TANDA CINTA DUNIA CINTA DUNIA

TANDA CINTA DUNIA
Apakah kita termasuk orang yang cinta dunia ?
Apa ada bahayanya jika kita gila dunia ?
Ada 8 hal yang dicintai manusia, Alloh rinci dalam QS At Taubah ayat 24
Penjelasan : Ayat diatas menerangkan tentang orang yang mencintai dunia yaitu keluarga, harta,
bisnis, hingga rumah tempat tinggalnya.
Ayat diatas menurut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhabdalam kitab tauhid menunjukkan ancaman
bagi orang yang menjadikan 8 perkara duniawi tersebut lebih daripada agamanya.
Apa bahaya cinta dunia ?
1. Panjang angan – angan
2. Orang yang cinta dunia Lebih mengorbankan agama dan lebih memilih kekafiran
Hadis dari Abu Hurairah, Rosululloh bersabda :
“bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum dating fitnah seperti potongan malam yang
gelap, yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam
keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan
kafir. Ia menjual agamanya karena dari sedikit keuntungan dunia (HR Muslim)
3. Hati jadi lalai dari mengingat akhirat
Hadis dari Abu Musa Al asyari, Rosululloh bersabda : “ siapa yang begitu gila dengan
dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya maka
itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukan negeri yang akan kekal abadi dari
negeri yang akan fana”

Q.S Adzariyat ayat 10 – 11)
4. Orang yang cinta dunia akan menjadikan seseorang kurang mendapatkan kelezatan ketika
berdzikir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan : dzikir bagi hati kedudukannya seperti makanan
untuk badan, ketika badan sakit tentu seseorang akan sulit merasakan lezatnya makanan.
5. Orang yang cinta dunia urusannya akan jadi sulit
Hadis dari Anas bin Malik , Rosululloh SAW bersabda : “ barang siapa yang niatnya adalah
untuk menggapai akhirat, maka Alloh akan memberikan kecukupan dalam hatinya. Dia akan
menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina
padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Alloh akan
menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, duniapun
tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya: (HR Tirmidzi )
Bagaimana agar kita tidak gila dunia ?
a) Belajar agama, luangkan waktu walau sesibuk apapun untuk mendalami ilmu Islam
b) Qonaah (nerimo) dengan yang sedikit, apa saja yang Alloh beri (mendahulukan ridho
Alloh daripada hawa nafsu, keluarga dan kepentingan dunia
c) Sabar dan haraplah kenikmatan yang begitu banyak di surge
Sikap yang seharusnya terhadap dunia :
Hadist dari Abu Hurairah, Rosululloh SAW bersabda : “ Dunia adalah penjara bagi orang
beriman dan surga bagi orang kafir “(HR Muslim)

Penjelasan : dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk melakukan
syahwat yang diharamkan , sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan
– akan ia berada di surga”

TAFSIR AYAT PUASA ( AL BAQARAH:183-187)
‫تفسير آيات الصيام‬
TAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PUASA
Allah taala berfirman:
‫ان ِم ْن ُك ْم أم ِريضًا أأ ْو أعلأى أس أف ٍر أف ِع َدةٌ مِنْ أأي ٍَام‬
ٍ ‫ون أأيَامًا أمعْ دُو أدا‬
ِ ‫ِب أعلأ ْي ُك ُم ال‬
‫ت أف أمنْ أك أ‬
‫ِين مِنْ أق ْبلِ ُك ْم لأ أعلَ ُك ْم أت َتقُ أ‬
‫ِب أعلأى الَذ أ‬
‫ص أيا ُم أك أما ُكت أ‬
‫ِين آ أم ُنوا ُكت أ‬
‫أيا أأ ُي أها الَذ أ‬
‫أ‬
ٌ
‫أ‬

‫أ‬
َ
ْ
‫أ‬
ُ
ُ
ُ
‫أ‬
‫أ‬
ُ
‫ُون‬
‫ِين أف أمنْ أتطوَ أع أخيْرً ا أفه أُو أخ ْي ٌر ل ُه أوأنْ أتصُومُوا أخ ْي ٌر لك ْم إِنْ كنت ْم أتعْ لم أ‬
‫أ ُ أخ أر أو أعلأى الذ أ‬
ٍ ‫ِين يُطِ يقو أن ُه ف ِْد أية ط أعا ُم مِسْ ك‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orangorang yang berat menjalankannya (jia ia tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan
seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang

lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 183-184).
Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat ini, seraya menyuruh
mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum dan bersenggama dengan niat ikhlas
karena Allah ta'ala. Karena di dalamnya terdapat penyucian dan pembersihan jiwa. Juga
menjernihkannya dari pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah.
Allah menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hal yang sama juga telah diwajibkan atas
orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari sanalah mereka mendapat teladan. Maka hendaknya
mereka berusaha menjalankan kewajiban ini secara lebih sempurna dibanding dengan apa yang
telah mereka kerjakan.) lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/313(.
Lalu Dia memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan menjelaskan manfaatnya yang
besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar orang yang berpuasa mempersiapkan diri untuk
bertaqwa kepada Allah, yakni dengan meninggalkan nafsu dan kesenangan yang dibolehkan,
semata-mata untuk menta'ati perintah Allah dan mengharapkan pahala di sisi-Nya. Agar orang
beriman termasuk mereka yang bertakwa kepada Allah, ta'at kepada semua petintah-Nya serta
menjauhi larangan-larangan dan segala yang diharamkan-Nya. (Lihat Tafsir Ayatul Ahkam, oleh Ash
Shabuni, 1/192).
Ketika Allah menyebutkan bahwa Dia mewajibkan puasa atas mereka, maka Dia memberitahukan
bahwa puasa tersebut pada hari-hari tertentu atau dalam jumlah yang relatif sedikit dan mudah. Di
antara kemudahannya yaitu puasa tersebut pada bulan tertentu, di mana seluruh umat Islam
melakukannya. Lalu Allah memberi kemudahan lain, seperti disebutkan dalam firman-Nya:

‫ان ِم ْن ُك ْم أم ِريضً ا أأ ْو أعلأى أس أف ٍر أف ِع َدةٌ مِنْ أأي ٍَام أ ُ أخر‬
‫أف أمنْ أك أ‬
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (AlBaqarah: 184).
Karena biasanya berat, maka Allah memberikan keringanan kepada mereka berdua untuk tidak
berpuasa. Dan agar hamba mendapatkan kemaslahatan puasa, maka Alla memerintahkan mereka
berdua agar menggantinya pada hari-hari lain. Yakni ketika ia sembuh dari sakit atau tak lagi
melakukan perjalanan. Dan sedang dalam keadaan luang.

Dam firman Allah ta'ala:
‫ان ِم ْن ُك ْم أم ِريضً ا أأ ْو أعلأى أس أف ٍر أف ِع َدةٌ مِنْ أأي ٍَام أ ُ أخر‬
‫أف أمنْ أك أ‬
“Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (AlBaqarah: 184).
Maksudnya seorang boleh tidak berpuasa ketika sedang sakit atau dalam keadaan bepergian,
karena hal itu berat baginya. Maka ia dibolehkan berbuka dan mengqadha’nya sesuai dengan
bilangan hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari lain.
Adapun orang sehat dan mukim (tidak bepergian) tetapi berat (tidak kuat) menjalankan puasa, maka
ia boleh memilih antara berpuasa atau memberi makan orang miskin. Ia boleh berpuasa, boleh pula
dengan syarat memberi makan kepada orang miskin untuk setip hari yang ditinggalkannya. Jika ia

memberi makan lebih dari seorang miskin untuk setiap harinya, tentu akan lebih baik. Dan bila ia
berpuasa, maka puasa lebih utama daripada memberi makanan. Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas
radhiyallahu anhuma berkata: “karena itulah Allah berfirman: “dan berpuasa lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.” ( lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/214) .
Firman Allah ta'ala

ُ
ْ‫ان أم ِريضًا أأ ْو أعلأى أس أف ٍر أف ِع َدةٌ مِن‬
ٍ ‫اس أو أب ِي أنا‬
‫ان أف أمنْ أش ِهدأ ِم ْن ُك ُم ال َشه أْر أف ْل أيصُمْ ُه أو أمنْ أك أ‬
‫ض أ‬
‫أش ْه ُر أر أم أ‬
ِ ‫ت م أِن ْالهُدأى أو ْالفُرْ أق‬
ِ ‫ان الَذِي أ ْن ِز أل فِي ِه ْالقُرْ آنُ ه ًُدى لِل َن‬
ُ ‫أ‬
َ
َ
ْ
ْ
ْ

ُ
ْ
ُ
ُ
ُ
ُ
‫أ‬
‫أ‬
َ
ُ
ُ
ْ‫ُس‬
ْ‫ُس‬
‫ُون‬
‫ُوا‬
‫ر‬
‫ب‬
ِ
‫ك‬
‫ت‬

‫ل‬
‫و‬
‫ة‬
‫د‬
‫ع‬
‫ال‬
‫وا‬
‫ِل‬
‫م‬
‫ك‬
‫ت‬
‫ل‬
‫و‬
‫ر‬
‫ع‬
‫ال‬
‫م‬
‫ك‬
‫ب‬
‫د‬

‫ي‬
‫ُر‬
‫ي‬
‫و‬
‫ر‬
‫ي‬
‫ال‬
‫م‬
‫ك‬
‫ب‬
‫ا‬
‫د‬
‫ي‬
‫ُر‬
ِ
ِ
ِ
‫ا أعلأى أما أه أدا ُك ْم أولأ أعلَ ُك ْم أت ْش ُكر أ‬
‫أ‬
‫أ‬

‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
ُ
ُ
‫أ‬
ِ ِ
ِ ُ
ِ ‫أي ٍَام أ أخ أر ي‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kam mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagunggkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
(Al-Baqarah: 185).
Allah memberitahukan bahwa bulan yang di dalamnya diwajibkan bagi mereka berpuasa itu adalah
bulan Ramadhan. Bulan di mana Al-Qur’an –yang dengannya Allah memuliakan umat Muhammadditurunkan untuk pertama kalinya. Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai undang-undang serta

peraturan yang mereka pegang teguh dalam kehidupan. Di dalamnya terdapat cahaya dan petunjuk.
Dan itulah jalan kebahagiaan bagi orang yang ingin menitinya. Di dalamnya terdapat pembeda antara
yang hak dengan yang batil, antara petunjuk dengan kesesatan dan antara yang halal dengan yang
haram.
Allah menekankan puasa pada bulan Ramadhan karena bulan itu adalah bulan diturunkannya
rahmat kepada setiap hamba. Dan Allah tidak menghendaki kepada segenap hamba-Nya kecuali
kemudahan. Karena itu Dia membolehkan orang sakit dan musafir berbuka puasa pada hari-hari
bulan Ramadhan, ( lihat Tafsir Ayatul Ahkam, oleh Ash Shabuni, 1/92).
dan memerintahkan mereka menggantinya, sehingga sempurna bilangan satu bulan. Selain itu, dia
juga memerintahkan memperbanyak dzikir dan takbir ketika selesai melaksanakan ibadah puasa,
yakni pada saat sempurnanya bulan Ramadhan. Karena itu Allah berfirman:
َ ‫ي ُِري ُد‬
‫ُون‬
‫ا أعلأى أما أهدأ ا ُك ْم أولأ أعلَ ُك ْم أت ْش ُكر أ‬
‫اُ ِب ُك ُم ْاليُسْ أر أو ي ُِري ُد ِب ُك ُم ْالعُسْ أر أولِ ُت ْكمِلُوا ْال ِع َد أة أولِ ُت أك ِبرُوا َ أ‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Al-Baqarah: 185).
Maksudnya, bila anda telah menunaikan apa yang diperintahkan Allah, taat kepada-Nya dengan
menjalankan hal-hal yang diwajibkan dan meninggalkan segala yang diharamkan serta menjaga
batasan-batasan hokum-Nya, maka hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur
karenanya ( lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/218 ) .
Lalu Allah berfirman:
ُ
ُ ْ‫ان أف ْل أيسْ أت ِجيبُوا لِي أو ْلي ُْؤ ِم ُنوا ِبي أل أعلَ ُه ْم أير‬
‫ُون‬
‫شد أ‬
‫أوإِ أذا أسأألأ أ‬
ِ ‫َاع إِ أذا دأ أع‬
ِ ‫ك عِ أبادِي أع ِني أفإِ ِني أق ِريبٌ أ ِجيبُ دأ عْ أو أة الد‬
“Dan apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku, dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
Sebab turunnya ayat:
Diriwayatkan bahwa seorang Arab badui bertanya: wahai Rasulullah, apakah Tuhan kita dekat
sehingga kita berbisik atau jauh sehingga kita berteriak (memanggil-Nya ketika berdoa?) Nabi r
hanya terdiam, sampai Allah menurunkan ayat di atas. ( lihat Tafsir Ibnu Katsir, 1/219) .
Tafsiran ayat:
Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah dekat. Ia mengabulkan doa orang-orang yang memohon,
serta memenuhi kebutuhan orang-orang yang memohon, serta memenuhi kebutuhan orang-orang
yang meminta. Tidak ada tirai pembatas antara diri-Nya dengan salah seorang hamba-Nya. Karena
itu, seyogyanya mereka menghadap hanya kepada-Nya berdo’a dan merendahkan diri, lurus dan
memurnikan ketaatan pada-Nya semata .Tafsir Ibnu katsir, 1/218.
Adapun hikmah penyebutan Allah akan ayat ini –yang memotivasi memperbanyak do’a- berangkaian
dengan hukum-hukum puasa adalah bimbingan kepada kesungguhan dalam berdo’a, ketika bilangan
puasa telah sempurna, bahkan setiap kali berbuka.
Anjuran dan Keutamaan Do’a:
Banyak sekali nash-nash yang memotivasi untuk berdo’a menerangkan fadhilah (keutamaan)nya dan
mendorong agar suka melakukannya. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Firmannya Allah ta’ala:
‫وقال ربكم ادعوني أستجب لكم‬
“Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu.” (Ghafir:
60).
Di dalamnya Allah memerintahkan berdo’a dan Dia menjamin akan mengabulkannya.

1. Firman Allah ta'ala:

‫يحب المعتدين‬

‫ادعوا ربكم تضرعً ا وخفية إنه‬

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al-A’raf: 55).
Maksudnya, berdoa kepada Allah dengan menghinakan diri dan secara rahasia, penuh khusyu’ dan
merendahkan diri. “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Yakni
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, baik dalam berdoa atau lainnya, orang-orang
yang melampaui batas dalam setiap perkara. Termasuk melampaui batas dalam berdoa adalah
permintaan hamba akan berbagai hal yang tidak sesuai untuk dirinya atau dengan meninggikan dan
mengeraskan suaranya dalam berdoa.
Dalam shahihain, Al-Asy’ari berkata: “Orang-orang meninggikan suaranya ketika berdo’a” maka
Rasulullah r bersabda:
(( ٌ‫ إِنَ الَذِيْ أت ْدع ُْو أن أس ِم ْي ٌع أق ِريْب‬,‫ص َم أو أ غأا ِئبًا‬
‫)) أأ ُي أها ال َناسُ ارْ أبع ُْوا أعلأى أأ ْنفُسِ ُك ْم أفإِ َن ُك ْم أ أت ْدع ُْو أن أأ أ‬
“Wahai sekalian manusia, kasihanilah dirimu, sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada Dzat yang
tuli, tidak pula ghaib, sesungguhnya Dzat yang kamu berdoa padanya itu Maha Mendengar lagi
Maha Dekat.”
1. Firman Allah ta'ala:
‫أمن يجيب المضطر إذا دعاه ويكشف السوء‬
“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan?” (An-Naml: 62).
Maksudnya apakah ada yang bisa mengabulkan doa orang yang kesulitan, yang diguncang oleh
berbagai kesempitan, yang sulit mendapatkan apa yang ia minta, sehingga tak ada jalan keluar dari
keadaan yang mengungkunginya, selain Allah semata? Siapa pula yang menghilangkan keburukan
(malapetaka), kejahatan dan murka, selain Allah semata?

1. Dari An-Nu’man bin Basyir dari Nabi, beliau bersabda:
.‫ُعا ُء ه أُو ال ِع أبادأ ةُ (( رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح‬
‫)) الد أ‬
“Doa adalah Ibadah.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi. At Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih).
1. Dari Ubadah bin Ash Shamit t ia berkata: sesungguhnya Rasulullah r bersabda:
‫ْ أ‬
ْ
‫ إِ ًذا‬:‫حم (( أف أقا أل أر ُج ٌل م أِن ال أق ْو ِم‬
‫ص أر أ‬
‫ض مُسْ لِ ٌم أي ْدعُو اأ ِبدأ عْ أو ٍة إِ َ آ أتاهُ إِيَا أها أأ ْو أ‬
ِ ْ‫)) أما أعلأى الأر‬
ٍ ‫ف أع ْن ُه م أِن الس ُْو ِء مِثلِ أها أمالأ ْم أي ْد ُع ِبإِث ٍم أ ْو أقطِ ْي أع ِة أر‬
‫أ‬
‫أ‬
ْ
.‫ حديث حسن صحيح‬:‫ )) ا أكثرُ(( رواه الترمذي وقال‬:‫ أقا أل‬،ُ‫ُن ْك ِثر‬
“Tidak ada seorang muslim yang berdoa kepada Allah di dunia dengan suatu permohonan kecuali
Dia mengabulkannya, atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya, selama ia tidak
meminta suatu dosa atau pemutusan kerabat.” Maka berkatalah seorang laki-laki dari suatu kaum:
“kalau begitu, kita memperbanyak doa”. Rasulullah r bersabda: “Allah mengabulkan doa lebih banyak
daripada yang kalian minta.” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan shahih). (Lihat kitab Riyadhus
shalihin, hlm. 612 dan 622).
Lalu Allah ta'ala berfirman:

ُ
َ ‫ث إِلأى ِن أسا ِئ ُك ْم هُنَ لِ أباسٌ لأ ُك ْم أوأأ ْن ُت ْم ِل أباسٌ لأهُنَ أعلِ أم‬
ُ ‫ص أيام الرَ أف‬
َ‫انن بأاشِ رُوهُن‬
‫اب أعلأ ْي ُك ْم أو أع أفا أع ْن ُك ْم أف أ‬
‫ون أأ ْنفُ أس ُك ْم أف أت أ‬
‫اُ أأ َن ُك ْم ُك ْن ُت ْم أت ْخ أتا ُن أ‬
ِ ِ ‫أ ِح َل لأ ُك ْم لأ ْيلأ أة ال‬
‫أ‬
ُ
ُ
َ
ْ
ْ
ْ
ُ
ْ
ُ‫ص أيا أم إِلأى اللَي ِْل أو ُتبأاشِ رُوهُنَ أوأأ ْنت ْم‬
ُ
‫أ‬
ُ
ُ
‫أ‬
َ
ِ ‫ب اُ لك ْم أوكلوا أواش أربُوا أحتى أي أت أبي أَن لك ُم ال أخيْط ال ْب أيضُ م أِن ال أخيْطِ السْ أو ِد م أِن ال أفجْ ِر ث َم أ ِتمُوا ال‬
‫أوا ْب أت ُغوا أما أك أت أ‬
َ
َ
ْ
‫أ‬
ْ
َ
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
ُ
‫ون‬
‫ن‬
‫ِل‬
‫ل‬
‫ه‬
‫ت‬
‫ا‬
‫ي‬
‫آ‬
‫ا‬
ُ‫ِن‬
‫ي‬
‫ب‬
‫ي‬
ُ
‫ِك‬
‫ل‬
‫ذ‬
‫ك‬
‫ا‬
‫ه‬
‫ُو‬
‫ب‬
‫ر‬
‫ق‬
‫ت‬
‫ف‬
‫ا‬
‫د‬
‫ُو‬
‫د‬
‫ح‬
ُ
‫ك‬
‫ِل‬
‫ت‬
‫د‬
ِ
‫ج‬
‫ا‬
‫س‬
‫م‬
ِ
ِ
ِ
ِ
‫اس أل أعلَ ُه ْم أي َتقُ أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أ‬
‫أعا ِكفُ أ‬
ُ
ِ ‫ون فِي ْال أ‬
ِ

“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isterimu; mereka itu
adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat Menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan oleh Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka
itu sedang kamu beri’tikaf di masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (AlBaqarah: 187).

Sebab turunnya ayat:
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Al-barra’ bin Azib bahwasanya ia berkata:
“Dahulu, para sahabat Nabi, jika seorang dari mereka berpuasa, dan telah datang waktu berbuka,
tetapi ia tidur sebelum berbuka, ia tidak makan pada malam dan siang harinya hinga sore. Suatu
ketika Qais bin Shirmah Al-Anshari dalam keadaan puasa, sedang pada siang harinya bekerja di
kebun kurma. Ketika sedang datang waktu berbuka, ia mendatangi isterinya seraya berkata padanya:
“Apakah engkau memiliki makanan?” ia menjawab: “tidak, tetapi aku akan pergi mencarikan
untukmu.” Padahal siang harinya ia sibuk bekerja, karena itu ia tertidur. Kemudian datanglah
isterinya. Tatkala ia melihat suaminya ia berkata: “Engkau merugi” (karena aku tak mendapatkan
makanan untukmu). Ketika sampai tengah hari, ia (Qais) pingsan. Maka hal itu diberitahukan kepada
Nabi r, sehingga turunlah ayat ini:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isterimu.”
Maka mereka sangat bersuka cita karenanya, kemudian turunlah ayat berikut:
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar ) ”Lihat
kitab Ash Shahihul Musnad min Asbabin Nuzul, hlm, 9.(
Tafsiran ayat:
Allah ta'ala berfirman untuk memudahkan para hamba-Nya sekaligus untuk membolehkan mereka
bersenang-senang (bersetubuh) dengan isterinya pada malam-malam bulan Ramadhan,
sebagaimana mereka dibolehkan pula ketika malam hari makan dan minum:
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur denga isteri-isterimu.”
Rafats adalah bersetubuh dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya. Dahulu, mereka dilarang
melakukan hal tersebut (pada malam hari), tetapi kemudian Allah membolehkan mereka makan
minum dan melampiaskan kebutuhan biologis, dengan bersenang-senang bersama isteri-isteri
mereka. Hal itu untuk menampakkan anugerah dan rahmat Allah kepada mereka.
Allah menyerupakan wanita dengan pakaian yang menutupi badan. Maka ia adalah penutup bagi
laki-laki dan pemberi ketenangan padanya, begitupun sebaliknya.

Ibnu Abbas berkata: “maksudnya para isteri merupakan ketenangan bagimu dan kamu pun
merupakan ketenangan bagi mereka.”
Dan Allah membolehkan menggauli para isteri hingga terbit fajar. Lalu dia mengecualikan keumuman
dibolehkannya menggauli isteri pada malam hari bulan puasa pada saat I’tikaf. Karena itu adalah
waktu meninggalkan segala urusan dunia untuk sepenuhnya konsentrasi beribadah. Pada akhirnya
Allah menutup ayat-ayat yang mulia ini memperingatkan agar mereka tidak melanggar perintahperintah-Nya dan melakukan hal-hal yang diharamkan serta berbagai maksiat, yang semua itu
merupakan batasan-batasan-Nya. Hal-hal itu telah Dia jelaskaan kepada para hamba-Nya agar
mereka menjauhinya, serta taat berpegang teguh dengan syari’at Allah, sehingga mereka menjadi
orang-orang yang bertakwa ) Tafsir Ayatil Ahkam, oleh Ash shabuni, 1/93.(

PELAJARAN DARI AYAT-AYAT TENTANG PUASA

1. Umat Islam wajib melakukan puasa Ramadhan.
2. Kewajiban bertakwa kepada Allah dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya.
3. Boleh berbuka di bulan Ramadhan bagi orang sakit dan musafir.
4. Keduanya wajib mengganti puasa sebanyak bilangan hari mereka berbuka, pada hari-hari
lain.
5. Firman Allah ta'ala:
‫أف ِع َدةٌ مِنْ أأي ٍَام أ ُ أخ أر‬
“Maka wajiblah mereka berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain.”
Adalah dalil wajibnya mengqadha bagi orang yang berbuka pada bulan Ramadhan karena uzur, baik
sebulan penuh atau kurang, juga merupakan dalil dibolehkannya mengganti hari-hari yang panjang
dan panas dengan hari-hari yang pendek dan dingin atau sebaliknya.
1. Tidak diwajibkan berturut-turut dalam mengqadha puasa Ramadhan, karena Allah taala
berfirman:
‫أف ِع َدةٌ مِنْ أأي ٍَام أ ُ أخ أر‬
“Maka wajiblah mereka berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain.”
Tanpa mensyaratkan puasa berturut-turut. Maka, dibolehkan berpuasa secara berturut-turut atau
secara terpisah-pisah. Dan yang demikian itu lebih memudahkan manusia.
1. Orang yang tidak kuat puasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan sembuh, wajib
baginya membayar fidyah, untuk setiap harinya memberi makan satu orang miskin.

1. Firman Allah ta'ala:
‫أوأأنْ أتصُومُوا أخ ْي ٌر لأ ُك ْم‬
“Dan berpuasa lebih baik bagimu.”

Menunjukkan bahwa melakukan puasa bagi orang yang boleh berbuka adalah lebih utama, selama
tidak memberatkan dirinya.
1. Di antara keutamaan Ramadhan adalah, Allah mengistimewakannya dengan menurunkan AlQur’an pada bulan tersebut sebagai petunjuk bagi segenap hamba dan untuk mengeluarkan
mereka dari kegelapan menuju cahaya.
2. Bahwa kesulitan menyebabkan datangnya kemudahan. Karena itu Allah membolehkan
berbuka bagi orang sakit dan musafir.
3. Kemudahan dan kelapangan islam, yang mana ia tidak membebani seseorang di luar
kemampuannya.
4. Disyari’atkan mengumandangkan takbir pada malam Idul Fitri.
Firman Allah ta'ala:

‫ُون‬
‫ا أعلأى أما أهدأ ا ُك ْم أولأ أعلَ ُك ْم أت ْش ُكر أ‬
‫أولِ ُت أك ِبرُوا َ أ‬
“Dan hendaklah kamu mengangungkan Allah (mengumandangkan takbir) atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu.”
1. Wajib bersyukur kepada Allah atas berbagai karunia dan taufik-Nya, sehingga bisa
menjalankan puasa, shalat dan membaca Al-Qur’anul Karim, dan hal itu dengan mentaatiNya dan meninggalkan maksiat terhadap-Nya.
2. Anjuran berdoa, karena Allah memerintahkannya dan menjamin akan mengabulkannya.
3. Kedekatan Allah dari orang yang berdoa kepada-Nya berupa dikabulkannya doa, dan dari
orang yang menyembah-Nya berupa pemberian pahala.
4. Wajib memenuhi seruan Allah dengan beriman kepada-Nya dan tunduk mentaati-Nya. Dan
yang demikian itu adalah syarat dikabulkannya doa.
5. Boleh makan dan minum serta melakukan hubungan suami isteri pada malam-malam bulan
Ramadhan, hingga terbit fajar, dan haram melakukannya pada siang hari.
6. Waktu puasa adalah dari terbitnya fajar yang kedua, hingga terbenamnya matahari.
7. Disyari’atkan I’tikaf di masjid-masjid. Yakni di masjid untuk melakukan ketaatan kepada Allah
dan melakukan totalitas ibadah di dalamnya. I’tikaf tidak sah, kecuali dilakukan di dalam
masjid yang di situ diselenggarakan shalat lima waktu.
8. Diharamkan bagi orang yang beri’tikaf mencumbu isterinya. Bersenggama merupakan salah
satu yang membatalkan I’tikaf.
9. Wajib konsisten dengan mentaati perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Allah
ta'ala berfirman:
‫ا أف أت ْق أربُو أها‬
ِ َ ‫ك ُحدُو ُد‬
‫ت ِْل أ‬

“Itulah larangan-larangan Allah maka kamu jangan mendekatinya.”
1. Hikmah dan penjelasan ini adalah terealisasinya takwa setelah mengetahui dari apa ia harus
bertakwa (menjaga diri).
2. Orang yang makan dalam keadaan ragu-ragu tentang telah terbitnya fajar atau belum adalah
sah puasanya, Karena pada dasarnya waktu malam masih berlangsung.
3. Disunnahkan makan sahur, sebagaimana disunnahkan mengakhirkan waktunya.
4. Boleh mengakhirkan mandi janabat hingga terbit fajar.
5. Puasa adalah madrasah rohaniyah, untuk melatih dan membiasakan jiwa berlaku sabar
(Lihat kitab Al-Iklil fi istinbatit tanzil, oleh As Suyuthi, hlm, 24-28, dan Taisirul Lathifil Mannan,
oleh Ibnu Sa’di, halm, 56-58.(

Manfaat puasa:
Puasa memiliki beberapa manfaat,ditinjau dari segi kejiwaan, sosial dan kesehatan, di antaranya:
1. Beberapa manfaat puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan kesabaran,
menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta
mewujudkan dan membentuk ketakwaan yang kokoh dalam diri, yang ia merupakan hikmah
puasa yang paling utama.
Firman Allah ta'ala:
‫ون‬
ِ ‫ِب أعلأ ْي ُك ُم ال‬
‫ِين مِنْ أق ْبلِ ُك ْم لأ أعلَ ُك ْم أت َتقُ أ‬
‫ِب أعلأى الَذ أ‬
‫ص أيا ُم أك أما ُكت أ‬
‫ِين آ أم ُنوا ُكت أ‬
‫أيا أأ ُي أها الَذ أ‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183).

Catatan penting:
1. Dalam kesempatan ini, kami mengingatkan kepada para saudaraku kaum muslimin yang suka
merokok. Sesungguhnya dengan cara berpuasa mereka bisa meninggalkan kebiasaan merokok
yang mereka sendiri yakin akan bahayanya terhadap jiwa, tubuh, agama dan masyarakat, karena
rokok termasuk jenis keburukan yang diharamkan dengan nash Al-Qur’anul Karim. Barangsiapa
meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Hendaknya mereka tidak berpuasa (menahan diri) dari sesuatu yang halal, kemudian berbuka
dengan sesuatu yang haram, kami memohon ampun kepada Allah untuk kami dan untuk mereka.
1. Termasuk manfaat puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku disiplin, bersatu,
cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan kasih sayang dalam jiwa orangorang beriman dan mendorong mereka berbuat kebajikan. Sebagaimana ia juga menjaga
masyarakat dari kejahatan dan kerusakan.
2. Sedang di antara manfaat puasa ditinjau dari segi kesehatan adalah ia membersihkan usususus, memperbaiki kinerja pencernaan, membersihkan tubuh dari sisa-sisa dan endapan
makanan, mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut.
3. Termasuk manfaat puasa adalah ia mematahkan nafsu. Karena berlebihan, baik dalam
makan maupun minum serta menggauli isteri, bisa mendorong nafsu berbuat kejahatan,
enggan mensyukuri ni’mat serta mengakibatkan kelengahan.
4. Di antara manfaatnya juga adalah mengosongkan hati hanya untuk berfikir dan berzikir.
Sebaliknya, jika berbagai nafsu syahwat itu dituruti maka ia bisa mengeraskan dan
membutakan hati, selanjutnya menghalangi hati untuk berzikir dan berfikir, sehingga
membuatnya lengah. Berbeda halnya jika perut kosong dari makanan, dan minuman, ia
menyebabkan hati bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna, kemudian semata-mata
dimanfaatkan untuk berzikir dan berfikir.
5. Orang kaya menjadi tahu seberapa ni’mat Allah atas dirinya. Allah mengarunianya ni’mat tak
terhingga, pada saat yang sama banyak orang-orang miskin yang tak mendapatkan sisa-sisa
makanan, minuman dan tidak pula menikah. Dengan terhalangnya dia dari ni’mat hal-hal
tersebut pada saat-saat tertentu, serta rasa berat yang ia hadapi karenanya, itu akan
mengingatkan dia kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat menikmatinya. Ini akan
mengharuskannya mensyukuri ni’mat Allah atas dirinya berupa serba kecukupan, juga akan
menjadikannya berbelas kasih kepada saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya
untuk membantu mereka.
6. Termasuk manfaat puasa adalah ia mempersempit jalan aliran darah yang merupakan jalan
setan dalam diri anak Adam. Karena setan masuk kepada anak adam melalui jalan aliran
darah. Dengan berpuasa, maka dia aman dari gangguan setan, kekuatan nafsu syahwat dan
marah menjadi lumpuh. Karena itu Nabi r menjadikan puasa sebagai benteng untuk
menghalangi nafsu syahwat nikah, sehingga beliau memerintahkan orang yang belum

mampu menikah untuk berpuasa dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
)Lihat kitab Lathaiful Maarif, oleh Iibnu Rajab, hlm.163(.

Keutamaan Orang yang Menuntut Ilmu
Beserta Dalilnya
‫ضةٌ َعلَى ُك ّل ُم ْسلِ ٍم‬
َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani
dalam Shahih wa Dha'if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Orang yang Menuntut Ilmu Wajib 4 Perkara
Seperti hadits di atas bahwa ilmu yang wajib dipelajari adalah ilmu agama, dan menurut Ibnu Qayyim,
ada 4 ilmu agama yang wajib dipelajari oleh setiap muslim, apa saja?
1. Ilmu tentang pokok-pokok keimanan, yakni iman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya,
RasulNya dan hari akhir.
2. Ilmu tentang syariat Islam. Di antara yang wajib adalah tentang hal-hal yang khusus dilakukan
sebagai seorang hamba, seperti ilmu wudhu, shalat, puasa, haji, zakat. Kita wajib untuk
memperlajari hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-ibadah tersebut, misalnya tentang syarat,
rukun dan pembatalnya.
3. Ilmu tentang lima hal yang diharamkan yang disepakati oleh para Rasul dan syariat
sebelumnya. Kelima hal ini disebutkan dalam firman Allah, "Katakanlah, Rabbku hanya
mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan
dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui." (Al A'raf: 33)
4. Ilmu yang berkaitan dengan pergaulan seseorang dengan orang lain. Ilmu yang wajib menurut
jenis yang keempat ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan dan kedudukan
seseorang, juga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Misalnya, seorang
pedagang wajib mempelajari hukum-hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau transaksi
jual beli. Jika kita mengetahui keutamaan ilmu ini, pasti akan semakin semangat untuk belajar
Islam. Di sini akan dijelaskan secara singkat beberapa keutamaan mempelajari ilmu agama.
Dan tentunya keempat di atas membutuhkan urutan sebagaimana yang sudah banyak dibahas di situs
ini. "Islam adalah urutan". Baiklah, jika sudah mengetahui ilmu apa saja yang harus dipelajari oleh
thullabil ilmi, selanjutnya langsung saja berikut beberapa keutamaan menuntut ilmu:

Keutamaan Orang Menuntut Ilmu Syar'i beserta Dalilnya
1. Orang Menuntut Ilmu akan Dimudahkan Jalan Menuju Surga
Yang utama dan paling utama dari keutamaan orang yang mencari ilmu adalah dimudahkan jalannya
menuju Surga ketika di akhirat. Subhanallah, hal itu disebabkan karena dengan ilmu kita bisa
beribadah yang benar sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala pun akan menghantarkan kita ke
SurgaNya. Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda,
َ ‫ك طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسهَ َل‬
َ ُ‫اُ لَه‬
‫ط ِريقًا إِلَى ال َجنَ ِة‬
َ َ‫َم ْن َسل‬
"Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya
menuju surga." (HR. Muslim).
Maka dari itu marilah kita bersemangat untuk menuntut ilmu Islam, jangan hanya mengejar dunia tapi
melalaikan akhirat. Kejarlah akhirat nisaya dunia akan mengikuti.

2. Yang Paling Takut kepada Allah Hanyalah Orang Berilmu
Allah berfirman dalam Qs. Fathir: 28
‫إنما يخاى ا من عباده العلماء‬
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah ulama..." (Fathir: 28)
Ayat di atas sangat jelas bahwa orang yang menuntut ilmu bisa lebih takut kepada Allah dibandingkan
orang yang enggan menuntut ilmu serta tidak tahu sama sekali ilmu agama Islam. Lalu mengapa
orang-orang yang berilmu menjadi orang yang paling takut kepada Allah?
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha
Mampu, Maha Mengetahui, Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia
mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah
sifat takutnya. (Tafsir Al Qur'an Al Azhim, 6: 308)
Selain itu para ulama salaf juga berkata,
‫من كان باه اعرف كان ه اخوف‬
"Barang siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah."
Itulah mengapa seorang pelajar dituntut untuk mengamalkan ilmunya bukan malah sekedar masuk
telinga kanan dan langsung keluar telinga kiri. Orang yang berilmu tapi tidak mengamalkannya akan
lebih besar pertanggung jawabannya di yaumil akhir (hari akhirat). Naudzubillah..

3. Keutamaan Orang Menuntut Ilmu Akan Mendapat Pahala yang Mengalir
Diantara keutamaan orang yang berilmu dan mau mengajarkan ilmunya adalah pahala akan terus
mengalir meskipun ia telah meninggal dunia. Maka jangan sampai kita menyia-nyiakan perkara yang
besar ini.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬
َ ‫اريَ ٍة أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه أَوْ َولَ ٍد‬
َ ‫ال ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِلَ ِم ْن ثَلَثَ ٍة إِلَ ِم ْن‬
ِ َ‫إِ َذا َمات‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬
ٍ ِ‫صال‬

"Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali tiga hal, dari sedekah jariyah,
atau ilmu yang diambil manfaatnya, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim no. 1631)

4. Dengan Ilmu Bisa Menghidupkan Hati yang Mati
Rasulullah memberikan permisalan orang yang berilmu seperti air hujan. Dalam sabdanya, dari Abu
Musa, Nabi shallallahualaihi wasallam bersabda:
"Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai hujan yang
bermanfaat yang mengenai tanah.
Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan
rerumputan yang banyak.
Di antaranya juga ada tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya,
maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia
dapat mengambil air minum dari tanah ini.
Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya dan dapat mengairi tanah pertaniannya.
Jenis tanah ketiga adalah tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air.
Itulah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah
mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang
lain.
Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima
petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya."(HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah, tidakkah kita menginginkan itu semua?
Baca juga: Adab Menuntut Ilmu dalam Islam yang Wajib Diketahui

5. Orang yang Berilmu adalah Orang yang Diberi Kebaikan oleh Allah
Apabila kita mampu mendalami ilmu-ilmu agama, maka pada hakikatnya kita telah dianugrahi
kebaikan yang melimpah oleh Allah.
Dari Mu'awiyah, Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda"
َ ‫َم ْن ي ُِر ِد‬
‫ّين‬
ِ ‫اُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقّ ْههُ فِى الد‬
"Barangsiapa yang Allah hendaki mendapatkan semua kebaikan, niscaya Allah akan memahamkan dia
tentang ilmu agama." (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Yang dimaksud fakih dalam hadits di atas bukanlah hanya mengetahui hukum syar'i, namun lebih dari
itu. Ia bisa dikatakan fakih apabila seseorang dapat memahami tauhid dan pokok-pokok Islam, serta
yang berkaitan dengan syari'at Allah. Demikianlah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Sholih alUtsaimin dalam Kitabul Ilmi, hal. 21.

KEUTAMAAN BERINFAK DI JALAN ALLAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Allah telah memberikan rezki kepada manusia termasuk rezki berupa harta. Allah
berfirman : “Innallaha huwar razzaaqu, dzulquwatil matiin” Sungguh Allah, Dia
pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kukuh. (Q.S az Dzaariyaat 58).
Bahkan seorang hamba ada yang mendapat rezki yang lebih dari hamba yang lainnya.
Begitu juga ada yang mendapat rizki kurang dari yang lain. Semua itu pastilah dengan
hikmah yang Mahasempurna dari sisi Allah Ta’ala.
Allah berfirman : “Awalam ya’lamuu annallaha yabsuthur rizqa liman yasyaa-u wa
yaqdir. Inna fii dzaalika la-aayatin li qaumin yu’minuun” Dan tidaklah mereka
mengetahui bahwa Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki dan
membatasinya (bagi yang Dia kehendaki) Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (Q.S az Zumar 52).
Perintah untuk berinfak
Dengan kasih sayang-Nya, Allah menyuruh manusia untuk membelanjakan sebagian
rizkinya berupa harta di jalan Allah. Sungguh Allah memerintahkan dalam banyak ayat
al Qur an, diantaranya adalah Allah berfirman : “Wa anfiquu fii sabiilillahi wa laa
tulquu bi aidiikum ilat tahlukati, wa ahsinuu. Innallaha yuhibbul muhsiniin. Dan
infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (dirimu sendiri)
kedalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri dan berbuat baiklah. Sungguh Allah
menyukai orang orang yang berbuat baik. (Q.S al Baqarah 195).
Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu anfiquu mimmaa razaqnaakum min
qabli aiya’tiya yaumun laa bai’un fiihi walaa khullatun walaa syafaa-‘ah. Wal
kaafiruuna humuzh zhaalimuun” Wahai orang orang yang beriman. Infakkanlah
sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak
ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang orang
kafir itulah orang yang zhalim. (Q.S al Baqarah 254)
Keutamaan berinfak di jalan Allah.
Zakat, infak dan sadaqah dan yang semisalnya adalah salah satu amal shalih yang
utama dan akan mendapat balasan yang sangat banyak disisi Allah Ta’ala. Diantara
balasan dan keutamaannya adalah :
Pertama : Dibalas berlipat ganda.
Ini adalah kabar gembira sebagaimana permisalan yang disebutkan Allah Ta’ala dalam
firman-Nya : “Matsalul ladziina yunfiquuna amwalahum fii sabiilillahi kamatsali
habbatin anbatat sab’a sanaa bila fii kulli sunbulatin mi-‘atu habbah. Wallahu
yudhaa’ifu liman yasyaa’. Wallahu waasi’un ‘aliim” Perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh

tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas, Mahamengetahui. (Q.S al Baqarah 261)
Allah berfirman : “Wamaa anfaqtum min syai-in fa huwa yukhlifuhuu, wa huwa
khairur raaziqiin” Dan apa saja yang kamu infaqkan, Allah akan menggantinya dan
Dialah pemberi rezki yang terbaik. (Q.S Saba’ 39).
Syaikh as Sa’di berkata : Maka janganlah kalian berpraduga salah bahwa berinfak itu
termasuk hal yang dapat mengurangi rezki. Bahkan Allah menjanjikan akan memberi
ganti untuk orang orang yang berinfak.
Kedua : Salah satu tanda orang bertakwa.
Ketahuilah bahwa tanda tanda orang yang bertakwa adalah sangat banyak dijelaskan
dalam al Qur an. Termasuk diantaranya adalah orang orang yang menginfakkan
hartanya di jalan Allah.
Allah berfirman : “Alladzina yu’minuuna bil ghaibi wa yuqiimuunash shalata wa
mimmaa razaqnaa hum yunfiquun” (Orang orang yang bertakwa, yaitu) mereka yang
beriman kepada yang gaib, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki
yang kami berikan kepada mereka. (Q.S al Baqarah 2)
Ketiga : Jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sungguh sangatlah banyak jalan untuk bagi seorang hamba untuk mendekatkan dirinya
kepada Allah Ta’ala. Diantaranya adalah dengan banyak bersedekah. Allah berfirman :
“Alaa innahaa qurbatun lahum, sayudkhilu humullahu fi rahmatihii, innallahu
ghafuurur rahiim”. Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk
mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka kedalam
rahmat (surga) Nya. Sesungguhnya Allah Mahapengampun, Mahapenyayang. (Q.S at
Taubah 99)
Keempat : Harta tidak berkurang dengan sedekah.
Sangatlah banyak orang yang hartanya habis tersebab bisnisnya yang selalu rugi dan
berapa banyak pula orang hartanya habis karena judi ataupun musibah. Tapi tidaklah
pernah kita mendengar seseorang jatuh miskin karena kebanyakan berzakat, berinfak
dan bersedekah. Kenapa bisa demikian. Ya begitulah, karena Rasulullah telah
memberikan jaminan dalam sabda beliau : “Maa naqasa maalu ‘abdin min
shadaqatin” Harta seorang hamba tidak akan berkurang dengan sedekah. (H.R Imam
Ahmad dan Imam at Tirmidzi).
Bahkan Allah akan menerima dan menumbuhkannya. Rasulullah bersabda : “Man
tashaddaqa bi’adlin tamratin min kasbin taiyibin, walaa yaqbalullahu illath thaiyiba,
Fa innallaha yataqabbaluhaa bi yamiinihi, tsumma yurabbiihaa lishaahibhi kamaa
yurabbii ahadukum falu-wahu hatta takuuna mitslal jabal”. Barangsiapa yang
bersedekah seberat satu biji kurma dari penghasilan yang baik -dan Allah tidak
menerima kecuali yang baik-, maka Allah menerimanya dengan Tangan kanan-Nya,
kemudian dia menumbuhkannya untuk pemiliknya sebagaimana salah seorang dari

kalian merawat anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim dan yang lainnya. Lihat Shahih at Targhib wa at Tarhib).
Kelima : Sedekah menghilangkan panasnya kubur dan naungan pada hari
Kiamat.
Rasulullah bersabda : “Innash shadaqata latuth-fi-u ‘an ahliha harral qubuur, wa
innamaa yastazhillul mu’miniinu yaumal qiyaamati fii zhilli shadaqatih”
Sesungguhnya sedekah itu memadamkan panasnya kubur bagi penghuninya dan
seorang mukmin hanya bernaung dibawah naungan sedekahnya pada hari Kiamat (H.R
ath Thabrani, lihat at Targhib wa at Tarhib)
Keenam : Mendatangkan pertolongan Allah
Sungguh kita sangat membutuhkan pertolongan Allah. Allahush Shamad, Allah tempat
kita bergantung. Diantara cara untuk mendapatkan pertlongan Allah adalah dengan
membantu orang lain termasuk membantu dengan harta. Ketahuilah bahwa balasan
kebaikan adalah kebaikan pula. Allah berfirman : “Hal jazaa-ul ihsaani illal ihsaan”
Tidak ada balasan untuk kebaikan melainkan kebaikan (pula) Q.S ar Rahman 60.
Oleh karena itu maka seorang hamba yang selalu membantu atau berbuat baik kepada
saudaranya maka mereka akan mendapat bantuan dan pertolongan Allah Ta’ala
kapanpun dia butuhkan. Diantara perbuatan baik yang dapat dilakukan sorang hamba
adalah berinfak atau bersedekah kepada saudaranya yang membutuhkan. Sungguh ini
adalah pertolongan yang nyata dan Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik.
Rasulullah bersabda : “Fa innamaa turzaquuna wa tunsharuuna bi dhu’afaa-ikum”
Sesungguhnya kalian diberi rezki dan ditolong karena menolong orang yang lemah
(ekonominya) diantara kalian. (H.R am Nasa’i, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Rasulullah bersabda : “Wallahu fii ‘uunil ‘abdi maa kaanal ‘abdu fii ‘uuni” Dan Allah
akan menolong hamba apabila hamba itu menolong saudaranya. (H.R Imam Muslim)
Infak paling utama adalah dengan harta yang sangat dicintai.
Allah berfirman : “Lan tanaalul birra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuun, wa maa
tunfiquu min syai-in fa innallaha bihii ‘aliim” Benar benar kamu tidak akan
memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai.
Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Mahamengetahui. (Q.S
Ali Imran 92).
Syaikh as Sa’idi berkata : Maksudnya kamu sekali kali tidak sampai dan tidak akan
mendapatkan kebajikan artinya sebuah kata yang menyeluruh tentang kebajikan yaitu
jalan yang menyampaikan ke surga “sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai” dari harta kalian yang terbaik dan paling istimewa. Karena berinfak
dengan hal yang baik lagi disayangi oleh jiwa merupakan tanda paling besar dari
kelapangan jiwa dan sifatnya yang mulia, kasih sayangnya dan kelembutannya. Dan
juga merupakan tanda paling jelas tentang kecintaannya kepada Allah dan sikap
mendahulukan Allah atas kecintaan terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa.
(Kitab Tafsir Karimir Rahman)

Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR Hamka berkata : Setelah ayat ini turun bukan
main besar pengaruhnya kepada para sahabat. Diantaranya adalah kepada Zaid bin
Haritsah. Setelah mengetahui ayat ini turun (dan memahami maknanya) Zaid datang
kepada Rasulullah dengan membawa kuda tunggangan miliknya dan kuda itu sangat
disenanginya. Lalu Zaid berkata : Ya Rasulullah aku ingin mengamalkan ayat ini. Inilah
kuda tungganganku yang sebagai engkau ketahui kuda ini adalah tunggangan yang
sangat aku senangi. Terimalah kuda ini sebagai sedekahku dan sudilah engkau
memberikannya kepada yang patut menerimanya.
Imam Ibnu Katsir berkata : Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin
Abu Thalhah, ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang
yang paling kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia
senangi adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi).
Dan Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata
Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah
berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”
Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku
bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat
kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah
seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau.
Maka Nabi bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang
menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang
engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum
kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian
Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya.
Catatan : Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim).

12 Kesyirikan yang DianggapTradisi
Ketahuilah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati anda, di tengah-tengah masyarakat kita
masih banyak sekali praktek kesyirikan yang merusak bahkan membatalkan tauhid. Perbuatanperbuatan tersebut dilakukan oleh sebagian orang dengan dalih bahwa amalan tersebut adalah tradisi
dan adat-istiadat peninggalan leluhur. Padahal perbuatan tersebut adalah bentuk kesyirikan yang
membahayakan agama mereka. Di antara perbuatan-perbuatan tersebut adalah:
1. Tathayyur
Tathayyur adalah beranggapan sial dengan waktu tertentu, tempat tertentu, atau sesuatu yang dilihat,
d