanya aktivitas pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali, sehingga berakibat pada kerusakan alam dan pencemaran. Pemenuhan kebutuhan air bersih bagi Kabupaten Tanah Bumbu menjadi hal yang sangat mendesak sesuai dengan tingkat kepadatan dan kemajuan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan disisi lain banyak perusahaan baik perkebunan, pertambangan maupun industri lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung limbah industri yang dihasilkan akan masuk / mengalir ke sungai dimana banyak penduduk Kabupaten Tanah Bumbu yang hidup disepanjang Daerah Aliran Sungai tersebut. Secara umum dapat dilihat kondisi kualitas air pada 3 (tiga) DAS yaitu serta 2 (dua) sungai di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap pada tahun 2011 tidak jauh berbeda dengan hasil analisa pada tahun-tahun sebelumnya. Berikut hasil analisa pengukuran kualitas air sungai: Dari hasil analisa kualitas air di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, yang meliputi DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap pada tahun ini ada

  2 - 12

  beberapa parameter penting yang mengalami perubahan konsentrasi. Sebagian menurun dan ada yang sebagian yang meningkat konsentrasinya. Pada tabel terlihat parameter yang melebihi baku mutu yaitu TSS, TDS, Tembaga (Cu), Mangan (Mn) dan Besi (Fe). Sedangkan parameter pH dan DO, pada beberapa DAS mengalami penurunan dari baku mutu yang dipersyaratkan. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2011 ada beberapa parameter kunci yang tidak dapat dianalisa diantaranya adalah parameter Mercury (Hg), Timbal (Pb), BOD, COD serta minyak dan lemak. Hal tersebut dikarenakan pada tahun ini proses analisa sampel air sungai dilakukan di Laboratorium Lingkungan Hidup Bapedalda Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan di tahun sebelumnya sampel dianalisa pada Balai Riset dan Standardisasi Provinsi Kalsel, mengingat masih terbatasnya peralatan analisa kualitas air khususnya parameter logam berat seperti Hg (mercury) dan Pb (timbal), sehingga beberapa parameter tersebut tidak bisa dibandingkan dengan hasil analisa tahun sebelumnya. Konsentrasi parameter - parameter kualitas air yang melebihi atau di bawah Baku Mutu Kualitas Air (tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan) pada DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap, meliputi: TSS, TDS, Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), DO (Oksigen Terlarut), dan pH.

  Hasil analisa tersebut menggambarkan bahwa perubahan beberapa konsentrasi tersebut diindikasikan karena adanya pengaruh perubahan iklim yang tidak menentu dan diperparah dengan makin banyaknya kegiatan eksploitasi SDA yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan, khususnya DAS. Dapat disimpulkan peruntukan DAS Satui, DAS Kusan, DAS Batulicin, Sungai Sebamban dan Sungai Setarap sebagai Air Baku untuk pengolahan air minum dinilai kurang layak, mengingat konsentrasi logam - logam berat seperti Mn (Mangan), Fe (Besi), Air Raksa (Hg) dan Tembaga (Cu) sudah mencemari perairan tersebut. Kecenderungan debit air pada das lingkup kabupaten tanah bumbu yang mengalami fluktuatif yang signifikan. Faktor-faktor penyebab menurunnya kualitas air sungai tersebut diantaranya adalah:

  1. Pengaruh musim hujan dan musim kemarau/kondisi iklim yang ekstrim beberapa bulan terakhir

  2. Tekanan jumlah penduduk yang semakin besar

  3. Perluasan dan pengembangan areal industri

  4. Alih fungsi lahan dan kegiatan pertambangan tanpa ijin (peti) serta perambahan hutan tanpa ijin (illegal logging) yang tanpa mengindahkan fungsi lingkungan sebagai penyangga kehidupan (lift buffer). Salah satu solusi untuk hal tersebut di atas adalah data dan informasi indikator lingkungan yang lengkap dan valid khususnya kualitas air, dimana informasi ini sangatlah penting

  2 - 13 mengingat sebagai salah satu acuan status lingkungan hidup di kabupaten tanah bumbu.

  Melihat kondisi kualitas sumber daya air di kabupaten tanah bumbu yang cenderung mengalami penurunan walaupun masih dalam batas normal, maka pemerintah kabupaten tanah bumbu perlu merespon keadaan tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang lebih berat. Adapun kebijakan yang dilakukan dalam menanggulangi hal-hal yang disebutkan diatas adalah:

  1. Lebih meningkatkan intensitas pemantauan kualitas air secara berkala

  2. Melakukan monitoring dan evaluasi serta pengawasan terhadap perusahaan yang wajib amdal dan ukl-upl agar dalam pengelolaan industri mengelola limbah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku

  3. Menindak tegas terhadap pelaku illegal logging, menertibkan penambang-penambang Tanpa ijin dan melakukan pembinaan.

  Peta. 2.5. Geologi Kabupaten Tanah Bumbu

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 14

  Peta. 2.6. Hidrologi Kabupaten Tanah Bumbu

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 15

B. Air Tanah

  Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Air tanah di Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah pegunungan (dalam). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu ada yang menggunakan air tanah, akan tetapi setiap datang musim kemarau air tanah tersebut akan mengering. Kondisi akuifer di Kabupaten Tanah Bumbu dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan rendah hingga sedang, muka air tanah beragam; debit sumur umumnya kurang dari 5 l/det.

  Akuifer jenis ini terdapat di sekitar kecamatan Angsana

  2. Akuifer dengan produtivitas rendah, setempat berarti umumnya keterusan rendah, setempat sedang; setempat air tanah dalam jumlah yang cukup dapat diperoleh terutama di lembah-lembah atau zona sesar dan pelapukan. Jenis ini berada di sekitar Kecamatan Batulicin dan Mantewe.

2.3. PENGGUNAAN LAHAN

2.3.1. PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN TANAH BUMBU

  Kabupaten Tanah Bumbu penggunaan lahan mencapai ± 506.696 Ha), lahan yang digunakan sebagai lahan hutan tercatat paling luas yaitu ± 454.011,75 Ha, digunakan untuk

  2 - 16

  kebun mencapai ± 84.807,45 Ha. Penggunaan lahan terkecil adalah untuk perairan darat (rawa dan kolam) mencapai ± 125 Ha. Data tahun 2014 bahwa penggunaan lahan di Tanah Bumbu mencapai ±506.696 Ha, terdiri dari Lahan hutan seluas ±319.470 Ha, padang/semak belukar/alang-alang ±65.439 Ha, Perkebunan ±42.380 Ha, Kebun ±40.321 Ha, Lahan kering ±1.810 Ha, Persawahan ±14.600 Ha, Pertambangan ±1.600 Ha, Industri ±820 Ha, Pemukiman ±7.831 Ha, Perairan darat ± 932 Ha, Lain-lain ± 11.700 Ha, dan ±98 Ha tanah terbuka rusak. Penggunaan ini telah mengalami penggeseran fungsi dari tahun sebelumnya, peningkatan terjadi pada penggunaan hutan, Kebun, industri, pertambangan, dan perairan darat.

  2 - 17 Tabel. 2.5. Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2014 No. Penggunaan Lahan 2014 (Ha)

  11 Tanah Terbuka

  Setiap tahunnya terjadi kerusakan hutan dan lahan dengan tingkat kerusakan yang sangat mengkhawatirkan serta degradasi hutan/lahan dan perubahan status hutan/lahan yang terus mengalami peningkatan yang signifikan sebagaimana kondisi luas kawasan hutanmenurut fungsinya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 453/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Kalimantan Selatan yang pada tahun 2009-2010 total luas hutan 506.950,00 Ha, sedangkan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan menjadi 310.104,2 Ha.

  maupun pemerintah daerah melakukan kebijakan pembangunan di berbagai sektor, yaitu di bidang kehutanan, perkebunan, pertanian, transmigrasi, pertambangan dan pariwisata. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dengan cara membuka kawasan-kawasan hutan menjadi kawasan budidaya yang dalam proses pelaksanaannya kegiatannya rawan terjadinya perubahan ekologi, kebakaran hutan dan lahan.

  growth) dalam meningkatkan devisa atau pendapatan asli daerah, maka baik pemerintah

  Kabupaten Tanah Bumbu merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi sumber daya hutan yang cukup besar, besarnya potensi sumber daya hutan yang tercermin dari luas kawasan hutannya menempatkan sektor kehutanan sebagai sektor andalan yang sangat strategis dan potensional dalam mendukung pembangunan otonomi daerah di Kabupaten Tanah Bumbu. Karena itu, untuk memacu pertumbuhan ekonomi (economic

  Tanah Bumbu 506.696 Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

  12 Lain - lain 11.700

  98

  10 Perairan Darat 932

  1 Kampung 7.831

  9 Hutan 319.470

  8 Padang (Semak, Alang, Rumput) 65.439

  7 Perkebunan 42.380

  6 Kebun Campuran 40.321

  5 Pertanian Tanah Kering 1.810

  4 Sawah 14.600

  3 Pertambangan 1.600

  2 Industri 820

2.3.2. KAWASAN LINDUNG DAN LAHAN KRITIS

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 18 Peta. 2.7. Penggunaan Lahan Kabupaten Tanah Bumbu

  2 -

  2 Hutan Produksi Terbatas 26.085,40 26.085,40

  1. Satui 18.268,6 18.268,6

  Tabel. 6.7. Luas Lahan Kritis Kabupaten Tanah Bumbu No. Lokasi / Kecamatan Luas (Ha) Tahun 2012 Tahun 2013

  Faktor pembanding lainnya yang menunjukkan peningkatan laju kerusakan hutan adalah dilihat dari data luas lahan kritis pada tahun 20010-20011 sebesar 50.517,235 ha menjadi 72.260,2 ha pada tahun 20012-2013.

  Total Luas Hutan 310.106,2 310.104,20 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Tanah Bumbu Tahun 20012/2013 dan Data Tahun 2012/2013 Kep.Menhutbun No. 453/KPTS-11/1999

  4. Lasung

  3 Hutan Produksi Konservasi 26.933,81 26.933,81 C Hutan Kota

  1 Hutan Produksi 154.609,06 154.609,06

  3. Batulicin 35.856,6 35.856,6

  6 Taman Hutan Raya - - B Hutan Lindung 95.847,777 95.847,77

  5 Taman Nasional - -

  4 Taman Buru - -

  3 Taman Wisata - -

  2 Suaka Margasatwa - -

  1 Cagar Alam 6.628,16 6.628,16

  A Kawasan Konservasi

  2. Kusan 18.135,0 18.135,0

  • Total 72.260,2 72.260,2

  2 - 19 Tabel. 2.6. Luas Hutan Menurut Fungsi/Statusnya No. Hutan Luas (Ha) Tahun 2012 Tahun 2013

  Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanah Bumbu Balai Pemantapan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Selatan

  Hal ini mengindikasikan bahwa kerusakan lahan dan hutan dan tahun ke tahun bukannya menurun, tetapi sebaliknya. Beberapa faktor penyebab lajunya kerusakan lahan dan hutan di kabupaten tanah bumbu diantaranya yaitu:

  1. Konversi hutan (pengubahan fungsi kawasan hutan) atau pelepasan kawasan hutan untuk keperluan non kehutanan atau tukar-menukar kawasan menjadi perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemukiman serta transmigrasi, penebangan ilegal (illegal logging)

2. Kebakaran hutan dan lahan yang masih banyak terjadi tiap tahunnya di areal perusahaan HPH/HTI dan perkebunan dibandingkan areal milik masyarakat.

  Dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan dan lahan tersebut terdiri dari 2 (dua) dampak yaitu:

  1. Dampak langsung, meliputi: a.

  Penurunan struktur tanah dan ekosistem b. Perusakan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati (plasma nutfah) c. Penyempitan daerah tangkapan air (dta) d. Pendangkalan air sungai, erosi dan sedimentasi, meningkatnya breading place e. Penambahan luas lahan kritis dan terjadinya banjir

  2. Dampak tidak langsung, meliputi: a.

  Terjadinya tingkat erosi permukaan yang lebih tinggi yang berakibat tanah kehilangan sifat plastisnya, penurunan porositas dan irifiltrasi tanah, berkurangnya daya tangkap tanah terhadap air b. Terjadinya perubahan ph tanah secara drastis dan terganggunya keseimbangan unsur hara, semua dampak ini akan terasa setelah beberapa tahun kemudian dan akan lebih mengalami kerusakan secara global. Melihat kondisi kerusakan hutan dan lahan yang semakin meningkat, pemerintah daerah kabupaten tanah bumbu melalui dinas/instansi terkait terus melakukan upaya-upaya perbaikan, diantaranya adalah:

  1. Upaya rehabilitasi lahan dan hutan yang rusak

  2 - 20

  2. Reboisasi pada loa (land over area) atau areal kosong dan terlantar

  3. Mengatur perijinan alih fungsi hutan menjadi lahan perkebunan

  4. Sosialisasi siaga bencana kebakaran hutan dan lahan serta pencegahan dan penaggulangannya baik kepada maupun pihak perusahaan

  5. Pengawasan secara intensif aktivitas pembukaan lahan dengan mengeluarkan aturan mengenai pembakaran lahan dan hutan

  6. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang konservasi hutan dan lahan

  7. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian kebakaran hutan serta melakukan upaya pemadaman kebakaran pada lahan dan hutan yang terbakar.

2.3.3. LAUT, PESISIR DAN PANTAI

  Sebagian besar kecamatan di kabupaten tanah bumbu berada di sekitar wilayah laut dan pesisir. Hal ini juga mempengaruhi mata pencaharian penduduk yang banyak menggantungkan hidup dari hasil laut dengan menjadi nelayan atau petani kolam/tambak. Dari 10 kecamatan, terdapat 6 (enam) kecamatan diantaranya berada disekitar pesisir dan laut dengan jumlah desa sebanyak 30 (tiga puluh).

  Secara umum kondisi kawasan pesisir dan laut di kabupaten tanah bumbu belum terindikasi pencemaran akibat industri atau kegiatan usaha lainnya, tetapi potensi kerusakan yang terjadi di pesisir dan laut sudah mulai terlihat, diantaranya kerusakan ekosistem bakau (mangrove) akibat adanya pembukaan areal tambak rakyat yang tak terkendali, penebangan kayu baku untuk bahan bangunan dan arang, konversi areal mangrove untuk pembangunan infrastruktur pelabuhan khusus pengangkutan batu bara serta kerusakan pesisir dan laut lainnya.

  Bentuk profil kedalaman (batimetri) di wilayah Tanah Bumbu terdiri dari dua bentuk yakni di bagian barat (perairan Selat Laut) dan bagian selatan yang berhadapan dengan Laut Jawa. Pada perairan Selat Laut, menunjukkan di daerah pesisir Kabupaten Tanah Bumbu lebih curam terutama dari Pulau Suwangi sampai ke muara Selat Laut, jika dibandingkan dengan kedalaman di pesisir Pulau Laut (Kabupaten Kotabaru), akan tetapi di perairan ini banyak terbentuk delta sebagai akibat sedimentasi. Kedalaman di perairan Selat Laut maksimal 11 m.

  2 - 21

  Peta. 2.8. Kawasan Lindung Kabupaten Tanah Bumbu

PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) DINAS PU CIPTA KARYA KABUPATEN TANAH BUMBU

  2 - 22 Kondisi profil kedalaman di muara Selat Laut (terutama Tanjung Petang)

  o

  menunjukkan lebih dalam dan curam (>2 ), dimana kedalaman 10 m hanya berjarak 100 m dari garis pantai dan kedalaman maksimum mencapai 20 m, hal ini disebabkan karena pengaruh gelombang dan arus yang sangat besar di daerah ini, sehingga menyebabkan sedimen jauh terbawa ke daerah lain. Profil kedalaman di bagian selatan lebih beragam, dimana pada kedalaman 5 m berkisar pada jarak 1-5 Km dan kedalaman 10 m pada jarak 6-

16 Km. Ini menunjukkan pengaruh gelombang sangat berpengaruh di daerah ini terutama pada musim timur (angin dominan dari arah tenggara).

  Proses perubahan garis pantai dan kedalaman sangat tergantung oleh dinamika hidrooseanografi baik dari laut maupun dari darat yang melalui aliran sungai. Akibat proses ini, sehingga profil kedalaman di perairan ini tidak beraturan, di mana banyak terdapat

  sand dune (gumuk pasir) yang tidak beraturan sebagai akibat pengaruh gelombang dan arus

  pasut baik dari sungai maupun laut. Selain itu profil batimetri juga sangat dipengaruhi oleh pola sebaran sedimen dari laut maupun daratan yang menyebabkan adanya sedimentasi yang mengendap pada daerah-daerah tenang (pada daerah dengan kecepatan arus sangat lemah). Bentuk kontur kedalaman dan garis pantai pada daerah ini sering berubah-ubah, akibat proses sedimentasi maupun abrasi pada setiap perubahan musim. Adanya pohon mangrove dengan ketebalan yang sangat besar di sepanjang pantai, cukup besar pengaruhnya dalam meredam gelombang maupun kecepatan arus. Mangrove tersebut sebagai perangkap sedimen, dengan hal ini akan menyebabkan sedimentasi yang cukup

  2 - 23 besar terutama di Pulau Tampakan dan sekitarnya. Tabel. 2.8. Potensi Ekosistem Mangrove Potensi Ekosistem Mangrove Tahun 2011 Tahun 2012 No. Kecamatan Baik Rusak Ringan Rusak Berat Rusak Ringan Rusak Berat Baik (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

  Simp. Empat 5.219 724.5 338 - - 3.456,8

  1

  2 Batulicin 1.456 384 266 287,633 - -

  3 Kusan Hilir 1.313 333 345 1.520,68 - -

  4 Sei. Loban 2.952 237 638 - - 622,34

  5 Angsana 2.217 516.5 15 252,789 - -

  6 Satui

  • 4.430,5 1.406 538 871,761 Total 17.587,5 3.601 2.138 7.012,003 - -

  Sumber : Dinas Kelautan dan Perikana n Kabupaten Tanah Bumbu

  Tabel. 2.9. Luas Tutupan Dan Kondisi Terumbu Karang Persentase Luas Tutupan (%) Luas Tahun 2011 Tahun 2012 No. Kec. Tutupan Sngt Sngt (Ha) Baik Sedang Rusak Baik Sedang Rusak Pasir Baik Baik

  1 Satui 43,14 - -

  30

  14.5 38 5,96 4,39 22,44 10,31

  2 Angsana 89,18 59.5 -

  25 - 8 17,42 7,24 14,05 50,47

  3 Sei. Loban 188,61

  99 48 - 18 19,78 34,53 53,25 81,09 - 4 0,14 - Kusan Hilir

  • 0,1 0,04

  Jumlah 321,07 178.5 - -

  87.5 64 43,26 46,16 89,78 141,87

  Sumbe : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu

  Dari data pada tabel diatas terlihat bahwa pada beberapa kecamatan ada yang mengalami penurunan kerusakan ekosistem mangrove meskipun angka penurunannya sangat kecil. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 meskipun luas tutupan lahan tidak ada perubahan, namun terlihat angka presentase luas tutupan dan kondisi terumbu karang sedikit mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa selain sudah digalakkannya berbagai macam program pengelolaan lingkungan oleh Pemerintah Daerah tetapi masih banyak kegiatan-kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kerusakan lingkungan. Adanya potensi kerusakan mangrove tersebut jelas sangat menganggu fungsi ekologi hutan mangrove sebagai perangkap sedimen dan merupakan habitat berbagai jenis satwa baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara dan juga dari fungsi ekonomis, dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain seperti tannin dan pewarna. Mangrove juga mempunyai peran penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut. Oleh karena itu, keberadaan

  2 - 24

  dan kelestarian hutan mangrove sangatlah penting untuk kesejahteraan manusia dan memerlukan perhatian dan kepedulian dari Pemerintah Daerah setempat maupun masyarakat sekitar.

  Untuk daerah cakupan perairan Kabupaten Tanah Bumbu bagian selatan (perairan Laut Jawa), berdasarkan data yang diperoleh dari Satelit Cersat selama 10 tahun terakhir yakni tahun 2002 - 2012 (www.satelitcersat.com) pada ketinggian 10 m dpl menunjukkan arah angin maksimum sebagian besar dari arah selatan (25,83%), kemudian dari arah tenggara (20%), dengan kecepatan angin maksimum sebagian besar berkisar pada interval 5,4-7,9 m/s (45%) dan 7,9-10,7 m/s (22,50%). Selama periode 10 tahun terakhir ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kecepatan angin maksimum rata-rata 4,5 m/s.

  Hal ini menunjukkan bahwa perubahan iklim global telah mempengaruhi kawasan pesisir Kabupaten Tanah Bumbu.

  Kondisi hidroosenografi di perairan Kabupaten Tanah Bumbu, sangat dipengaruhi oleh musim, dimana pada musim barat gelombang yang terbentuk lebih banyak berasal dari arah barat (42.31%) dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval 1.2 m - 2.1 m dan 5.5 s - 6.6 s. Pada musim timur gelombang sudah berubah arah yakni dari arah selatan (46.15%), dengan tinggi dan periode gelombang berkisar pada interval 1.5 m - 2.7 m dan 6.9 s - 8.3 s. Tinggi dan periode gelombang maksimum terjadi dari arah tenggara yakni 2.9 m dan 8.2 s

  Sedangkan di perairan Selat Laut, oleh karena posisinya terlindung oleh Pulau Laut, sehingga pengaruh gelombang lebih tenang, dimana gelombang tertinggi terjadi dari arah selatan yakni bisa mencapai 0.5 m dan 2.9 pada bulan Agustus - September. Pola arus di perairan Selat Laut sangat dipengaruhi oleh pergerak massa air dari Selat Makassar dan pasang surut, posisi selat yang sangat sempit, menyebabkan arus akan mengalir dengan deras. Hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh adanya massa air dari sungai yang membujur barat laut - tenggara. Dengan besarnya debit sungai dari daratan akan mendorong sedimen terbawa jauh ke laut.

  Bilangan Formzahl (F) diperoleh sebesar 2.13 atau berdasarkan kriteria courtier

  range nilai tersebut termasuk dalam tipe pasang surut tipe campuran condong keharian

  tunggal (mixed tide prevailing diurnal), menunjukkan bahwa dalam satu hari/piantan pengamatan terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk

  2 - 25

  sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda, untuk perairan bagian selatan yang berbatasan dengan perairan Kabupaten Tanah Laut. Sedangkan di perairan Selat Laut diperoleh Bilangan Formzahl (F) sebesar 0,84 atau tipe pasang surut merupakan campuran condong keharian ganda (mixed tide prevailing

  semidiurnal). Hal ini menunjukkan pengaruh perairan Laut Jawa bertipe campuran condong

  keharian tunggal dan Selat Makassar bertipe campuran condong keharian ganda, sangat mempengaruhi perairan Kabupaten Tanah Bumbu.Lahan Budidaya Luas lahan budidaya khususnya budidaya air payau berupa tambak tersebar di 3 kecamatan yaitu: Kusan Hilir, Sungai Loban dan Satui. Total luas tambak di Kabupaten Tanah Bumbu pada tahun 2013 adalah 1671,1 Ha.

  Tabel. 2.10. Data Luasan Tambak Tahun 2014 Kabupaten Tanah Bumbu No. Kecamatan Luas Tambak (Ha)

  1 Kusan Hilir 415,1

  2 Sungai Loban 506

  3 Satui 749,8

  Sumber : Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka Tahun 2014

  Pada usaha budidaya kolam, tambak dan keramba terjadi penurunan produksi yang disebabkan antara lain:

  1. Faktor alam yaitu adanya bencana banjir dan disamping itu masih banyak petani pembudidaya yang tidak memasang pagar keliling kolam dan tambak sehingga memudahkan ikan keluar dari lokasi pemeliharaan.

  2. Musim kemarau yang panjang sehingga air didalam kolam sangat sedikit bahkan ada yang lokasinya kekeringan sehingga ikan tidak bisa ditebar. Beberapa kegiatan masyarakat yang berpotensi menyebabkan kerusakan pesisir dan pantai diantaranya adalah:

  1. Pembuatan kolam dan tambak di wilayah pesisir

  2. Penggundulan hutan di daerah hulu

  3. Kegiatan pengembangan di daerah pantai yang tidak mengindahkan dinamika pantai

  4. Kegiatan kehutanan yang sering menggunakan sungai sebagai transportasi untuk mendistribusikan hasil-hasil kayunya

  5. Kegiatan pertambangan liar (illegal rninning) yang menggunakan merkuri yang langsung di buang ke sungai sehingga akhirnya sampai ke laut yang menyebabkan polusi bagi

  2 - 26

  ekosistem laut (mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi)

  6. Meningkatnya aktifitas lalu lintas air yang menimbulkan adanya ceceran minyak dari alat transportasi air sehingga mengakibatkan terganggunya ekosistem biota perairan dan kebisingan bagi fauna sekitarnya

  7. Pembangunan sarana prasarana pelabuhan khusus yang kurang memperhatikan tata ruang, sehingga kawasan konservasi khususnya terumbu karang di desa bunati kecamatan angsana dan desa sei. Loban kecamatan sei. Loban kurang terlindungi

  8. Kegiatan-kegiatan lainnya meliputi pembuangan limbah rumah tangga, industri yang tidak mengikuti kaidah lingkungan menyebabkan air laut mudah tercemar, kegiatan pelabuhan dan kapal nelayan yang sering keluar masuk menuju laut.

  Dampak utama yang ditimbulkan akibat dari kerusakan pesisir dan laut adalah:

  1. Terjadinya abrasi di pesisir

  2. Terganggunya ekosistem peraian

  3. Berpindahnya ground fishing

  4. Berkurangnya tempat berlindung dan bertelur ikan, udang dan kepiting

  5. Adanya keluhan masyarakat tentang tingginya kadar timbal (pb) di tambak yang mengakibatkan kegagalan panen ikan.

2.4. TRANSPORTASI

2.4.1. PERHUBUNGAN DARAT