Akuntan Muda Juni 2011. pdf
Tabel 1 Contoh Perhitungan Biaya Tetap
Biaya sewa gudang per Biaya Sewa per Tahun
Jumlah Unit yang
unit Rp 100.000.000
Diproduksi
Rp. 500.000 Rp 100.000.000
Rp. 200.000 Rp 100.000.000
Adapun contoh nonproduksi dari biaya tetap adalah biaya abonemen pada tagihan listrik dan telepon. Biaya abonemen ini adalah jumlah biaya yang harus kita bayarkan setiap bulannya meskipun pada bulan itu kita tidak menyalakan satu alat listrik pun di rumah atau tidak melakukan satu percakapan lewat telepon.
Berkebalikan dengan biaya tetap, biaya variabel ini bersifat dinamis. Ia mengikuti banyaknya jumlah unit yang diproduksi ataupun banyaknya aktivitas yang dilakukan. Pada biaya ini, jumlah yang akan kita keluarkan per unit atau per aktivitas justru berjumlah tetap
Akuntan Muda Halaman 18 Akuntan Muda Halaman 18
Untuk memasarkan produk yang kita buat, kita menyewa tenaga penjual dengan membayarkan komisi sebanyak Rp.10.000 dari tiap barang yang berhasil ia jual. Jika si penjual hanya mampu menjual 10 buah produk dengan harga satuan Rp.100.000, maka besarnya biaya komisi yang harus kita keluarkan untuk si penjual adalah : Rp10.000 x 10 = Rp.100.000. Jika dalam sebulan ia mampu menjual hingga 200 unit, maka biaya komisi yang harus kita keluarkan adalah Rp.10.000 x 200 = Rp. 2.000.000. Selanjutnya, besarnya biaya komisi yang akan kita keluarkan adalah sebesar jumlah unit yang mampu dijual si penjual kita kalikan dengan biaya komisi per unit yang kita berikan. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat skema perhitungan biaya variabel pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Contoh Perhitungan Biaya Variabel
Total Biaya Komisi yang Biaya Komisi per Unit
Jumlah Unit yang Terjual
Dikeluarkan Rp. 10.000
10 Rp. 100.000 Rp. 10.000
Rp. 2.000.000 Rp. 10.000
Contoh lain dari biaya variabel adalah pulsa telepon genggam. Banyaknya pulsa yang kita habiskan adalah sebanyak jumlah sms yang kita kirimkan x tarif yang dikenakan untuk tiap sms serta jumlah menit yang kita habiskan untuk menelpon x tarif menelpon per menit.
Akuntan Muda Halaman 19
Biaya tetap dan biaya variabel memang biasa disandingkan. Dalam komposisi tagihan telepon misalnya, total biaya yang harus kita bayarkan merupakan gabungan dari biaya tetap dan biaya variabel. Seperti yang tertulis pada contoh 2 di atas, abonemen merupakan biaya tetap, sedangkan biaya percakapan merupakan biaya variabel; yang berasal dari jumlah menit percakapan yang kita lakukan x tarif percakapan per menitnya.
Selain tagihan telepon, contoh lain dari gabungan biaya tetap dan biaya variabel adalah total uang kuliah yang harus dibayarkan setiap semester. Dalam komposisi pembayaran uang kuliah, SPP merupakan biaya tetap karena jumlah yang akan kita bayarkan tidak berubah meskipun kita berada di semester 1 ataupun di semester 10 sedangkan biaya sks merupakan biaya variabel, yang besar jumlahnya tergantung pada jumlah sks yang kita ambil x biaya per sks yang telah ditetapkan.
(Oleh: Hesty Wulandari)
Akuntan Muda Halaman 20 Akuntan Muda Halaman 20
Keller (2004) dalam bukunya
yang berjudul ‘Technology Paradise Lost: Why Companies Will Spend Less to Get More from Information
Tidak sedikit perusahaan yang mengalami Technology’ mengungkapkan secara jelas
kegagalan dalam implementasi teknologi bagaimana peran STI dalam korporasi
informasi (TI) atau sistem teknologi modern saat ini, terutama untuk
informasi (STI), termasuk juga yang mentrasformasikan investasi yang telah
berkaitan dengan sistem informasi dilakukan dalam bidang STI yang
akuntansi. Ada beberapa penyebab yang tergolong besar agar menghasilkan nilai
dapat ditelusuri. Secara garis besar ada dan profitabilitas bagi perusahaan.
yang bersifat teknis dan non-teknis. Sisi Investasi-invetasi di bidang STI seringkali
teknis berkaitan dengan teknologi yang tidak diikuti dengan hasil yang maksimal
berada di belakang sistem tersebut,
baik dari sisi sementara sisi non teknis berada pada
bagi
perusahaan,
produktivitas, profitabilitas maupun nilai aspek keperilakuan dan managerial dalam
Akuntan Muda Halaman 21 Akuntan Muda Halaman 21
Beberapa sektor produksi ada yang terminologi productivity paradox. Istilah
peningkatan dalam productivity paradox pertama kali
mengalami
produktivitas dalam kaitannya dengan dikemukakan oleh Steven Roach dalam
penggunaan STI, namun ada juga yang penelitiannya yang berjudul America's
tidak menunjukkan perubahan yang Technology Dilemma: A Profile of the
berarti. Hasil survey yang dilakukan oleh Information Economy yang dipublikasikan
Federal Reserve Board, Information pada tanggal 22 April 1987 ( Brynjolfsson &
Technology and Productivity: Where Are Hitt 1998 ). Kesimpulan mengenai
We Now and Where Are We Going, pada productivity paradox diperoleh karena
menemukan bahwa adanya peningkatan yang sangat besar
tahun
peningkatan produktivitas hanya terjadi dalam teknologi komputasi, namun
pada beberapa sektor industri seperti demikian tidak diimbangi dengan imbas
industri perakitan komputer, sekuritas yang dihasilkan dari sisi kinerja ekonomi,
(keuangan), pabrikan semikonduktor, khususnya untuk sektor ekonomi yang
telekomunikasi, dan grosir. Produktivitas didominasi oleh “pekerja informasi”.
terbesar yang dicapai oleh industri- ( Brynjolfsson & Hitt 1998 ).
industri tersebut berada dalam rentang waktu 6 tahun sejak tahun 1995 hingga
Perdebatan panjang
mengenai
2000 ( Keller 2004 ). Argumen yang kontra productivity paradox bermunculan, ada
datang dari yang mendukung dan ada juga yang
productivity
paradox
Organisation for Economic Co-operation menentang. Argumen yang mendukung
and Development (OECD) pada tahun dikemukakan oleh Carr (2003) yang
2003 yang menganjurkan investasi besar- menyatakan bahwa investasi dalam
besaran dalam TI karena akan berdampak bidang teknologi seringkali tidak sejalan
pada produktivitas dan pertumbuhan GDP dengan hasil yang dapat diperoleh. STI
seperti yang telah dialami oleh Amerika. tidak lagi menjadi sesuatu yang strategis
U.S. Department of Commerce dalam bagi perusahaan dan telah menjadi suatu
laporannya Digital Economy 2002, komoditas.
melaporkan bahwa pergerakan dan penelitian
menemukan
bahwa
pertumbuhan dalam ekonomi Amerika productivity paradox tidak sepenuhnya
sangat
erat
kaitannya dengan
Akuntan Muda Halaman 22 Akuntan Muda Halaman 22
productivity paradox.
kerja yang bergaji
tinggi
yang
Kesukesan perusahaan-perusahaan berhubungan dengan penyediaan jasa dan
yang memanfaatkan STI dalam proses penjualan STI. ( Keller 2004 ). Survey yang bisnisnya seharusnya menjadi pelajaran dilakukan oleh OECD dan U.S. Department berharga bagi perusahaan-perusahaan of Commerce ini melihat imbas STI secara
yang belum mendapatkan hasil yang lebih luas dalam konteks negara dan
maksimal dalam investasi di bidang STI. bukan pada tingkatan perusahaan. Jika Productivity paradox yang menjadi bahan dilihat
secara lebih luas, dapat perdebatan sesungguhnya berada pada
disimpulkan STI memiliki imbas yang lingkup perusahaan atau industri tertentu
besar dalam produktivitas perekonomian saja dan bukan berada pada lingkup yang
saat ini. lebih luas seperti negara dan regional
Pertanyaan penting yang patut tertentu. Oleh karena itu fenomena dikemukakan berkaitan dengan
productivity paradox sebenarnya tidak productivity
dapat paradox adalah
digeneralisasikan mengapa ada
sebagai salah sebagian
satu dampak dari perusahaan yang
penggunaan STI
berhasil dalam proses
menikmati bisnis. keuntungan dari
Penelitian investasi STI yang
empiris mereka lakukan
menunjukkan sementara ada
bahwa kegagalan sebagian lain yang
dalam mengalami
implementasi STI kegagalan. Kegagalan sebagian
sebenarnya terjadi karena kesalahan perusahaan dalam memanfaatkan STI
dalam pengelolaan STI itu sendiri dan tidak adanya ukuran yang jelas bagaimana
Akuntan Muda Halaman 23 Akuntan Muda Halaman 23
(IT governance) kini berkembang. Ada karena proses perencanaan dan analisis
berbagai definisi yang dikemukakan masalah yang salah sehingga hasil
berkaitan dengan tata kelola TI. Ross & pengembangan STI kedalam perusahaan
Weill (2004) Mendefinisikan tata kelola TI menjadi
sebagai spesifikasi atas rerangka dalam kepemimpinan juga memainkan peranan
keputusan keputusan, yang amat penting. Keterlibatan dan
pengambilan
wewenang dan partisipasi manajemen puncak akan
pendelegasian
akuntabilitas untuk mendorong perilaku sangat
yang diinginkan dalam penggunaan implementasi STI. Beberapa studi yang
menentukan
kesuksesan
teknologi informasi. Definisi ini lebih berkaitan
menekankan kepada sistem dan proses menemukan terdapat keterkaitan yang
dalam pengambilan keputusan yang erat antara kesuksesan implementasi STI
berhubungan dengan kesuksesan dalam dengan
penggunaan teknologi. Definisi lainnya didalamnya melibatkan CEO dan CIO
hubungan eksekutif
yang
yang lebih luas dikemukakan oleh The IT ( Feeny et al. 1992; Earl & Feeny 1995;
Governance Institute (ITGI), tata kelola TI Chen & Preston, 2007 ). Dari sisi
didefinisikan sebagai tanggung jawab pengukuran kesuksesan, STI tidak hanya
eksekutif dan dewan komisaris yang diukur dari perspektif keuangan, namun
kepemimpinan, struktur juga harus diukur dari persepektif non
melibatkan
proses untuk keuangan lainnya seperti kepuasan
organisasional,
dan
meyakinkan keberlanjutan TI, pencapaian pelanggan, kepuasan karyawan, akurasi
perusahaan. proses bisnis, dsb. Pengukuran kesuksesan
Mekanisme tata kelola TI memiliki tiga STI yang hanya diukur dari perspektif
komponen yaitu struktur, proses dan keuangan tidak tepat, karena dua variabel
mekanisme relasional ( Van Grembergen & ini tidak selalu berhubungan secara
De Haes 2008 ). Struktur meliputi langsung.
organisasi, lokasi fungsi TI, eksistensi, dan kejelasan tugas serta tanggung jawab dari
Berkaitan dengan adanya kesalahan peran TI yang beragam dalam organisasi.
dalam pengelolaan dan pengukuran Proses merujuk pada pengambilan
kesuksesan implementasi STI, pemikiran keputusan, perencanaan sistem informasi
Akuntan Muda Halaman 24 Akuntan Muda Halaman 24
TickIT ( Van komponen yang melengkapi rerangka tata
PRINCE2,
PMBOK,
Grembergen & De Haes 2008 ). kelola TI. Mekanisme sangat dibutuhkan
Aspek managerial terutama yang dalam tataran operasional, tata kelola TI
berkaitan dengan tata kelola teknologi tidak akan berhasil tanpa adanya
informasi memegang peranan penting mekanisme meskipun telah memiliki
dalam kesuksesan implementasi STI. struktur dan proses yang baik. Mekanisme
Dengan demikian, penerapan STI semata ini meliputi partisipasi bisnis/TI, dialog
tanpa mempertimbangkan bagaimana strategis, pelatihan, pembelajaran dan
memanfaatkannya dengan benar, sama komunikasi. Dalam tataran operasional,
sekali tidak bermanfaat bagi perusahaan. panduan operasional tata kelola TI dapat
menggunakan COBIT, CMMi, COSO,
(Oleh: Arif Perdana)
ISO/IEC 17799:2005, ISO/IEC TR 13335,
Referensi: Referensi: Referensi: Referensi:
Brynjolfsson, Erik & Lorin M. Hitt. 1998. Beyond the Productivity Paradox: Computers are the Catalyst for Bigger Changes. Forthcoming in the Communications of the ACM.
Carr, Nicholas. G. 2003. IT Doesn’t Matter. Harvard Business Review. May 2003. USA: Harvard Business School Press.
Chen. Daniel Q & David S. Preston. 2007. Understanding CIO Role Effectiveness: the
Antecedents and Consequents. Proceedings of the 40th Hawaii International Conference on System Sciences – 2007
Earl M.J. and David.F. Feeny. 1995. Is Your CIO Adding Value, The McKinsey Quarterly. Feeny, David. F. et.al. 1992. Understanding the CEO/CIO Relationship. MIS Quarterly, Vol. 16
Issue 4. Keller, Erik. 2004. Technology Paradise Lost: Why Companies Will Spend Less to Get More
from Information Technology. Greenwich, CT: Manning Publications Co vanGrembergen, Wim & Steven De Haes. 2008. Implementing Information Technology
Governance: Models, Practices, and Cases. United States of America: IGI Global. Weill, Peter and J.W. Ross. 2004. IT Governance: How Top Performers Manage IT Decision
Rights for Superior Results, Watertown, MA: Harvard Business School Press.
Akuntan Muda Halaman 25
Setelah menemukan topik, sebagaimana dibahas di ‘Kolom Uni Hesty’ bulan April kemarin, langkah berikutnya adalah mencari literatur. Literatur berperan penting bagi pemahaman kita atas suatu topik. Hal ini karena pemahaman kita hanya akan sebagus literatur yang kita pelajari. Literatur yang
baik adalah literatur yang memiliki kualitas tinggi pada:
1) Isi atau kandungan/content penelitian. Penelitian dilakukan secara benar. Ini berarti penelitian terkait memiliki rumusan masalah yang baik dan terjustifikasi; pengembangan hipotesis yang valid; benar dalam menggunakan, mengadaptasi, dan mengaplikasi model; serta benar dalam menginterpretasi hasil. Singkat cerita, penelitian ini haruslah melakukan segala langkah-langkah penelitian dengan tepat dan hati-hati sehingga hasilnya pun benar, tidak dirusak oleh kekeliruan (error) ataupun bias. Hasil penelitian memiliki kontribusi penting. Kontribusi suatu paper dilihat dari perspektif dunia penelitian di saat penelitian itu dipublikasi. Contohnya paper Ray Ball dan Philip Brown (1968) yang berjudul ‘An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers.’ 1 Bila kita lihat saat ini maka
paper itu tampak sederhana dan biasa. Namun, tidak demikian ketika paper itu dipublikasi pada tahun 1968. Saat itu, tren penelitian akuntansi adalah penelitian
1 Ball, R., dan P. Brown. 1968. An empirical evaluation of income accounting number. Journal of Accounting Research 6 (20): 159-178.
Akuntan Muda Halaman 26 Akuntan Muda Halaman 26
yang dibuat kemudian (replikasi) tidak memiliki peran sepenting peran paper Ball dan Brown (1968) walaupun bukan tidak mungkin paper-paper yang lebih baru tersebut justru menggunakan metode yang lebih canggih.
2) Pemaparan ide, pemikiran, dan aspek penelitian.
Kualitas kedua ini terkait dengan bagaimana peneliti mengkomunikasikan penelitiannya ke pembaca melalui tulisan. Selain melakukan penelitian dengan benar, paper yang baik juga memudahkan pembaca untuk memahami penelitiannya. Ini berarti paper yang baik umumnya memiliki ciri-ciri berikut ini:
Argumen dipaparkan secara runut. Pemikiran disampaikan dalam bahasa yang baik dan benar serta lugas. Kalimat yang
digunakan tidak canggung ataupun ambigu. Aspek-aspek penelitian disajikan dalam cara-cara yang memudahkan pembaca
mengerti penelitian tersebut. Kedua kualitas di atas memastikan bahwa kita mempelajari penelitian yang ‘benar’ dan
penting dengan relatif mudah. ‘Benar’ di sini berarti penelitian dilakukan dengan benar, bukan penelitian yang dilakukan secara serampangan atau yang punya banyak kekeliruan. Penelitian yang tidak dilakukan dengan benar membuat hasilnya tidak dapat dipercaya dan, oleh karenanya, tidak dapat dijadikan dasar bagi penelitian lain, termasuk penelitian kita.
Selain itu, kita juga perlu melandaskan penelitian kita pada penelitian yang penting. Hal ini terkait dengan keterandalan/reliabilitas asumsi yang kita gunakan, argumen yang kita bangun, model yang kita adopsi atau adaptasi, dan sebagainya. Prinsipnya, informasi atau pengetahuan tangan pertama itu lebih baik daripada turunan/derivasinya. Misalnya, ketika kita meneliti manipulasi aktivitas real dan mengadopsi Model Roychowdhury maka
pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari paper Roychowdhury (2006) 3 akan jauh lebih
2 Beaver, W.H. 1968. The information content of annual earnings announcements. Journal of Accounting Research 6: 67-92.
3 Roychowdhury, S. 2006. Earnings management through real activities manipulation. Journal of Accounting and Economics 42: 335-370.
Akuntan Muda Halaman 27 Akuntan Muda Halaman 27
Sementara itu, kualitas pemaparan dan penulisan ide, pemikiran, dan aspek penelitian yang baik akan memudahkan kita memahami penelitian itu sendiri. Misalnya saja, Roychowdhury (2006) bahkan menjelaskan mengapa ia keluar dari kebiasaan umum dengan menambahkan konstan/intercept yang tidak terskala (unscaled) ke dalam modelnya. Penjelasan ini terdapat pada footnote 18, Roychowdhury (2006).
Kedua kualitas yang dimiliki oleh paper yang baik tersebut memastikan bahwa kita mempelajari penelitian yang dilakukan dengan benar dan mudah memahaminya. Ini sangat
berguna buat orang yang relatif baru dalam melakukan penelitian. 4 Topik-topik ‘berat’ seperti relevansi nilai, manipulasi laba, dan lainnya akan menjadi sangat masuk akal dan
mudah dipahami bila kita mempelajarinya melalui literatur yang berkualitas. Tulisan ini berusaha memberi gambaran jenis-jenis literatur yang baik dan, oleh karenanya, perlu kita
pelajari ketika sudah menentukan topik penelitian. 5
4 Bila kita masih baru dalam melakukan penelitian (e.g. saat menyusun skripsi) maka kita tidak/belum memiliki standar tertentu dan cenderung menganggap semua referensi sebagai ‘benar dan baik’. Masalahnya, hal ini
membuat kita mudah terjebak ke dalam referensi yang tidak ‘benar dan baik’ dan, kemudian, melakukan penelitian dengan tidak ‘benar dan baik’ pula. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengembangkan otot-otot standar mutu yang baik dalam penelitian dengan cara mempelajari literatur yang berkualitas.
5 Jenis-jenis paper ini tidak mutually exclusive melainkan overlapping. Paper seminal, misalnya, sebenarnya bahkan merupakan bentuk khusus dari paper klasik.
Akuntan Muda Halaman 28
Pertanyaan penting sebelum kita melakukan sesuatu adalah ‘kenapa’? Jadi, kenapa kita perlu baca paper teranyar? 6
Kita belum tahu topik itu mau dibawa ke mana dan apa yang mau dilakukan dengannya. Ini terjadi bila kita hanya memiliki topik namun belum punya gambaran spesifik tentang apa
yang mau kita teliti. Seumpama kita tertarik isu manipulasi laba (earnings management). Namun kita belum tahu isu spesifik manipulasi laba yang ingin atau bisa kita teliti, model yang perlu digunakan, perkembangan isu manipulasi laba itu sendiri, dan lain-lain. Paper teranyar memberi gambaran terkini tentang berbagai alternatif yang bisa kita pilih dalam aspek-aspek tadi serta menunjukkan kelebihan dan kelemahan suatu alternatif. Ini merupakan fitur yang tidak bisa anda peroleh dengan paper selain paper teranyar.
Contoh: Pengukuran akrual diskresioner oleh Cohen et al. (2007: p. 10-11) 7
6 Untuk kepentingan pembahasan, esai ini menggunakan working paper Daniel A. Cohen, Aiyesha Dey, dan Thomas Z. Lys, ‘Real and Accrual-based Earnings Management in the Pre- and Post-Sarbanes Oxley Periods,’
versi Juni 2007 sebagai contoh. Working paper versi 2007 ini sudah tidak tersedia di SSRN, namun anda bisa menggunakan versi 2008 yang bisa diunduh secara bebas di SSRN: http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1280711
7 Cohen, D.A., A. Dey, dan T.Z. Lys. 2007. Real and accrual-based earnings management in the pre- and post- Sarbanes-Oxley periods. Working paper.
Akuntan Muda Halaman 29
Berdasar penjelasan dalam paper Cohen et al. (2007) tersebut, kita bisa membuat gambaran mengenai pengukuran akrual diskresioner sebagaimana ‘Orat-Oret 1’ berikut.
Pembahasan ukuran manipulasi laba oleh paper Cohen et al. (2007) secara implisit menggambarkan perkembangan model akrual diskresioner dan alasan penggunaan aspek- aspeknya. Paper Cohen et al. (2007) menunjukkan perkembangan pengukuran akrual
Akuntan Muda Halaman 30 Akuntan Muda Halaman 30
menjelaskan alasan mengapa pengestimasian model dilakukan untuk setiap industri yang diklasifikasi dengan 2-digit kode SIC (Kasznik 1999). 11 Paper ini juga menjelaskan mengapa ia
tetap menggunakan model Jones meskipun model ini banyak dikritik atas kekeliruan dalam menangkap komponen akrual diskresioner (lihat footnote 13). Di samping itu, Cohen et al. (2007) menunjukkan bahwa mereka juga menguji hipotesis dengan menggunakan ukuran akrual diskresioner tercanggih yang ada (Kothari et al. 2005) walaupun mereka tidak secara spesifik menjelaskan alasan penggunaannya.
Oleh karena itu, mempelajari paper teranyar sangat bermanfaat untuk dengan cepat memperoleh gambaran alternatif aspek penelitian yang ada. Gambaran mengapa sebaiknya kita menggunakan atau tidak menggunakan suatu model, meneliti atau tidak meneliti suatu variabel, dan lain-lain. Dengan mempelajari beberapa paper teranyar saja, kita sudah bisa memperoleh gambaran mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan atau tidak lakukan serta memperoleh gambarang mengenai aspek-aspek apa saja yang harus kita perhatikan dalam penelitian kita.
Kita perlu tahu apakah ide penelitian kita sudah diteliti atau belum. Kadang kala peneliti sudah memiliki gambaran umum terkait ide penelitiannya. Namun
demikian, (hampir) tidak ada gunanya mengerjakan ulang apa yang telah diteliti peneliti lain. Selain tidak/kurang berguna secara keilmuan, meneliti hal yang sama dengan peneliti lain itu juga tidak/kurang berguna bagi si peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan biasanya jurnal (yang bagus) tidak bersedia menerima naskah artikel penelitian yang sama sehingga hampir bisa dipastikan naskah itu tidak akan terpublikasi. Oleh karenanya, kita perlu mengecek apakah ide penelitian yang kita usulkan telah dikerjakan peneliti lain atau belum. Pengecekan ini dilakukan dengan melihat apakah ada paper-paper teranyar yang mengusung ide penelitian yang sama dengan yang kita ajukan. Bila tidak/belum ada maka
8 Jones, J.J. 1991. Earnings management during import relief investigation. Journal of Accounting Research 29 (2): 193-228.
9 Dechow, P.M., R.G. Sloan, dan A.P. Sweeney. 1995. Detecting earnings management. The Accounting Review 70 (2): 193-225.
10 Kothari, S.P., A.J. Leone, dan C.E. Wasley. 2005. Performance matched discretionary accrual measures. Journal of Accounting and Economics 39: 163-197.
11 Kasznik, R. 1999. On the association between voluntary disclosure and earnings management. Journal of Accounting Research 37: 57-81.
Akuntan Muda Halaman 31 Akuntan Muda Halaman 31
Kita perlu tahu perkembangan teranyar suatu topik. Ketika kita meneliti, kita perlu tahu sampai di mana perkembangan suatu ilmu pengetahuan
dan apa kontribusi penelitian kita terhadap ilmu pengetahuan yang telah ada. Pemahaman atas perkembangan ilmu pengetahuan dan kontribusi penelitian kita terhadapnya memerlukan pengetahuan atas penelitian-penelitian teranyar. Apakah kita mengkonfirmasi suatu teori? Apakah penelitian kita menambah pemahaman atas suatu isu? Apakah penelitian kita justru mengangkat suatu isu yang selama ini tidak pernah diperhatikan? Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa terjawab bila kita memiliki pemahaman yang lengkap atas topik yang kita teliti. Bagaimana topik ini dibangun, bagaimana ia berkembang, dan, untuk kepentingan pembahasan kita, sejauh mana topik ini telah berkembang?
Di sisi lain, secara teknis, kita perlu melakukan ini sebagai landasan latar belakang penelitian kita. Latar belakang penelitian menceritakan mengapa penelitian kita penting dan perlu untuk dilakukan. Ini, sekali lagi, menuntut pemahaman yang lengkap atas topik yang kita teliti dan sejauh mana perkembangannya saat ini. Paper terbaru biasanya memberi gambaran yang cukup lengkap atas perkembangan suatu topik.
Contoh: Motivasi penelitian Cohen et al. (2007, p. 4-5)
Akuntan Muda Halaman 32
Orat-oret 2 menggambarkan peta penelitian tren manipulasi laba terkait Sarbanes Oxley Act (SOX). Cohen et al. (2007) bertujuan menguji apakah derajat manipulasi laba meningkat dari waktu ke waktu dan mencapai puncaknya di periode skandal akuntansi serta kemudian menurun setelah berlakunya SOX. Berdasar tujuan ini, mereka memberi gambaran penelitian manipulasi laba yang melatari ide atau isu penelitian. Cohen et al. (2007) menyebutkan bahwa kecenderungan memanipulasi akuntansi dan untuk menghindari laba negatif (i.e. rugi) meningkat dari waktu ke waktu sebelum SOX. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Brown (2001), Bartov et al. (2002), Lopez dan Rees (2001), Matsumoto (2002), dan Brown dan Caylor (2003). Sementara itu, pola manipulasi faktor real, yang juga merupakan bentuk manipulasi laba, belum diketahui. Namun demikian, menurut penelitian terkait, manipulasi faktor real merupakan hal yang juga digunakan managemen dalam memanipulasi laba. Pendukung argumen keberadaan manipulasi faktor real ini antara lain Healy dan Wahlen (1999), Fudenberg dan Tirole (1995), Dechow dan Skinner (2000), serta hasil survei yang dilakukan oleh Graham et al. (2005).
Akuntan Muda Halaman 33
Idealnya, kita merujuk pada paper yang sudah dipublikasi di jurnal. Hal ini karena suatu jurnal memiliki reputasi tertentu yang (diharapkan dan dianggap) bisa menjamin kualitas paper/artikel yang terbit di dalamnya. Artikel yang terbit di The Accounting Review, misalnya, dapat dipastikan memiliki kualitas yang sangat baik, entah itu dari segi isi/kandungan (content) maupun dari segi pemaparan. Hal ini karena The Accounting Review, yang merupakan salah satu jurnal top di Amerika Serikat, akan sangat serius dalam
proses reviewnya dan dengan standar kualitas yang begitu tinggi. 12
Namun demikian, tidak mudah mempublikasi paper di jurnal dan dalam kasus jurnal top, prosesnya berlangsung cukup lama. Review di suatu jurnal ternama bisa berjalan sampai dengan 2 tahun sehingga ketika penelitian itu dipublikasi di jurnal, sebenarnya ia tidak lagi merupakan topik teranyar. Paper Cohen et al. (2007) yang menjadi contoh kita, misalnya, telah dipresentasi pada ‘AAA 2006 Financial Accounting and Reporting Section (FARS) Meeting Paper’, namun baru berhasil dipublikasi di jurnal, The Accounting Review, pada tahun 2008. Oleh karenanya, kita tidak bisa menggunakan paper/artikel dari jurnal sebagai referensi kita akan paper atau penelitian teranyar.
Lalu, bagaimana caranya mencari penelitian teranyar? Kita bisa mencari penelitian/paper yang sedang dikerjakan alias working paper. Satu tempat yang menyenangkan untuk mencari working paper ini adalah SSRN. SSRN berupa database besar di mana kita bisa mencari paper berdasar pengarang, judul, topik/tema, dan periode pengunggahan (uploading) paper.
Namun demikian, kita perlu berhati-hati dalam memanfaatkan SSRN. Hal ini karena SSRN bersifat terbuka sehingga semua orang dan siapa saja dapat membuat akun serta mengunggah paper. Ini berarti paper di SSRN tidak memiliki standar kualitas tertentu, berbeda dengan refereed atau peer-reviewed journal. Namun demikian, kita masih bisa memperkirakan kualitas suatur working paper berdasar penulis ataupun institusinya. Ini dikarenaka seorang penulis/peneliti berkualitas biasanya akan menulis paper berkualitas pula. Demikian juga dengan institusi berkualitas, mereka biasanya memiliki sistem yang baik
12 Pembahasan lebih lengkap mengenai top journals disajikan di bagian berikutnya.
Akuntan Muda Halaman 34 Akuntan Muda Halaman 34
ditulis oleh peneliti ternama ditulis oleh peneliti yang pernah publikasi di jurnal top ditulis oleh pengarang yang berasal dari universitas ternama merupakan working paper universitas ternama
Ketika seseorang menyebut ‘paper klasik’ maka umumnya ia merujuk ke suatu paper yang pasti dibaca dan dikutip orang pada bidang penelitian tertentu. Singkatnya, suatu paper yang sangat berpengaruh. Misalnya, ketika kita mendengar paper ‘Towards a Positive Theory of the Determination of Accounting Standards’ yang ditulis Ross L Watts dan Jerold L. Zimmerman pada tahun 1978 maka kita tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa paper ini merupakan bacaan wajib bagi orang-orang yang ingin mempelajari ‘akuntansi positif.’
Namun demikian, tidak ada standar atau kriteria khusus mengenai paper klasik. Penetapan apakah suatu paper sudah tergolong klasik atau belum biasanya dilakukan secara subjektif dengan mengikuti kaidah-kaidah tertentu. Salah satu contoh usaha formal penetapan apakah suatu paper sudah tergolong klasik dilakukan oleh Association for the Advancement of Artificial Intelligence (AAAI) melalui ‘AAAI Classic Paper Award’.
AAAI Classic Paper Award 13 menyebutkan bahwa penghargaan ini diberikan pada paper yang sangat berpengaruh dalam bidang artificial intelligence. Penentuan apakah suatu
paper klasik atau tidak dilihat melalui dampak paper terkait, seperti: Memulai area atau sub-area penelitian baru, 14
13 Sumber: http://www.aaai.org/Awards/classic.php
Akuntan Muda Halaman 35
Memungkinkan munculnya pengaplikasian-pengaplikasian penting, Menjawab suatu isu atau pertanyaan yang telah lama belum memiliki penjelasan atau
jawaban yang memuaskan ataupun mengklarifikasi sesuatu isu yang belum jelas (murky),
Membuat satu kemajuan besar yang menentukan sejarah dalam subarea terkait, Diakui sebagai paper penting dan digunakan oleh area lain, baik di dalam atau di luar
bidang artificial intelligence, Sangat banyak dikutip.
Sekarang, bagaimana caranya kita mengetahui apakah suatu paper itu tergolong klasik atau tidak? Satu cara yang mudah adalah dengan bertanya pada dosen atau peneliti yang berkutat dalam bidang penelitian terkait. Sementara cara lain yang kurang praktis adalah dengan melihat paper yang mereview literatur di bidang tertentu. Paper ini, yang sering disebut paper review literatur, memberi gambaran perkembangan penelitian di bidang terkait lengkap dengan berbagai aspeknya. Satu paper review literatur yang terkenal adalah
paper S.P. Kothari (2001) berjudul ‘Capital Markets Research in Accounting.’ 15|16 Bila kita mempelajari paper review literatur maka kita bisa membuat perkiraan paper yang menjadi
landasan dalam bidang tertentu.
Di sisi lain, paper klasik tidak berjumlah banyak dan biasanya memiliki bahasan yang bersifat umum seperti teori akuntansi positif, hubungan angka akuntansi dengan nilai saham, dan sebagainya. Padahal, umumnya, kita memiliki topik penelitian yang sudah sangat spesifik seperti relevansi nilai (value relevance), manipulasi laba, pengungkapan/disclosure, dan sebagainya. Oleh karenanya, kita perlu mencari paper semi- klasik. Paper semi-klasik adalah paper yang memiliki karakteristik paper klasik namun tidak memiliki pengaruh sekuat dan seluas paper klasik.
Lantas, bagaimana mencari/mengetahui suatu paper semi-klasik? Satu cara yang relatif mudah adalah dengan mencari, berdasar topik tertentu, daftar artikel yang dipublikasi di jurnal top, kemudian perhatikan referensinya. Kita akan menemukan beberapa paper yang
14 Aspek ini dibahas lebih mendalam di bagian ‘Paper Seminal.’ 15 Kothari, S.P. 2001. Capital markets research in accounting. Journal of Accounting and Economics 31: 105-231. 16 Paper ini dapat diperoleh dengan googling ‘Kothari Capital Markets Research.’
Akuntan Muda Halaman 36 Akuntan Muda Halaman 36
No. Bidang
Paper
1)
Manipulasi laba ‘Earnings Management during Import Relief Investigation’
oleh Jennifer J. Jones (1991)
2)
Relevansi nilai ‘Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation’ oleh James A. Ohlson (1995) 17
Merriam-Webster’s 11th Collegiate Dictionary:
! "#$ % &%
Paper seminal adalah paper klasik yang (dianggap) memulai perkembangan suatu topik. Paper seminal paling terkenal di akuntansi mungkin adalah paper Ball dan Brown (1968)
yang berjudul ‘An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers.’ 18 Paper ini mengubah tren penelitian akuntansi yang semula normatif menjadi positivis. Berikut adalah
gambaran American Accounting Association (AAA) mengenai paper seminal yang tercermin dalam penghargaan ‘Seminal Contributions to Accounting Literature Award: :
"!
&, -
17 Ohlson, J.A. 1995. Earnings, book values, and dividends in equity valuation. Contemporary Accounting Research 11 (2): 661-687.
18 Anda bisa memperoleh paper ini dengan googling ‘Ball and Brown 1968.’ 19 Sumber: http://aaahq.org/awards/award2.htm
Akuntan Muda Halaman 37
&',' ) !
&',- (.!
0!
B D D !* :KH
Kenapa kita perlu mempelajari paper seminal? Penting sekali untuk mengetahui sejarah suatu penelitian dan mengapa ia dimulai sehingga anda bisa mengetahui konteks penelitian itu dibuat dan menyesuaikannya dengan konteks penelitian anda. Paper seminal, sebagai paper pembaharu di bidang riset tertentu, biasanya membuat argumentasi yang kuat dan komprehensif mengapa penelitian tertentu harus dilakukan. Misalnya, paper Ball dan Brown (1968) menjelaskan mengapa penting sekali untuk melakukan penelitian positivis, tidak hanya penelitian normatif. Sementara, paper-paper sesudahnya, secara umum, tidak lagi memuat argumentasi serupa karena telah mendasarkan diri pada argumentasi paper seminal dan hasil penelitiannya.
Contoh: Paper Ball dan Brown (1968, p.159-160)
Akuntan Muda Halaman 38
Akuntan Muda Halaman 39
Ketika komunitas akademik akuntansi dipenuhi oleh pemikiran-pemikiran normatif, Ball dan Brown (1968) mengajukan penelitian positif mereka. Pertama-tama, sebelum mengajukan hasil penelitian, mereka harus mampu meyakinkan komunitas akademik bahwa penelitian positif itu sendiri penting untuk dilakukan. Ball dan Brown (1968) kemudian mengajukan argumen mengapa penelitian positif penting.
Akuntan Muda Halaman 40
Orat-oret 3 menggambarkan letak perbedaan penelitian normatif dan penelitian positif menurut Ball dan Brown (1968). Penelitian normatif dianggap gagal menilai perbedaan signifikan antara praktik akuntansi senyatanya dengan model praktik ideal yang diajukan para peneliti normatif. Hal ini menunjukkan kekurangan penelitian normatif dalam fungsinya menilai praktik akuntansi. Sementara itu, penelitian positif mengatasi kelemahan tersebut dengan mempelajari bagaimana perilaku pengguna akuntansi terhadap hasil praktik akuntansi tertentu (e.g. angka laba). Perilaku pengguna akuntansi ini (dianggap) relevan untuk dijadikan patokan/benchmark penilaian kebermanfaatan akuntansi karena para pengguna inilah yang bisa merasakan seberapa jauh atau besar kebermanfaatan akuntansi. Bila suatu angka akuntansi tertentu dianggap tidak berguna maka ia tidak akan digunakan, vice versa. 20
Tantangan: Bikin oret-oretmu sendiri untuk kasus definisi laba yang diceritakan dalam paper Ball and Brown (1964) sebagaimana dikutip dalam artikel ini.
Serupa dengan kasus pada paper klasik, tidak banyak paper yang tergolong seminal. Hal ini menyulitkan kita ketika melakukan penelitian yang temanya cukup sempit. Solusinya, serupa dengan kasus paper klasik, kita mencari penelitian yang mengawali suatu subtopik tanpa terlalu memperhatikan pengaruhnya dalam penelitian akuntansi secara umum. Penelitian oleh Linda Elizabeth DeAngelo (1981) dengan judul ‘Auditor Size and Audit Quality’, misalnya, mengawali penelitian kaitan kualitas auditor dengan ukuran auditor tersebut (salah satunya dikotomi Big 4 – nonBig 4). Namun demikian, mencari paper jenis ini lebih sulit daripada mencari paper semi-klasik. Satu cara yang direkomendasi adalah bertanya pada dosen anda atau dengan membaca paper yang mereview literatur dalam topik terkait.
bersambung...
(Oleh: Arie Rahayu)
20 Penelitian positif semacam ini tentu saja juga memiliki kelemahannya sendiri. Kelemahan ini timbul dari 2 asumsi yang sesungguhnya digunakan agar penelitian positif ini benar-benar mencapai tujuannya. Pertama,
investor mengambil keputusan sesuai dengan cara yang diekspektasi oleh peneliti akuntansi positif. Misalnya, investor melakukan analisis fundamental sebagaimana yang dibayangkan peneliti akuntansi, investor menilai saham secara individual, investor berperilaku rasional, dan lain-lain. Kedua, ada kesesuaian sudut pandang investor dan akuntan terkait peran angka akuntansi tertentu. Misal, laba memang dipandang memiliki makna (absolut) tertentu bukan sekedar menilai bagaimana laba digunakan oleh investor lain yaitu angka laba itu penting per se, bukan penting karena ia mempengaruhi tren harga saham (di sini yang penting adalah pengaruh praktis laba terhadap saham).
Akuntan Muda Halaman 41