BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal
krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. Baik di sektor
pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yang
menginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih transparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntutan akan adanya
pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan berhubungan satu
dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk penguatan peran masyarakat dengan
penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu
pemerintahan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menilik dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara
pelayanan publik, seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi
seharusnya pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut.
Akan tetapi dewasa ini, kepercayaan masyarakat/publik terhadap kinerja
pemerintah atau birokrasi mengalami degradasi yang kian semakin parah oleh
akibat dari lemahnya kinerja aparat-aparat pemerintahan/birokrasi. Kepercayaan
dan kehidupan masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintah/birokrasi
yang seharusnya berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi

didominasi dan ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan
kebalikan daripada pelayanan publik menjadi publiklah yang menjadi pelayan
bagi birokrasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi
dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang
bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja
organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang
sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada
kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik yang
mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana organisasi publik
menuntut penerapan Good Governance. Good governance dimaksud adalah
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan public good and service disebut governance (pemerintahan atau
kepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya adalah “good governance”
(kepemerintahan yang baik).
Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan
dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi

rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.
Pada akhir dasawarsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat
dipergunakan dalam reformasi sektor publik. Di dalam disiplin atau profesi
manajemen publik, konsep ini dipandang sebagai suatu aspek dalam paradigma
baru ilmu administrasi publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali
mengurangi campur tangan kontrol yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
transparansi, akuntabilitas publik, dan diciptakan pengelolaan manajerial yang
bersih dan bebas dari korupsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Penerapan prinsip-prinsip Good Governance bukanlah hanya tugas dan
tanggungjawab pemerintah, tetapi juga pelaku bisnis di sektor swasta dan
organisasi civil society. Sebagai bagian dari proses reformasi Indonesia,
pelaksanaan good governance di lingkungan pemerintahan tersebut sangat
menentukan apakah reformasi akan berjalan terus atau putus di tengah jalan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam
menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif

dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara
(state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat (society).
Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan
integritas, profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian
penerapan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
merupakan tantangan tersendiri. Terselenggaranya good governance merupakan
prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan
dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bertanggungjawab serta bebas KKN.
Mengingat bahwa kinerja dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja
organisasi dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum.

Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau
bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam
organisasinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas organisasi
tidak lepas dari efektivitas kerja pegawai sebagai salah satu unsur organisasi,
memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Efektivitas kerja yang didefinisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan yang ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya,
tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan yang dapat
mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standar manajemen dapat
merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja agar hasil
akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin
efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin tangguh
mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu
organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh
karena itu tanpa manusia dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi yang
telah ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya
manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya
menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia dalam organisasi
tidak dapat disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam suatu organisasi,
pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi sangat penting agar

memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan menerapkan
prinsip-prinsip good governance

yang diantaranya adalah akuntabilitas,

transparansi, fairness atau keadilan, responsivitas atau ketanggapan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berbicara pentingnya pelaksanaan good governance, maka hal ini juga
menjadi sangat penting dalam organisasi atau suatu dinas pemerintahan. Salah
satunya adalah Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang mana berdasarkan
Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 58 Tahun 2001 menyebutkan salah satu
fungsi Dinas Pertanian Sumatera Utara yaitu menyelenggarakan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pembinaan tanaman pangan,
hortikultura, pengelolaan lahan air, sarana dan usaha tani. Berikut adalah salah
satu contoh kasus yang mengemukakan pentingnya peran Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara.
"...........Pengamatan saya ketika mengelilingi beberapa daerah di Sumut, lahan-lahan
yang dulunya merupakan lahan pertanian, ternyata sudah berubah fungsi menjadi lahan

perkebunan dan perumahan. Sementara lahan-lahan baru untuk pertanian, nyaris tidak ada
bertambah," kata Effendi Sianipar, Minggu (8/1). Kondisi ini tentunya sangat
mengkhawatirkan, apabila tidak ada upaya apa pun dari pemerintah. Sehingga apa yang
dikatakan Ketum KTNA (Kontak Tani Nasional Andalan) Winarno Tohir beberapa waktu
lalu, bahwa sebelum 2030, Indonesia akan kekurangan pangan, karena luas lahan
pertanian yang terus menurun, sementara jumlah penduduk meningkat 1,4 persen, tidak
tertutup kemungkinan, benar-benar akan menjadi kenyataan. Effendi Sianipar mengaku
heran, mengapa sektor pertanian di negara agraria ini, terkesan kurang mendapat
perhatian maksimal. "Harusnya sektor pertanian jadi prioritas dan dapat porsi anggaran
lebih besar sehingga produktifitas dapat ditingkatkan. Ini semua menyangkut masalah
pengadaan lahan baru, di samping penyuluhan, pengadaan pupuk, dan lainnya, yang
belakangan cenderung terabaikan," katanya. 1

Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan Provinsi di bidang
pertanian antara lain: menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang
pertanian yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota, menetapkan standar
pembibitan/ pembenihan pertanian, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia aparat pertanian, dan sebagainya. Dari potongan artikel di
atas menyatakan bahwa lahan pertanian di Provinsi Sumatera Utara telah
berkurang dan berubah menjadi lahan perkebunan dan perumahan. Hal ini terjadi

1

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/01/09/29672/sumut_dikhawatirkan_kekurangan_pangan/
diakses pada 16 februari 2012 pukul 16:51 WIB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dikarenakan para petani cenderung menjual sawahnya karena merasa kehidupan
menjadi petani tidak lagi menjanjikan. Sementara pencetakan sawah-sawah baru
nyaris tidak ada. Disini peran dari Dinas Pertanian sangat besar yaitu harus
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tani agar tidak gegabah terhadap apa
yang mereka lakukan dan para aparatur harus lebih memperhatikan lahan
pertanian.
Dinas Pertanian yang memberikan pelayanan umum di bidang pembinaan
tanaman pangan, hortikultura, pengelolaan lahan air, sarana dan usaha tani, sudah
seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan bagi para
petani. Untuk memberikan pelayanan yang demikian, maka pegawai kantor Dinas
Pertanian harus memiliki motivasi untuk mengerjakan pekerjaannya agar
efektivitas organisasi dapat tercapai. Setiap organisasi harus menerapkan prinsipprinsip good governance agar menciptakan suatu pelayanan yang baik dan
menerapkan kedisiplinan khususnya bagi para pegawainya. Hal ini sangat

mempengaruhi mutu atau kualitas pelayanan yang akan diberikan oleh para
aparatur kepada masyarakat nantinya.
Apabila di suatu organisasi banyak pegawai yang datang terlambat dan
menunda pekerjaannya, sudah pasti tentu berdampak pada pemberian pelayanan
yang tidak memuaskan. Kapabilitas kebijakan yang rendah, manajemen keuangan
yang lemah, peraturan yang terlalu berbelit-belit dan sewenang-wenang, alokasi
sumber-sumber yang kurang tepat juga akan menjadi suatu masalah dalam
mewujudkan efektivitas kerja pegawai. Mutu atau kualitas pelayanan di Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara dapat dicapai apabila orang-orang yang bekerja
di Dinas tersebut adalah mereka yang bertanggungjawab, bertekat penuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

semangat, mulai dari pejabat yang tinggi sampai pelaksana digaris terdepan yang
menghadapi masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disebutkan bahwa good governance
akan tercapai apabila setiap organisasi dan orang-orang didalamnya selalu
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Oleh sebab itu penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan good governane dan efektivitas
kerja pegawai dan menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul :

“Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja
Pegawai (Studi Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)”

I.2 Rumusan Masalah
Arikunto 2 menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan sebaikbaiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana
harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah
adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan diangkat pada penelitian ini adalah: “Apakah ada Pengaruh Prinsip-Prinsip
Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara)?”

I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :

2

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 17


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good
Governance di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai di Dinas
Pertanian Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh prinsip-prinsip Good
Governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara.

I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu
Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian

perbandingan bagi yang menggunakannya.
3. Secara Praktis, bagi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, penelitian
ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran,
informasi dan saran.

I.5 Kerangka Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis perlu mengemukakan
teori-teori sebagai kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana
penelitian menyoroti masalah yang dipilih. Singarimbun 3 menyebutkan teori
adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah :
I.5.1 Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer
(menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah).
Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority,
atau memerintah dengan kewenangan.
Governance pada dasarnya pertama kali digunakan adalah di dunia usaha
atau korporat. Manajemen professional yang diperkenalkan pasca perang dunia II
dengan prinsip dasar “memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan” benarbenar menjadikan setiap korporat menjadi usaha-usaha yang besar, sehat dan
menguntungkan. Gerakan ini dimulai secara besar-besaran di Amerika, khususnya
setelah para titians entrepreneur mengalami kegagalan besar mempertahankan
kebesaran untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu contohnya adalah Henry
Ford II gagal mempertahankan kebesaran bisnisnya karena ia tidak mengenal
manajemen professional.
Pada tahun 1980 an mulai terlihat sisi buruk dari manajemen professional,
khususnya di Amerika Serikat. Dengan model manajemen one tieer system,

3

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Hal:37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dimana lembaga komisaris menjadi satu dengan lembaga direksi. Meskipun
terdapat direksi independent namun tetap saja kontrol tidak bisa efektif. Para
eksekutif korporat kemudian menjadi pemilik modal baru, dimana mereka
menjalankan organisasi sesuka hati, mengambil keuntungan terbesar untuk
mereka sendiri melalui mekanisme gaji, tunjangan, bonus, hak atas saham dan
deviden dan sebagainya. Berbeda dengan model Eropa yang masih banyak
menggunakan pola two tieer system, dimana terdapat pemisahan yang tegas antara
lembaga kekomisarisan dan lembaga kedireksian. Seperti halnya dalam politik,
masalahnya adalah siapa yang mengawasi pengawas. Para manajemen
professional bukan saja pengelola yang diberi kepercayaan pemiliknya untuk
menjadikan korporat menjadi sehat dan menguntungkan, namun mereka adalah
pengawas dari korporat.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa perkataaan governance pada
mulanya digunakan dalam dunia usaha dan konsep governance ini mempunyai
arti yang penting dalam keberhasilan usaha, sehingga konsep Good Governance
menjadi populer, dan lembaga-lembaga dunia seperti PBB, Bank Dunia dan IMF
meletakkan Good Governance sebagai kriteria Negara-Negara yang baik dan
berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk
memperoleh bantuan optimal dan Good Governance dianggap sebagai istilah
standar untuk organisasi publik hanya dalam arti pemerintahan.
Bintoro Tjokroamidjojo 4 memandang Good Governance sebagai suatu
bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai adminstrasi
pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi Agent

4

http://khafidsociality.blogspot.com/2011/07/penerepan-prinsip-prinsip-good.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara
berkembang. Agent of change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi
planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of
Development. Agent of Development diartikan sebagai pendorong proses
pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, dan peran
perencanaan dalam anggaran.
Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab 5 menyebut Good Governance
adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu
Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis
dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat. 6
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan 7,
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk
menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan
yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan
pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan prinsip
demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun

5

Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rieneka Cipta. Hal. 34
Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan.
Yogyakarta: Gajah Mada University. Hal. 47
7
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo. Hal. 114
6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP 8, disebutkan : Tata
pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok

masyarakat

mengutarakan

kepentingan

mereka,

menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaanperbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah
perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan
bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif
melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada
kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan
kebijakan.
I.5.1.1 Aspek-Aspek Good Governance
Good Governance menurut definisi dari World Bank dalam Kurniawan 9,
adalah “The way state power is used in managing economic and social resources
for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikan sebagai “The
exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nations
affair at all levels”. Dari pengertian tersebut, secara fungsional aspek-aspek good
governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah berfungsi secara efektif

8

9

Dikutip dari artikel “Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia
Berkelanjutan”, dalam Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan
di Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia). 2000
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaruan. Hal. 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya
dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi in efisiensi.
Berdasarkan definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three
legs), yaitu:
1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision
making processes) yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality
of live.
2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
Dari aspek pemerintah (governance), good governance dapat dilihat
melalui aspek:
1. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik
dan ekonomi.
2. Administrative competence and tranparency. Kemampuan membuat
perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model
administrasi serta keterbukaan informasi.
3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekosentrasi di dalam
departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta,
deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro
ekonomi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state
(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan
society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masingmasing. State (negara atau pemerintah) berfungsi menciptakan lingkungan politik
dan hukum yang kondusif, private sector (sektor swasta atau dunia usaha)
menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society (masyarakat) berperan
positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok
dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan
politik.
Negara (state) sebagai salah satu unsur governance, didalamnya termasuk
lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik. Sektor swasta
meliputi perusahaan swasta yang bergerak di berbagai sektor informal lain di
pasar. Ada anggapan bahwa sektor swasta adalah bagian dari masyarakat. Namun
demikian, sektor swasta dapat dibedakan dengan masyarakat karena sektor swasta
mempunyai pengaruh terhadap kewajiban sosial, politik dan ekonomi yang dapat
menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan perusahaan itu
sendiri. Sedangkan masyarakat (society) terdiri dari individual maupun kelompok
(baik yang terorganisasi maupun tidak) yang berinteraksi secara sosial, politik,
ekonomi dengan aturan formal maupun tidak formal. Society (masyarakat)
merupakan lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan lain-lain.
Jika dilihat dari ketiga domain dalam governance, tampaknya domain state
menjadi domain yang paling memegang peranan penting dalam mewujudkan
good governance, karena fungsi pengaturan yang memfasilitasi domain sektor
dunia usaha swasta dan masyarakat, serta fungsi administratif penyelenggaraan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

pemerintahan melekat pada domain ini. Peran pemerintah melalui kebijakan
publiknya sangat penting dalam memfasilitas berjalannya mekanisme pasar yang
benar sehingga pertimpangan yang terjadi di dalam pasar dapat dihindari. Oleh
karena itu, upaya perwujudan ke arah good governance dapat dimulai dengan
membangun landasan demokratisasi penyelenggaraan negara dan dilakukan upaya
pembenahan penyelenggara pemerintahan sehingga dapat terwujud good
governance.
Konsep good governance akan dapat diimplementasikan bila pemerintah
telah mempunyai mekanisme untuk melakukan itu semua. Dalam hal ini,
Sinambela 10 mengingatkan bahwa ada 8 (delapan) kriteria yang harus dipenuhi
untuk dapat menghasilkan mekanisme yang menghasilkan good governance.
Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya legitimasi dari dukungan yang kuat dari masyarakat terhadap
institusi publik baik yang berwujud lembaga birokrasi maupun institusi
lainnya yang dibentuk masyarakat secara swadaya.
2. Adanya kebebasan dalam berpendapat untuk menyampaikan aspirasi atau
kepentingan bagi setiap institusi maupun kelompok masyarakat yang ada
sehingga seluruh stakeholders dapat berpartisipasi aktif dalam semua
proses pembangunan.
3. Adanya keadilan serta kerangka legal berupa kepastian hukum untuk
menjamin upaya penegakan keadilan tersebut.
4. Adanya akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme birokrasi.

10

Sinambela, Lijan P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Tersedianya informasi pembangunan yang dapat diakses oleh masyarakat
dengan mudah dan bebas.
6. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam penyediaan pelayanan publik.
7. Terbentuknya kerja sama yang baik antara pemerintah dan civil society
organization.
8. Tersedianya kesempatan luas untuk mengoreksi, memperbaiki, dan atau
menganulir setiap kebijakan pemerintahan dan pembangunan, karena pada
kenyataan tidak bersesuaian dengan kepentingan masyarakat lokal,
nasional, regional, ataupun dalam konteks kepentingan global.

I.5.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank
Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang
berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan
administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan
yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya
sebagaimana disebutkan Tangkilisan 11 adalah bahwa Negara merupakan institusi
yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan
dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya
digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun

11

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan
manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance.
Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah:
transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas. 12
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha,
sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara prinsipprinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip
Tangkilisan 13 menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara
Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan
pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau
keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu
kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini
bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan
sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri. Setiap warga Negara mempunyai suara dalam
formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara
konstruktif.
12

13

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.
Hal. 216
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Penerapan Hukum (Fairness).
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia.Sebagai stakeholder dalam
penerapan hukum, masyarakat selalu dituntut partisipasi aktifnya dalam
menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan pencerahan
dalam realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan
peradaban bangsa. Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu
menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian agar
perjalanan masyarakat dan negara tidak menyimpang dari tujuan bersama.
Dalam pemahaman terhadap good governance maka aparat hukum tidak
mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum tersebut, peran serta
masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih tenggelam dalam
keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai.14
Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi

14

Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri. 2002. Hal:18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
4. Responsivitas (Responsiveness)
Responsivitas adalah daya tanggap birokrasi pemerintah untuk mengenali
kebutuhan

masyarakat,

menyusun

prioritas

pelayanan,

dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga tidak terdapat keluhan dari
masyarakat pengguna jasa. Responsivitas juga menunjuk pada keselarasan
antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. 15 Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders.
5. Orientasi (Consensus Oreintation)
Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi
kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan
lainnya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila
orientasi yang dipersepsikannya ini dapat tercapai maka karyawan akan
merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan maksimal. Good
Governance menjadi

perantara kepentingan

yang berbeda untuk

memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam
hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Keadilan (Equity)
Keadilan adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak
dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan

15

Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga
Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di
dalam pemerintahan.

7. Efektivitas (Effectivness)
Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan
sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak. 16
Dalam artian setiap organisasi dan lembaga-lembaga harus memberikan
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat luas dengan menggunakan sumber
daya yang ada semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan berdasarkan
visi dan misi yang sudah diterapkan.
8. Akuntabilitas (Acoountability)
Akuntabilitas menurut Lawton dan Rose 17 dapat dikatakan sebagai sebuah
proses dimana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk
membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka sudah
atau belum ketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Akuntabilitas
dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik
16
17

Soewarno Handayaningrat. 1985. Sistem Birokrasi Pemerintah. Hal. 16
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2012/01/pengertian-akuntabilitas.html diakses pada tanggal 16 April
2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggung jawabannya. Para pembuat keputusan dalam
pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil society)
bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.

9. Strategi visi (Strategic vision)
Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka
panjang

tentang

penyelenggaraan

pemerintahan

yang

baik

dan

pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk
pembangunan tersebut.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan
pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat
memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-sembilan dari

Good

Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti
pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam
melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional mengarah kepada kinerja SDM yang ada dalam organisasi
publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja
organisasi

publik,

yakni

responsivitas

(Responsiveness),

responsibilitas

(Responsibility), dan akuntabilitas (Accountability). 18 Dalam penelitian ini,
penulis mengambil 5 prinsip good governance sebagai indikator dari prinsipprinsip good governance, yaitu:
1. Akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh
rakyat,

maka

dengan

sendirinya

akan

selalu

mempresentasikan

kepentingan rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisai publik dinilai baik
apabila sepenuhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan
pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan keinginan para wakil
rakyat. Semakin banyak tindak lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi
pejabat politik, maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik.
Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik atau pemerintah seperti
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal
juga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau

18

Mulyawan, Budi. 2009.Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi (Studi
pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Palembang). Medan: FISIP-USU. Hal: 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang di dalam masyarakat.
2. Transparansi dapat diartikan sebagai sikap membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai 19.
Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga
yang

memberikan

informasi

maupun

informasi-informasi

yang

mempengaruhi hak privasi individu. Keterbukaan turut membawa
konsekuensi adanya pengawasan dan penilaian yang berlebih-lebihan dari
masyarakat dan bahkan oleh media massa untuk memastikan alokasi dan
peruntukan sebuah kebijakan secara tepat, efisien, serta sesuai dengan
kerangka anggaran yang ditentukan. Kewajiban akan keterbukaan harus
diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria yang jelas
dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang bisa mereka
berikan pada siapa informasi tersebut diberikan 20.
3. Tujuan penegakan hukum antara lain adalah untuk menjamin adanya
kepastian hukum yang juga merupakan salah satu asas umum
penyelenggaraan negara. Setiap tidakan aparat hukum baik pada tingkat
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun upaya hukum, eksekusi
dan eksaminasi harus selalu berpegang kepada aturan hukum (rule of law)
19
20

Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Ibid.
http://paulusmtangke.wordpress.com/transparansi-mewujudkan-good-governance/. Diakses pada tanggal
02/02/2012 Pukul 10:48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang juga merupakan ciri dari good governance. Penegakan hukum tidak
hanya dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman kepada setiap pelanggar
hukum; penegakan hukum juga dimaksudkan agar pelaksanaannya harus
selalu berpedoman kepada tata cara atau prosedur yang telah digariskan
oleh undang-undang dengan memperhatikan budaya hukum yang hidup di
masyarakat terutama harus mampu menangkap rasa keadilan yang hidup
di masyarakat 21. Dalam pemahaman terhadap good governance, maka
aparat hukum tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum
tersebut, peran serta masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih
tenggelam dalam keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi.
4. Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat,

menyusun

agenda

dan

prioritas

pelayanan,

dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 22 Berdasarkan pernyataan Tangkilisan
tersebut maka disebutkan bahwa responsivitas mengacu pada keselarasan
antara program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan
dan dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut
akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator
Good Governance karena responsivitas secara langsung menggambarkan
kemampuan suatu organisasi publik dalam menjalankan misi dan
tujuannya,

21

22

terutama

untuk

memenuhi

kebutuhan

masyarakat.

Noor, Azamul Fadhly.2007. Good Governance dan Penegakan Hukum.
http://azamul.wordpress.com/2007/06/13/good-governance-dan-penegakan-hukum/. Diakses pada
tanggal 02/02/2012 Pukul 11:40 WIB
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan
antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas
menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
organisasi publik. Organisasi yang memiliki tingkat responsivitas yang
rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja yang rendah.
5. Keadilan adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak
dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga
Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di
dalam pemerintahan.

I.5.2 Efektivitas Kerja
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu: ”effective” yang berarti
berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederet arti diatas, yang
paling tepat adalah berhasil dengan baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan
baik maka ia dapat dikatakan bekerja dengan efektif. Amin Tunggul Widjaya 23
mengemukakan: “Efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan,
melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu
perusahaan atau pencapaian tujuan”. Selanjutnya Permata Wesha 24 mengatakan :
Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang
23

24

Wijaya, Amin Tunggul. 1993. Manajemen Suatu Pengantar. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta Jaya.
Hal. 32
Wesha, Permata. 1992. Kinerja Organisasi. Yogyakarta: Pembaharuan. Hal. 148

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat
Efektivitas kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu
pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan
pertimbangan sosial.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan.
Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah
diharapkan, artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat
tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya,
dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada
penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto 25 mengistilahkan
efektivitas dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya
dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah
ditentukan sebelumnya. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas
kerja tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan
dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja adalah
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan
tertentu atau efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya
pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu
diberikan oleh hasil tersebut.

25

Sarwoto. 1990. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 126

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jadi, efektivitas kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk mencapai
prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang masih tersedia
dalam waktu yang relatif singkat tanpa menunggu keseimbangan tujuan alat dan
tenaga serta waktu. Apa yang dimaksud efektivitas kerja dipertegas Siagian 26
yaitu “ penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila
pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada bilamana
tugas tersebut diselesaikan dan bukan terutama menjawab tetang bagaimana
melaksanakan serta berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut”.
Dari definisi diatas dapatlah kiranya diinterpretasikan bahwa efektivitas
kerja mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin cepat pekerjaan itu terselesaikan
dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka akan semakin baik
pula efektivitas kerja yang dicapai. Demikian pula sebaliknya dengan semakin
lamanya pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula pekerjaan
tersebut dari keefektifannya. Menurut Handoko 27 pegawai mampu mencapai
efektivitas kerja apabila pegawai menunjukkan kemampuan mengakumulasikan
pemilihan tujuan yang dilaksanakan dengan peralatan yang akan dipergunakan
untuk melaksanakan tujuan tersebut sehingga pekerjaan tersebut terselenggara
sebagaimana yang diharapkan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan alternatif
yang tepat sangat menentukan tingkat efektivitas kerja yang sangat tinggi dan

26

27

Siagian Sondang. P. 1996. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung agung.
Hal. 19
Handoko. T. Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Liberti. Hal. 62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tentunya akan sangat berpengaruh besar terhadap kualitas dari hasil pekerjaan dan
kualitas pekerjaan itu sendiri.
I.5.2.1 Pengukuran Efektivitas Kerja
Pada dasarnya Efektifitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil
pekerjaan yang dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau
dengan kata lain mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas
pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor
kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Jadi Efektifitas kerja
pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi satu dengan
organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang
bersangkutan.
Menurut Campel yang dikutip Richard M, Steers 28 untuk mengukur
Efektifitas kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:
1. Kesiagaan
Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi
mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.
2. Kemangkiran
Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam
kerja.
3. Motivasi
Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang
relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan,
28

Steers, Richard M. 1998. Efektivitas Organisasi, Terjemahan. Jakarta: PPm Erlangga. Hal. 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
4. Kepuasan kerja
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa
dihargai karena pekerjaan mereka.
5. Beban Pekerjaaan
Beban pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sesuai dengan
kemampuan seseorang dan sesuai dengan jumlah kelompok mereka.
6. Waktu menyelesaikan tugas
Waktu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat
penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi
sudah

dijalankan

dengan

sebaik-baiknya

oleh

setiap

anggota

berorganisasi. 29
Keberhasilan

organisasi

dalam

mencapai

tujuannya

tidak

dapat

melepaskan diri dari perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai
bisa melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif. Pengukuran Efektifitas kerja
yang penulis lakukan didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah
pegawai yang melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan/organisasi sehingga menghasilkan
Efektifitas kerja sebagaimana diharapkan.
Pengukuran Efektifitas kerja berdasarkan banyaknya tugas yang dipikul
dan jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut dapat berarti bahwa bila
29

Steers, Richard M. Ibid. Hal. 46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tugas yang dibebankan kepada pegawai sedikit, sementara jumlah pegawai yang
melaksanakan tugas tersebut lebih banyak, maka akan terjadi banyak pegawai
yang menganggur sehingga menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika tugas yang di
bebankan banyak sedangkan banyak pegawai yang melaksanakannya terbatas,
maka akan terjadi penumpukan pekerjaan dimana hal ini akan mengakibatkan
banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau tertunda sehingga terjadi
ketidakefektifan.

I.5.3 Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas
Kerja
Dinas Pertanian adalah salah satu lembaga pemerintah yang berfungsi
untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang pertanian. Dalam melayani
masyarakat, aparatur dinas pertanian dituntut untuk melaksanakan tugas dengan
baik, yakni efektifitas kerjanya harus tinggi. Tercapainya efektifitas kerja bukan
saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain, seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut
dengan Good Governance.
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik
menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk
menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan
korupsi baik secara politik maupun secara administratif. Dengan pengertian lain
Good Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih,
transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

publik pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang mencakup kepemimpinan,
struktur organisasi dan sumber daya manusianya.
Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin
organisasi publik, struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami
dan menerapkan good governance dalam melaksanakan tugasnya, maka akan
tercipta prinsip Good Governance yang berpengaruh terhadap efektivitas kerja
pegawai dari organisasi itu sendiri 30. Dengan demikian jelaslah prinsip-prinsip
Good Governance akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai.

I.6 Hipotesis
Sugiyono 31 menyebutkan “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui penguj

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

11 98 106

Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)

3 52 141

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai

0 44 109

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Budaya Kerja dan Komitmen Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang

0 2 9

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai

0 0 29

Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Binjai

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Informasi Manajemen Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Bagian Keuangan Kantor Dinas Bina Marga Medan)

2 33 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara UPTD. Binjai

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Komputerisasi Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Daerah Kota Tebing Tinggi

0 0 26