BAB II DESKRIPSI PROYEK - Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan (Green Architechture)

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

  Judul kasus yang dia mbil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan”. Untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

  2.1.1 Pengertian Pusat

  Da lam bahasa Indonesia, kata “pusat” dapat diartikan sebagai inti yang utama, pokok, pangkal , atau yang menjadi tumpuan, dan bersifat mengumpulkan (Poerwadarminta).

  Dalam bahasa Inggris arti yang paling tepat disebutkan sebagai

  “a place at which an activity or complex of activities is carried ”. Centre ( pusat) juga dapat diartikan sebagai titik poin yang menjadi tempat tujuan yang menarik bagi banyak orang untuk menuju tempat tersebut.

  2.1.2 Pengertian Pengembangan

  Pengembangan dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu proses, ataupu cara pembuatan. Menurut Drs. Iskandar Wiryokusumo, M.Sc, pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupaun non-formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai bakat, keinginan serta kemampuan- kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

  2.1.3 Pengertian Kreativitas

  Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculanbaru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.

  Dari sudut pandan hasil dari pemikiran berdayacipta (creative

  

thinking) (kadang disebut pemikiran biasanya dianggap memiliki

  keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

  Daya cipta dalam kemasakinian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

  2.1.4 Pengertian Anak Jalanan Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatandi jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan

  Pengertian untuk kategori pertama adalah anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun denganyang tidak rutin.

  Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

  Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan. Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

  Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22- 24 ) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

  1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the

  street ). Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus.

  Kelompok anak ini disebabkan oleh factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

  2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

  3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah.

  Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

  4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

2.1.5 Pengertian Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

  Berdasarkan penjabaran diatas, maka diperoleh pengertian Pusat

  

Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan yaitu sebuah wadah bagi anak-anak

  yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan, untuk mendapatkan pendidikan non-formal dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya, sehingga mengasah dan mengembangkan hasil pemikiran mereka yang positif.

2.2 Tinjauan Umum

2.2.1 Identifikasi Anak Jalanan

  Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa anak jalanan merupakan anak-anak dngan rentang usia 3-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktu sehari-harinya di jalanan.

  Anak Jalanan, berjumlah 39.861 anak di 12 kota besar terdiri dari 32.678 anak laki

  • – laki dan 7.183 anak perempuan di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Makassar, Ambon, Medan, Padang, Palembang, dan Bandar Lampung ( Universitas Atmajaya dan BKSN, 1999).

  Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa persentase jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak daripada jumlah anak jalanan berjenis kelamin permpuan.

Tabel 2.1 Persentase Anak Jalanan Menurut Kelompok Umur

  No. Kelompok Usia Persentase 1 < 9 tahun 2% 2 9-16 tahun 58% 3 > 16 tahun 40%

  Jumlah 100%

  

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.2 Persentase Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin

  No. Jenis Kelamin Persentase

  1 Laki-Laki 82%

  2 Perempuan 18% Jumlah 100%

  

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.3 Tingkat kekerasan pada anak jalanan

  No. Jenis Kekerasan Jumlah Kekerasan Persentase

  1 Fisik 247 21,9%

  2 Seksual 426 37,9%

  3 Psikis 451 40,2% Jumlah 1124 100%

  Sumber : KPAI 2006

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama tahun 2004 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 441 kasus yang terdiri dari kekerasan fisik 140 kasus, seksual 221 kasus dan psikis 80 kasus. Tahun 2005 mengalami pengingkatan menjadi 736 kasus dengan perincian 233 kasus kekerasan fisik, 327 kasus kekerasan seksual dan 176 kasus kekerasan psikis. Sementara tahun 2006 mengalami peningkatan yang signifikan dimana mencapai 1.124 kasus, dengan perincian 247 kasus kekerasan fisik, 426 kasus seksual, dan 451 kasus kekerasan psikis. Data Departemen Sosial RI, kasus tindak kekerasan terhadap anak mencapai 544 kasus (2004), 736 kasus (2005) dan bulan Januari 2006 setidaknya telah terjadi 69 kasus.

  Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 21.872 anak menjadi korban kekerasan fisik dan psikis serta 12.726 anak mengalami kekerasan seksual. Sementara 70.000

  • –95.000 anak menjadi korban perdagangan anak untuk dipekerjakan sebagai PSK. Sedangkan selama Januari hingga April 2008, terdapat 95 kasus kekerasan terhadap anak yang berusia 0-18 tahun.Dari jumlah tersebut, persentase tertinggi, yaitu 39,6 % diantaranya dilakukan oleh guru (Alfarisi, 2008).

  Pada taun 2010, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mencatat bahwa dalam 5 bulan, kasus kekerasan anak di Indonesia meningkat menjadi 1.826 kasus. Menurut ketua KPAI, Aris Merdeka Sirait, pada tahun 2010 ini, sebesar 68% diantaranya adalah kekerasan seksual. Munurutnya, kekerasan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak terlantar (Judarwanto, 2010).

  Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata- mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).

  Hal senada juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli ( 1984 : 126 ) bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (structural dan peribadi ), faktor keterbatasan kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

  Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor

  broken home serta berbagai faktor lainnya.

  Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 ) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1). Kekerasan dalam keluarga.

  2). Dorongan keluarga. 3). Ingin bebas. 4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.

  Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak anak jalanan yang perlu diberi penanganan dan perhatian khusus.

2.2.2 Identifikasi Industri Kreatif

  Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

  1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

  2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

  3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

  4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

  5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

  6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

  7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

  Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

  8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

  9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

  10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

  11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

  12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

  13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

  14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

  15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.

2.3 Lokasi

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

  Berdasarkan lokasi, site terletak di Kawasan Perkotaan yang sesuai dengan definisi kawasan perkotaan menurut Permen No.1 tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan Bab I Pasal 1.1 :

  Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

  Kriteria umum pemilihan lokasi :  Terletak di daerah yang sudah memiliki infrastruktur ataupaun jaringan jalan yang cukup besar dan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lain.

   Berada di lingkungan yang cukup aman dan dapat menunjang keberadaan bangunan.  Lokasi bangunan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak jalanan (akses oleh angkot juga diperlukan agar anak-anak jalanan yang memiliki tempat tinggal dan datang harian, dapat datang dengan mudah ke pusat pengembangan tersebut) dan pengunjung (merupakan hasil dari pertimbangan bahwa akan diadakannya galeri hasil-hasil kreativitas anak jalanan, juga gedung pertunjukkan yang terbuka untuk umum).

2.3.1.1 Tinjauan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Struktur Kota

  Berdasarkan literatur kriteria pemilihan lokasi yaitu didasarkan pada Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Medan, lingkungan, aksesbilitas dan bukan merupakan lingkungan konservasi.

Tabel 2.4 Wilayah Pengembangan Pembangunan W KECAMATAN PUSAT PERUNTUK PROGRAM

  P PENGEMBANG AN KEGIATAN P AN WILAYAH PEMBANGUNAN

A M. Belawan Belawan Pelabuhan Jalan baru, jaringan

  M. Marelan Industri air minum, septic M. Labuhan Permukiman tank, sarana

  Rekreasi pendidikan dan Maritim permukiman.

  

B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran Jalan baru, jaringan

  Perdagangan air minum, Rekreasi pembuangan

  Indoor sampah, sarana Permukiman pendidikan.

  C

  M. Timur Aksara Permukiman Sambungan air M. Perdagangan minum, septic tank, Perjuangan Rekreasi jalan baru, rumah M. Tembung permanen, sarana

  M. Area pendidikan dan

  M. Denai kesehatan. M. Amplas

  D

  M. Johor Pusat Kota Pusat bisnis Perumahan M. Baru (CBD) permanen, M. Kota Pusat pembuangan M. Maimoon pemerintaha sampah, sarana M. Polonia n pendidikan.

  Perumahan Hutan kota

  Pusat pendidikan Pusat komersial

  E M. Barat Sei Sikambing Permukiman Sambungan air

  M. Helvetia Perkantoran minum, septic tank, M. Petisah Perdagangan jalan baru, rumah M. Sunggal Konservasi permanen, sarana M. Selayang Rekreasi pendidikan dan M. Lapangan kesehatan.

  Tuntungan Golf Hutan Kota

  Sumber : RUTRK Kota Medan

  Didalam tabel berikut terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi bangunan.

Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi

  No. Kriteria Lokasi

  1. Tinjauan terhadap struktur kota Berada di kawasan kota yang juga merupakan daerah kawasan sosial dan budaya. Selain itu berada dekat dengan jalan besar sebagai penghubung transportasi.

  

2. Pencapaian Akses pencapaian harus terdapat angkutan umum

dan pribadi dari setiap badan jalan dan pengaturan jalan masih dapat dikontrol dengan baik.

  

3. Area pelayanan Hotel, restoran/cafe, kampus dan perumahan

adalah lingkungan sekitar yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang akan direncanakan. Diharapkan dengan adanya lingkungan ini dapat memperkuat posisi Institut Seni Pertunjukkan.

  

4. Ukuran Lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang

secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan( min. 1 Ha).

  5 Kemudahan Enterance Enterance menuju dan keluar tapak harus mudah diakses oleh anak jalanan, pengunjung dan juga pihak pengelola.

  

6 Kontur Tapak Kontur tapak sebaiknya relatif datar untuk

memudahkan akses pencapaian dan pergerakan aktivitas yang berlangsung dalam kampus

  

7 Kebisingan Keadaan bebas dari kebisingan dan getaran yang

berlebihan merupakan hal yang bersifat mutlak.

  Untuk itu perencanaan bangunan harus mempertimbangkan eksistensi bangunan di sekitarnya yang tidak akan mempengaruhi baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

  Sumber: Hasil Olah Data Primer

2.3.1.2 Alternatif Lokasi Jl. Pinang Baris (T.B. Alternatif 1:

  Simatupang) Luas : ± 5 Ha Alasan Pemilihan Lokasi :  Terletak di daerah permukiman kumuh.  Terletak di dekat Terminal Pinang Baris yang notabene juga yang menjadi tempat anak jalanan.

   Dapat diakses oleh kendaraan umum maupun pribadi.  Dekat dengan SKA-PKPA yang sudah ada sekarang.

Gambar 2.1 Lokasi Alternatif 1

  Sumber : Google Map

   Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal  Kekurangan : berada di sebelah terminal Pinang baris yang memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi, dan juga tepat di pinggir jalan  Batas-batas lahan:

  Batas Utara: Jl. Depag dan Batas Selatan: Balai Pendidikan Terminal Pinang Baris dan Latihan Keagamaan

  

Batas Timur: Jl. T.B. Simatupang Batas Barat: Lahan Kosong

  Alternatif 2 : Jl. Tirtanadi Luas : ± 6 Ha

  Alasan Pemilihan Lokasi :  Terletak di daerah permukiman kumuh.(tidak jauh letaknya dari lkasi

  1 alternatif 1)

  2  Terletak di dekat Terminal Pinang Baris yang notabene

  3 juga yang menjadi tempat anak jalanan.

   Masih dapat diakses oleh kendaraan umum maupun

Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 2

  Sumber : Google Map

   Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal  Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi  Batas-batas lahan:

  1 : Jl. T.B. Simatupang 2 : Jl. TTirtanadi 3 : Lahan Kosong

  Alternatif 3 : Jl. Palang Merah Luas : ± 2 Ha

  Alasan Pemilihan Lokasi :  Terletak di daerah permukiman kumuh.(tidak jauh letaknya dari lkasi alternatif 1)  Merupakan salah satu kecamatan yang menjadi lokasi aktif anak jalanan.

   Masih dapat diakses oleh kendaraan umum maupun pribadi.

Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 3

  Sumber : Google Map

   Kondisi lahan berupa lahan padat bangunan  Berada di Kecamatan Medan Barat  Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi  Batas-batas lahan:

  Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta(Jl.Listrik)

  Sebeluah Selatan Dari ketiga alternatif lokasi yang telah dikaji, maka dilakukanlah perbandingan antara ketiga lokasi tersebut. Pada Penilaian Alternatif, menggunakan sistem penilaian dari angka 1-5.

Tabel 2.6 Perbandingan Ketiga Alternatif Lokasi LOKASI A LOKASI B LOKASI C

  Lokasi Jl. Pinang Baris Jl. Tirtanadi Jl. Palang Merah

  3

  2

  5 Nilai

  Potensi Berada di dekat Berada di dekat Berada di pusat kota terminal, yang juga terminal, yang juga yang merupakan banyak anak-anak banyak anak-anak kawasan pendidikan jalanan berasktivitas jalanan berasktivitas dan perkantoran, serta disekitarnya. disekitarnya. merupakan kawasan yang banyak anak jalanan beraktivitas disekitarnya.

  2

  2 Nilai

  4 Aksesibiltas Berada di jalan yang Berada di jalan yang Berada di jalan yang

  padat arus lalu padat arus lalu dilintasi bayank lintasnya dan mudah lintasnya dan mudah kendaaran umum, dalam pencapaian. dalam pencapaian. maupun kendaraan pribadi.

  5

  3

  3 Nilai Kondisi Jalan Lebar jalan 14 m. Lebar jalan 12 m. Lebar jalan 11 m.

  Kondisi tidak terlalu Kondisi jalan Kondisi jalan cukup padat dan cocok jika merupaan jalan yang padat namun teratur. digunakan sebagai sering dilalui oleh fungsi pendidikan kendaraan dengan karena kawasannya kecepatan tinggi. terasa tenang untuk pendidikan.

  2

  4 Nilai

  2 KDB 60% 60% 90%-100%

  3

  2

  4 Nilai

  • - -

  Target pasar

  • -

    Masyarakat sekitar Masyarakat sekitar Penduduk/ masyarakat kawasan kawasan di sekitar kawasan
  • - - -

  Masyarakat dari Masyarakat dari Masyarakat yang kecamatan kecamatan tetangga melintasi Jalan Palang tetangga Merah

  • -

    Masyarakat
  • - -

  Masyarakat yang melintasi Jalan Penduduk yang Sehubungan dengan fungsi bangunan sebagai sarana pendidikan dan juga industri kreatif yang diperuntukan untuk masyarakat awam,, maka lokasi di Jalan Palang Merah yang juga merupakan kawasan komersial dipilih sebagai lokasi pilihan untuk proyek Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan.

  • - Hunian sedang
  • -

    Hunian sedang
  • - Kawasan
  • -

    Kawasan pendidikan
  • - Kawasan
  • - Dekat dengan
  • -

    Dekat dengan permukiman penduduk

  pendidikan, kantor pemerintah

  39 Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di Jalan Palang Merah

  22

  24

  3 Total

  Dekat hotel, rumah sakit, terdapat sungai yang sangat berpotensi menjadi olah tapak

  2 -

  4

  permuikiman penduduk, terminal Pinang Baris

  sekitar Nilai

  3 View lingkungan

  pendidikan, dan perkantoran, dan kawasan ekslusif

  Hunian segala kelas

  2 -

  3

  Nilai

  Nilai masuk dan keluar terminal pinang baris

  4 Tingkat Hunian

  2 Sangat Baik

  3 Cukup Baik

  Nilai Cukup baik

  3 Kondisi Site

  perdagangan dan pemukiman serta perkantoran.

  2 Merupakan kawasan

  permukiman

  3 Merupakan kawasan

  Nilai Merupakan kawasan permukiman dan perdagangan

  4 Tata guna lahan

  berkantor disekitar kawasan

  3

  3 Tirtanadi

  Kecamatan Medan Barat adalah merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada.

2.3.2 Lokasi

2.3.2.1 Deskripsi Lokasi

  Dari ketiga alternatif diatas, site ketiga dipilih menjadi lokasi untuk pembangunan proyek ini. Alasan dipilihnya lokasi ini karena dianggap paling strategis untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilakukan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini. Lokasi ini berada di pertemuan Jl.Palang Merah, Jl. Listrik dan Jl. Mesjid, Kecamatan Medan Barat. Lokasi ini memiliki luas ±2,0 Ha.

  Legenda: Lokasi Asumsi Lokasi Lahan Kosong

Gambar 2.4 Peta Lokasi Proyek

  Sumber : Hasil Olah Data Primer

   Batas-batas:

  • Utara : Jl. Listrik, R.S. Columbia Asia  Timur : Ruko-ruko Jl. Mesjid  Barat : Pertemuan Jl. Palang Merah dan Jl. Listrik  Selatan : Ruko-ruko, Jl. Palang Mera .

   Kontur : secara umum relatif datar, hanya pada site terdapat sungai yang memisahkan 1/3 lahan dari luas site secara keseluruhan.  GSB : 0  KLB : 3-4 lantai

  

Jembatan di Jl. Palang Merah

Commonwealth Bank Ruko-ruko di Jl. Mesjid

  Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Rumah Penduduk Selecta

  Apartemen U

   KDB : 80%-90%  Tinggi Bangunan : ±15-20 meter  Potensi Lahan :  Terletak dekat dengan pusat kota.

  • Lokasi masih berada di sekitar daerah yang menjadi kawasan Pusat Kegiatan Sosial dan Budaya, menurut data Pembagian Wilayah Pengenbangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan 2011.
  • Berada pada kawasan komersil, pendidikan dan rekreasi, sehingga tempat ini dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung, dimana proyek ini juga diharapkan mampu menjadi ruang terbuka yang mampu menyedot perhatian masyarakat.
  • Transportasi lancar dan baik, dapat dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi
  • Luas site mendukung ± 2,0 Ha  Memiliki jalur utilitas yang baik.

   Asumsi: Lahan tersebut dianggap dibebaskan, pada kenyataannya pada lahan ini berdiri sebuah usaha waralaba terkenal yaitu KFC (Kentucky Fried Chicken), dan juga ruko-ruko yang tidak tertata apik.

   Kondisi Eksisting :

  

T aman Lily Suhairy

Pemukiman Penduduk Food Court

  KFC pada pertemuan Jl. Listrik dengan Jl. Palng Merah Pemukiman Penduduk Jembatan Jl. Palang Merah

  Ruko-ruko di Jl. Mesjid

  2.3.2.2 Pencapaian

  Lokasi site berada di Jalan Palang Merah, sangat efisien untuk pencapaian karena memiliki jalan yang lebar dan banyak dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Dan ini sangat memudahkan bagi para pengunjung Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut. Site ini dilalui oleh 2 jalur utama, yaitu:

  1. Jalan Palang Merah

  2. Jalan Mesjid

  3. Jalan Listrik Jl. Listrik

  Jl. Mesjid Jl. Palang Merah

Gambar 2.5 Peta Pencapaian Lokasi

  

Sumber : Hasil Olah Data Primer

  2.3.2.3 Luas Lahan

  Lahan yang akan dikembangkan menjadi Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini memiliki luah sekitar ±2,0 Ha. Pada site ini terdapat sungai yang memisahkan 1/3 lahan dari luas lahan secara keseluruhan.

  111 m 229 m 136 m 247 m

Gambar 2.5 Dimensi Lokasi

2.3.2.4 Eksisting (Kondisi lokasi)

  Lokasi terletak di Jl. Palang Merah. Pada lokasi yang ada sekarang berdiri sebuah usaha waralaba seperti KFC, food court Taman Lily Suhairy, dan juga pemukiman yang berada tepat di tepi sungai.

  Pemukiman Penduduk T aman Lily Suhairy

  Food Court KFC pada pertemuan Jl. Listrik dengan Jl. Palng Merah

  Pemukiman Penduduk Jembatan Jl. Palang Merah Ruko-ruko di Jl. Mesjid Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah

Gambar 2.7 Eksisting Lokasi

  Sumber : Hasil Olah Data Primer

2.3.3 Kepemilikan dan Sumber Dana

  Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini akan bergerak dibawah Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Yayasan ini berdiri sejak tahun 1998.

  Saat ini, yayasan ini hanya mendirikan pusat pengembangan yang masih berbasis rumah singgah bagi anak-anak jalanan di sekitar kawasan Terminal Pinang Baris, sebagai perkembangan terbentuknya Unit Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak.

  Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak (PPKA) ini mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan dan miskin kota. Kegiatan SKA awalnya berupa pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan misalnya belajar membaca, berhitung dan menulis.

  PPKA dicikalbakali dari gerakan kerelawanan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tidak ada tempat khusus untuk kegiatan belajar bersama anak jalanan. Proses belajar mengajar berlangsung di mana saja mereka ada, saat istirahat dari bekerja, bisa di SPBU, bisa pula di warung-warung kosong, bahkan bisa pula di seputaran areal Terminal Bis. Tidak kurang dua tahun proses ini berjalan, hingga terbangun hubungan emosional & rasa persekawanan antara anak jalanan dengan para relawan mahasiswa sebagai pendamping dan pemberdaya.

  Pada proses selanjutnya, kerjasama PKPA dengan lembaga donor dan internasional NGOs, yakni Save the Children dan BWTW-Jerman, pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan dan anak miskin kota mengalami perkembangan.

  Pada perkembangan berikutnya, pendampingan PKPA dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu berbasis penjangkauan anak-anak di jalanan (street base), berbasis penjangkauan kegiatan melalui Unit Pusat pengembangan Kreatifitas (institusional base) dan berbasis penjangkauan keluarga anak jalanan (family base).

  Sejak berdiri pada 21 Oktober 1996, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) telah menjalin kerjasama dan mendapat dukungan dari sejumlah lembaga lembaga dan negara donor. Berikut ini lembaga-lembaga pendukung dan program PKPA yang mendapat dukungan kerjasama khusus program PKPA sejak memasuki tahun 2005:

  • KNH German (Emergency di Nias)
  • BFDW Jerman (Program regular - Perlindungan anak, Emergency di Nias-NAD)
  • The Japan Fondation (Program Insidentil - perlindungan anak)
  • UNOCD Swiss (Perdagangan anak untuk tujuan seksual)
  • UNICEF (Program Insidentil untuk Penerbitan hak-hak anak)
  • The Save the Children (Program regular – Pedagangan anak untuk tujuan seksual).
  • TIFA Fondation (Penanggulangan perdagangan anak)

  • ECPAT Australia (Training untuk ekploistaisi seksual komersial anak)
  • Christian Aid – Inggris (Emergency di Nias-NAD)
  • DEA Jerman (Emergency di Nias-NAD)
  • ECPAT Internasional (Emergency di Nias-NAD)
  • 3 LSM Italia yaitu ECPAT Italia , GVC dan CIFA (Emergency di Nias-NAD)
  • IRD Indonesia (Emergency di Nias-NAD)
  • TDH Jerman (Emergency di Nias-NAD)
  • IOM (Emergency di Nias-NAD)
  • PERSONE COME NOI (PCN) – Italy Jadi pada proyek kali ini, Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan yang akan dikembangkan ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan Sanggar Kreativitas yang ada sekarang. Dimana pusat pengembangan tersebut juga dicita-citakan akan menjadi pusat kunjungan seni masyarakat Kota Medan.

  Adapun yang menjadi struktur organisasi PKPA adalah sebagai berikut:

Gambar 2.8 Struktur Kepengurusan dan Pendanaan Pada SKA-PKPA

  Sumber : Internet

  Sekretariat PKPA (Medan) saat ini yang berada di Jl. Abdul Hakim No.5A Pasar 1 Tanjung Sari. Namun, PKPA ini belum resmi menjadi Kantor Cabang PKPA Medan. Sementara itu, kantor cabang yang resmi masih hanya ada di Jakarta, Nias, Aceh, dan Simeulue.

Gambar 2.9 PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak)

  Sumber : Foto Survey

  SKA-PKPA yang sudah ada saat ini berada di Jl. Wakaf II H. H. Basri Pinang Baris, Medan. SKA-PKPA mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan. Rumah singgahnya pun masih sangat kecil dan belum mampu mengakomodasi anak-anak jalanan yang ada di Kota Medan.

Gambar 2.10 SKA-PKPA Pinang Baris Medan

  Sumber : Foto Survey

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya

  Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari :

  a. Kelompok anak jalanan Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan dan aktivitasnya di pusat pengembangan ini, dimana mereka akan mendapatkan pelatihan dan pengasahan keterampilan sesuai bakat dan talenta mereka masing-masing.

  b. Kelompok pengelola Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

  c. Kelompok tenaga pengajar/pelatih/pendidik Yaitu sekelompok orang atau badan yang bertanggung jawab untuk mengajar, melatih dan mendidik anak-anak jalanan, serta membantu mereka dalam pengembangan bakat dan minat serta skill yang diharapkan mampu menjadi bekal mereka di kemudian hari.atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

  d. Kelompok pengunjung Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk berkunjung, melakukan aktivitas jual/beli ataupun transaksi dagang atas hasil-hasil industri kreativitas anak jalanan, menyaksikan penampilan- penampilan anak jalanan. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

2.4.2.1 Deskripsi Pengguna

  Pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini aka nada seorang pengawas yang juga merangkap sebagai penasehat. Kemudian dibawahnya akan disusul oleh seorang Pembina. Setelah itu, coordinator umum dan sekretaris umum aka nada dibawahnya untuk melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan yang akan berlangsung di pusat pengembangan ini.

  Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, maka dibentuklah divisi-divisi yang akan menangani anak-anak jalanan ini secara lebih lagi, yaitu divisi asrama yang akan membina anak-anak jalanan supaya hidup tertib dan teratur. Kemudian ada divisi pendidikan dan pelatihan yang akan memberikan pendidikan dasar setara usia mereka dan pelatihan-pelatihan pengembangan minat dan bakat. Selain itu ada juga divisi industry kreativitas yang akan membantu anak-anak jalanan sehinga mereka bisa menghasilkan dan hidup mandiri, dan bermanfaat bagi orang lain.

  Secara garis besar struktur kepengurusan yang terdapat pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini adalah sebagai berikut:

  

Penasehat/Pengawas

Pembina

Koordinator Umum

Sekretaris Umum

  

Divisi Asrama Divisi Pendidikan Divisi Industri

(Pembinanan) dan Pelatihan Kreatif

Diagram 2.1 SKA-PKPA Pinang Baris Medan

  

Sumber : Hasil Olah Data Primer

  Adapun kategori anak jalanan yang akan dilayani dalam Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini merupakan anak jalanan baik yang masih bersekolah maupun yang sudah putus sekolah.

  Fokus lokasi proyek penelitian ini adalah Kota Medan, kota dengan julukan metropolitan ini adalah Ibukota provinsi Sumatera Utara. Berhubung karena Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan Kota Medan ini akan dibawahi oleh PKPA (Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan), maka secara keseluruhan jumlah anak jalanan yang akan ditampung di PPKA seluruhnya mengikuti prosedur PKPA secara administratif.

  Menurut data yang diperolah dari website PKPA Medan, lokasi penelitian mencakup 8 kecamatan dari 21 jumlah kecamatan. Alasan pemilihan kecamatan ini didasarkan pada survey awal di 8 kecamatan tersebut menjadi konsentrasi aktifitas anak jalanan dan komunitas tempat tinggal anak jalanan. Juga didukung data awal hasil penghitungan cepat Madia Insani-Kota Medan. Data madia Insani menyebutkan bahwa di kota Medan terdapat sekitar 800-900 anak jalanan yang aktif bekerja dan belum termasuk anak-anak yang bekerja paruh waktu. Dari 21 kecamatan yang dilakukan mapping, PKPA memilih lokasi dengan populasi anak jalanan tertinggi yaitu diatas 50 anak. Delapan kecamatan tersebut adalah; 61 anak).

  LOKASI PROGRAM KOTA MEDAN (Program PKPA 2011-2013) Delapan kecamatan yang disebutkan di atas 7 kecamatan berada di sekitar

pusat kota dan 1 kecamatan yaitu Medan Belawan berada di perbatasan Medan

dengan Selat Malaka. Di Kecamatan Belawan terdapat Pelabuhan terbesar untuk

wilayah Pantai Timur Indonesia. Anak-anak yang berasal dari daerah pinggiran kota

bekerja pusat-pusat keramaian di inti kota Medan.

  Penyebab utama anak-anak turun kejalanan pada umumnya adalah kemisikinan, sedikitnya 1.867.089 jiwa (15,49 persen) dari 12.061.632 jiwa warga Sumut hingga pertengahan tahun 2005 ini, masih hidup dalam kemiskinan. Dari persentase jumlah warganya, Kabupaten Nias Selatan tercatat paling banyak, yakni 92 persen dari 278.722 jiwa. Sedangkan Medan, sebagai ibukota provinsi berada di peringkat 10 dalam daftar daerah berpenduduk miskin di 25 kabupaten/kota Sumut. Tingkat pendapatan orang tua yang rendah sementara tanggungan keluarga tinggi. Bagi sebagain besar orang tua, pilihan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan meminimalisir tingginya pengeluaran adalah mengorbankan pendidikan anak dan menjadikan anak sebagai sumber pendapatan baru. Namun faktor kemiskinan tidak berdiri sendiri sebagai penyebab utama anak turun kejalan, anak-anak cenderung menghadapi masalah yang sangat kompleks, seperti ketidak nyamanan sekolah bagi anak, kekerasan yang terus menerus terjadi dalam keluarga, sampai masalah criminal yang melibatkan anak-anak. Dijalanan, anak-anak berada pada situasi yang sangat beresiko baik masalah kesehatan, tindak kekerasan terhadap anak, terlibat dalam berbagai criminal, ketergantungan zat berbahaya seperti ganja, narkotika dan kebanyakan menggunakan Lem (bahan perekat untuk ban dan sandal). Bagi anak jalanan perempuan memiliki ancaman khusus yaitu kekerasan seksual maupun kehamilan dan aborsi.

Gambar 2.11 Sistem Pendekatan Terhadap Anak Jalanan

  

Sumber : Internet

  Untuk melepaskan anak-anak dari jalanan dan mencegah anak-anak lain yang rentan turun kejalan maka pendekatan program yang dianggap strategis mencakup tiga metode yaitu:

  a) Community-based program: directly works with community by focusing on

  family functions and community potencies. This aims to withdraw children from streets or when they have to work on street, at least they still live with their family.

  b) Street-based program: directly works with street children in gathering points of street children such as traditional markets, bus terminals and suburbs.

  PKPA’s field staffs always make friends with them so that they want to share their stories. By doing so, street children, especially those who have lost contact with their family, will find a new family.

  c) Center-based program: PKPA directly works with street children and those

  who are vulnerable to become street children in its shelter called Child Creativity Center (Sanggar Kreatifitas Anak