Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

(1)

1 Skripsi

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI

(Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

Oleh:

Nuhra Adityo Samudro 100903055

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Nuhra Adityo Samudro

NIM : 100903055

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance

terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)

Medan, Juli 2014

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001

Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

Dekan FISIP USU

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

ii ABSTRAK

NUHRA ADITYO SAMUDRO 100903055

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Binjai,

Kabupaten Langkat)

Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Efektivitas adalah suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh menyebarkan kuesioner kepada 33 responden yang menjadi sampel.

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa prinsip-prinsip Good Governance di kantor Camat Binjai Kabupaten Langkat berada pada kategori sedang, sedangkan efektivitas kerja pegawainya berada pada kategori sedang. Adapun pengaruh antara prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai berdasarkan perhitungan rumus koefisien korelasi product moment yaitu sebesar 0,41 atau lebih besar dari r-tabel dengan taraf signifikan (α) 5% untuk N=33 yaitu sebesar 0,344. sedangkan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh bahwa besarnya pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 17,06% dan sisanya 82,94% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.


(4)

iii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi tauladan bagi setiap ummat manusia. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin

Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian kata terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua penulis H sulistianto dan yusri irawati yang senantiasa memberikan do’a dan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan waktu, pemikiran dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan skripsi.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku sekretaris Departemen Ilmu

Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara.

5. Seluruh staf pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah membantu dalam pengurusan administrasi Kak Mega dan Dian.

6. Bapak Satiman, S.sos, M.AP, selaku Camat Binjai, Kabupaten Langkat. 7. Bapak Aliandi S.sos, selaku Sekertaris Camat Binjai, Kabupaten Langkat.


(5)

iv Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2014 Penulis


(6)

v DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori... 8

1.5.1 Good Governance ... 9

1.5.1.1 PengertianGood Governance ... 9

1.5.1.2 Aspek-Aspek Good Governance... 12

1.5.2 Efektivitas Kerja Pegawai ... 14

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas Kerja Pegawai ... 18

1.5.2.2 Pengukuran Efektivitas Kerja Pegawai ... 20

1.5.3 Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai ... 22

1.6 Hipotesis ... 23

1.7 Definisi Konsep ... 23

1.8 Definisi Operasional... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 27

2.1 Bentuk Penelitian ... 27

2.2 Lokasi Penelitian ... 27

2.3 Populasi dan Sampel ... 27

2.3.1 Populasi ... 27

2.3.2 Sampel ... 27

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer ... 28


(7)

vi

2.5 Teknik Pengukuran Skor ... 29

2.6 Uji Instrumen ... 30

2.6.1 Uji Validitas ... 30

2.6.2 Uji Reliabilitas ... 31

2.7 Teknik Analisis Data ... 31

2.7.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 32

2.7.2 Uji Regresi ... 33

2.7.3 Uji T ... 34

2.7.3 Koefisien Determinasi ... 35

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 36

3.1 Sejarah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat ... 36

3.2 Letak Geografis Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat... 40

3.3 Potensi Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat... 44

3.4 Pemerintahan Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat ... 45

3.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat ... 47

3.6 Penguasaan Tugas dan Peraturan yang Berlaku ... 49

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 56

4.1 Identitifikasi Responden ... 56

4.2 Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance ... 60

4.3 Efektivitas Kerja Pegawai ... 71

BAB V ANALISIS DATA ... 83

5.1 Uji Instrumen ... 83

5.1.1 Uji Validitas ... 83

5.1.2 Uji Reliabilitas ... 85

5.2 Koefisien Korelasi Product Moment ... 87

5.3 Uji Regresi ... 90

5.4 Uji T ... 90

5.5 Koefisien Determinasi ... 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 93

6.1 Kesimpulan ... 93

6.2 Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA


(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi ... 33

Tabel 2 Nama Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Dusun/RT/RW ... 41

Tabel 3 Jumlah Penduduk ... 42

Tabel 4 Menurut Jenis Pekerjaan ... 43

Tabel 5 Menurut Suku ... 43

Tabel 6 Menurut Agama ... 44

Tabel 7 Dinas Jawatan ... 45

Tabel 8 Nama Pejabat Pemerintahan Desa/Kelurahan ... 46

Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 56

Tabel 10 Distribusi Menurut Kelompok Umur ... 57

Tabel 11 Distribusi Menurut Pendidikan Terakhir ... 58

Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 59

Tabel 13 Mengetahui Secara Jelas Fungsi Dan Wewenang Sebagai Pegawai ... 60

Tabel 14 Inisiatif Menyusun Laporan Akuntabilitas Kerja... 61

Tabel 15 Seberapa Baik Penerapan Media Informasi ... 62

Tabel 16 Sistem Komunikasi Antara Camat Dengan Masyarakat Dalam Pelayanan ... 63

Tabel 17 Sosialisasi Program Dan Kebijakan Kepada Masyarakat ... 64

Tabel 18 Tiap Harinya Mendapati Keluhan Dari Masyarakat ... 65

Tabel 19 Aktif Dalam Menanggapi Kebutuhan Masyarakat ... 66

Tabel 20 Aspirasi Masyarakat Penting Untuk Didengar Dan Ditindak Lanjutin ... 67

Tabel 21 Menerima Keluhan Dari Masyarakat ... 68

Tabel 22 Mempertimbangkan Aspirasi Dalam Menyusun Kebijakan ... 69

Tabel 23 Adilkah Perlakuan Tersebut ... 70

Tabel 24 Menyelesaikan Tugas Khusus Jika Diminta Secara Mendadak... 71

Tabel 25 Hasil Program Kerja Mencapai Sasaran ... 72

Tabel 26 Inisiatif Menyelesaikan Masalah Didalam Pekerjaan ... 73

Tabel 27 Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Tepat Waktu ... 74

Tabel 28 Kendala Akibat Keterbatasan Waktu ... 75

Tabel 29 Sering Menunda Pekerjaan ... 76

Tabel 30 Pimpinan Selalu Memotivasi Pegawai ... 77

Tabel 31 Motovasi Yang Diberikan Dapat Membuat Lebih Semangat ... 78

Tabel 32 Penempatan Pegawai Sesuai Dengan Keahlian Yang Dimiliki ... 79

Tabel 33 Fasilitas Yang Ada Membantu Menunjang Kinerja ... 80

Tabel 34 Merasa Puas Dengan Pekerjaan Yang Telah Dikerjakan... 81

Tabel 35 Merasa Terbebani Dengan Banyaknya Pekerjaan ... 82

Tabel 36 Uji Validitas Variabel X ... 84

Tabel 37 Uji Validitas Variabel Y ... 85

Tabel 38 Uji Reliabilitas Variabel X ... 86

Tabel 39 Uji Reliabilitas Variabel Y ... 86


(9)

ii ABSTRAK

NUHRA ADITYO SAMUDRO 100903055

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PENGARUH PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Binjai,

Kabupaten Langkat)

Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Efektivitas adalah suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan analisis data kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh menyebarkan kuesioner kepada 33 responden yang menjadi sampel.

Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa prinsip-prinsip Good Governance di kantor Camat Binjai Kabupaten Langkat berada pada kategori sedang, sedangkan efektivitas kerja pegawainya berada pada kategori sedang. Adapun pengaruh antara prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai berdasarkan perhitungan rumus koefisien korelasi product moment yaitu sebesar 0,41 atau lebih besar dari r-tabel dengan taraf signifikan (α) 5% untuk N=33 yaitu sebesar 0,344. sedangkan Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh bahwa besarnya pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 17,06% dan sisanya 82,94% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.


(10)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keberlangsungan suatu organisasi dapat dilihat dari baik buruknya kinerja dari organisasi tersebut, organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang di tetapkan harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang di gerakan oleh sekelompok orang yang aktif dalam mencapai tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan organisasi yang bersangkutan. Dalam hal ini pegawai sebagai motor (penggerak) bagi berjalanya organisasi tersebut maka dari itu secara tidak langsung mereka yang berperan terhadap kemajuan atau kemunduran organisasi tersebut, salah satu indikator untuk mengukur kinerja pegawai ialah efektivitas dari pegawai organisasi tersebut.

Efektivitas kerja yang didefinisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya, tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan yang dapat mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standar manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja agar hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin tangguh mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh karena itu tanpa manusia dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi yang telah ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya


(11)

2 manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia dalam organisasi tidak dapat disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam organisasi pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance yang diantaranya adalah akuntabilitas, transparansi, fairness atau keadilan, responsivitas atau ketanggapan.

Seiring dengan banyaknya keluhan masyarakat terkait dengan kurangnya efektivitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan seharusnya menjadi dasar kepada penggunaan sistem pemerintahan yang lebih menunjang dalam meningkatat efektifitas kerja dari pegawai itu sendiri dalam hal memberikan pelayanan publik kepada setiap masyarakat.

Jika kinerja para pegawai semakin efektif dapat menjadikan organisasi semakin tangguh mencapai tujuan dan berbagai sasarannya termasuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Dengan adanya manajemen suatu organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Efektivitas kerja yang didefenisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya, tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan yang dapat mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standar manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevalusasi kinerja pegawai agar hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapatkan pelayanan.


(12)

3 Kinerja sendiri adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Menurut Rue & Bryan dalam Tjandra (2005 : 38) kinerja didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi secara menyeluruh. Suatu organisasi baik di dalam pemerintahan atau swasta untuk mencapai tujuanya, harus melalui sarana dalam bentuk organisasi yang digerakan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam mencapai tujuan organisasi yang sebelumnya telah ditetapkan. Tercapainya tujuan organisasi dapat terjadi jika individu di oraganisasi tersebut dapat memaksimalkan pekerjaan mereka dan bekerjasama untuk mencapai tujuan mereka. Dengan kata lain, kinerja individu sejalan dengan kinerja organisasi.

Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang dimulai pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, membawa implikasi bahwa pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sehingga pemerintah daerah harus mendorong terciptanya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dengan melakukan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan, keadilan sosial dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia. Dalam hal ini tujuannya adalah agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara adil dan merata, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya kesempatan


(13)

4 kerja. Untuk itu Pemerintah daerah (kabupaten/kota) hendaknya dapat mengefektifkan kinerjanya guna menyelenggarakan ketata pemerintahan yang baik (good governance) serta memberikan pelayanan publik yang berkualitas.

Dampak pelaksanaan otonomi daerah sangat besar karena pelimpahan kewenangan pada pemerintahan daerah dapat memberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan karakteristik serta permasalahan daerah yang bersangkutan. Hal ini juga dikuatkan oleh PP No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan wajib dan pilihan yang akan memberikan kawalan untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.

Hakikat otonomi daerah pada dasarnya adalah bagaimana mendekatkan ke pemerintahan serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan yang sudah diberikan kepada daerah itu menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan. Masyarakat tidak lagi hanya menyesuaikan kepada pelayanan yang akan dibuat oleh pemerintah akan tetapi mereka diharapkan dapat sekaligus ikut dalam proses penetapan perencanaan pembangunan dan bagaimana pembangunan itu akan dilakukan, masyarakat juga harus diberikan akses dalam menilai serta mengawal bagaimana pelayanan pemerintah itu dilakukan serta bagaimana ditingkatkan. Dalam hal ini hubungan pemerintah dengan masyarakat tidak lagi seperti hubungan top-down tetapi menjadi suatu hubungan yang bersifat partnership. Untuk ini perlulah penguatan institusi pemerintah daerah dalam hal ini kelembagaan dan kapasitas institusi pemerintah daerah.


(14)

5 Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. Baik di sektor pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yang menginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih transparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntutan akan adanya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk penguatan peran masyarakat dengan penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu pemerintahan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam organisasi di berbagai aspek. Dari segi pengubahan pengelolaan, biasanya organisasi bersifat sentralisasi berubah ke desentralisasi, gaya kerja yang selama ini kaku menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang dulu hanya bertolak ukur kepada stabilitas organisasi kini bergeser kepada kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan. Fakto-faktor tersebut secaara tidak langsung mempengaruhi perubahan peran dari suatu organisasi, dimana dalam hal ini organisasi publik menuntut untuk diterapkanya “Good Governance”. Good Governance disini dimaksudkan merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan pelayanan publik yang baik disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan) dan praktek terbaik untuk melakukanya ialah “Good Governance” (kepemerintahan yang baik).

Dalam hal ini pemerintah sebagai aktor utama dalam penyelenggaraan prinsip-prinsip diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat


(15)

6 terhadap wujud dari pelaksanaan tugas dan fungsi pokok pelayanan publik, oleh karena itu untuk mencapai itu semua harus ditingkatkan komitmen dan dukungan dari semua pihak baik pemerintah (governance), swasta dan masayrakat. Good Governance yang baik dan efektif mengharuskan adanya koordinasi yang baik, integritas, profesionalisme serta etos kerja yang tinggi. Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat untuk mencapai cita-cita dan tujuan negara. Untuk itu diperlukan penerapan dan pengembangan sistem penanggung jawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraanya dapat berlangsung secara tepat guna, berdaya guna dan terhindar dari KKN.

Kantor camat Binjai sebagai salah satu instansi pemerintahan yang penyedia pelayanan publik tentunya diharapkan dapat menyediakan pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap masyarakat di Kecamatan Binjai. Tentunya tujuan dari pembentukan kecamatan Binjai guna lebih memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut tentunya harus memiliki visi yang jelas agar tujuannya dapat tercapai dengan maksimal. Cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Kantor Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin dicapai, memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen di lingkungan kantor Kecamatan Binjai.


(16)

7 Beranjak dari penjelasan diatas oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan good governane dan efektivitas kerja pegawai dan menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul : “Pengaruh Penerapan Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Binjai Kabuaten Langkat )”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh penerapan Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat?”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penerapan prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai pada Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Manfaat secara ilmiah

Sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.


(17)

8 2. Manfaat secara akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.

3. Manfaat secara praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran, informasi dan saranbagi Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat. 1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori diperlukan dalam rangka memberikan landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah. Menurut Kerlinger dalam Singarimbun (2008:37) teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Teori dapat digunakan sebagai bahan landasan atau dasar berfikir dalam memecahkan atau menyelesaikan suatu masalah dimana teori dapat membantu peneliti sebagai bahan referensi atau pendukung. Oleh karena itu, kerangka teori diharapkan dapat memberikan dukungan pemahaman untuk peneliti dalam memahami masalah yang sedang diteliti.


(18)

9 1.5.1 Good Governance

1.5.1.1 Pengertian Good Governance

Istilah good governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.

Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) good governance adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan good governance sebagai hubungan sinergis dan konsturktif diantara negara, sektor swasta dan masyarakat.

Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan,

(2005:114) mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan Good Governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik.Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi.Tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan perpaduan pelaksanaan


(19)

10 tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan prinsip good governance.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam Kurniawan (2005:16) mendefenisikan good governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.

Sementara UNDP (United Nations Development Programme)

mendefenisikan governance sebagai “the exercise of political, economic, and admistrative authority to manage a country’s affairs at all levels of society” (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah bangsa). Karena itu menurut UNDP, ada tiga model good governance, yaitu:

a. Kepemerintahan politik (Political Governance) yang mengacu pada proses-proses pembuatan berbagai keputusan untuk perumusan kebijakan (politicaly/strategy formulation).

b. Kepemerintahan Ekonomi (Economic Governance) yang mengacu pada

proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang

memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan berinteraksi diantara penyelenggara ekonomi. Kepemerintahan ekonomi memiliki implikasi terhadap masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup.

c. Kepemerintahan Administratif (Administrative Governance) yang mengacu pada sistem implementasi kebijakan.


(20)

11

Sesuai dengan defenisi menurut UNDP bahwa good governance

menyangkut tiga aspek yaitu pemerintah yang baik dalam bidang politik, ekonomi, dan administrasi atau pembuatan kebijakan-kebijakan. Governance juga bisa diartikan sebagai mekanisme-mekanisme, proses-proses, dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan mereka, memediasi perbedaan-perbedaan serta menggunakan hak dan kewajiban legal mereka. Governance memiliki hakikat ensensial yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi dengan pengakuan hak berlandaskan pada pemerintahan hukum.

Menurut Salam (2005:226) kata baik (good) dalam istilah good governance mengandung dua arti. Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapai tujuan nasional, kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan sosial.Kedua, aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Menurut Kurniawan (2005:16) tujuan good governance diterapkan dalam pemerintahan adalah untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisiensi dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat.

Munculnya konsep good governance untuk dilaksanakan di dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dilatarbelakangi oleh


(21)

12 banyak faktor.Namun demikian, salah satu faktor terbesar adalah ketidakberdayaan pemerintah negara-negara berkembang dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan hiperkompetisi. Pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal, tetapi mengharapkan peran lebih besar dari sektor swasta dan masyarakat sipil.

Menurut Sinambel (2008:51) secara umum kualitas good governance dapat tercapai apabila pemerintah dan instansi publik lainnya secara keseluruhan mampu bersikap terbuka terhadap idedan gagasan baru dan responsif terhadap kepentingan masyarakat. Responsivitas akan meningkat jika masyarakatmemiliki informasi yang lengkap mengenai proses dan implementasi kebijakan pemerintahan dan pembangunan.

1.5.1.2 Aspek-Aspek Good Governance

Berdasarkan pengertian good governance oleh Bank Dunia dalam wardiasmo (2002:23) yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep good governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana disebutkan Tangkilisan adalah bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.


(22)

13 Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa good governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance (GCG).Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah transparansi, akuntabilitas, fairness,responsibilitas, dan responsivitas.

Prinsip-prinsip good governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala negara prinsip-prinsip

tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip

Tangkilisanmenyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan pokok karakteristik good governance, yaitu:

1. Partisipasi (Participation)

Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri. Setiap warga negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya.Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar


(23)

14 kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara konstruktif.

2. Penerapan Hukum (Fairness)

Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.Sebagai stakeholder dalam penerapan hukum, masyarakat selalu dituntut partisipasi aktifnya dalam menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan pencerahan dalam realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan peradaban bangsa.Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian agar perjalanan masyarakat dan negara tidak menyimpang dari tujuan

bersama.Dalam pemahaman terhadap good governance maka aparat

hukum tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum tersebut, peran serta masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih tenggelam dalam keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi.

3. Transparansi(Transparancey)

Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan


(24)

15 memadai. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.

4. Responsivitas(Responsiveness)

Responsivitas adalah daya tanggap birokrasi pemerintah untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas pelayanan, dan

mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga tidak terdapat keluhan dari masyarakat pengguna jasa. Responsivitas juga menunjuk pada keselarasan antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk melayani setiap stakeholders.

5. Orientasi (Consensus Oreintation)

Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan lainnya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila orientasi yang dipersepsikannya ini dapat tercapai maka karyawan akan

merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan maksimal. Good

governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.


(25)

16 Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam pemerintahan.

7. Efektivitas (Effectivness)

Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak. Dalam artian setiap organisasi dan lembaga-lembaga harus memberikan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat luas dengan menggunakan sumber daya yang ada semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan berdasarkan visi dan misi yang sudah diterapkan.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Pengambil keputusan (decision maker) dalam organisasi sektor pelayanan dan warga negara madani memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, bergantung kepada jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal. Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami bahwa mereka


(26)

17 harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada masyarakat. Untuk mengukur kinerja mereka secara obyektif perlu adanya indikator yang jelas. Sistem pengawasan perlu diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan, dan apabila terdapat kesalahan harus diberi sanksi.

9. Strategi visi (Strategic vision)

Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut.

Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Penerapan good governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-sembilan dari good governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai kualifikasi professional, yaitu mereka yang mempunyai ilmu dan pengetahuan yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.


(27)

18 1.5.2.1Pengertian Efektivitas Kerja

Pendapat Emerson yang dikutip Handayaningrat (1985:16) mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama (Chester, Bernard, 1992:27).

Sondang P. Siagian (1981:35) mengemukakan bahwa efektivitas adalah suatu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, artinya apakah pekerjaan itu diselesaikan, dan tidak menjawab pertanyaan bagaimanakah cara melaksanakan dan berupa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

Pendapat Katz dan Kahn yang dikutip oleh Richard M. Streers (1980:51) mengemukakan bahwa efektivitas sebagai suatu usaha mencapai keuntungan maksimal bagi organisasi dengan berbagai cara.

Efektivitas merupakan ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran dapat dicapai, sedangkan efisiensi menggambarkan bagaimana sumber daya dikelola secara tepat dan benar. Produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan seberapa jauh masukan (input) dapat menghasilkan keluaran (output), baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan standart (baku) yang telah ditetapkan.

Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya.Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja dan kedisiplinan dan prestasi kerja.Kepuasan ini dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.


(28)

19 Amin Tunggul Widjaya (1993:32) mengemukakan efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan, melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan.Selanjutnya Permata Wesha (1992:148) mengatakan efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat efektivitas kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.

Efektivitas kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang masih tersedia dalam waktu yang relatif singkat tanpa menunggu keseimbangan tujuan alat dan tenaga serta waktu. Apa yang dimaksud efektivitas kerja dipertegas Siagian (1981:35) yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada bilamana tugas tersebut diselesaikan dan bukan terutama menjawab tetang bagaimana melaksanakan serta berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya.Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas kerja tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau


(29)

20 efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh hasil tersebut.

1.5.2.2 Pengukuran Efektivitas Kerja

Pada dasarnya efektivitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil pekerjaan yang dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau dengan kata lain mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Jadi Efektivitas kerja pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi satu dengan organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang bersangkutan.

Menurut Campbel yang dikutip Richard M, Steers (1985:87) untuk mengukur Efektivitas kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:

1. Kesiagaan

Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.

2. Kemangkiran

Yaitu frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja.

3. Semangat kerja

Yaitu kecenderungan anggota kerja organisasi berusaha lebih keras mencapai sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja


(30)

21 adalah gejala kelompok yang melibatkan kerja sama dan perasaan memiliki.

4. Motivasi

Yaitu kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.

5. Kepuasan kerja

Yaitu tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka.

6. Keahlian dan fasilitas yang tersedia

Yaitu kemampuan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan fasilitas yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

7. Waktu menyelesaikan tugas

Yaitu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya tidak dapat melepaskan diri dari perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai bisa melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif. Pengukuran Efektivitas kerja yang penulis lakukan didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah


(31)

22 pegawai yang melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan/organisasi sehingga menghasilkan efektivitas kerja sebagaimana diharapkan.

Pengukuran efektivitas kerja berdasarkan banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut dapat berarti bahwa bila tugas yang dibebankan kepada pegawai sedikit, sementara jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut lebih banyak, maka akan terjadi banyak pegawai yang menganggur sehingga menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika tugas yang di bebankan banyak sedangkan banyak pegawai yang melaksanakannya terbatas, maka akan terjadi penumpukan pekerjaan dimana hal ini akan mengakibatkan banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau tertunda, sehinggaterjadi ketidakefektifan.

1.5.3 Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai

Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif. Dengan pengertian laingood governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi publik yang mencakup kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusianya.


(32)

23 Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin organisasi publik, struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami dan menerapkan good governance dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip good governance yang berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai dari organisasi itu sendiri. Dengan demikian jelaslah pelaksanaan prinsip-prinsip good governance akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai.

1.6 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2008:96) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis Nihil (Ho)

“Tidak ada pengaruh antara penerapan prinsip-prinsip good governance dan efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.”

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

“Ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance dan efektivitas kerja pegawai diKantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.”

1.7 Definisi Konsep

Dalam Singarimbun (2008:34) konsep diartikan sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan


(33)

24 berbagai fenomena yang sama. Tujuan diperlukannya konsep adalah untuk mendapatkan pembatasan yang jelas dari variabel yang akan diteliti.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari peneliti ini adalah:

1. Prinsip-prinsip good governance adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

2. Efektivitas kerja pegawai adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, dimana pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.

1.8 Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (2008:46) definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang mendukung penganalisaan dari variabel-variabel tersebut.

1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance, yang dimana penulis hanya mengambil 5 indikator dari prinsip-prinsip good governance yaitu:

a. Akuntabilitas

Yaitu terukurnya kinerja, sumber daya dan kewenangan yang digunakan oleh Kantor Camat Binjai Kabupaten Langkat.


(34)

25 b. Transparansi atau keterbukaan

Yaitu keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait seluruh kegiatan di Kantor Camat Binjai Kabupaten Langkat.

c. Responsivitas atau ketanggapan

Yaitu mampu dan tanggap menanggapi aspirasi maupun kebutuhan masyarakat dan menjadikannya sebagai acuan pengambilan keputusan.

d. Partisipasi

Yaitu adanya kebebasan setiap warga memberikan suara dalam merumuskan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi. Seperti ikutnya lembaga-lembaga atau institusi lain dalam pengambilan keputusan.

e. Keadilan

Yaitu adanya perlakuan yang sama baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.

2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Efektivitas Kerja Pegawai, yaitu pencapaian atau hasil kinerja dengan tingkat prestasi yang ditunjukkan pegawai. Menurut Campel yang dikutip Steers (1985:87) untuk mengukur efektivitas kerja ada beberapa variabel yang bisa digunakan, yaitu:


(35)

26 a. Kesiagaan

Yaitu ketanggapan para pegawai dikantor camat dalam menyelesaikan pekerjaan harian dan pekerjaan khusus yang diminta pimpinan atau pekerjaan dadakan yang ada dan berinisiatif menyelesaikanya dengan segera.

b. Motivasi

Yaitu dorongan yang dilakukan seorang pemimpin(camat) kepada bawahanya atau pegawainya untuk meningkatkan semangat kerja.

c. Kepuasan kerja

Yaitu rasa puas seorang pegawai terhadap hasil kerja yang telah di capai.

d. Keahlian dan fasilitas yang tersedia

Yaitu ketepatan keahlian pegawai didalam menempati posisi pekerjaan dan fasilitas yang ada dikantor untuk membantu menunjang pekerjaan para pegawai.

e. Waktu menyelesaikan tugas

Yaitu waktu yang ditetapkan atau target waktu yang harus dicapai seluruh pegawai dalam menyelesaikan pekerjaanya.


(36)

27 BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan analisis data kuantitatif, dengan maksud untuk mencari pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yang menggunakan rumus statistik. Dengan metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada berdasarkan data dan fakta yang diperoleh di lapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat Jalan Ahmad Yani Nomor 5, Kuala Begumit, Kabupaten Langkat.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan definisi tersebut, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalahadalah seluruh pegawaiyang ada di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.

2.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya, dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi Singarimbun( 2008:152). Menurut Arikunto (1998:5) apabila populasi kurang dari 100 orang,


(37)

28 maka diambil dari keseluruhannya, namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sample diambil sebesar 10%-15%-20%-25%, atau lebih.

Penentuan jumlah sampel untuk penelitian ini adalah keseluruhan pegawai yang bekerja di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat yang berjumlah 33 orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data menurut klasifikasi dan jenis sumbernya, yaitu:

2.4.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui:

a. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan

dengancara menyebarkan daftar pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta informasi yang dibutuhkan diperoleh secara serentak yang dilengkapi dengan alternatif jawaban yang tersedia. b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengancara melakukan

pengamatan langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.


(38)

29 2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Penentuan Skor

Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis kuantitatif dengan melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik penentuan skor dalam penelitian ini adalah dengan memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden.

Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah:

a. Untuk

alternatif jawaban A diberi skor 5

b. Untuk

alternatif jawaban B diberi skor 4

c. Untuk


(39)

30

d. Untuk

alternatif jawaban D diberi skor 2

e. Untuk

alternatif jawaban E diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori jawaban dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang dan rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut:

Skor tertinggi – skor terendah Banyaknya bilangan Maka, diperoleh angka 5 – 1 / 5 = 0,8

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu:

a. Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21-5,00

b. Skor untuk kategori tinggi = 3,41-4,20

c. Skor untuk kategori sedang = 2,61-3,40 d. Skor untuk kategori rendah = 1,81-2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00-1,80 2.6. Uji Instrumen

Sebelum melakukan pengambilan data melalui kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan realibilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan.


(40)

31 Suatu alat ukur penelitian khususnya dalam pengumpulan data kuantitatif mengenai objek penelitian haruslah memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Diantaranya terdapat dua kriteria yang mutlak dipenuhi, yakni reliabel dan valid. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipercaya dalam hasil pengukurannya untuk tujuan penelitian. Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauhmana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur item-item pertanyaan/pernyataan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas butir pertanyaan/pernyataan kuesioner adalah Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (validitas isi/content validity) dengan cara mengkorelasikan masing-masing item pertanyaan/pernyataan kuesioner dan totalnya, selanjutnya membandingkan r table dengan r hitung.

Menurut Ghazali (2005:42) adapun kriteria penilaian uji validitas adalah : a. Apabila r hitung > r table, maka item kuesioner valid.

b. Apabila r hitung < r table, maka item kuesioner tidak valid. 2.6.2 Uji Reliabilitas

Sebuah instrumen dan data yang dihasilkan disebut reliable atau terpercaya apabila instrumen tersebut secara konsisten memunculkan hasil yang sama setiap kali pengukuran. Pengujian reliabilitas digunakan untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan dengan koefisien Alpha Cronbach. Menurut Nunnally dalam Ghozali (2005:43) dinyatakan bahwa “suatu konstruk atau variable dikatakan reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach lebih dari 0,6”.


(41)

32 2.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas dan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:

2.7.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Menurut Sugiyono (2008:193) koefisien korelasi product momentdigunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Cara perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana:

= Angka indeks korelasi antara X dan Y

= jumlah responden

= jumlah perkalian antara skor x dan y

= skor variabel bebas = skor variabel terikat

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat memberikan tiga kemungkinan mengenai hubungan antara kedua variabel, yaitu:

1. Nilai r yangpositif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain.


(42)

33 2. Nilai r yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Menurut Sugiyono (2008:214) untuk mengetahui adanya hubungan yang kuat, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka.

Tabel 1

Pedoman untuk memberikan interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber: Sugiyono (2008:214)

Dengan nilai r yang di peroleh maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi.Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan.Bila r tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja atau hipotesis alternative (Ha) dapat diterima. 2.7.2 Uji Regresi

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), atau dalam artian ada variabel


(43)

34 yang mempengaruhi dan ada variabel yang dipengaruhi. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Dengan kata lain, regresi linier sederhana adalah koefisien yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada variabel Y jika variabel X berubah 1 satuan. Analisis regresi linier ini banyak digunakan untuk uji pengaruh antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Analisis Regresi Linear Sederhana dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:

Y’ = Variabel terikat a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X = Variabel bebas 2.7.3 Uji T

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat keyakinan 95% (a = 0,05). Untuk melihat hubungan variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji statistic t dengan rumus:

Keterangan:


(44)

35

r = Indeks Koefisien Korelasi Product Moment

n = Jumlah Responden

Menurut Sutrisno Hadi (2001:365)kriteria pengujian adalah: - Jika harga thitung< ttabel maka hipotesis alternatif ditolak. - Jika harga thitung> ttabel maka hipotesis alternatif diterima.

2.7.4 Koefisien Determinan

Penggunaan teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y, maka dapat dihitung dengan menggunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

Keterangan :

D = Koefisien Determinan

rxy = Koefisien Korelasi Product Moment antara x dan y


(45)

36 BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Sejarah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Nama Binjai diambil dari nama buah yaitu buah Binjai yang banyak tumbuh disekitar wilayah Kecamatan Binjai.Sejak Pemerintahan kolonial Belanda, Langkat masih berstatus Asisten Keresidenan dan Kesultanan yang berkedudukan di Binjai, khususnya menangani keberadaan orang asing.Kesultanan Langkat berkuasa penuh menangani segenap aspek kehidupan penduduk asli/pribumi dan berkedudukan di Tanjung Pura.Pada masa itu tercatat ada 3 (tiga) Sultan yang pernah memegang kekuasaan yaitu:

- Sultan Pertama adalah Sultan Mahmud Al Haj - Sultan Kedua adalah Sultan Abdul Azis - Sultan Ketiga adalah Sultan Mahmud

Pada waktu abdul Azis berkuasa, kedudukan Ass.Res berada di Tanjung Pura, namun pada masa Sultan Mahmud kedudukan Ass.Res berada di Binjai.Adapun jenjang pemerintahan ketika itu adalah dibawah Kesultanan dan Ass. Res disebut “Luhak” dipimpin seorang “Pangeran” sedang dibawah Luhak disebut “Kejuruan” (Raja Kecil) dipimpin oleh seorang “Datok” selanjutnya


(46)

37 dibawah kejuruan disebut “Distrik” dipimpin oleh seorang “Kepala Distrik” dan dibawah distriksecara berjenjang disebut “Penghulu Balai” (Raja Kecil Karo)dan penghulu biasa untuk tingkat desa.

Kesultanan pada masa itu mempunyai 3 (Tiga) wilayah Luhak yaitu: 1. Luhak Langkat Hulu dipimpin oleh Pangeran Tengku Kammil berkedudukan

diBinjai, yang membawahi 3 (tiga) kejuruan dan 2 (dua) Distrik, yaitu: a. Kejuruan Selesai dipimpin oleh Datok T. Sentol

b. Kejuruan Bahorok dipimpin oleh Datok T. Bagi c. Kejuruan Sei Bingei dipimpin oleh Datok T. Ibrahim d. Distrik Kuala

e. Distrik Salapian

2. Luhak Langkat Hilir dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak yang kemudian diganti oleh Pangeran Amir Hamzah, berkedudukan di Tanjung Pura, membawahi 2 (dua) kejuruan dan 4 (empat) Distrik.

3. Luhak Teluk Haru dipimpin oleh Tengku Temengging, berkedudukan di Pangkalan Berandan, membawahi 1 (satu) kejuruan dan 2 (dua) Distrik.

- Zaman Jepang

Pada tahun 1942, kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda beralih ketangan Pemerintah Jepang, walau hal ini terjadi baik secara Struktural maupun Administratif system pemerintahan tidak mengalami perubahan berarti hanya saja nama dan sebutan menggunakan istilah mereka seperti Ass. Res berubah sebutan


(47)

38 menjadi Guenseibu dipimpin oleh Boensutjo.Kekuasaan mereka pun tidak berlangsung lama disusul Kemerdekaan Indonesia.

- Zaman Kemerdekaan.

Awal Kemerdekaan Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr. Mohammad Hasan, dan Kabupaten Langkat masih berstatus Asisten Residen yang secara Administratif sebagai Kepala Pemerintahan saat itu ditunjuk Tengku Amir Hamzah, kemudian diganti oleh Adnan Nor Lubis dengan sebutan Bupati. Pada Tahun 1947 s/d 1949 terjadi Agresi Militer I dan II, Kabupaten Langkat dari segi Pemerintahan terbagi 2 (dua) yaitu:

- Pemerintah Negara Sumatera Timur berkedudukan di Binjai dengan Kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin.

- Negara Kesatuan RI untuk Langkat berkedudukan di Pangkalan Berandan dipimpin Tengku Abdullah hingga Tahun 1956.

Dalam perkembangan selanjutnya, keluarlah UU darurat No. 7 tahun 1956 tentang pembentukan daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara, dengan demikian secara Administratif Kabupaten Dati II Langkat menjadi daerah otonom yang berhak :mengatur rumah tangganya sendiri. Pada saat itu Kabupaten Langkat dibagi dalam 3 (tiga) kewedanan yaitu:

1. Kewedanaan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai. 2. Kewedanaan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura 3. Kewedanaan Teluk Haru berkedudukan di Pangkalan Berandan

Dibawah Kewedanaan secara berjenjang turun struktur Pemerintahannya disebut Asisten Wedana dan kampung (desa).Pada Tahun 1963 wilayah


(48)

39 Kewedanaan dihapuskan, tugas dan kerjanya langsung dari Bupati, demikian pula Asisten Wedana sebutannya menjadi Camat.Kemudian dalam perkembangannya, daerah Kabupaten Langkat dibagi 3 (tiga) wilayah kerja pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati.

Kemudian dengan keluarnya UU. Darurat No. 7 Tahun 1956 yang disebut diatas, sekaligus Kecamatan Binjai (Wilayah Asisten Wedanan) terbentuk, salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat. Ketika itu Jumlah Desa Kecamatan Binjai terdiri dari 13 desa yaitu:

1. Desa Bandar Senembah 2. Desa P. Paya Roba 3. Desa Berengam 4. Desa Binjai Estate 5. Desa Pujudadi 6. Desa Tanah Merah 7. Desa Cengkeh Turi 8. Desa Tanjung Jati 9. Desa Sidomulyo 10.Desa Sendang Rejo 11.Desa Sambirejo 12.Desa Kwala Begumit 13.Desa Perdamaian

Akan tetapi sejak keluarnya PP. No. 10 Tahun 1986 tentang batas wilayah Kotamadya Binjai, Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang, maka 7 (Tujuh) desa dari Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat masuk ke wilayah Kodya Binjai yaitu:

1.Desa Bandar Senembah 2. Desa P. Paya Roba 3. Desa Berengam 4. Desa Binjai Estate 5. Desa Pujudadi


(49)

40 6. Desa Tanah Merah

7. Desa Cengkeh Turi

Dengan Perubahan Batas wilayah tersebut: 1. Desa Tanjung Jati

2. Desa Sidomulyo 3. Desa Sendang Rejo 4. Desa Sambirejo 5. Desa Kwala Begumit 6. Desa Perdamaian

7. Desa Suka Makmur (merupakan pemekaran dari Desa Kwala Begumit tanggal 14 Agustus 1998) yang masih masuk wilayah Kecamatan Binjai.

Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pembenahan/penataan Ibu Kota Kecamatan Binjai (Kwala Begumit) memenuhi maksud dari Perda Kabupaten Langkat No. 60 Tahun 2000 tentang pembentukan, penghapusan dan penggabungan kelurahan maka kami telah mengusulkan Desa Kwala Begumit menjadi Kelurahan Kwala Begumit sesuai Surat kami terakhir tanggal 29 Agustus 2002 No. 141-569/PEM/VIII/2002 ke Kantor PMD Kabupaten Langkat.

3.2 Letak Geografis Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat A. Letak Geografis

Kecamatan Binjai adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat yang terletak di sebelah utara Ibu Kota Kabupaten Langkat (Stabat) Kecamatan Binjai berada pada ketinggian ± 28 M dari permukaan laut dengan curah hujan rata-rata tercatat 2.023 mm3 dengan jarak dari ibu Kota Propinsi Sumatera Utara ± 30 km dan Ibu Kota Kabupaten Langkat Stabat ± 10 km.


(50)

41 Kecamatan Binjai mempunyai Luas ± 49,55 Km2 yang terdiri dari 6 Desa 1 (satu) Kelurahan Kelurahan Kwala Begumit merupakan Ibu kota Kecamatan Binjai adapun Batas-batas Kecamatan Binjai sebagai berikut:

• Sebelah Utara Berbatas dengan Kec. Stabat • Sebelah Selatan Berbatas dengan Kota Binjai • Sebelah Barat Berbatas dengan Kec. Selesai

• Sebelah Timur Berbatas dengan Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang

Wilayah Kecamatan Binjai terdiri atas 6 Desa 1 (satu) Kelurahan di antaranya:

Tabel 2

Nama Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Dusun/RT/RW

NO NAMA

DESA/KEL

LUAS WILAYAH

KM

JUMLAH DUSUN

JUMLAH RT

JUMLAH RW

1 Perdamaian 5,47 9 24 13

2 Kel. Kwala

Begumit 2,25 6 12 7

3 Suka Makmur 2,81 6 13 8

4 Sambirejo 10,81 9 32 16

5 Sendang Rejo 3,64 8 30 14

6 Tanjung Jati 19,90 17 71 34

7 Sidomulyo 4,67 7 30 15

JUMLAH 49,55 62 212 103


(51)

42 B. Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Binjai sampai dengan bulan Mei Tahun 2012 adalah 45.359 jiwa yang merupakan multi etnis (Suku Bangsa), Budaya dan Agama dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3 Jumlah Penduduk

NO NAMA DESA/KEL JUMLAH PENDUDUK

LK PR L + P

1 Perdamaian 3257 3109 6366

2 Kel. Kwala Begumit 2459 2439 4898

3 Suka Makmur 1837 1758 3595

4 Sambirejo 3414 3317 6731

5 Sendang Rejo 3177 3175 6352

6 Tanjung Jati 3442 6603 10045

7 Sidomulyo 3777 3595 7372

JUMLAH 21.363 23.996 45.359


(52)

43 Secara Geografis Kecamatan Binjai terletak pada Daerah dataran sedang dengan tanahnya datar dan merupakan Lahan yang subur untuk pertanian, sehingga penduduk Kecamatan Binjai Masyarakat pada umumnya bertani dan disamping itu juga ada yang menjadi PNS karyawan Swasta, Buruh Tani, Buruh Pabrik, dan yang lain sebagainya dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4

Menurut Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Persentase ( % )

Pertanian 62,48

Industri Kerajinan 11,04

PNS/TNI/POLRI 3,54

Perdagangan 7,72

Angkutan 0,35

Lainnya 14,83

Sumber: KSK Kec. Binjai 2014

Dari jumlah penduduk diatas jika ditinjau dari suku bangsa, agama dapat dirinci sebagai berikut:

Tabel 5 Menurut Suku

No. Suku Jumlah Jiwa Persentase ( % )

1. Jawa 37.269 82,16

2. Melayu 1.947 4,29


(53)

44

4. Karo 742 1,63

5. Tionghoa 445 0,98

6. Suku lainnya 745 1,64

Sumber: KSK Kec. Binjai 2014

Tabel 6 Menurut Agama

No. A g a m a Jumlah Jiwa Persentase (%)

1. Islam 44,411 97,91

2. Katolik 27 0.06

3. Kristen 322 0,71

4. Hindu 77 0,17

5. Budha 522 1,15

Sumber: KUA Kec. Binjai 2014

3.3 Potensi Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat

Kondisi tanah yang subur merupakan potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Binjai sangat tepat untuk dijadikan sebagai lahan pertanian seperti padi, jagung, palawija, dan lain sebagainya.

Secara umum dapat digambarkan Potensi Kecamatan Binjai sebagai berikut:

1. Perkebunan yang menghasilkan komoditi eksport berupa Kelapa Sawit, Kakao, Tebu diusahakan oleh perkebunan dan penduduk.

2. Pertanian Tanaman Pangan, seperti padi, jagung, kacang-kacangan ubi dan Sayur-sayuran

3. Perdagangan dan Jasa yang umunya berada dikelurahan Kwala Begumit sebagai Ibu Kota Kecamatan Binjai.


(54)

45

5. Pengembang Biakan dan Penggemukan Sapi Potong di Desa Sidomulyo

Kec. Binjai berjumlah 666 Ekor.

3.4Pemerintahan Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat 1. Pemerintahan Kecamatan

Dalam melaksanakan tugas roda pemerintahan di Kec.Binjai Camat di Bantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris Kecamatan dan 3 Orang Kepala Seksi Satu Kasubag Umum serta 18 staf. Selain itu Camat Binjai juga bermitra dengan pimpinan Kecamatan lainnya,yang kita kenal dengan sebutan Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) yaitu:

- Kapolsek Binjai : AKP. Zakaria Lubis - Danramil 16 Binjai : Kapten Inf. Yus Yaprizal

Dalam upaya mewujudkan keberhasilan pelaksanaan tugas-tugasnya Camat Binjai juga di Bantu oleh Dinas Jawatan Kec. Binjai yaitu:

Tabel 7 Dinas Jawatan

No Nama JABATAN KET

1 Drs. Maraganti Daulae KA. URUSAN AGAMA

2 Amansyah,S.Pd KA. UPT DINAS P DAN P

3 Dr.Ari Abdullah KA. PUSKESMAS

4 Hj.Delima E.Y.H.SE KA. UPT PAJAK

5 Drs.Hendrik Tarigan KA. UPT KB DAN PP

6 Ponikin,SP KA. UPT PERTANIAN

7 Sastrawan,SH KA. UPT KEBERSIHAN


(55)

46

9 Mardiah Syawal KA. UPT CATPIL

10 Irvan Rahmadi, ST KA. UPT PU

11 Rena Saragih KA. UPT PERTERNAKAN

Sumber: KSK Kec. Binjai 2014 2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa merupakan perpanjangan tangan dari pemerintahan Kecamatan Binjai, demi terwujudnya pemberdayaan masyarakat baik dibidang pemerintah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan, Camat Binjai dibantu oleh 6 Kepala Desa dan 1 Orang Kepala Kelurahan.

Tabel 8

Nama Pejabat Pemerintahan Desa/Kelurahan

NO NAMA JABATAN NAMA DESA/KEL

1 Sahrial S.Sos Kepala Desa Perdamaian

2 Sukadi Kepala Kelurahan Kel. Kwala Begumit

3 Sugiarto Kepala Desa Suka Makmur

4 Kusnadi Kepala Desa Sambirejo

5 Retti Yanti Ba PelaksanaKepala Desa Sendang Rejo

6 Ruslan Sinulingga Kepala Desa Tanjung Jati

7 Mariyono Kepala Desa Sidomulyo

Sumber: Seksi Tapem Kec. Binjai 2014

Lembaga Desa/Kelurahan Kec.Binjai telah terbentuk seluruhnya, baik lembaga badan permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan dikelurahan (LPMK) masa Bakti 2006/2012.

Pembentukan Lembaga Desa/Kelurahan tersebut berpedoman pada peraturan Daerah Kab. Langkat Nomor : 60 Tahun 2000 tentang pembentukan penghapusan/penggabungan Desa/Kelurahan sesuai dengan SK Bapak Bupati


(56)

47 tanggal 16 Maret 2005 di resmikanDesa Kwala Begumit menjadi Kelurahan Kwala Begumit.

3.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat

A. Tugas Pokok dan Fungsi Camat

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Langkat Nomor 5 : Tahun 2009 Pembentukan Organisasi Tata Kerja Kecamatan Binjai dan KelurahanKepala Kecamatan Binjai mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

Untuk Melaksanakan Tugas Pokok Kepala Kecamatan mempunyai fungsi:

• Menyelenggarakan tugas-tugas Pemerintahan Umum dan Pembinaan

Keagrariaan

• Pembinaan Pemerintahan Desa dan Kelurahan • Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban Wilayah

• Pembinaan Pembangunan yang meliputi Pembinaan Perekonomian,

Produksi dan Distribusi serta pembinaan Sosial

• Penyusunan Program Pembinaan Administrasi dan ketatausahaan serta

Rumah Tangga

• Menyusun dan menyiapkan Renstra dan Lakip Kecamatan

B. Prioritas Pemerintah Kabupaten Langkat

Empat Prioritas Pemerintah Kabupaten Langkat yang harus dicapai meliputi :

1. Pembinaan dan Peningkatan Disiplin

Memimpin, Mengkoordinasikan, Mengendalikan kegiatan dan Melaksanakn sebagian kewenangan Pemerintah serta tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah


(57)

48 2. Pembinaan Mutu Pendidikan

3. Pembinaan, Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda 4. Pelestarian Hutan dan Lahan serta Penghijauan

C. Tertib Pemerintah Kabupaten Langkat

Guna mendukung Program Prioritas tersebut diatas telah ditentukan 5 (lima) tertib Pemerintahan Kabupaten Langkat yang meliputi:

Dalam menerapkan Tupoksi Kepala Kecamatan dikaitkan dengan terlaksananya 4 (empat) Program Prioritas dan 5 (lima) Tertib Pemerintahan Kabupaten Langkat kami telah melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Melaksanakan Apel Pagi, Apel Gabungan pada setiap hari senin dan menyelenggarakan Kegiatan Upacara Hari Besar Nasional serta Upacara Hari Kesadaran Nasional pada tanggal 17 setiap bulannya, yang dilanjutkan dengan rapat koordinasi Dinas Jawatan dan para Kepala Desa/Kelurahan.

2. Melaksanakan Aktifitas kantor sesuai dengan jam kerja yang telah ditetapkan.

3. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan Kepemudaan, Remaja Masjid dan dikalangan pelajar, memberikan

1. Tertib Hukum 2. Tertib Personil 3. Tertib Administrasi

4. Tertib Anggaran dan Keuangan 5. Tertib Peralatan dan Inventaris


(58)

49 penyuluhan tentang disiplin berprilaku yang baik, menghindari Narkoba.

4. Menanamkan kesadaran tentang pentingnya Kebersihan,

Kenyamananm dan Keindahan.

5. Senantiasa melakukan Pembinaan terhadap jajaran Staf untuk selalu bersikap Proaktif, Tanggap serta Tertib dalam pelaksanaan tugas-tugas yang meliputi bidang Pemerintahan, Pembangunan, dan Sosial Kemasyarakatan serta memberikan Pelayanan terbaik kepada Masyarakat.

6. Melakukan Kegiatan dalam rangka Pembinaan terhadap Kepala

Desa/Lurah beserta Perangkatnya dan Kelembagaan Desa/Kelurahan. 7. Memelihara Keamanan Peralatan dan Inventaris Kantor sekaligus

menetapkan penanggungjawab masing-masing barang. 3.6Penguasaan Tugas dan Peraturan yang Berlaku.

Berupaya untuk memahami Tugas Pokok dan Fungsi serta Wewenang selaku Camat melalui menghimpun, mempelajari dan memahami segenap Peraturan Perundang-undangan yang berlaku terutama berkaitan dengan bidang tugas masing-masing.

Guna mendukung tugas-tugas Kedinasan tentunya dibutuhkan aturan yang jelas dan baku dalam setiap menghadapi permasalahan yang muncul di Masyarakat, sehingga hal ini menjadi keharusan untuk memberdayakan staf dan senantiasa melakukan pengawasan dan berkoordinasi terhadap tugas yang


(59)

50 diberikan agar tidak melewati batas koridor yang telah ditentukan dan tunggakan kerja harus diselesaikan.

1. Penataan Arsif dan Inventaris.

Dalam hal penataan Arsif dan Inventaris Kantor disesuaikan dengan yang telah dibakukan oleh Pemerintah Pusat melalui KEPMENDAGRI nomor: 30 Tahun 1979 dengan menggunakan lembaran Disposisi sehingga penataan kearsipan dapat disesuaikan dengan masing-masing sekretaris Kecamatan dan dalam penjaminan keamanan terhadap barang-barang Inventaris Kantor dihunjuk bendaharawan barang untuk melaksanakan tugas-tugas dimaksud.

Peraturan Bupati Langkat No. 39 tahun 2009 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Sekretariat dan masing-masing seksi di Kecamatan.

a. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang mempunyai tugas melaksanakan urusan umum penyusunan perencanaan, pengolahan administrasi keuangan dan kepegawaian.

Sekretariat mempunyai fungsi :

- Menyelenggarakan pengolahan administrasi perkantoran, administrasi keuangan dan administrasi kepegawaian;

- Menyelenggarakan urusan umum dan penyelenggaraan protocol dan hubungan masyarakat;

- Menyelenggarakan ketatalaksanaan arsip;

- Memberikan pelayanan teknis administrasi kepada Camat diseluruh perangkat Kecamatan.


(60)

51 - Melakukan urusan perlengkapan dan inventaris Kecamatan

- Mengatur menyelenggarakan rapat-rapat dan upacara

-Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Camat sesuai dengan tugas dan fungsinya.

-Menyusun serta menyiapkan renstra, renja dan lakip Kecamatan. Sekretariat membawahi:

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

Sub Bagian umum kepegawaian mempunyai tugas-tugas melaksanakan sebagian tugas-tugas Sekretariat yang meliputi administrasi surat menyurat, kepegawaian, penyusunan anggaran keuangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi:

1. Pengelolaan urusan administrasi umum, kepegawaian dan

pelayanan ketatausahaan

2. Pengelolaan urusan rumah tangga, perlengkapan dan perawatan

3. Mengumpulkan, menghimpun dan mengelola bahan-bahan

penyusunan keuangan dan anggaran

4. Merumuskan dan melaksanakan penyusunan administrasi keuangan dan anggaran.

b. Seksi Pemerintahan.

Seksi Tata Pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan dibidang pemerintahan umum dan pemerintahan Kelurahan/Desa dan pembinaan ketenteraman dan ketertiban wilayah.


(61)

52 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seksi Tata Pemerintahan mempunyai fungsi;

1. Menyiapkan bahan penyelenggaraan pemerintahan umum

danDesa/Kelurahan 2. Pembinaan keagrariaan 3. Pembinaan Kesatuan Bangsa 4. Pembinaan Idiologi Negara

5. Pembinaan Organisasi Sosial Politik, Organisasi Kemasyrakatan dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya.

6. Pembinaan urusan pemeliharaan umum

7. Menyelenggarakan pembinaan ketenteraman dan ketertiban dalam pelaksanaan tugasnya bekerjasama dengan kantor satuan polisi pamong praja

8. Menyiarkan bahan Pembina ketenteraman dan ketertiban. c. Pemberdayaaan Masyarakat dan Pembangunan.

Seksi pemberdayaan dan pembangunan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan dibidang pemberdayaan masyarakat dan pembangunan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seksi pemberdayaan masyarakat dan pembangunan mempunyai fungsi:

1. Menyiapkan bahan dan melaksanakan perencanaan serta


(62)

53

2. Menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat dalam upaya

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan;

3. Menyiapkan bahan penyusunan program dan pembinaan

pembangunan sarana dan prasarana;

4. Penyusunan program dan pembinaan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian, produksi dan distribusi serta mengevaluasi pelaksanaannya.

d. Seksi Ketenteraman dan ketertiban umum.

Seksi ketenteraman dan ketertiban umum mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan dibidang ketenteraman dan ketertiban umum;

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dumaksud pada ayat (1) seksi keternteraman dan ketertiban umum mempunyai fungsi:

1. Penyusunan bahan perumusan kelayakan teknis dibidang

ketenteraman dan ketertiban umum;

2. Penyusunan program dan kegiatan seksi ketenteraman dan

ketertiban umum;

3. Penyiapan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan dibidang ketenteraman dan ketertiban umum;

4. Penyelenggaraan kegiatan dibidang ketenteraman dan ketertiban umum.


(1)

92 Maka diperoleh:

Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh antara variabel X (Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance) terhadap variabel Y (Efektivitas Kerja Pegawai) adalah sebesar 17,06%, sedangkan selebihnya yaitu sebesar 82,94% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar cakupan penelitian ini.


(2)

93 BAB VI

PENUTUP VI.1. Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disusun, maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan berhubungan dengan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap efektifitas kerja pegawai, yaitu:

1. Pelaksanaan prinsip-prinsip good governance mempunyai pengaruh positif terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Camat Binjai. Ini berarti bahwa semakin baik pelaksanaan prinsip-prinsip good governance maka semakin baik pula efektivitas kerja yang ditunjukkan pegawai dikantor Camat Binjai. Dengan kata lain apabila salah satu variabel mengalami peningkatan maka variabel lain yang berkorelasi juga mengalami peningkatan.

2. Kemudian untuk efektivitas kerja pegawai (variabel Y) di kantor Camat Binjai telah berjalan dengan cukup baik. Namun hendaknya para pegawai lebih meningkatkan kinerja dan tanggung jawab di dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

3. Berdasarkan perhitungan korelasi diketahui bahwa r hitung sebesar 0,413 yang nilainya lebih besar dari r table yaitu sebesar 0,344 pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05 sehingga Ha diterima.


(3)

94 4. Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (D), diperoleh kesimpulan

bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip good governance memberikan kontribusi terhadap efektifitas kerja pegawai, yaitu sebesar 17,06%. Sedangkan sisanya sebesar 82,94% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar lingkup penelitian.

5. Berdasarkan uji signifikansi dapat diketahui bahwa t hitung senilai 2,524 pada taraf signifikan 5% atau α = 0,05. Hal ini mendukung hipotesis penelitian bahwa ada hubungan antara penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap efektifitas kerja pegawai pada kantor Camat Binjai.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap kinerja organisasi , maka terdapat beberapa saran yang penulis kemukakan sebagai bahan masukan dalam peningkatan efektivitas kantor Camat Medan Binjai yaitu sebagai berikut:

1. Hendaknya para pegawai di kantor Camat Binjai lebih mengoptimalkan pelaksanaan good governance dengan demikian pelayanan yang diberikan akan lebih berkualitas.

2. Sarana dan prasarana pendukung sebagai salah satu faktor dalam pelaksanaan pelayanan publik harus lebih diperhatikan kuantitas dan kualitasnya demi mendukung terlaksananya good governance di Kantor Camat Binjai, Kabupaten Langkat.


(4)

95 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan Pertama. Semarang: Universitas Diponogoro.

Handoko. T. Hani. 1992. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberti.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaruan.

Mulyawan, Budi. 2009.Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Organisasi (Studi pada Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Palembang).Medan: FISIP-USU.

Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Sarwoto. 1990. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Siagian Sondang.P. 1996. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta:Gunungagung.

Sinambela, Lijan P. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: BumiAksara. Singarimbun,Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei.

Jakarta:LP3S.

Sudjana. 2002. Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabeta. Steers, RichardM. 1998. Efektivitas Organisasi, Terjemahan. Jakarta:

PPmErlangga.


(5)

96 Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: RienekaCipta. Wesha, Permata. 1992. Kinerja Organisasi. Yogyakarta: Pembaharuan.


(6)

97 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 : Data Skor Jawaban Responden Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance

Lampiran 2 : Data Skor Jawaban Responden Tentang Efektivitas Kerja Pegawai Lampiran 3 : Tabel Daftar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran 5 : Lembar Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 6 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran 7 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran 8 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian dari FISIP USU