prosedur umum pembelajaran mikro docx
A. Kegiatan Pembukaan Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan pembukaan atau disebut juga dengan kegiatan pendahuluan, adalah suatu upaya
untuk menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap kegiatan inti
pembelajaran. Kegiatan pembukaan dalam pembelajaran diklasifikasikan kedalam tahap prainstructional. Akan tetapi walaupun digolongkan kedalam pra-instructional, sebenarnya sudah
merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Fungsi utama kegiatan awal (prainstructional), adalah untuk menciptakan kondisi siap belajar baik secara fisik , mental,
emosional dan bahkan sosial siswa. Dengan telah memiliki kesiapan yang baik sejak awal, maka
akan menjadi modal dasar yang sangat berharga bagi siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran pada tahap berikutnya, yaitu pada kegiatan inti pembelajaran.
Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran itu digolongkan kedalam tiga bagian utama,
yaitu pembukaan (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk lebih jelasnya
tahapan pembelajaran tersebut coba perhatikan bagan berikut ini:
Tahapan Umum Kegiatan Pembelajaran
Bagan diatas menggambarkan bahwa tahap pertama dari kegiatan pembelajaran adalah
“Pembukaan”. Menurut Soli Abimanyu (1984, hlm. 12), yang dimaksud dengan pembukaan
pembelajaran pada dasarnya adalah “kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari”.
Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dalam
pembelajaran, pada hakikatnya merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana atau kondisi awal sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran.
Kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan selanjutnya (inti), sangat ditentukan
oleh kondisi awal yang dilakukan sebelumnya. Motivasi, perhatian, dan aktivitas siswa pada
kegiatan inti, banyak dipengaruhi oleh sejauhmana siswa sejak awal atau melalui kegiatan
pembukaan yang dilakukan telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai , manfaat materi
yang akan dipelajari, proses yang harus dilakukan , dan informasi lain yang diterima diawal
pembelajaran.
Waktu pembelajaran sangat singkat, satu jam pembelajaran berkisar antara 40 s.d 45 menit.
Oleh karena itu, efisiensi waktu dalam kegiatan pembukaan harus diperhatikan, untuk
pembukaan biasanya hanya sekitar 5 menit. Bagaimana dengan waktu yang relatif singkat itu
dapat dimanfaatkan secara optimal, yaitu siswa telah memiliki kejelasan tujuan yang harus
dicapai, manfaat dari materi atau aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut,
dan informasi-informasi penting lainnya yang diharapkan akan menumbuhkan perhatian dan
motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran dengan baik.
Sekilas nampaknya kegiatan membuka pembelajaran dianggap cukup sederhana, guru
masuk ke kelas, menyampaikan salam dan terus dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran.
Padahal jika memperhatikan kembali hakikat membuka pembelajaran seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, ternyata kegiatan membuka tidak sesederhana yang diperkirakan. Oleh
karena itu, kegiatan membuka dalam pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari
sistem pembelajaran secara keseluruhan, dan oleh karena itu keterampilan membuka
pembelajaran perlu dilatihkan, sehingga diperoleh kemampuan yang profesional.
Bagi calon guru maupun para guru yang berlatih meningkatkan keterampilan mengajar
melalui pembelajaran mikro, walaupun yang dilatihkan hanya unsur-unsur tertentu sesuai
dengan karakteristik pembelajaran mikro, dalam prosesnya tetap menempuh ketiga tahapan
umum pembelajaran diatas, yaitu dimulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan dilanjutkan dengan
kegiatan penutup.
2. Unsur-unsur Kegiatan Membuka Pembelajaran
Diawal sudah dijelaskan bahwa kegiatan “Pembukaan Pembelajaran” merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembukaan pada intinya yaitu untuk
“menciptakan kondisi siap” bagi siswa (fisik, mental, emosional maupun sosial) untuk
mengikuti pembelajaran.
Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kondisi siap itu
(pembukaan) dalam pembelajaran.
a. Mengkondisikan pembelajaran (conditioning)
1) Menumbuhkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi memiliki ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada
intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energi psikis (pikiran dan perasaan)
kepada suatu objek yang akan dipelajari. Makin terpusat perhatian seorang siswa pada materi
pembelajaran, akan semakin baik proses dan hasil pembelajaran dicapai.
Motivasi merupakan suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu
yang memprakarsai aktivitas, mengatur arah aktivitas dan memelihara kesungguhan beraktivitas.
Tinggi dan rendahnya motivasi seorang siswa memiliki hubungan yang erat dengan tingkat
perhatiannya. Contoh: Bila seorang siswa menaruh perhatian yang tinggi kepada materi pecahan
dalam matematika, karena merasa dibutuhkan dan terkait dengan kehidupan nyata dalam seharihari, maka ia akan berusaha melakukan berbagai aktivitas belajar (motivasi) untuk menguasai
materi pecahan itu.
Dari contoh diatas, bagaimana terlebih dahulu siswa menaruh perhatian kepada suatu objek,
karena objek itu menarik dan dibutuhkan oleh dirinya, sehingga akhirnya muncul dorongan
(motivasi) untuk beraktivitas belajar. Oleh karena itu implikasi bagi guru, untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi tersebut, antara lain bagaimana meyakinkan kepada siswa bahwa materi
yang akan dipelajari memiliki kegunaan dan akan sangat dibutuhkan oleh siswa, baik pada saat
ini maupun dimasa yang akan datang.
2) Menciptakan sikap yang mendidik
Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan
proses pendewasaan manusia. Oleh karena itu melalui kegiatan pembelajaran, selain upaya
untuk merubah perilaku siswa baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, juga harus
dimaksudkan dalam kerangka mencapai tujuan yang lebih luas yaitu tujuan pendidikan itu
sendiri. Dengan demikian sejak awal pembelajaran dimulai, unsur-unsur pendidikan harus
ditanamkan kepada siswa, dalam hal ini menanamkan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siswa.
Misalnya bagaimana sebelum belajar dimulai terlebih dahulu siswa dibiasakan untuk berdo’a,
mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah, disiplin, jujur, dan nilai-nilai lain
yang perlu dimiliki oleh siswa.
3) Menciptakan kesiapan belajar siswa
Efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan
(readiness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa
tersebut dapat belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang individu
antara lain: kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi atau kecerdesan, pengalaman yang
dimiliki, hasil belajar yang telah diraih dan faktor-faktor lainnya.
Pada saat mengawali pembelajaran guru harus memiliki keyakinan bahwa siswanya telah
memiliki kesiapan untuk belajar. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa, idealnya memang
terlebih dahulu harus dilakukan pengetesan kesiapannya, sebab adakalanya individu yang
memiliki tingkat kecerdesan realtif sama, mungkin memiliki pola kemampuan mental yang
berbeda, sehingga memiliki tingkat kesiapan yang berbeda pula. Tapi itu rumit dan tidak akan
cukup dengan waktu pembukaan yang realtif singkat. Paling tidak guru dapat memahaminya
dari reaksi secara spontan yang ditunjukkan siswa pada saat mengawali pembelajaran.
4) Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis
Suasana kelas yang tegang, menakutkan, takut serba salah dan situasi-situasi yang
mencengkram, tidak kondusif untuk pembelajaran bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh
karena itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat memungkinkan
siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi pembelajaran yang positif
lainnya. Itulah salah satu inti dari pembelajaran demokratis.
Dengan kata lain pembelajaran demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,
menerapkan kesamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik (siswa).
b. Melaksanakan kegiatan apersepsi
1) Mengecek kehadiran siswa
Salah satu kegiatan apersepsi yaitu dengan mengecek kehadiran siswa, yang dilakukan pada
saat akan memulai pembelajaran. Fungsi kegiatan mengecek kehadiran siswa, selain sebagai
salah satu bentuk untuk mengkondisikan awal pembelajaran, juga untuk menegakkan disiplin.
Belajar adalah proses aktivitas, siswa akan efektif belajar jika secara langsung (fisik) mengikuti
pembelajaran. Proses belajar siswa dilakukan melalui alat indera yang dimilikinya antara lain
yaitu melalui pendengaran (auditif), penglihatan (visual), taktil (perabaan) dan kinestetik yang
bersifat keterampilan.
2) Mengecek pemahaman siswa
Salah satu bentuk kegiatan apersepsi lainnya yaitu melalui pengecekan terhadap
pemahaman siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan
mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pengecekan terhadap pemahaman
siswa ini, yaitu untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah dipelajari dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengecekan ini akan bermanfaat sebagai masukan bagi guru dalam kegiatan tindak
lanjut pembelajaran. Andaikata dari hasil pengecekan itu hampir sebagian siswa belum
menguasainya, maka kemungkinan dilakukan pengulangan terlebih dahulu terhadap materi yang
belum dikuasainya sebelum melangkah pada materi baru.
Pengecekan terhadap tingkat pemahaman siswa bukan hanya terhadap materi yang sudah
dipelajarinya, akan tetapi bisa dilakukan untuk mengecek terhadap materi yang akan diberikan.
Dalam istilah pembelajaran tes yang diberikan terhadap materi yang akan diberikan disebut
dengan pre-test, yaitu tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah memiliki
pemahaman terhadap materi yang akan diberikan.
Menurut teori konstruktivisme, siswa telah dibekali dengan berbagai pengalaman yang
diperoleh dari berbagai aktivitas dan kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh karena itu
menurut konstruktivisme, siswa datang ke sekolahtidak dalam keadaan hampa. Dengan
demikian tugas guru adalah mengkonstruksi terhadap pengalaman yang dimilikinya itu, salah
satu diantaranya yaitu dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapat, merespon terhadap materi yang akan diberikan.
3) Menyampaikan tujuan/kompetensi
Sejak awal atau pada saat akan memulai pembelajaran, terlebih dahulu siswa harus memiliki
kejelasan terhadap tujuan atau kompetensi yang harus dicapai dari kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukannya. Kejelasan tujuan atau kompetensi yang disampaikan bukan hanya
keterkaitan dengan materi pembelajaran saja, melainkan lebih luas lagi yaitu manfaat apa yang
akan didapat siswa. Oleh karena itu yakinkan kepada siswa bahwa tujuan atau kompetensi
tersebut diperlukan bagi siswa baik untuk masa kini maupun bagi masa yang akan datang terkait
dengan tugas hidup dan kehidupan yang akan dihadapinya.
4)
Menjelaskan kegiatan-kegiatan (pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan
Setelah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai jelas dipahami oleh siswa,
dalam awal pembelajaran siswa pun harus diarahkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang
harus dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya apakah melalui diskusi, membaca
secara analisis, melakukan percobaan, simulasi dan mendemonstrasikan, memecahkan masalah,
observasi dilapangan, mengamati dan lain sebagainya.
Setiap jenis kegiatan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan tentu saja harus
disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi maupun ketersediaan sarana dan fasilitas
pendukung pembelajaran. Keuntungan memberitahukan jenis kegiatan yang akan dilakukan,
sejak awal pembelajaran siswa sudah mempunyai bayangan dan mempersiapkan diri apa yang
harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Dalam membuka pembelajaran, tidak berarti setiap unsur dalam kegiatan membuka
pembelajaran diatas itu mesti dilakukan secara bersamaan pada saat kegiatan membuka
pembelajaran. Unsur-unsur yang tercakup dalam kegiatan membuka pembelajaran tersebut
bersifat pilihan, dimana boleh memilih jenis kegiatan apa yang cocok dilakukan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran akan berlangsung. Boleh jadi dan sangat
diharapkan secara kreatif dan inovatif dapat memunculkan jenis kegiatan yang lain yang
dianggap lebih efektif untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran.
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan inti pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan pokok siswa untuk mempelajari
materi yang telah direncanakan. Pembelajaran adalah proses interaksi, yaitu interaksi antara
siswa dengan lingkungan pembelajaran termasuk didalamnya materi pembelajaran. Dengan
demikian kegiatan inti pembelajaran dengan kata lain adalah proses interaksi antara siswa
dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran yang
telah direncanakan.
Dalam aspek pembelajaran, guru merupakan bagian dari lingkungan pembelajaran. Oleh
karena itu tugas guru dalam kegiatan inti pembelajaran terutama adalah bagaimana memfasilitasi
kegiatan belajar siswa untuk terjadinya proses pembelajaran. Sebagai fasilitator pembelajaran,
guru dalam melakukan kegiatan inti pembelajaran tidak mendominasi kegiatan pembelajaran,
melainkan bagaimana guru memfungsikan dirinya sebagai motivator untuk membangun
aktivitas belajar siswa.
2. Unsur-unsur Kegiatan Inti Pembelajaran
Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 Tahun 2005) tentang standar nasional pendidikan
dinyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara
aktif, serta memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Bab IV
Pasal 19 ayat 1).
Jika disimpulkan bunyi pernyataan pasal diatas, bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran
harus mencerminkan delapan unsur pokok:
a. Interaktif; yaitu proses komunikasi pembelajaran harus dijalin melalui hubungan secara
interaktif. Dari guru ke siswa, siswa ke guru, siswa dengan siswa maupun siswa dengan
sumber pembelajaran lain yang lebih luas.
b. Inspiratif; yaitu melalui pembelajaran yang dilakukan harus mendorong siswa secara aktif,
inovatif menemukan gagasan baru yang bisa diterapkan dalam memecahkan permasalahan
dan bermanfaat bagi kehidupan siswa baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang.
c. Menyenangkan; yaitu suasana pembelajaran harus diciptakan secara menyenangkan
sehingga siswa merasa aman dan bebas untuk berkreasi melakukan aktivitas pembelajaran
untuk memperoleh hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.
d. Menantang; yaitu tidak hanya menempatkan siswa sebagai penerima yang pasif menerima
pengetahuan, tetapi juga pembelajaran harus dikemas untuk memberikan tantangan kepada
siswa.
e. Memotivasi; peserta didik, yaitu supaya aktivitas belajar siswa muncul dari keinginan
dirinya sendiri (intrinsik).
f. Prakarsa; yaitu pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
inisiatif secara bervariasi dalam rangka mendukung proses pembelajaran yang dilakukan.
g. Kreativitas; yaitu pembelajaran yang dilakukan mendorong siswa untuk mengembangkan
kreativitas yang disesuaikan dengan minat dan potensi siswa.
h. Kemandirian; yaitu pembelajaran harus diupayakan untuk mendorong siswa memiliki
kemampuan komitmen dan percaya diri, mengingat bahwa pendidikan merupakan proses
pembelajaran yang bertujuan antara lain ialah untuk proses pendewasaan.
C. Kegiatan Penutup Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan penutup pembelajaran merupakan tahap mengakhiri pembelajaran. Namun
maksud dari menutup pembelajaran disini bukan hanya mengakhiri pembelajaran pada saat itu
melainkan dengan menutup pembelajaran memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa
yang di pelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan terkait dengan materi pembelajaran yang telah di capai dengan kata lain kita harus
mengevaluasi pembelajaran tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut maka
beberapa cara yang dapat dilakukan guru misalnya membuat kesimpulan, meriview, memberikan
tugas dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.
2. Jenis-jenis Kegiatan Menutup Pembelajaran
Ada beberapa jenis kegiatan dam menutup pembelajaran, diantaranya:
a. Merangkum; yaitu saat menutup pembelajaran guru membuat rangkuman mengenai pokokpokok materi yang telah di pelajari. Sehingga di harapkan siswa dapat memiliki pemahaman
yang utuh baik mengenai konsep, teori, prinsip maupun gagasan utama dari materi
pembelajaran yang telah di pelajari. Kegiatan merangkum ini bisa di lakukan siswa dengan
bimbingan guru atau juga bisa di lakukan guru dengan menyampaikan pokok-pokok materi
pembelajaran di hadapan siswa.
b. Mengajukan pertanyaan; dengan mengajukan pertanyaan akan membuat siswa terdorong
untuk berpikir kembali dengan cara menyampaikan pemahamanya mengenai materi yang
telah di pelajari. Dari pertanyaan yang di ajukan guru dapat memperoleh gambaran sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di sampaikan dan dapat mengetahui
materi-materi mana yang belum di pahami siswa.
c. Menyimpulkan; yaitu membuat kesimpulan yang menggambarkan pokok isi materi
pembelajaran yang telah di pelajari. Membuat kesimpulan tidak bisa di lakukan oleh guru
saja, melainkan juga bisa di buat oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga guru dapat
memperoleh informasi mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di berikan.
d. Memberikan tugas; saat menutup pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa
sehubungan dengan materi yang sudah di berikan. Tugas yang di berikan di buat untuk dapat
membuat siswa mengaplikasikan pemahamnaya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
melalui tugas tersebut siswa di rangsang untuk berpikir kembali materi yang di telah di
pelajari dan guru memperoleh masukan sejauh mana pemahaman siswa berkaitan dengan
penguasaan materi tersebut.
e. Refleksi; ketika
menutup pembelajaran, guru mengajak siswa dengan cara yang jujur,
terbuka untuk merenungkan kembali terhadap aktivitas pembelajaran yang telah di lakukan,
mengecek kembali materi yang sudah dikuasai dan materi yang mana yang masih belum di
pahami atau sama sekali belum mengerti. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pengecekan terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa juga di ajak untuk
merenung kaitan, manfaat maupun penerapan dari materi yang telah di pelajari dalam
hubungan dengan tugas-tugas kehidupan yang nyata.
f. Memberikan tes; salah satu alternatif lain dalam menutup pembelajaran adalah dengann cara
memberikan tes yaitu dengan memberikan pertanyaan baik secara lisan, tulisan maupun
tindakan. Dengan tes ini dapat membuat siswa berpikir kembali materi yang telah di pelajari
maupun pengalaman dan pemahaman setiap siswa terkait dengan aktivitas maupun materi
siswa yang telah di pelajari. Melalui jawaban siswa guru akan memperoleh gambaran tingkat
pemahaman siswa.
Keenam kegiatan tersebut merupakan alternatif dalam menutup pembelajaran. Guru tentu
saja dapat mencari atau mengembangkan bentuk maupun jenis kegatan lainnya yang dapat
dilakukan untuk menutup pembelajaran. Intinya dari setiap jenis kegiatan menutup pembelajaran
adalah untuk mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang
utuh kepada siswa sekaligus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
yang di pelajari.
3. Hasil Belajar
Menurut W. Winkel (1989, hlm. 82) “hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh
siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujud dalam bentuk angka”. Menutur
Winarno Surakhmad (1980, hlm. 25) “hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan,
ujian, atau tes. Maksud ujian tersebut ialah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010, hlm. 22) “hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya
Warsito dalam Depdiknas (2006, hlm. 125) mengemukakan bahwa “hasil dari kegiatan belajar
ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni, Alifin Mustikawan & Ali Ridho
(2010, hlm. 18) menjelaskan bahwa “seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika
ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya”.
Hasil pembelajaran yang harus dicapai dapat diklasifikasikan kedalam lima jenis yaitu:
a. Informasi verbal, yaitu dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa sebagai
salah satu indikatornya adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali pengetahuan atau
pengalaman belajar yang telah dilakukannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Misalnya bagaimana siswa dapat menjelaskan kembali pokok-pokok mater maupun
membuat kesimpulan sebagai hasil belajar menggunakan bahasanya sendiri.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan siswa untuk menghubungkan materi yang sudah
di pelajari dengan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain
yang dimaksud ketrampilan intelek adalah hasil belajar siswa tidak hanya cukup dengan
telah dikuasainya sejumlah konsep, melainkan yang lebih penting bagaimana siswa mampu
menggunakan pengetahuan dari hasil belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
di hadapinya. Sehingga pembelajaran tersebut bermakna dan bermanfaat bagi siswa.
c. Keterampilan motorik yaitu hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa harus
tercerminkan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas gerak yang terkoordinasi dalam
bentuk fisik atau jasmani. Misalnya saat siswa sudah mempelajari teknologi informasi dalam
entuk komputer, mereka menjadi terampil bagaimana mengoprasikan komputer dari mulai
menyalakan, mengoprasikan sampai pada mematikan komputer tersebut.
d. Sikap yaitu melalui pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa dari hasil
pembelajarannya, harus mampu menunjukan sikap atau menentukan pendapat seperti
menerima atau menolak terhadap terhadap suatu objek berdasarkan hasil penilaian terhadap
objek yang di hadapinya.kemampuan menentukan pendapat ya atau tidak, bagi yang tidak
melakukan proses pembelajaran pada awalnya, tentu saja pendapatnya itu mungkin saja
dikemukakan dengan asal-asalan. Lain lagi kalau pada awalnya telah melengkapi diri dengan
wawasan, pemahaman terkait dengan objek yang di hadapinya, maka ketika menentukan
pendapat atau sikapnya itu dilakukan melalui pemikiran analitis sehingga akhirnya sampai
pada kesimpulan bersikap teguh pada pendirianya menerima atau menolak.
e. Siasat kognitif yaitu kemampuan siswa menggunakan
pemikiranya secara tajam dan
komprehensif berkenaan dengan konsep maupun prinsip yang telah dikuasai dari hasil
penbelajaran dalam memecahkan permasalahan atau ketika merespon terhadap stimulus
yang dihadapinya. Dari hasil belajar yang telah dilakukannya, melalui siasat kognitif ini
menjadi terbiasa menggunakan pikiranya secara kreatif dan inovatif mencari berbagai stategi
sehingga pada akhirnya menemukan pemecahan yang tepat.
Sumber Materi :
Modul UPI : Pembelajaran Mikro
1. Pengertian
Kegiatan pembukaan atau disebut juga dengan kegiatan pendahuluan, adalah suatu upaya
untuk menciptakan suasana atau kondisi siap belajar sebelum memasuki tahap kegiatan inti
pembelajaran. Kegiatan pembukaan dalam pembelajaran diklasifikasikan kedalam tahap prainstructional. Akan tetapi walaupun digolongkan kedalam pra-instructional, sebenarnya sudah
merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri. Fungsi utama kegiatan awal (prainstructional), adalah untuk menciptakan kondisi siap belajar baik secara fisik , mental,
emosional dan bahkan sosial siswa. Dengan telah memiliki kesiapan yang baik sejak awal, maka
akan menjadi modal dasar yang sangat berharga bagi siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran pada tahap berikutnya, yaitu pada kegiatan inti pembelajaran.
Secara umum tahapan kegiatan pembelajaran itu digolongkan kedalam tiga bagian utama,
yaitu pembukaan (pendahuluan), kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk lebih jelasnya
tahapan pembelajaran tersebut coba perhatikan bagan berikut ini:
Tahapan Umum Kegiatan Pembelajaran
Bagan diatas menggambarkan bahwa tahap pertama dari kegiatan pembelajaran adalah
“Pembukaan”. Menurut Soli Abimanyu (1984, hlm. 12), yang dimaksud dengan pembukaan
pembelajaran pada dasarnya adalah “kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan
suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari”.
Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membuka dalam
pembelajaran, pada hakikatnya merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh guru untuk
menciptakan suasana atau kondisi awal sebelum memasuki tahap kegiatan inti pembelajaran.
Kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pada kegiatan selanjutnya (inti), sangat ditentukan
oleh kondisi awal yang dilakukan sebelumnya. Motivasi, perhatian, dan aktivitas siswa pada
kegiatan inti, banyak dipengaruhi oleh sejauhmana siswa sejak awal atau melalui kegiatan
pembukaan yang dilakukan telah memiliki kejelasan tujuan yang harus dicapai , manfaat materi
yang akan dipelajari, proses yang harus dilakukan , dan informasi lain yang diterima diawal
pembelajaran.
Waktu pembelajaran sangat singkat, satu jam pembelajaran berkisar antara 40 s.d 45 menit.
Oleh karena itu, efisiensi waktu dalam kegiatan pembukaan harus diperhatikan, untuk
pembukaan biasanya hanya sekitar 5 menit. Bagaimana dengan waktu yang relatif singkat itu
dapat dimanfaatkan secara optimal, yaitu siswa telah memiliki kejelasan tujuan yang harus
dicapai, manfaat dari materi atau aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut,
dan informasi-informasi penting lainnya yang diharapkan akan menumbuhkan perhatian dan
motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan inti pembelajaran dengan baik.
Sekilas nampaknya kegiatan membuka pembelajaran dianggap cukup sederhana, guru
masuk ke kelas, menyampaikan salam dan terus dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran.
Padahal jika memperhatikan kembali hakikat membuka pembelajaran seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, ternyata kegiatan membuka tidak sesederhana yang diperkirakan. Oleh
karena itu, kegiatan membuka dalam pembelajaran merupakan bagian tak terpisahkan dari
sistem pembelajaran secara keseluruhan, dan oleh karena itu keterampilan membuka
pembelajaran perlu dilatihkan, sehingga diperoleh kemampuan yang profesional.
Bagi calon guru maupun para guru yang berlatih meningkatkan keterampilan mengajar
melalui pembelajaran mikro, walaupun yang dilatihkan hanya unsur-unsur tertentu sesuai
dengan karakteristik pembelajaran mikro, dalam prosesnya tetap menempuh ketiga tahapan
umum pembelajaran diatas, yaitu dimulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan dilanjutkan dengan
kegiatan penutup.
2. Unsur-unsur Kegiatan Membuka Pembelajaran
Diawal sudah dijelaskan bahwa kegiatan “Pembukaan Pembelajaran” merupakan bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembukaan pada intinya yaitu untuk
“menciptakan kondisi siap” bagi siswa (fisik, mental, emosional maupun sosial) untuk
mengikuti pembelajaran.
Berikut merupakan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kondisi siap itu
(pembukaan) dalam pembelajaran.
a. Mengkondisikan pembelajaran (conditioning)
1) Menumbuhkan perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi memiliki ikatan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Pada
intinya perhatian adalah kemampuan untuk memusatkan energi psikis (pikiran dan perasaan)
kepada suatu objek yang akan dipelajari. Makin terpusat perhatian seorang siswa pada materi
pembelajaran, akan semakin baik proses dan hasil pembelajaran dicapai.
Motivasi merupakan suatu energi atau kekuatan penggerak (motor) pada diri setiap individu
yang memprakarsai aktivitas, mengatur arah aktivitas dan memelihara kesungguhan beraktivitas.
Tinggi dan rendahnya motivasi seorang siswa memiliki hubungan yang erat dengan tingkat
perhatiannya. Contoh: Bila seorang siswa menaruh perhatian yang tinggi kepada materi pecahan
dalam matematika, karena merasa dibutuhkan dan terkait dengan kehidupan nyata dalam seharihari, maka ia akan berusaha melakukan berbagai aktivitas belajar (motivasi) untuk menguasai
materi pecahan itu.
Dari contoh diatas, bagaimana terlebih dahulu siswa menaruh perhatian kepada suatu objek,
karena objek itu menarik dan dibutuhkan oleh dirinya, sehingga akhirnya muncul dorongan
(motivasi) untuk beraktivitas belajar. Oleh karena itu implikasi bagi guru, untuk menumbuhkan
perhatian dan motivasi tersebut, antara lain bagaimana meyakinkan kepada siswa bahwa materi
yang akan dipelajari memiliki kegunaan dan akan sangat dibutuhkan oleh siswa, baik pada saat
ini maupun dimasa yang akan datang.
2) Menciptakan sikap yang mendidik
Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan
proses pendewasaan manusia. Oleh karena itu melalui kegiatan pembelajaran, selain upaya
untuk merubah perilaku siswa baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, juga harus
dimaksudkan dalam kerangka mencapai tujuan yang lebih luas yaitu tujuan pendidikan itu
sendiri. Dengan demikian sejak awal pembelajaran dimulai, unsur-unsur pendidikan harus
ditanamkan kepada siswa, dalam hal ini menanamkan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siswa.
Misalnya bagaimana sebelum belajar dimulai terlebih dahulu siswa dibiasakan untuk berdo’a,
mentaati aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah, disiplin, jujur, dan nilai-nilai lain
yang perlu dimiliki oleh siswa.
3) Menciptakan kesiapan belajar siswa
Efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan siswa belajar. Kesiapan
(readiness) pada dasarnya adalah gambaran kondisi individu siswa yang memungkinkan siswa
tersebut dapat belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang individu
antara lain: kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi atau kecerdesan, pengalaman yang
dimiliki, hasil belajar yang telah diraih dan faktor-faktor lainnya.
Pada saat mengawali pembelajaran guru harus memiliki keyakinan bahwa siswanya telah
memiliki kesiapan untuk belajar. Untuk mengetahui tingkat kesiapan siswa, idealnya memang
terlebih dahulu harus dilakukan pengetesan kesiapannya, sebab adakalanya individu yang
memiliki tingkat kecerdesan realtif sama, mungkin memiliki pola kemampuan mental yang
berbeda, sehingga memiliki tingkat kesiapan yang berbeda pula. Tapi itu rumit dan tidak akan
cukup dengan waktu pembukaan yang realtif singkat. Paling tidak guru dapat memahaminya
dari reaksi secara spontan yang ditunjukkan siswa pada saat mengawali pembelajaran.
4) Menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis
Suasana kelas yang tegang, menakutkan, takut serba salah dan situasi-situasi yang
mencengkram, tidak kondusif untuk pembelajaran bahkan tidak mendidik bagi siswa. Oleh
karena itu sejak awal pembelajaran suasana kelas harus diciptakan yang dapat memungkinkan
siswa merasa senang, aman, bebas, merasa dihargai, dan kondisi pembelajaran yang positif
lainnya. Itulah salah satu inti dari pembelajaran demokratis.
Dengan kata lain pembelajaran demokratis adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh
nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan,
menerapkan kesamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik (siswa).
b. Melaksanakan kegiatan apersepsi
1) Mengecek kehadiran siswa
Salah satu kegiatan apersepsi yaitu dengan mengecek kehadiran siswa, yang dilakukan pada
saat akan memulai pembelajaran. Fungsi kegiatan mengecek kehadiran siswa, selain sebagai
salah satu bentuk untuk mengkondisikan awal pembelajaran, juga untuk menegakkan disiplin.
Belajar adalah proses aktivitas, siswa akan efektif belajar jika secara langsung (fisik) mengikuti
pembelajaran. Proses belajar siswa dilakukan melalui alat indera yang dimilikinya antara lain
yaitu melalui pendengaran (auditif), penglihatan (visual), taktil (perabaan) dan kinestetik yang
bersifat keterampilan.
2) Mengecek pemahaman siswa
Salah satu bentuk kegiatan apersepsi lainnya yaitu melalui pengecekan terhadap
pemahaman siswa berkenaan dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan
mengaitkannya dengan materi yang akan dipelajari. Salah satu pengecekan terhadap pemahaman
siswa ini, yaitu untuk mengetahui sejauhmana materi yang telah dipelajari dikuasai oleh siswa.
Dari hasil pengecekan ini akan bermanfaat sebagai masukan bagi guru dalam kegiatan tindak
lanjut pembelajaran. Andaikata dari hasil pengecekan itu hampir sebagian siswa belum
menguasainya, maka kemungkinan dilakukan pengulangan terlebih dahulu terhadap materi yang
belum dikuasainya sebelum melangkah pada materi baru.
Pengecekan terhadap tingkat pemahaman siswa bukan hanya terhadap materi yang sudah
dipelajarinya, akan tetapi bisa dilakukan untuk mengecek terhadap materi yang akan diberikan.
Dalam istilah pembelajaran tes yang diberikan terhadap materi yang akan diberikan disebut
dengan pre-test, yaitu tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah memiliki
pemahaman terhadap materi yang akan diberikan.
Menurut teori konstruktivisme, siswa telah dibekali dengan berbagai pengalaman yang
diperoleh dari berbagai aktivitas dan kegiatan belajar yang dilakukannya. Oleh karena itu
menurut konstruktivisme, siswa datang ke sekolahtidak dalam keadaan hampa. Dengan
demikian tugas guru adalah mengkonstruksi terhadap pengalaman yang dimilikinya itu, salah
satu diantaranya yaitu dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
pendapat, merespon terhadap materi yang akan diberikan.
3) Menyampaikan tujuan/kompetensi
Sejak awal atau pada saat akan memulai pembelajaran, terlebih dahulu siswa harus memiliki
kejelasan terhadap tujuan atau kompetensi yang harus dicapai dari kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukannya. Kejelasan tujuan atau kompetensi yang disampaikan bukan hanya
keterkaitan dengan materi pembelajaran saja, melainkan lebih luas lagi yaitu manfaat apa yang
akan didapat siswa. Oleh karena itu yakinkan kepada siswa bahwa tujuan atau kompetensi
tersebut diperlukan bagi siswa baik untuk masa kini maupun bagi masa yang akan datang terkait
dengan tugas hidup dan kehidupan yang akan dihadapinya.
4)
Menjelaskan kegiatan-kegiatan (pengalaman) pembelajaran yang harus dilakukan
Setelah tujuan atau kompetensi pembelajaran yang akan dicapai jelas dipahami oleh siswa,
dalam awal pembelajaran siswa pun harus diarahkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang
harus dilakukannya untuk mencapai tujuan tersebut. Misalnya apakah melalui diskusi, membaca
secara analisis, melakukan percobaan, simulasi dan mendemonstrasikan, memecahkan masalah,
observasi dilapangan, mengamati dan lain sebagainya.
Setiap jenis kegiatan atau pengalaman belajar yang akan dilakukan tentu saja harus
disesuaikan dengan tujuan, karakteristik materi maupun ketersediaan sarana dan fasilitas
pendukung pembelajaran. Keuntungan memberitahukan jenis kegiatan yang akan dilakukan,
sejak awal pembelajaran siswa sudah mempunyai bayangan dan mempersiapkan diri apa yang
harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Dalam membuka pembelajaran, tidak berarti setiap unsur dalam kegiatan membuka
pembelajaran diatas itu mesti dilakukan secara bersamaan pada saat kegiatan membuka
pembelajaran. Unsur-unsur yang tercakup dalam kegiatan membuka pembelajaran tersebut
bersifat pilihan, dimana boleh memilih jenis kegiatan apa yang cocok dilakukan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi pada saat pembelajaran akan berlangsung. Boleh jadi dan sangat
diharapkan secara kreatif dan inovatif dapat memunculkan jenis kegiatan yang lain yang
dianggap lebih efektif untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran.
B. Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan inti pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan pokok siswa untuk mempelajari
materi yang telah direncanakan. Pembelajaran adalah proses interaksi, yaitu interaksi antara
siswa dengan lingkungan pembelajaran termasuk didalamnya materi pembelajaran. Dengan
demikian kegiatan inti pembelajaran dengan kata lain adalah proses interaksi antara siswa
dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran yang
telah direncanakan.
Dalam aspek pembelajaran, guru merupakan bagian dari lingkungan pembelajaran. Oleh
karena itu tugas guru dalam kegiatan inti pembelajaran terutama adalah bagaimana memfasilitasi
kegiatan belajar siswa untuk terjadinya proses pembelajaran. Sebagai fasilitator pembelajaran,
guru dalam melakukan kegiatan inti pembelajaran tidak mendominasi kegiatan pembelajaran,
melainkan bagaimana guru memfungsikan dirinya sebagai motivator untuk membangun
aktivitas belajar siswa.
2. Unsur-unsur Kegiatan Inti Pembelajaran
Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 Tahun 2005) tentang standar nasional pendidikan
dinyatakan “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara
aktif, serta memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Bab IV
Pasal 19 ayat 1).
Jika disimpulkan bunyi pernyataan pasal diatas, bahwa dalam setiap kegiatan pembelajaran
harus mencerminkan delapan unsur pokok:
a. Interaktif; yaitu proses komunikasi pembelajaran harus dijalin melalui hubungan secara
interaktif. Dari guru ke siswa, siswa ke guru, siswa dengan siswa maupun siswa dengan
sumber pembelajaran lain yang lebih luas.
b. Inspiratif; yaitu melalui pembelajaran yang dilakukan harus mendorong siswa secara aktif,
inovatif menemukan gagasan baru yang bisa diterapkan dalam memecahkan permasalahan
dan bermanfaat bagi kehidupan siswa baik dimasa kini maupun dimasa yang akan datang.
c. Menyenangkan; yaitu suasana pembelajaran harus diciptakan secara menyenangkan
sehingga siswa merasa aman dan bebas untuk berkreasi melakukan aktivitas pembelajaran
untuk memperoleh hasil pembelajaran secara efektif dan efisien.
d. Menantang; yaitu tidak hanya menempatkan siswa sebagai penerima yang pasif menerima
pengetahuan, tetapi juga pembelajaran harus dikemas untuk memberikan tantangan kepada
siswa.
e. Memotivasi; peserta didik, yaitu supaya aktivitas belajar siswa muncul dari keinginan
dirinya sendiri (intrinsik).
f. Prakarsa; yaitu pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
inisiatif secara bervariasi dalam rangka mendukung proses pembelajaran yang dilakukan.
g. Kreativitas; yaitu pembelajaran yang dilakukan mendorong siswa untuk mengembangkan
kreativitas yang disesuaikan dengan minat dan potensi siswa.
h. Kemandirian; yaitu pembelajaran harus diupayakan untuk mendorong siswa memiliki
kemampuan komitmen dan percaya diri, mengingat bahwa pendidikan merupakan proses
pembelajaran yang bertujuan antara lain ialah untuk proses pendewasaan.
C. Kegiatan Penutup Pembelajaran
1. Pengertian
Kegiatan penutup pembelajaran merupakan tahap mengakhiri pembelajaran. Namun
maksud dari menutup pembelajaran disini bukan hanya mengakhiri pembelajaran pada saat itu
melainkan dengan menutup pembelajaran memberikan gambaran yang menyeluruh tentang apa
yang di pelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa baik pengetahuan, sikap maupun
ketrampilan terkait dengan materi pembelajaran yang telah di capai dengan kata lain kita harus
mengevaluasi pembelajaran tersebut. Untuk dapat memperoleh informasi tersebut maka
beberapa cara yang dapat dilakukan guru misalnya membuat kesimpulan, meriview, memberikan
tugas dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.
2. Jenis-jenis Kegiatan Menutup Pembelajaran
Ada beberapa jenis kegiatan dam menutup pembelajaran, diantaranya:
a. Merangkum; yaitu saat menutup pembelajaran guru membuat rangkuman mengenai pokokpokok materi yang telah di pelajari. Sehingga di harapkan siswa dapat memiliki pemahaman
yang utuh baik mengenai konsep, teori, prinsip maupun gagasan utama dari materi
pembelajaran yang telah di pelajari. Kegiatan merangkum ini bisa di lakukan siswa dengan
bimbingan guru atau juga bisa di lakukan guru dengan menyampaikan pokok-pokok materi
pembelajaran di hadapan siswa.
b. Mengajukan pertanyaan; dengan mengajukan pertanyaan akan membuat siswa terdorong
untuk berpikir kembali dengan cara menyampaikan pemahamanya mengenai materi yang
telah di pelajari. Dari pertanyaan yang di ajukan guru dapat memperoleh gambaran sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah di sampaikan dan dapat mengetahui
materi-materi mana yang belum di pahami siswa.
c. Menyimpulkan; yaitu membuat kesimpulan yang menggambarkan pokok isi materi
pembelajaran yang telah di pelajari. Membuat kesimpulan tidak bisa di lakukan oleh guru
saja, melainkan juga bisa di buat oleh siswa dengan bimbingan guru sehingga guru dapat
memperoleh informasi mengenai tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang di berikan.
d. Memberikan tugas; saat menutup pembelajaran guru memberikan tugas kepada siswa
sehubungan dengan materi yang sudah di berikan. Tugas yang di berikan di buat untuk dapat
membuat siswa mengaplikasikan pemahamnaya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
melalui tugas tersebut siswa di rangsang untuk berpikir kembali materi yang di telah di
pelajari dan guru memperoleh masukan sejauh mana pemahaman siswa berkaitan dengan
penguasaan materi tersebut.
e. Refleksi; ketika
menutup pembelajaran, guru mengajak siswa dengan cara yang jujur,
terbuka untuk merenungkan kembali terhadap aktivitas pembelajaran yang telah di lakukan,
mengecek kembali materi yang sudah dikuasai dan materi yang mana yang masih belum di
pahami atau sama sekali belum mengerti. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pengecekan terhadap hasil belajar yang di peroleh siswa juga di ajak untuk
merenung kaitan, manfaat maupun penerapan dari materi yang telah di pelajari dalam
hubungan dengan tugas-tugas kehidupan yang nyata.
f. Memberikan tes; salah satu alternatif lain dalam menutup pembelajaran adalah dengann cara
memberikan tes yaitu dengan memberikan pertanyaan baik secara lisan, tulisan maupun
tindakan. Dengan tes ini dapat membuat siswa berpikir kembali materi yang telah di pelajari
maupun pengalaman dan pemahaman setiap siswa terkait dengan aktivitas maupun materi
siswa yang telah di pelajari. Melalui jawaban siswa guru akan memperoleh gambaran tingkat
pemahaman siswa.
Keenam kegiatan tersebut merupakan alternatif dalam menutup pembelajaran. Guru tentu
saja dapat mencari atau mengembangkan bentuk maupun jenis kegatan lainnya yang dapat
dilakukan untuk menutup pembelajaran. Intinya dari setiap jenis kegiatan menutup pembelajaran
adalah untuk mengakhiri pembelajaran dengan maksud untuk memberikan pemahaman yang
utuh kepada siswa sekaligus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi
yang di pelajari.
3. Hasil Belajar
Menurut W. Winkel (1989, hlm. 82) “hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh
siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujud dalam bentuk angka”. Menutur
Winarno Surakhmad (1980, hlm. 25) “hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan,
ujian, atau tes. Maksud ujian tersebut ialah untuk memperoleh suatu indeks dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010, hlm. 22) “hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya
Warsito dalam Depdiknas (2006, hlm. 125) mengemukakan bahwa “hasil dari kegiatan belajar
ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang
yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, Wahidmurni, Alifin Mustikawan & Ali Ridho
(2010, hlm. 18) menjelaskan bahwa “seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika
ia mampu menunjukan adanya perubahan dalam dirinya”.
Hasil pembelajaran yang harus dicapai dapat diklasifikasikan kedalam lima jenis yaitu:
a. Informasi verbal, yaitu dari proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa sebagai
salah satu indikatornya adalah kemampuan untuk mengungkapkan kembali pengetahuan atau
pengalaman belajar yang telah dilakukannya dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Misalnya bagaimana siswa dapat menjelaskan kembali pokok-pokok mater maupun
membuat kesimpulan sebagai hasil belajar menggunakan bahasanya sendiri.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan siswa untuk menghubungkan materi yang sudah
di pelajari dengan masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain
yang dimaksud ketrampilan intelek adalah hasil belajar siswa tidak hanya cukup dengan
telah dikuasainya sejumlah konsep, melainkan yang lebih penting bagaimana siswa mampu
menggunakan pengetahuan dari hasil belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
di hadapinya. Sehingga pembelajaran tersebut bermakna dan bermanfaat bagi siswa.
c. Keterampilan motorik yaitu hasil pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa harus
tercerminkan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas gerak yang terkoordinasi dalam
bentuk fisik atau jasmani. Misalnya saat siswa sudah mempelajari teknologi informasi dalam
entuk komputer, mereka menjadi terampil bagaimana mengoprasikan komputer dari mulai
menyalakan, mengoprasikan sampai pada mematikan komputer tersebut.
d. Sikap yaitu melalui pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa dari hasil
pembelajarannya, harus mampu menunjukan sikap atau menentukan pendapat seperti
menerima atau menolak terhadap terhadap suatu objek berdasarkan hasil penilaian terhadap
objek yang di hadapinya.kemampuan menentukan pendapat ya atau tidak, bagi yang tidak
melakukan proses pembelajaran pada awalnya, tentu saja pendapatnya itu mungkin saja
dikemukakan dengan asal-asalan. Lain lagi kalau pada awalnya telah melengkapi diri dengan
wawasan, pemahaman terkait dengan objek yang di hadapinya, maka ketika menentukan
pendapat atau sikapnya itu dilakukan melalui pemikiran analitis sehingga akhirnya sampai
pada kesimpulan bersikap teguh pada pendirianya menerima atau menolak.
e. Siasat kognitif yaitu kemampuan siswa menggunakan
pemikiranya secara tajam dan
komprehensif berkenaan dengan konsep maupun prinsip yang telah dikuasai dari hasil
penbelajaran dalam memecahkan permasalahan atau ketika merespon terhadap stimulus
yang dihadapinya. Dari hasil belajar yang telah dilakukannya, melalui siasat kognitif ini
menjadi terbiasa menggunakan pikiranya secara kreatif dan inovatif mencari berbagai stategi
sehingga pada akhirnya menemukan pemecahan yang tepat.
Sumber Materi :
Modul UPI : Pembelajaran Mikro