SEJARAH HUBUNGAN INTERNASIOANAL.pdf Hubungan Internasional

BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN HUBUNGAN INTERNASIOANAL

A. Pendahuluan

Ilmu Hubungan Internasional dimulai ketika istilah ‗nation‘ atau bangsa mulai ada. Ilmu Hubungan Internasional memakai kata atau istilah ‗nation‘ atau

bangsa, walaupun ilmu ini sebenarnya membahas tentang hubungan antar negara atau ‗state‘ maupun non-negara atau ‗non-state‘. Hubungan internasional berawal ketika sistem

negara modern mulai dikembangkan, yaitu pada tahun 1968 di Perjanjian Perdamaian Westphalia, yang mengakhiri perang 30 tahun di eropa. Westphalia mendorong pembentukan konsep tentang kedaulatan negara, sehingga mendorong pula bangkitnya negara- negara nasional modern yang independen, pelembagaan diplomasi dan tentara. Dari perjanjian ini juga mulai muncul hukum internasional modern yang mengatur hubungan antar negara-negara, lahir atas masyarakat internasional yang didasarkan oleh negara-negara internasional.

Pentingnya hubungan antar negara dapat dirasakan pada awal perang dunia I. Perang dunia I pada tahun 1914- 1918 yang mengakibatkan banyak korban yang berjatuhan, menimbulkan dampak tersendiri bagi masyarakatnya. Terjadinya perang pada masa itu membuat negara-negara dunia untuk selalu dapat menjalin kerjasama dan menjaga perdamaian. Sebelum Perang Dunia I, pembahasan hubungan internasional dimasukan dalam Fakultas sejarah, hukum dan filsafat. Dalam catatan sejarah bahwa teori diplomasi dan teori strategi ditafsirkan oleh para ahli negara dan ahli filsafat sebagai sifat alamiah manusia, perang dan keadilan.

Sementara itu para ilmuan sejak lama mempelajari fenomena sosial seperti hukum yang mengatur hubungan antar bangsa, hakekat kekuasaan, negara dan kedaulatan, masalah

pengelolaan hubungan kekuasaan, dan pengembangan lembaga-lembaga Internasional. Dari berbagai studi ini muncullah pada abad 20 suatu bidang studi yang terorganisasi dan dimasukkan dalam kurikulum beberapa universitas di Amerika Serikat, yaitu bidang studi Hubungan Internasional.

Hubungan internasional pada mulanya bercita – Hubungan internasional pada mulanya bercita –

Cita – cita awal dibentuknya jurusan hubungan internasional adalah untuk meniadakan perang dan berusaha menciptakan perdamaian di dunia ini. Tujuan yang idealis ini dipelopori oleh Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson setelah melihat dampak negatif dari Perang Dunia Pertama ( 1914-1918 ) bagi umat manusia, di mana perang hanyalah menghasilkan kematian dan penderitaaan baik itu bagi pihak pemenang maupun bagi pihak yang kalah perang. Menurut Wilson, cara untuk menciptakan perdamaian dan mencegah terjadinya kembali perang antarnegara besar adalah dengan membentuk kondisi dunia yang safe for democracy (Vasques, 1996). Kepercayaan Wilson dan para penstudi hubungan internasional pada saat itu akan rasionalitas manusia dan lembaga supranasional yang kemudian memuncul pendekatan yang pertama dalam Studi Hubungan Internasional yaitu idealisme. Pedekatan idealisme ini Cita – cita awal dibentuknya jurusan hubungan internasional adalah untuk meniadakan perang dan berusaha menciptakan perdamaian di dunia ini. Tujuan yang idealis ini dipelopori oleh Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson setelah melihat dampak negatif dari Perang Dunia Pertama ( 1914-1918 ) bagi umat manusia, di mana perang hanyalah menghasilkan kematian dan penderitaaan baik itu bagi pihak pemenang maupun bagi pihak yang kalah perang. Menurut Wilson, cara untuk menciptakan perdamaian dan mencegah terjadinya kembali perang antarnegara besar adalah dengan membentuk kondisi dunia yang safe for democracy (Vasques, 1996). Kepercayaan Wilson dan para penstudi hubungan internasional pada saat itu akan rasionalitas manusia dan lembaga supranasional yang kemudian memuncul pendekatan yang pertama dalam Studi Hubungan Internasional yaitu idealisme. Pedekatan idealisme ini

Keterkaitan Ilmu Hubungan Internasional dengan disiplin-disiplin ilmu lainnya sangat penting adanya, seperti politik, ekonomi, sejarah, hukum, filsafat, geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, budaya, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan hubungan international berusaha menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri suatu negara tertentu, yang ditujukan untuk menghasilkan kepentingan nasional yang paling positif untuk negaranya, dan pasti akan melibatkan negara yang berbeda-beda sehingga keterkaitan Ilmu Hubungan Internasional dengan berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial khususnya, tidak dapat dipisahkan.

Sejak berakhirnya perang dingin, studi hubungan internasional di hampir semua universitas terkemuka di dunia, termasuk Indonesia, melakukan reorientasi, redefinisi dan reformulasi keberadaan studi hubungan internasional sebagai disiplin. Meski tidak semua berhasil keluar dengan jatidiri baru meyakinkan, tak pelak beberapa perubahan mewarnai perkembangan studi hubungan internasional periode ini. Yang mencolok, bila sebelumnya Sejak berakhirnya perang dingin, studi hubungan internasional di hampir semua universitas terkemuka di dunia, termasuk Indonesia, melakukan reorientasi, redefinisi dan reformulasi keberadaan studi hubungan internasional sebagai disiplin. Meski tidak semua berhasil keluar dengan jatidiri baru meyakinkan, tak pelak beberapa perubahan mewarnai perkembangan studi hubungan internasional periode ini. Yang mencolok, bila sebelumnya

B. Hakikat Hubungan Internasional

Ada beberapa pernyataan yang mengungkapkan definisi dari Ilmu Hubungan Internasional. Pernyataan yang pertama menyatakan bahwa, Hubungan Internasional merupakan salah satu studi atau disiplin ilmu yang berkembang sangat dinamis. Kenyataan tersebut semakin terbukti dengan perkembangan- perkembangan baru sejalan dengan kemajuan peradaban umat manusia (Departemen Hubungan Internasional-FISIP- Universitas Airlangga, 2012).

Pernyataan yang kedua menyatakan bahwa, menurut J David Singer, teori hubungan internasional adalah sebuah badan tetap penyamarataan deskriptif, prediksi dan penjelasan kekuasaan. Kelebihan antara orang tradisional dengan definisi para ilmuan sangat banyak. Keduanya mengakui penyamarataan yang diambil secara suara logis, dan punya kemampuan untuk melukiskan, Pernyataan yang kedua menyatakan bahwa, menurut J David Singer, teori hubungan internasional adalah sebuah badan tetap penyamarataan deskriptif, prediksi dan penjelasan kekuasaan. Kelebihan antara orang tradisional dengan definisi para ilmuan sangat banyak. Keduanya mengakui penyamarataan yang diambil secara suara logis, dan punya kemampuan untuk melukiskan,

Dari pernyataan diatas, bisa disimpulkan bahwa Ilmu Hubungan Internasional adalah sebuah studi atau disiplin ilmu yang mempelajari, mendeskripsikan, memprediksi dan menjelaskan hubungan antar masyarakat maupun antar negara dari dalam negeri maupun luar negeri seiring dengan kemajuan peradaban umat manusia. Manusia harus mempelajari Ilmu Hubungan Internasional dan kaidah-kaidah yang ada di dalamnya agar dapat menghadapi, memberi solusi dan menyelesaikan permasalahan atau persoalan-persoalan yang terjadi di dalam negeri terhadap persoalan-persoalan di luar negeri. Dan alasan terpenting mengapa harus mempelajari Ilmu Hubungan Internasional adalah faktanya, seluruh belahan dunia ini terbagi ke dalam masyarakat territorial politik yang terpisah dan negara yang bebas yang sangat memengaruhi cara hidup masing-masing masyarakat sehingga, mau tidak mau antar masyarakat harus berusaha bekerjasama dalam menyelesaikan segala persoalan yang ada.

Di dalam mempelajari Ilmu Hubungan Internasional, juga harus mengetahui siapa pihak pihak yang terlibat dalam Hubungan Internasional tersebut, dan juga harus mengetahui apa kepentingan dan tujuan pihak- pihak tersebut dalam Hubungan Internasional serta kekuatan apa yang di miliki pihak tersebut sehingga mereka berperan di dalam Hubungan Internasional.

Pengertian ―pihak‖ sendiri dalam studi Ilmu Hubungan Internasional dibagi menjadi dua. Yaitu, State Actors (pihak Negara) dan Non-State Actors (pihak non Negara). Negara dalam interaksi internasional bukanlah suatu pelaku interaksi yang dominan, melainkan pelaku primer (Yusuf, 2012). Hubungan internasional tidak bisa dilepaskan dari peran negara. Negara berperan penting dalam sistem internasional sebagai garis depan dari suatu proses interaksi internasional. Negara dalam konteks ini merupakan pemerintahan pusat pemegang kedaulatan dan perwakilan dari suatu populasi dan wilayah tertentu. Bukan hanya seorang diplomat atau duta besar, dalam hal ini state actor juga orang yang menjalin hubungan internasional atas mandat yang diberikan negara (Kania, 2011). Negara adalah susunan struktur kemasyarakatan yang terbentuk Pengertian ―pihak‖ sendiri dalam studi Ilmu Hubungan Internasional dibagi menjadi dua. Yaitu, State Actors (pihak Negara) dan Non-State Actors (pihak non Negara). Negara dalam interaksi internasional bukanlah suatu pelaku interaksi yang dominan, melainkan pelaku primer (Yusuf, 2012). Hubungan internasional tidak bisa dilepaskan dari peran negara. Negara berperan penting dalam sistem internasional sebagai garis depan dari suatu proses interaksi internasional. Negara dalam konteks ini merupakan pemerintahan pusat pemegang kedaulatan dan perwakilan dari suatu populasi dan wilayah tertentu. Bukan hanya seorang diplomat atau duta besar, dalam hal ini state actor juga orang yang menjalin hubungan internasional atas mandat yang diberikan negara (Kania, 2011). Negara adalah susunan struktur kemasyarakatan yang terbentuk

Sedangkan, Non-State actors adalah asosiasi individu dan/atau kelompok yang tidak didirikan oleh perjanjian antar negara. Definisi yang luas ini mencakup Entitas yang berbeda seperti perusahaan transnasional dan asosiasi bisnis, kelompok etnis, organisasi keagamaan besar, kelompok teroris, dan gerakan sosial (Riddell-Dixon, 1995). Non-State Actors yang dimaksudkan di dalam tulisan ini yaitu pihak-pihak di luar negara yang berdaulat itu sendiri atau bisa juga dikatakan pihak luar negeri yang membantu permasalahan pihak dalam negeri, entah itu membantu dalam hal keamanan, investasi, militer atau pun politik.

Dengan adanya semua penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa, di dalam studi Hubungan Internasional, tidak hanya mempelajari tentang kebudayaan masyarakat internasional saja, tetapi juga mempelajari bagaimana cara menanggapi, mencari solusi dan bahkan mempelajari bagaimana caranya agar masalah atau persoalan dari segala aspek Negara di ruang lingkup Internasional tersebut bisa terselesaikan. Penulis dapat

ada pelaku yang terlibat dalam Hubungan Internasional tersebut. Ada dua pihak, yaitu, pihak yang pertama adalah pihak Negara, yang kedua adalah pihak lain di luar negara. Tidak ada pihak yang lebih kuat di antara kedua pihak tersebut. Semua pihak memegang kendali, tugas dan wewenang tersendiri. Negara dan susunan pemerintahan di dalamnya punya wewenang dalam mengatur dan menyelesaikan masalah di dalam Negaranya sendiri, akan tetapi, bagaimana pun juga, Negara sama seperti manusia yang merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, Negara juga membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan pihak lain yaitu Non-State Actors. Sama halnya seperti State Actors, Non-State Actors juga memiliki hak untuk menentukan apakah mereka ingin bekerjasama dengan pihak dalam negeri tersebut atau tidak. Masing- masing memiliki kekuatan, kepentingan dan hak tersendiri, oleh karena itu, dalam Hubungan Internasional tidak bisa jika ingin menang sendiri dengan kata lain, bersikap individualis untuk negara sendiri, masing-masing pihak juga harus memikirkan dampak apa yang terjadi jika bersikap seperti itu.

C. Sejarah Berkembangnya Hubungan Internasioanal

Sejarah awal hubungan internasional lahir dari meletusnya perang dunia pertama (1914-18) (Steans dan Pettiford, 2001). Betapa mengerikanya dampak yang ditimbulkan perang masa lalu menimbulkan adanya upaya dalam mewujudkan suatu perdamaian internasional yang menyeluruh. Hubungan internasional pada saat itu dipandang sebagai sebuah ilmu yang mempelajari tentang perang dan mewujudkan perdamaian. Atas dasar itu disiplin ilmu HI pertama kali muncul melalui pendirian pendidikan keprofesoran di Universtas Wales pada tahun 1919 yang kemudian diikuti oleh beberapa Universitas di AS. Hubungan Internasional kemudian berkembang pesat pada era 1960-1970 dan mulai 1980-an hubungan internasional mulai membahas aktor non Negara (Nurjanah, t.t). Hubungan internasional menjadi ilmu yang interdisipliner. Hubungan internasional saat ini dipahami bukan hanya soal perang dan perdamaian, tetapi menyangkut subjek lainya : interdepedensi ekonomi, hak asasi manusia, perusahaan transasional, organisasi internasional, lingkungan hidup, perbedaan gender,

2013). Kemudian muncul sebuah pertanyaan terkait hal tersebut yaitu bagaimana hubungan internasional sebagai sebuah ilmu mengalami perkembangan sampai saat ini.

Pada dasarnya hubungan internasional berkembang dikarenakan adanya tradisi teoritis terpenting HI. Ada empat macam tradisi teoritis tersebut yaitu realisme, liberalisme, masyarakat internasional, dan EPI (Jackson dan Sorensen, 2013). Empat teori terebut menjadi acuan cara pandang para pakar dalam argumentasinya tentang perkembangan hubungan internasional itu sendiri. Perbedaan pandangan, aliran serta pendekatan yang dipakai antar para pakar menimbulkan adanya perdebatan tentang jalur perkembangan hubungan internasional. Perdebatan yang pertama adalah antara kaum liberalisme utopian dengan kaum realisme; yang kedua antara pendekatan tradisional dan behavioralisme; ketiga neo realisme/neo liberalisme; yang keempat adalah antar tradisi mapan dan alternatif setelah era positivisme (Jackson dan Sorensen, 2013). Perbedaan aliran antar para ahli bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti perbedaan pengetahuan, keyakinan, metode, kepentingan dan sehingga akan munculkan pemahaman dari perspektif yang Pada dasarnya hubungan internasional berkembang dikarenakan adanya tradisi teoritis terpenting HI. Ada empat macam tradisi teoritis tersebut yaitu realisme, liberalisme, masyarakat internasional, dan EPI (Jackson dan Sorensen, 2013). Empat teori terebut menjadi acuan cara pandang para pakar dalam argumentasinya tentang perkembangan hubungan internasional itu sendiri. Perbedaan pandangan, aliran serta pendekatan yang dipakai antar para pakar menimbulkan adanya perdebatan tentang jalur perkembangan hubungan internasional. Perdebatan yang pertama adalah antara kaum liberalisme utopian dengan kaum realisme; yang kedua antara pendekatan tradisional dan behavioralisme; ketiga neo realisme/neo liberalisme; yang keempat adalah antar tradisi mapan dan alternatif setelah era positivisme (Jackson dan Sorensen, 2013). Perbedaan aliran antar para ahli bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti perbedaan pengetahuan, keyakinan, metode, kepentingan dan sehingga akan munculkan pemahaman dari perspektif yang

dasar pembahasan teoritis menyangkut perkembangan HI bagi pakar-pakar. Perang dunia dipandang sebagai suatu hal yang mengerikan. Perang mengakibatkan kesedihan yang mendalam, dampak yang ditimbulkan sangat dahsyat dan akan tersimpan dalam memori yang mengalaminya selama bertahun-tahun. Kaum pemikir HI yang berpaham liberalis berpandangan bahwa perang terjadi karena hagemoni kekuatan negara-negara yang kuat dari segi militer dengan pemerintahan yang cenderung otoriter. Mereka dibutakan oleh suatu keinginan dan dorongan faktor-faktor tertentu. Suatu pemerintahan negara yang otoriter apalagi dengan jenderal militer berada dipucuk kepemimpinan dilihat sebagai pemicu peperangan bagi kaum liberalis. Presiden Amerika Serikat Wodroow Wilson yang juga seorang pakar ilmu politik mempercayai bahwa penyebaran nilai- nilai demokratis merupakan cara satu-satunya dalam pencegahan perang (Jackson dan Sorensen, 2013).

Pemikiran kaum liberalisme kemudian mendapat pertentangan dari kaum realis. Pertentangan didukung bahwa konsep liberalisasi dan demokratisasi dunia yang gagal total. Keinginan demokratisasi dunia dipandang sebagai suatu kebohongan besar. Bahkan negara-negara pencetus tak lebih hanya ingin mempertahankan kepentinganya masing-masing. Kegagalan Liga Bangsa- bangsa (LBB) dan meletusnya perang kedua adalah bukti nyata. Kaum realis berpandangan bahwa inti dari hubungan internasional adalah keinginan manusia untuk menguasai. Manusia tidak bisa lari dari hakekatnya, hidup untuk mencari kekuasaan. Hal ini tergambar jelas dalam pemikiran pakar realis seperti Morgenthau. Beliau berpandangan bahwa politik adalah alat mencari kekuasaan atas manusia, apapun tujuan akhir politik, tujuan yang paling penting adalah kekuasaan (Morgenthau, 2013 dalam Jackson dan Sorensen). Kaum realis memandang tidak ada suatu tindakan politik yang diambil tanpa didasari hasrat mencari kekuasaan. Pernyataan kaum realis didukung oleh kenyataan yang terjadi.

Perdebatan yang kedua adalah antara kaum tradisional dengan behavioralisme. Perdebatan ini diwakili

Hedley Bull (1966) melawan penedakatan ilmiah (behavioralis) Morton Kaplan (1996) (Schmidth, 2002). Kaum behavioralis menekankan tentang pengolahan data dan fakta yang terjadi dalam studi hubungan internasional. Hubungan internasional dipandang sebagai suatu penelitian yang bersifat ilmiah terhadap objek kajianya. Berebeda dengan pemikiran behavioralis, dalam studi hubungan internasional kaum tradisional lebih menggunakan pendekatan yang berdasarkan atas nilai, etika, moral dan kemanusiaan (Jackson dan Sorensen, 2013).

Perdebatan yang ketiga terjadi antara kaum neorealisme/neoliberalisme dangan neo

marxisme. Perdebatan ini lebih ditekankan pada bidang ekonomi politik internasional (EPI). Seperti yang diketahui liberalism dan marxisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang. Kaum Marxis lahir atas gagasan Karl Marx yang menolak kapitalisme ekonomi. Kapitalisme bagi neomarxis hanya sebuah alat atas perluasan kekuasaan dan penindasan ekonomi dari negara kapitalis atas negara- negara dunia ketiga. Menurut Andre Guver Frank kapitalisme adalah alat penghambat pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Frank, 2013 dalam Jackson dan marxisme. Perdebatan ini lebih ditekankan pada bidang ekonomi politik internasional (EPI). Seperti yang diketahui liberalism dan marxisme adalah dua paham yang saling bertolak belakang. Kaum Marxis lahir atas gagasan Karl Marx yang menolak kapitalisme ekonomi. Kapitalisme bagi neomarxis hanya sebuah alat atas perluasan kekuasaan dan penindasan ekonomi dari negara kapitalis atas negara- negara dunia ketiga. Menurut Andre Guver Frank kapitalisme adalah alat penghambat pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Frank, 2013 dalam Jackson dan

HI. Perdebatan besar yang ketiga mendorong perkembangan pesat studi hubungan internasional dalam bidang ekonomi.

Perdebatan yang keempat adalah perdebatan modern HI yang sedang terjadi saat ini. Perdebatan ini adalah bentuk penolakan terhadap pendekatan teoritis mapan. Ada banyak kesulitan dalam memahami sejarah HI dalam tiga debat besar (Schmidth, 2002). Perdebatan modern lebih menkankan isu metodelogis dan isu yang penting dari HI. Model perdebatan ini akan terjadi dalam intensitas yang banyak karena banyaknya isu-isu yang menjadi objek pembahasan studi HI selain itu juga ada

Banyaknya perdebatan yang terjadi pada dasarnya adalah cerminan bahwa hubungan internasional sebagai ilmu yang sangat penting. Dewasa ini pentingnya hubungan internasional adalah sebagai memenuhi kebutuhan ekonomi, menjaga kedaulatan negara, upaya kerjasama, perbaikan ekonomi.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan pentingnya hubungan internasional sebagai studi telah mendorong perkembanganya. Perkembangan terjadi melalui perdebatan-perdebatan yang terjadi antar kaum yang berbeda pandanngan satu sama lain. Perdebatan pertama akibat pembahasan tentang penyebab perang dan pencegahanya yang melibatkan kaum liberal dan realis. Perdebatan kedua muncul karena pertentangan penggunaan metode. Ketiga berkaitan dengan perbedaan paham ekonomi, dan keempat merupakan bentuk penolakan terhadap tiga perdebatan sebelumnya. Melaui perdebatan inilah HI mengalami perkembangan dari yang awal kemunculanya hanya sekedar ilmu perang menjadi ilmu yang interdisipliner meliputi banyak bidang kajian saat ini.

Penulis beropini bahwa ilmu hubungan internasional ini akan terus berkembang. Kedepanya akan Penulis beropini bahwa ilmu hubungan internasional ini akan terus berkembang. Kedepanya akan

BAB II SEJARAH HUKUM INTERNASIONAL DAN PERKEMBANGANNYA

Sistem Hukum Internasional merupakan suatu produk, kasarnya dari empat ratus tahun terakhir ini, yang berkembang dari adat istiadat dan praktek-praktek Negara- negara

Eropa Modern dalam hubungan serta komunikasinya dengan Negara lain. Tapi kita pun perlu melihat jauh sebelum perkembangan zaman Eropa Modern yaitu pada periode kuno, beberapa Negara telah melaksanakan Hukum Internasional secara tidak langsung, dan adapun para ahli yang lahir sebelum zaman Eropa Modern tersebut yang dipandang memunculkan dasar-dasar dari pemikiran mengenai adat-istiadat yang ditaati oleh masyarakat serta adanya beberapa kasus sejarah seperti penyelesaian arbitrasi(perwasitan) pada masa Cina Kuno dan awal Dunia Islam yang memberikan sumbangan terhadap evolusi system modern Hukum Internasional.

Sejarah Hukum Internasional dalam perkembangannya mengalami beberapa periode evolusi yang terbilang berkembang dengan cepat dan menarik.

Fase-fase tersebut dapat kita bagi dan bahas sebagai berikut:

A. Periode Kuno

a. India Menurut Penyelidikan Bannerjee pada abad Sebelum Masehi, Kerajaan-kerajaan India sudah mengadakan hubungan satu sama lain, baik itu Hubungan antar kasta, suku bangsa dan Raja-raja yang diatur oleh adanya kebiasaan

b. Yahudi Dalam Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perlakuan terhadap orang asing dan cara melakukan perang

c. Yunani Pada saat itu dibagi menjadi dua Golongan, yaitu Golongan Orang Yunani dan Luar Yunani. Mereka juga sudah mengenal arbitration atau perwasitan dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya. Sumbangan terbesar dari masa ini adalah Hukum Alam (Hukum yang berlaku

Profesor Vinogradoff, hal tersebut merupakan embrio awal yang mengkristalisasikan Hukum yang berasal dari adat istiadat., contohnya adalah dengan tidak dapat diganggu gugatnya tugas seorang kurir dalam peperangan serta perlunya pernyataan perang terlebih dahulu.

d. Romawi Sebenarnya pada masa ini, orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu Ius Ceville (Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing). Hanya saja, pada zaman ini tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu masyarakat dunia merupakan satu Imperium, yaitu Imperium Roma yang mengakibatkan tidak adanya tempat bagi Hukum Bangsa- Bangsa. Hukum Romawi tidak menyumbangkan banyak asas. Asas yang kemudian diterima hanyalah asas Pacta Sun Servanda (setiap janji harus ditepati)..

e. Eropa Barat Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacaubalau) sehingga tidak memungkinkannya kebutuhan perangkat Hukum Internasional. Selain itu, e. Eropa Barat Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacaubalau) sehingga tidak memungkinkannya kebutuhan perangkat Hukum Internasional. Selain itu,

B. Periode Modern

Pada periode inilah, Hukum Internasional berkembang dengan sangat pesat. Dimulai pada masa pencerahan atau Renaissance, yang merupakan revolusi keagamaan yang telah memporak-porandakan belenggu kesatuan politik dan rohani Eropa. Teori-teori kemudian dikembangkan pada saat itu untuk menyongsong kondisi secara intelektual.

Perkembangan yang terjadi adalah :

a. Traktat Westphalia Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua

perjanjian yang ditandatangani di dua kota di wilayah Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di Münster (24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini

mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di Kekaisaran Suci Romawi dan Perang 80 Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda.

Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara, lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya negara-negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.

Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum Internasional modern, bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional, sebabnya adalah :

1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .

2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama- lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci.

3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.

4. Kemerdekaan negara Nederland, Swiss dan negara- negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian Westphalia. Selain itu, Perjanjian Westphalia meletakan dasar

bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari pengaruh gereja.

Ciri masyarakat Internasional yang terdapat di Eropa yang dasarnya diletakkan oleh Perjanjian Westphalia. Ciri-ciri pokok yang membedakan organisasi susunan masyarakat Internasional yang baru ini dari susunan masyarakat Kristen Eropa pada zaman abad pertengahan :

1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.

2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan dan persamaan derajat.

3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang kaisar 3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang kaisar

4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil oper pengertian lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi.

5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antar negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini.

6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk memaksakan ditaatinya ketentuan hukum Internasional.

7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih dari anggapan mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan. Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian

Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas

1) Hugo Grotius, Hukum Internasionalnya berlaku Hukum Alam yang telah terlepas dari pengaruh keagamaan dan kegerjaan. Banyak didasarkan pada praktek Negara dan perjanjian Negara sebagai Sumber Hukum Internasional.

2) Fransisco Vittoria , Dalam bukunya Relectio

de Indis, bahwa Negara dalam tingkah lakunya tidak boleh bertindak sesuka hati (Ius Intergentes)

3) Fransisco Suarez, Menulis De Legibius ae deo Legislatore mengemukakan bahwa suatu Hukumatau akedah objektif yang harus dituruti oleh Negara-negara dalam hubungan antara mereka.

4) Balthazar Ayala & Alberico Gentilis, Pemisahan antara etika agama dan hukum.

5) Christian Wovlf, Suatu negara meliputi Negara-negara dunia

6) Zouche, Bynkershoek, dan Von Martens, Receuil Des Traites (kumpulan perjanjian yang 6) Zouche, Bynkershoek, dan Von Martens, Receuil Des Traites (kumpulan perjanjian yang

c. Revolusi Perancis Pergeseran kekuasaan pemerintahan dari tangan

raja ke tangan rakyat.

d. Konferensi Perdamaian jenewa (1864)

e. Konferensi Perdamaian Den Haag (1899)

f. Konferensi Perdamaian Den Haag (1907) Melahirkan Mahkamah Arbitrase Permanen yang isinya: Negara sebagai kesatuan politik teritorial Konferensi Internasional berlaku universal Dibentuk mahkamah Internasional Arbitrase permanen.

Setelah perjanjian perdamaian Den Haag 1907 (masa konsolidasi), terjadi:

1) Perjanjian melarang perang untuk mencapai kepentingan nasional (Briand Kellog Pact 1982, Paris)

2) Didirikan liga bangsa-bangsa 1919 (PBB 1945).

BAB III IDEOLOGI DUNIA; DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA

A. Pendahuluan

Berbicara tentang ideologi berarti berbicara tentang pola hidup manusia di segala bidang yang bersumber dari satu pokok pemikiran. Satu pemikiran yang dijadikan pedoman dalam bersikap secara pribadi maupun bersosialisasi dalam masyarakat.

Sejatinya manusia adalah mahluk yang dianugerahi banyak kecerdasan yang dapat dipergunakannya dalam memajukan kehidupannya. Untuk itu ideologi hadir dalam bentuk pola hidup untuk mengarahkan kecerdasan- kecerdasan manusia menjadi suatu sinergi kehidupan. Hal ini tentu saja tidak lepas dari bahwa ideologi itu sendiri adalah suatu produk dari kecerdasan manusia tadi, namun ideologi adalah produk kecerdasan manusia yang bersifat mendominasi dan mengarahkan kecerdasan-kecerdasan lain.

Ada beberapa ideologi yang digunakan negara- negara di dunia. Dalam kesempatan ini akan saya suguhkan Ada beberapa ideologi yang digunakan negara- negara di dunia. Dalam kesempatan ini akan saya suguhkan

Saya harapkan materi yang saya suguhkan dapat membuka wawasan kita sekalian tentang ideologi secara umum dan dapat menjadikan kita manusia cerdas yang berideologi secara khusus.

B. Ideologi

Sebelum mengarah langsung kepada materi pokok yaitu tentang macam-macam ideologi beserta penerapannya di Indonesia tentunya kita harus mengetahui arti dan fungi ideologi itu sendiri untuk menghadirkan penilaian logis dalam masalah penerapannya.

Menurut Karl Marx, Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. Machiavelli menegaskan bahwa ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa. Menurut Descartes, Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia. Menurut Francis Bacon, Ideologi adalah sintesa (paduan berbagai pengertian agar semuanya menjadi selaras, cara mencari hukum yang umum dari hukum-hukum yang khusus) pemikiran

Dengan demikian, ideologi adalah sebuah pemikiran yang mempunyai ide berupa konsepsi rasional yang meliputi akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya serta metode menyebarkannya ke seluruh dunia.

Masih banyak pendapat para ahli tentang definisi ideologi namun kelima pendapat diatas cukup mewakili secara global dari kebanyakan definisi-definisi yang lain.

C. Konsep Ideologi

Ideologi memiliki 5 konsep, diantaranya : Ideologi mengacu kepada kelembagaan gagasan secara sistematis yang diartikulasikan oleh kelompok tertentu. Sebagai penopengan dan penyembunyian realitas tertentu ideologi digunakan sebagai alat untuk mengungkap bagaimana teks- teks dan praktik-praktik gaya tertentu digunakan untuk menghadirkan citra-citra tertentu yang telah diseleksi, direduksi dan didistorsi.

Ideologi yang mengejawantahkan dalam bentuk- bentuk ideologi , dalam hal ini ideologi untuk menarik Ideologi yang mengejawantahkan dalam bentuk- bentuk ideologi , dalam hal ini ideologi untuk menarik

Dengan mengetahui 5 konsep dasar ideologi maka diharapkan kita dapat lebih peka dengan kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi disekeliling kita, apakah mengandung salah satu dari kelima konsep dasar diatas yang membawa alur kehidupan sekeliling kita lebih condong terhadap suatu ideologi tertentu ditengah pedoman kita yang diluar ideologi tersebut.

D. Prinsip-prinsip Ideologi, Penerapan, dan Perkembangannya di Indonesia

Dalam perkembangannya di dunia dapat kita temukan 6 prinsip dasar ideologi. Satu sama lain dari ke- enam prinsip-prinsip itu mempunyai ciri, keunggulan dan kekurangan tersendiri untuk diterapkan dalam suatu kelompok hidup manusia atau suatu negara.

1. Paham Liberalisme

3. Paham Sosialisme

4. Paham Komunisme

5. Paham Fasisme

6. Paham Fundalisme Berikut akan diulas tentang spaham-paham tersebut

dan masalah ada dan tidaknya penerapannya serta sejauh mana perkembangannya di Indonesia.

1. Paham Liberalisme Liberalisme adalah paham yg menghendaki

kebebasan individu dalam segala bidang karena individu adalah titik pusat dalam hidup, yang artinya karena individu lah maka bisa terbentuk adanya masyarakat dan negara.

Lahirnya liberalisme untuk pertama kalinya dikobarkan oleh kaum Borjuis, Prancis pada abad ke-18 sebagai reaksi protes terhada kepincangan yang telah berakar lama di Prancis. Sebagai akibat warisan sejarah masa lampau di Prancis yang memisahkan dan membedakan hak dan kewajiban antar golongan. Golongan

I dan II memiliki berbagai hak tanpa kewajiban sedangkan golongan III yang tanpa hak dan penuh dengan kewajiban.

Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (life, liberty and property). Di bawah ini adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme:

 Kesempatan yang sama.  Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang

diperintah(rakyat).  Fungsi Negara adalah untuk membela dan

mengabdi pada rakyat.  Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.  Negara hanyalah alat. Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan

yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri.  Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran

dogmatism. Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 – 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.

Tokoh-tokoh dalam paham Liberalisme :

a. Marthin Luther 91517) dalam Reformasi Agama. Pada saat itu agama dibawah kepemimpinan gereja sangat membatasi individu bahkan dalam hal ilmu pengetahuan, membuat individu merasa terkekang.

b. John Locke dan Hobbes; konsep State of Nature yang berbeda. Hobbes (1588 – 1679) berpendapat bahwa individu pada dasarnya jelek(egois), namun karena adanya keinginan untuk hidup damai maka mereka membentuk perjanjian dan hak-hak tertentu yang melibatkan pihak ketiga (penguasa).

c. John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa pada dasarnya individu baik namun karena adanya rasa kesenjangan harta menyebabkan perasaan takut haknya terampas orang lain maka melibatkan pihak ketiga (penguasa) untuk membuat perjanjian dan hak-hak.

d. Adam Simth (1723-1790). Adam Smith berpendapat bahwa segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar dimana kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik.

Selain itu, ajaran liberalisme ortodoks sangat mewarnai pemikiran para The Founding Father Amerika seperti George Wythe, Patrick Henry, Benjamin Franklin, ataupun Thomas Jefferson.

Negara-negara yang menganut paham liberalism diantaranya : beberapa negara di Benua Amerika yang menganut ideologi liberalisme adalah Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay dan Venezuela. Sekarang ini, kurang lebih liberalisme juga danut oleh negara Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico dan Suriname. Masih banyak lagi negara-negara yang menganut Ideologi Liberalisme di benua lainnya.

Penerapan paham Liberalisme di Indonesia terjadi pada era 1950-1959 saat berlakunya Undang-Undang Sementara 1950 dibawah kepemimpinan presiden Soekarno dengan menganut system kabinet parlementer. Periode ini berlangsung dari 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959. Pada masa ini diwarnai dengan banyaknya pergantian kabinet, di antaranya :

 1950-1951 – Kabinet Natsir  1951-1952 – Kabinet Sukiman-Suwirjo  1952-1953 – Kabinet Wilopo  1953-1955 – Kabinet Ali Sastroamidjojo I  1955-1956 – Kabinet Burhanuddin Harahap  1956-1957 – Kabinet Ali Sastroamidjojo II  1957-1959 – Kabinet Djuanda

Dengan adanya ketidakstabilan kabinet hal ini menandakan bahwa paham Liberalisme tidak sesuai dengan negara Indonesia. Hal ini terbukti dengan adanya dampak- dampak berikut.

1) Karena kabinet mengalami perubahan yang sering, maka pembangunan tidak berjalan lancar. Pada akhirnya

partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongan.

masing-masing

2) Tidak memunculkan partai yang dominan, sehingga presiden bersikap di antara banyak partai pula.

3) Dengan banyaknya partai, tidak ada badan yudikatif dan eksekutif yang kuat.

4) Memunculkan pemberontakan di berbagai daerah (APRA, RMS, DI/TII).

Ketidakstabilan kabinet itu terjadi tentu saja karena pada saat itu terlalu banyak suara rakyat dalam organisasi massa yang ingin tampil karena memberlakukan negara sebagai alat saja sebagaimana berdasarkan nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme yang telah dijelaskan diatas namun mengesampingkan nilai bahwa ideologi bukan hanya sebagai pelembagaan ide tapi sekaligus juga praktek material (konsep ideologi nomor 4 pada bab IB).

2. Paham Konservatisme Konservatisme adalah paham politik yang ingin

mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak demi setapak, serta menentang perubahan yang radikal. Singkatnya konservatisme adalah paham yang mendukung nilai-nilai tradisional.

Dapat juga dikatakan konservatisme adalah pemikiran yang selalu ingin mengembalikan tatanan sebagaimana yang diinginkan dan menutup telinga atas dinamika atau perubahan. Mereka yang konservatif adalah mereka yang status quo, menginginkan sesuatu yang stabil, Dapat juga dikatakan konservatisme adalah pemikiran yang selalu ingin mengembalikan tatanan sebagaimana yang diinginkan dan menutup telinga atas dinamika atau perubahan. Mereka yang konservatif adalah mereka yang status quo, menginginkan sesuatu yang stabil,

Pada masa Revolusi Perancis pada 1789 konservatisme mulai muncul sebagai suatu sikap atau alur pemikiran yang khas. Banyak orang yang mengusulkan bahwa bangkitnya kecenderungan konservatif sudah terjadi lebih awal, pada masa-masa awal Reformasi.

Ciri-ciri ajaran ideologi konservatisme :  Lebih memntingkan lembaga-lembaga kerajaan atau agama.  Agama dipandangsebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan

dalam tata kehidupan masyarakat.  Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap

suci.  Menentang radikalisme dan skeptisisme.

Tokoh yang sangat berpengaruh dalam paham konservatisme yaitu Edmund Burke (1729-1797) gigih mengajukan argumen menentang Revolusi Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari tujuan-tujuan Revolusi Tokoh yang sangat berpengaruh dalam paham konservatisme yaitu Edmund Burke (1729-1797) gigih mengajukan argumen menentang Revolusi Perancis, juga bersimpati dengan sebagian dari tujuan-tujuan Revolusi

Negara yang pernah menganut ideologi konservatisme adalah Inggris, Kanada, Bulgaria, Denmark, Hongaria, Belanda, Swedia. Sedangkan Indonesia sendiri memang belum pernah mengalami masa pemerintahana dengan menggunakan paham konservatisme namun paham konservatisme dapat kita cium juga keberadaannya di Indonesia pada beberapa partai-partai politik atau organisasi masyarakat yang ada. Beberapa dari partai politik atau ormas tersebut dilandasi oleh sebuah agama seperti PPP, PBB, PAN, PKS, Partai Kristen Indonesia (PARKINDO), Partai Kristen Demokrat (PKD) atau ormas seperti NU dan Muhammadiyyah adalah bentuk-bentuk contoh bahwa paham konservatis pun berkembang di Indonesia. Orang-orang islam akan lebih condong kepada partai-partai islam begitupun dengan orang-orang dari agama lain, hal ini sejalan dengan ideologi sebagai konotasi makna sekunder yang tidak tersirat dalam teks (kosep ideology nomor 5 pada bab IB).

Indonesia adalah negara yang kaya budaya dan agama. Paham konservatis tidak cocok dan sangat beresiko Indonesia adalah negara yang kaya budaya dan agama. Paham konservatis tidak cocok dan sangat beresiko

3. Paham Sosialisme Sosialisme adalah paham yang menghendaki segala

sesuatu harus diatur bersama dan hasilnya dinikmati bersama-sama. Dengan kata lain sosialisme adalah paham yang menghendaki kemakmuran bersama. Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya. Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara.

Dapat juga dikatakan bahwa Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata (W.Surya Indra, 1979: 309).

Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini

(humanitarian). Ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas

Sekalipun gerakan-gerakan yang dinamakan sosialisme (gerakan yang memprotes terhadap kepincangan yang ada dalam masyarakat) telah lama muncul, namun istilah sosialisme baru pertama kali dipakai tahun 1827 dalam majalah perkoperasian oleh Robert Owen.

Ciri-ciri paham sosialisme :  Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-

citakan dengan kejernihan dan kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.

 Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis.

Tokoh-tokoh pencetus paham sosialisme adalah :

a. Karl Marx (1818-1883). Pelopor utama gagasan ―sosialisme ilmiah‖.

b. FredericH Engels (1820-1895). Bersama Karl Marx menulis buku Communist Manifesto, buku yang akhirnya menjadi bacaan dunia.

c. Nama-nama penting lain dalam Ideologi Sosialisme adalah C.H. Saint Simon (1760-1825), F.M Charles Fourier (1772-1837), EtinneCabet (1788-1856), Wilhelm Weiling (1808-1871), dan Louis Bland (1811-1882). Negara yang menganut paham sosialisme adalah

negara-negara di Eropa Barat serta Kuba dan Venezuela. Di tahun 1890 kekuasaan kolonial Hindia-Belanda dikejutkan dengan ajaran Kyai Samin, alias Soeratniko yang berprofesi sebagai petani di Blora. Ajaran Kyai Samin tersebut berdasarkan atas hak milik kolektif dan cara-cara pengolahan sawah secara kolektif, dan gotong royong, dilengkapi dengan aturan pembagian hasil menurut keperluan dan keadilan.

Bung Karno pun pernah menciptakan sistem sosialisme di Indonesia yaitu Marhaenisme. Marhaenisme adalah cara perjuangan yang revolusioner sesuai dengan watak kaum marhaen pada umumnya. Menurut Bung Karno Marhaenisme cocok untuk diterapkan di Indonesia karena merupakan jalan menuju cara perjuangan kepada hilangnya kapitalisme, imperialisme, dan kolonialisme yang terjadi pada saat itu. Dimana tujuan tersebut

Namun, dalam paham sosialisme ini terdapat nilai- nilai yang merupakan dasar pemikiran komunis maka paham ini tidak cocok dikembangkan di Indonesia karena akan mengarahkan individual jauh dari kebebasan yang bertanggung jawab yang dapat merusak rasa persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa yang majemuk.

4. Paham Komunisme Paham ini adalah bentuk perkembangan dari

paham sosialisme dan merupakan sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal abad ke-19. Paham komunisme adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis yang merupakan produk masyarakat liberal. Mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.

Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi terus-menerus). Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada fase diktator proletariat yaitu membersihkan kelas- kelas lawan komunisme, khususnya tuan-tuan tanah dan

Penganut paham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marxdan Friedrich Engles, sebuah manifesto politik yang pertama kali diterbitkan pada 21 Febuari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain.

Ciri-ciri paham komunisme :  Penghapusan hak milik perseorangan dan

menggantikannya dengan hak milik bersama yang dikontrol oleh negara demi kemakmuran bersama.

 Menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan.

 Membatasi demokrasi pada rakyatnya.  Bersifat atheis, tidak mengimani Tuhan.

Keberadaan Tuhan terserah kepada manusia. Orang Keberadaan Tuhan terserah kepada manusia. Orang

 Menganut system politik satu partai, yaitu partai komunis. Jadi, di negara komunis tidak ada partai

oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak menghormati HAM

Sejatinya paham komunis adalah perdasrkan pemikiran dasar dari :

 Karl Marx (1818-1883)  Frederich Engels (1820-1895)

Berdasarkan pemikiran dasar kedua tokoh diatas lalu munculah paham komunis yang diciptakan oleh Karl Heinrich Marx (Trier, Jerman, 5 Mei 1818 – London, 14 Maret 1883) adalah seorang filsuf, pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Perwujudan bentuk negara komunis pertama kali oleh Vladimir Ilyich Ulyanov (Uni Soviet).

Uni Soviet adalah negara yang menganut paham komunisme namun bubar pada tahun 1991. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Laos dan Kuba.

Indonesia pernah menjadi salah satu kekuatan besar komunisme dunia. Kelahiran PKI pada tahun 1920an adalah kelanjutan fase awal dominasi komunisme di negara tersebut, bahkan di Asia.