STRUKTUR LAYANG PROYEK JAKARTA MRT CP103

LAPORAN KERJA PRAKTEK STRUKTUR LAYANG PROYEK JAKARTA MRT CP103

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Bidang Ilmu Teknik Program Studi Teknik Sipil

DISUSUN OLEH :

RIZAL NOVIK (2012 41 0062) MUBAROK

(2012 41 0053)

JURUSAN SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015

LEMBAR PENGESAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN SIPIL

ASISTENSI BIMBINGAN KERJA PRAKTEK

Nama

: Rizal Novik (2012410062)

Mubarok (2012410053)

Mulai Tanggal

: 19 September 2015

Selesai Tanggal

: 19 Desember 2015

Dosen Pembimbing : Ir. Andi Maddeppungeng, MT

NO TANGGAL

CATATAN

PARAF

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya, saya dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini dengan baik. Laporan ini saya ajukan sebagai syarat untuk menempuh Tugas Akhir / Ujian Sarjana.

Laporan ini dapat saya selesaikan berkat kerjasama berbagai pihak. Untuk itu sebagai wujud ucapan terima kasih atas dorongan dan bimbingannya, yang akan saya sampaikan kepada :

1. Bapak Ir. Andi Maddeppungeng, MT. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiah Jakarta,

2. Ibu Tanjung Rahayu, MT selaku dosen kordinator Kerja Praktek

3. Bapak Firdaus Siahaan,ST. selaku Pembimbing Kerja Praktek di Lapangan

4. Kedua orangtua, saudara serta sahabat-sahabat saya yang selalu ada mendukung dan memberi do’a pada setiap langkah yang saya ambil,

5. Rekan-rekan sejurusan Teknik Sipil angkatan X,

6. Rekan-rekan Kontraktor OSJ JV. Demikian pengantar dari saya, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam memaparkan Laporan ini. Tak lupa kritik dan saran sangat saya harapkan dari Bapak/Ibu dosen dan pembimbing serta rekan-rekan sekalian. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya dan bagi diri saya pribadi khususnya.

Jakarta, Januari 2016

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia akan menyebabkan Jakarta mengalami kemacetan total, saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II). Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun. Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan. Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia akan menyebabkan Jakarta mengalami kemacetan total, saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II). Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun 2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65 triliun/tahun. Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakan oleh tenaga listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 diperkotaan. Berdasarkan studi tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan. Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/mobilitasnya dengan lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.

1.3 Lokasi Proyek

Proyek MRT Jakarta tahap 1 menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang 15.2 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proyek ini dibagi menjadi enam paket dengan kontraktor yang berbeda-beda, yaitu paket CP101 mulai STA 0-580 – STA 0+630, paket CP102 mulai STA 0+630 – STA 5+369, paket CP103 mulai STA 5+369 – STA 9+211, paket CP104 mulai STA 9+211 – STA 11+043, paket CP105 mulai STA 11+ 043 – STA 13+102, dan paket CP106 mulai STA 13+102 – STA 15+123 . Dalam kerja praktek kali ini, peserta mengambil lokasi proyek di paket CP103 yang berupa pekerjaan struktur layang sepanjang 3.8 km dengan empat Stasiun, bersama dengan kontraktor OSJ JV (Obayashi - Shimizu - Jaya Konstruksi).

Gambar 1.1.1 lokasi proyek MRT Jakarta paket CP103

Dilihat dari gambar di atas, lokasi proyek MRT CP103 membentang sepanjang Jl.Haji Nawi sampai Jl.Sisingamangaraja.

1.4 Uraian Umum

1. Nama Poyek : MRT Jakarta CP 103

2. Pemilik Proyek

: PT. MRT Jakarta

3. Lokasi Proyek

: DKI Jakarta

4. Spesifikasi Proyek : Bangunan Infrastruktur

5. Jenis Pekerjaan

: Struktur Layang

6. Jenis Kontrak : Rancang Bangun, Peket Lump Sum

7. Nilai Kontrak : Rp.958.303.555.826,00

8. Sumber Dana : Pinjaman JICA, APBN dan APBD

9. Pemberi Tugas : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

10. Kontraktor : OSJ JV (Obayashi – Shimizu –

Jaya Konstruksi)

11. Waktu Pelaksanaan : Novenber 2013 – Juli 2018 Komponen proyek secara umum dapat dilihat pada tabel 1.1

Dimensi Proyek MRT Jakarta CP103

Tabel 1.1 Dimensi Proyek Struktur Layang MRT Jakarta CP103

Komponen Detail / Dimensi Proyek

1. Jembatan - Panjang

3.8 km - Lebar

9.5 m

2. Umur Rencana Jalan

20 tahun

3. Kecepatan Rencana Rata-Rata

80 km/jam

4. Girder Precast Segmental Box

5. Struktur Bawah Kolom Persegi dengan pondsi pile

6. Stasiun - Haji Nawi

Panjang 175 m, Lebar 31 m - Blok A

Panjang 175 m, Lebar 22 m - Blok M

Panjang 175 m, Lebar 22 m - Sisingamangaraja

Panjang 175 m, Lebar 22 m

BAB II PERSIAPAN LELANG DAN PROSES TENDER

2.1 Pelelangan

Pelelangan adalah proses untuk memilih calon kontraktor yang terbaik untuk melaksanakan pembangunan proyek yang ditawarkan oleh owner. Kriteria terbaik didasarkan kepada penilaian terhadap profesionalisme calon kontraktor, baik teknis maupun administrasi dan juga berdasarkan harga yang ditawarkan oleh kontraktor dalam lelang tersebut.

Persaingan yang terjadi pada pelelangan akan memacu para kontraktor untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pelaksanaan pelelangan dibagi kedalam empat macam, yaitu :

1. Pelelangan umum

2. Pelelangan terbatas

3. Pemilihan langsung

4. Penunjukan langsung

2.1.1 Pelelangan Umum

Yaitu pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dalam dunia usaha yang berminat memenuhi kualifikasi dapat memenuhinya.

Pemilihan pelaksanaan konstruksi dengan cara pelelangan umum berlaku untuk semua pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Dengan syarat-syarat :

1. Diumumkan secara luas melalui media massa, sekurang-

kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan pengumuman.

2. Dilakukan penilaian kualifikasi maupun pasca kualifikasi.

3. Peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada lembaga.

4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

Tata cara pelelangan umum terdiri dari :

a. Pengumuman

b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan

c. Penjelasan

d. Pemasukan penawaran

e. Evaluasi penawaran

f. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga terendah terevaluasi diantara penawaran yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan tekhnis serta tanggap terhadap dokumen pelelangan

g. Pengumuman calon pemenang

h. Masa sanggah

i. Penetapan pemenang

2.1.2 Pelelangan Terbatas

Yaitu pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas dengan pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak Yaitu pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas dengan pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak

Pelelangan terbatas berlaku untuk pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Mempunyai resiko tinggi

b. Menggunakan teknologi tinggi

Proses pemilihan para kontraktor dengan cara pelelangan terbatas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Diumumkan melalui media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) media massa dan papan pengumuman resmi.

2. Jumlah penyedia jasa terbatas.

3. Melalui proses prakualifikasi.

4. Peserta pelelangan yang berbentuk badan usaha harus sudah diregistrasi pada lembaga.

5. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

Tata cara dalam pemilihan para kontraktor dengan cara pelelangan terbatas antara lain :

a. Pengumuman untuk prakualifikasi

b. Pemasukan dokumen prakualifikasi

c. Evaluasi prakualifikasi

d. Undangan berdasarkan hasil prakualifikasi

e. Penjelasan

f. Pemasukan penawaran

g. Evaluasi penawaran g. Evaluasi penawaran

i. Pengumuman calon pemenang j. Masa sanggah k. Penetapan pemenang

2.1.3 Pemilihan Langsung

Yaitu pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggung jawabkan. Pemilihan kontraktor dengan cara pemilihan langsung berlaku

untuk keadaan tertentu, yaitu :

a. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan untuk mengadakan proses pemilihan langsung

b. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas

c. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden

d. Pekerjaan berskala kecil dengan ketentuan :

1. Untuk kepentingan pelayanan umum.

2. Mempunyai resiko kecil.

3. Mengunakan tekhnologi sederhana.

4. Dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha perorangan atau badan usaha kecil.

Syarat-syarat dalam proses pemilihan kontraktor dengan cara pemilihan langsung :

1. Diundang sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar.

2. Pemasukan dan pembukaan dokumen penawaran tidak perlu dalam waktu bersamaan.

3. Peserta yang berbentuk badan usaha harus sudah teregistrasi pada lembaga.

4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

Tata cara pelaksanaan pemilihan konstruksi melalui pemilihan langsung antara lain :

a. Undangan

b. Penjelasan

c. Pemasukan penawaran

d. Evaluasi penawaran

e. Dapat dilakukan negosiasi setelah ditentukan peringkatnya

f. Penetapan pemenang

2.1.4 Penunjukan Langsung

Yaitu pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanya terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun harga sehingga bisa diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Pada pelelangan jenis ini owner menunjuk secara langsung kontraktor yang akan melaksanakan proyeknya tanpa melalui proses pelelangan. Namun pihak kontraktor tetap harus melalui prosedur yang berlaku yaitu mengajukan surat penawaran kepada Pada pelelangan jenis ini owner menunjuk secara langsung kontraktor yang akan melaksanakan proyeknya tanpa melalui proses pelelangan. Namun pihak kontraktor tetap harus melalui prosedur yang berlaku yaitu mengajukan surat penawaran kepada

Penunjukan langsung kontraktor berlaku untuk :

a. Keadaan tertentu, yaitu :

1. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda.

2. Pekerjaan kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan penggunaan teknologi baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya.

3. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang menyangkut keselamatan negara yang ditetapkan oleh presiden.

4. Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :

● Untuk keperluan sendiri ● Mempunyai resiko kecil ● Menggunakan tekhnologi sederhana ● Dilaksanakan oleh penyedia jasa usaha perorangan

dan badan usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil

5. Pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan kesatuan

yang bersifat pertanggungjawabannya terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.

konstruksi

b. Pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat izin. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penunjukan kontraktor secara langsung, yaitu :

1. Peserta berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi oleh lembaga.

2. Tenaga ahli dan atau tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha dan usaha orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga.

3. Penyedia jasa yang bersangkutan merupakan pemegang hak paten atau pihak lain yang telah mendapat lisensi.

Tata cara yang berlaku dalam penunjukan langsung, antara lain :

a. Undangan

b. Penjelasan

c. Pemasukan penawaran

d. Negosiasi

e. Penetapan penyedia jasa

2.1.5 Sistem Pelelangan Yang Digunakan

Dalam pembangunan Jakarta MRT CP103 ini sistem pelelangan yang digunakan adalah dengan cara pelelangan terbatas, dimana OSJ JV (Obayashi - Shimizu - Jaya Konstruksi) sebagai kontraktor yang memenangkan tender atas paket MRT Jakarta CP103 tersebut. Setelah melalui beberapa tahap prosedur yang berlaku dalam pelelangan, maka OSJ JV dinyatakan berhak untuk melaksanakan proyek sesuai dengan harga penawaran yang diajukan.

2.2 Sistem Kontrak

Kontrak adalah pernyataan tertulis kedua belah pihak untuk saling mengikat mengerjakan suatu hal dengan aturan-aturan yang disepakati bersama. Dalam dokumen kontrak biasanya berisi tentang :

1. Lingkup pekerjaan

2. Biaya pekerjaan

3. Sistem pembayaran

4. Waktu pelaksanaan

5. Addendum (pekerjaan tambah/kurang)

6. Perselisihan

7. Force majeur

8. Denda keterlambatan

9. Lain-lain

2.2.1 Macam-macam Kontrak

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan

a. Bentuk imbalan yang terdiri dari :

1. Lump sump Yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.

2. Harga satuan Yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.

3. Biaya tambah imbalan jasa Yaitu kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdiri dari :

1. Tahun tunggal

2. Tahun jamak

c. Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu :

1. Sesuai kemajuan pekerjaan

2. Secara berkala

2.2.2 Sistem Kontrak yang digunakan

Jenis kontrak yang disepakati dalam proyek ini adalah rancang bangun dengan paket lump sum. Besarnya kontrak untuk paket MRT CP103 mencapai sembilan ratus lima puluh milyar rupiah. Kontrak lump sump yang berlaku pada proyek ini Jenis kontrak yang disepakati dalam proyek ini adalah rancang bangun dengan paket lump sum. Besarnya kontrak untuk paket MRT CP103 mencapai sembilan ratus lima puluh milyar rupiah. Kontrak lump sump yang berlaku pada proyek ini

Isi kontrak pada proyek ini mencakup kesepakatan proses pelaksanaan dan pemeliharaan, antara lain:

1) Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian pekerjaan serta syarat pekerjaan.

2) Penentuan harga borongan.

3) Sanksi apabila terjadi permasalahan.

4) Penyelesaian apabila terjadi perselisihan.

5) Progress payment.

6) Hak melaksanakan quality control.

7) Hak mendapatkan laporan berkala.

8) Peraturan - peraturan mengenai addendum.

9) Penunjukan Subkontraktor.

10) Hak dan kewajiban pihak - pihak yang terkait.

11) Ketentuan - ketentuan resiko khusus yang bukan tanggung jawab kontraktor.

Dalam melaksanakan pekerjaannya, kontraktor harus berdasarkan pada ketentuan yang telah disepakati pada kontrak. Ada sanksi - sanksi yang akan diberikan apabila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dengan kontrak. misalnya keterlambatan penyelesaian proyek akan diberikan denda satu per seribu dari nilai proyek per hari, dan apabila terjadi ketidaksesuaian desain maka pilihan sanksinya adalah kontraktor membongkar untuk mengerjakan ulang sesuai dengan yang ditentukan atau tidak dibayar atas pekerjaan bagian tersebut.

BAB III MANAJEMEN PROYEK

3.1 Manajemen Proyek

3.1.1 Tinjauan Umum

Keberhasilan suatu proyek konstruksi diawali dan sangat ditentukan dengan perencanaan yang lengkap dan matang. Dengan sendirinya, suatu proyek konstruksi harus dapat mengakomodasikan seluruh kebutuhan

dan kepentingan pelaksanaan konstruksi, mulai dari hal-hal yang bersifat teknis termasuk metode kerja sampai dengan dampak yang diakibatkannya serta hal-hal yang bersifat non teknis seperti administrasi. Dengan perencanaan proyek konstruksi yang baik maka tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan resiko pekerjaan minimal.

Suatu perencanaan proyek konstruksi yang baik juga bersinergi dengan pengaturan dan pengendalian di dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Pengendalian dan pengaturan tersebut dapat berjalan baik apabila dalam suatu kegiatan konstruksi terdapat koordinasi diantara pihak-pihak terkait, selain itu koordinasi antara kegiatan-kegiatan juga tidak boleh dilupakan. Implementasi dari koordinasi yang baik tersebut adalah hubungan antara masing-masing pihak yang dibatasi wewenang dan tanggungjawab. Hubungan ini menggambarkan fungsi dan tugas masing-masing pihak terkait. Koordinasi ini juga menggambarkan hierarki hubungan sejajar ataupun timbal balik ataupun hubungan antara bawahan dan atasan. Jika suatu Suatu perencanaan proyek konstruksi yang baik juga bersinergi dengan pengaturan dan pengendalian di dalam pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Pengendalian dan pengaturan tersebut dapat berjalan baik apabila dalam suatu kegiatan konstruksi terdapat koordinasi diantara pihak-pihak terkait, selain itu koordinasi antara kegiatan-kegiatan juga tidak boleh dilupakan. Implementasi dari koordinasi yang baik tersebut adalah hubungan antara masing-masing pihak yang dibatasi wewenang dan tanggungjawab. Hubungan ini menggambarkan fungsi dan tugas masing-masing pihak terkait. Koordinasi ini juga menggambarkan hierarki hubungan sejajar ataupun timbal balik ataupun hubungan antara bawahan dan atasan. Jika suatu

Untuk mengatur hubungan tersebut maka dibuatlah suatu manajemen dalam kegitan tersebut yang dikenal dengan manajemen organisasi. Demikian juga dalam pelaksanaan proyek konstruksi diperlukan suatu manajemen yang kita kenal dengan nama manajemen proyek.

3.1.2 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek dibuat dengan situasi kultur dan keunikan berbeda berdasar kebutuhan sistem manajemen proyek. Oleh karena itu, organisasi proyek mempunyai susunan dan hierarki yang berlainan pula. Pemilihan organisasi proyek didasarkan atas tingkat kebutuhan dan kompleksitas proyek, semakin kompleks proyek, semakin kompleks pula susunan organisasinya.

Penetapan bentuk organisasi proyek merupakan tahapan penting yang harus dilakukan dengan hati-hati. Setiap personil harus ditempatkan sesuai dengan fungsi dan keahliannya masing- masing, sehingga proses kerja dapat berjalan dengan baik.

Berikut adalah pihak - pihak yang terkait dalam Proyek MRT Jakarta CP103 :

1) Pemilik Proyek

: PT. MRT Jakarta

2) Konsultan MK : JMCMC (Jakarta MRT Construction Management Consultants)

3) Kontraktor Utama : OSJ JV (Obayashi - Shimizu - Jaya Konstruksi)

4) Konsultan Perencana  Hewson Consulting Engineer Pekerjaan : Desain Struktur  PT. Arkonin Pekerjaan : Arsitek & MEP

5) Subkontraktor  PT. VSL Indonesia

Pekerjaan : suplai dan pemasangan Box Girder  Nippon Hume International Ltd Pekerjaan : fabrikasi pile  PT. Jaya Daido Concrete Pekerjaan : fabrikasi deck segmen  PT. Marubeni-Itochu Steel Indo

Gambar 3.1 Struktur organisasi proyek

Deskripsi tugas dan wewenang tiap - tiap komponen proyek adalah:

1) Owner Pemilik Proyek (owner) adalah PT. MRT Jakarta yang memberikan dana untuk pelaksanaan proyek, dan yang menentukan kepada pihak mana proyek akan diserahkan untuk direncanakan dan dibangun sesuai dengan keinginannya. Meskipun kedudukan owner sebagai penentu namun tetap harus berkonsultasi dengan konsultan perencana tentang kemungkinan pelaksanaannya. Adapun tugas dan wewenang owner adalah:

- Menyediakan dana atau biaya proyek. - Menetapkan jenis tender dan peserta tender. - Mengambil keputusan untuk menunjuk konsultan pelaksana

arsitektur maupun pelaksana sipil. - Menyetujui isi dokumen kontrak yang diajukan oleh pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil, dan mengesahkan semua surat perjanjian.

- Menolak pekerjaan yang tidak sesuai gambar kerja. - Menetapkan denda jika terjadi keterlambatan proyek. - Membentuk tim pengawas lapangan sebagai wakil dari owner. - Menyetujui prosedur pembayaran kepada kontraktor. - Memutuskan persetujuan pekerjaan tambah atau kurang yang

berhubungan dengan proyek. - Mengambil keputusan akhir yang mengikat mengenai pelaksanaan

proyek dan pembayaran sesuai dengan kesepakatan bersama.

2) Konsultan MK

Konsultan MK adalah badan usaha atau perusahaan yang ditunjuk oleh owner untuk bertindak sebagai manajemen konstruksi dalam mengkoordinir dan mengawasi para kontraktor yang melaksanakan pembangunan. Pada proyek ini yang berperan Konsultan MK adalah badan usaha atau perusahaan yang ditunjuk oleh owner untuk bertindak sebagai manajemen konstruksi dalam mengkoordinir dan mengawasi para kontraktor yang melaksanakan pembangunan. Pada proyek ini yang berperan

- Memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian mutu tersebut.

- Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan. - Menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang sedang dikerjakan secara tidak layak teknis.

- Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan. - Memeriksa kuantitas rencana dan hasil pekerjaan serta memberikan hasil pemeriksaannya kepada Project Engineer dan atau kontraktor untuk selanjutnya dapat diproses untuk pengajuan sertifikat atau laporan kemajuan.

- Melakukan perubahan - perubahan minor gambar rencana atas dasar keadaan lapangan sejauh tidak mengubah substansi desain itu sendiri.

- Mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui Project Director. - Memberikan rekomendasi, diminta ataupun tidak diminta, kepada Project Director atas usulan suatu perubahan pekerjaan di lapangan.

- Mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan yang memuaskan.

3) Kontraktor Utama

Kontraktor adalah seseorang atau suatu badan perusahaan dalam hal ini adalah OSJ JV yang telah mengadakan sebuah kontrak dengan pemilik proyek, yaitu Dinas PU DKI untuk melaksanakan pembangunan proyek dibawah persyaratan - persyaratan dan ketentuan harga kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan dilaksanakan berdasarkan bukti hukum yang kuat dengan adanya perjanjian tertulis antara kedua belah pihak. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah:

- Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak

dan waktu yang telah disepakati berdasarkan kontrak yang ada. - Membuat rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan metode pelaksanaan kontruksi untuk kemudian diajukan kepada pemilik untuk mendapatkan persetujuan.

- Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja.

- Membuat laporan harian, mingguan, bulanan serta daftar pemasukan material dan daftar pengerahan tenaga kerja selama berlangsungnya pembangunan.

- Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan dan bila ada perubahan yang terjadi terlebih dahulu melaporkan kepada tim konsultan manajemen konstruksi yang telah ditunjuk.

- Berhak mendapatkan pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau jika terjadi ekskalasi harga (berdasarkan dengan ada tidaknya perjanjian yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya).

- Memilih atau menunjuk subkontraktor yang akan membantu pelaksanaan pekerjaan proyek.

- Bertanggung jawab sepenuhnya jika ada kesalahan dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan desain / perencanaan.

4) Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang berupa perorangan atau badan usaha, yang berdasarkan suatu pemberian tugas mempergunakan keahliannya dalam merencanakan suatu proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan sebagainya. Pada proyek ini yang bertugas sebagai konsultan perencana adalah Hewson Consulting Engineers dan Arkonin. Dalam proyek Jakarta MRT CP103 Konsultan perencana ini berada di bawah Kontraktor utama, dan menerima tugas dari kontraktor. Adapun tugas dan wewenang dari konsultan perencana adalah :

- Menyusun perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal dan kelistrikan yang sesuai dengan permintaan atau keinginan pemilik proyek dan membantu pemilik proyek dalam mencapai hal yang diinginkannya dengan memberikan saran dan anjuran.

- Membuat gambar - gambar detail, rencana - rencana kerja beserta syarat - syaratnya (RKS)/ dokumen kontrak, dan perhitungan baik volume pekerjaan untuk perencanaan proyek tersebut, maupun anggaran biaya dari rencana tersebut, sekaligus menentukan volume dan anggaran biaya untuk pekerjaan tambahan atau kekurangan.

- Membuat penyesuaian bagian rencana bila ada perubahan dari perencanaan yang sudah dibuat atas permintaan pihak pemilik proyek, serta membuat laporan akhir rencana.

- Membuat perencanaan dan gambar - gambar ulang atau revisi

bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

5) Subkontraktor Subkontraktor adalah perusahaan atau perseorangan yang ditunjuk oleh kontraktor utama, untuk melakukan pekerjaan atau menyuplai material untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan proyek sesuai dengan bidangnya. Dalam melaksanakan tugas subkontraktor bertanggung jawab penuh kepada kontraktor utama. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah :

- Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak dan waktu yang telah disepakati dengan kontraktor utama. - Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan kontrak.

- Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan.

3.2 Administrasi

Administrasi merupakan proses atau bagian yang tidak dapat dihindarkan karena berfungsi sebagai dokumentasi dari rangkaian pekerjaan di dalam proyek. Administrasi akan mempermudah pengaturan mutu, waktu, dan biaya dalam penyelesaian pekerjaan dan apabila terjadi perselisihan bisa dijadikan bukti atau acuan dasar investigasi penyelesaian masalah. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai administrasi teknik dan administrasi pembayaran.

3.2.1 Administrasi teknik

Administrasi teknik mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan secara tertulis mulai dari instruksi kerja hingga pelaporan Administrasi teknik mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan secara tertulis mulai dari instruksi kerja hingga pelaporan

a. Gambar Rencana wajib disetujui dan ditanda tangan oleh Project Director, kemudian diserahkan kepada kontraktor.

b. Dari gambar rencana kontraktor membuat metode konstruksi sehingga gambar berubah status menjadi shop drawing dengan persetujuan Project Director, apabila tidak disetujui maka wajib direvisi kesalahannya sesuai instruksi Project Director.

c. Shop drawing dibagikan pada pelaksana lapangan, surveyor dan konsultan pengawas lapangan.

d. Pelaksana lapangan dan Kepala Lapangan mengadakan rapat rencana mingguan.

e. Pelaksana lapangan mengajukan request pekerjaan. Request kerja dibuat oleh Kepala Teknik dan diketahui oleh Project Director. Request ini kemudian disetujui oleh owner dengan berbagai catatan terkait request tersebut. Dalam pengajuan pekerjaan (request) perlu dilampirkan gambar, hasil tes bahan, dan hasil joint survey. Joint survey merupakan hasil survey yang berisi data elevasi untuk membangun dan merupakan persetujuan konsultan dan owner. Pengajuan pekerjaan dibuat minimal 24 jam sebelum pekerjaan dimulai dan maksimal 7 hari sudah disetujui oleh pimpinan proyek.

f. Request disetujui, maka diturunkan instruksi kerja yang sudah disetujui oleh Project Director, Kepala Proyek, dan Kepala Bagian Teknik.

g. Pada saat pelaksanaan, konsultan pengawas di lapangan memegang dokumen checklist sebagai kelanjutan proses instruksi kerja dari pihak Konsultan Pengawas. Checklist ini berisi mengenai pemeriksaan kualitas dan kuantitas segala hal yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Apabila tidak sesuai Konsultan Pengawas berwewenang menolak.

h. Dokumentasi kondisi lapangan dan pekerjaan berupa foto wajib dilaporkan.

i. Setelah pekerjaan selesai, konsultan pengawas melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dengan acuan shop drawing, bila tidak sesuai mendapat sanksi.

j. Pihak kontraktor juga melakukan pengukuran sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian bisa didiskusikan, dan apabila sesuai akan dijadikan acuan untuk membuat as built drawing.

k. Salinan As built drawing diserahkan pada Project Engineer dan Konsultan Pengawas. l. Pelaksana lapangan wajib membuat laporan harian, mingguan dan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan kepada Kepala Lapangan dan akan dilaporkan kepada Kepala Bagian Teknik.

Gambar 3.2 Alur pengajuan request, laporan harian, dan opname lapangan

Material yang digunakan juga perlu disetujui penggunaannya. Persetujuan untuk beton memakan waktu 28 hari karena kekuatan beton 100% tercapai ketika umur beton 28 hari. Sedangkan untuk material lain seperti baja, waktu persetujuan material umumnya 7 hari. Jika pekerjaan telah selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan inspeksi pasca pekerjaan untuk memeriksa kesesuainnya terhadap spesifikasi. Jika pada pengujian terakhir yaitu hammer test, pekerjaan masih belum memenuhi spesifikasi, maka pekerjaan Material yang digunakan juga perlu disetujui penggunaannya. Persetujuan untuk beton memakan waktu 28 hari karena kekuatan beton 100% tercapai ketika umur beton 28 hari. Sedangkan untuk material lain seperti baja, waktu persetujuan material umumnya 7 hari. Jika pekerjaan telah selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan inspeksi pasca pekerjaan untuk memeriksa kesesuainnya terhadap spesifikasi. Jika pada pengujian terakhir yaitu hammer test, pekerjaan masih belum memenuhi spesifikasi, maka pekerjaan

3.2.2 Administrasi Pembayaran

Menguraikan Owner melakukan pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan bulanan yang dilaporkan oleh kontraktor, yang dokumennya telah disetujui dan disyahkan oleh Project Director. Di bawah ini adalah penjelasan singkat urutan proses pembayaran. Kontraktor mengajukan dokumen progress pekerjaan setiap bulan, disebut Monthly Certificate (MC), kepada Project Director. Project Director melakukan pengecekan menggunakan data-data yang diperoleh dari Konsultan Pengawas

a. Apabila sesuai, MC akan disetujui dan disyahkan oleh Project Director.

b. MC diserahkan kepada owner.

c. Owner membayarkan uang sesuai progress pekerjaan di MC

Gambar 3.3 Alur Administrasi Pembayaran

3.2.3 Diagram Alur Komunikasi

Dalam kegiatan konstruksi, dibutuhkan suatu sistem yang mengatur hubungan antara kontraktor, konsultan, dan owner dalam masalah komunikasi bila terjadi masalah dalam kegiatan konstruksi. Bila terjadi masalah di lapangan, misalnya ada ketidak sesuaian antara gambar rencana dengan yang akan dilaksanakan di lapangan, maka kepala pelaksana lapangan memberikan informasi kepada bagian engineering untuk menganalisa ulang dan bila diperlukan dilakukan perhitungan ulang. Setelah selesai, maka diserahkan kepada konsultan pengawas untuk diperiksa dan setelah itu diberikan ke owner untuk approval baru kemudian bila Dalam kegiatan konstruksi, dibutuhkan suatu sistem yang mengatur hubungan antara kontraktor, konsultan, dan owner dalam masalah komunikasi bila terjadi masalah dalam kegiatan konstruksi. Bila terjadi masalah di lapangan, misalnya ada ketidak sesuaian antara gambar rencana dengan yang akan dilaksanakan di lapangan, maka kepala pelaksana lapangan memberikan informasi kepada bagian engineering untuk menganalisa ulang dan bila diperlukan dilakukan perhitungan ulang. Setelah selesai, maka diserahkan kepada konsultan pengawas untuk diperiksa dan setelah itu diberikan ke owner untuk approval baru kemudian bila

Gambar 3.4 Alur Komunikasi Kontraktor – Konsultan Pengawas – Owner

Dari alur di atas, garis putus – putus antara kontraktor dengan owner menunjukkan bahwa kontraktor tidak dapat berhubungan secara langsung dengan owner, melainkan harus melalui konsultan pengawas.

BAB IV PELAKSANAAN KONSTRUKSI

4.1 Tinjauan Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan suatu proyek merupakan suatu tahap kegiatan dalam proses realisasi yang merupakan kelanjutan dari tahap perencanaan. Dalam hal ini merupakan suatu pekerjaan lapangan atau fisik yang dimana dalam pelaksaan pekerjaannya di lapangan harus mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS) / dokumen kontrak, Gambar Kerja (shop drawing), petunjuk dari pengawas lapangan, jadwal kerja yang telah ditetapkan, dan peraturan - peraturan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

Kegiatan proyek yang penulis ikuti selama 3 (tiga) bulan melaksanakan kerja praktek pada proyek Jakarta MRT meliputi beberapa sub pekerjaan sebagai berikut :

- Pekerjaan Umum (General work). - Desain (Design) - Stasiun (Station) - Struktur bawah jalan layang (Viaduct Substructures)

Adapun rincian dari beberapa sub pekerjaan yang kami amati selamama kerja praktek adalah sebagai berikut.

4.2 Pekerjaan Umum (General Work)

General work merupakan tahapan pekerjaan yang dilakukan sebelum pekerjaan utama itu dilaksanakan. Dalam hala ini general work bisa juga disebut sebagai pekerjaan persiapan yang mendukung agar suatu tahapan pekerjaan utama dalam suatu proyek bisa berjalan dengan aman dan juga lancar. Beberapa item pekerjaan general work yang kami amati pada proyek Jakarta MRT antara lain :

- Pekerjaan pemasangan pagar dan rambu-rambu proyek - Pekerjaan pembersihan lahan area proyek - Pekerjaan survey topografi

4.2.1 Pemasangan Pagar dan Rambu

Pagar proyek adalah pagar yang dibuat sebagai batas area dalam suatu proyek. Pagar ini berfungsi sebagai pembatas area kegiatan pekerjaan dan mengamnakan area pekerjaan dari tindakan orang luar yang mengganggu dan membahayakan. Pada proyek Jakarta MRT ini pagar proyek dibuat dari bahan Zincalume dengan rangka hollow dengan tinggi ± 2m. pada pagar proyek ini dipasang juga rambu-rambu sebagai tanda peringatan untuk keamanan pekerja dan pengguna jalan yang melintas disamping proyek Jakarta MRT ini.

Gambar 4.1 Pekerjaan Pemasangan Pagar dan Rambu Proyek

4.2.2 Pembersihan Area Pekerjaan

Pekerjaan pembersihan area proyek bertujuan agar lingkungan proyek terlihat bersih dan rapi serta agar selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak terganggu oleh benda-benda yang menghalanginya. Pembersihan area ini meliputi pembersihan sampah dan perataan tanah serta merelokasi benda-benda utility yang berada diarea proyek yang mengganggu seperti kabel listrik, kabel jaringan telepon, saluran drainase serta pipa saluran air bersih.

Gambar 4.2 Pembersihan Area Pekerjaan

4.2.3 Pekerjaan survey

Pekerjaan survey merupakan pekerjaan yang paling pertama dilakukan dalam pelaksanaan proyek. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penentuan titik-titik batas area proyek, penentuan titik koordinat suatu bangunan, penentuan as bangunan serta menetukan elevasi galian dan tinggi bangunan. Pekerjaan survey ini dilakukan sepanjang proyek berlangsung.

Gambar 4.3 Pekerjaan Survey

4.3 Desain (Design)

Sub pekerjaan desain terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu: - Technical design stage - Construction design stage

4.3.1 Technical Design Stage

Technical Design Stage atau disebut juga Preliminary design adalah desain awal serta estimasi jenis material, mutu material, serta dimensi material yang akan digunakan untuk membentuk struktur. Penentuan jenis, mutu, dan dimensi material ini mengacu pada engineering judgement yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Konsultan perencan membuat gambar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor dan menjadi acuan bagi MK/Konsultan Pengawas/Owner untuk memberikan approval shop drawing yang diajukan oleh kontraktor sebelum pelaksanaanpekerjaan.

4.3.2 Construction Design Stage

Construction design stage yaitu tahapan desain yang dilakukan pada saat pelaksanaan proyek. Tahapan desain ini dibuat oleh kontraktor yang mengacu pada prelimenery desain yang dibuat oleh konsultan perencana. Hasil dari tahapan desain ini berupa gambar kerja (shop drawing) yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan. Pada Shop drawing gambar lebih detail dari pada gambar perencanaan, ini bertujuan agar lebih memudahkan pekerja serta pelaksana lapangan dalam proses pelaksanaan pekerjaan. Shop drawing diajukan ke MK/Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan approval.

4.4 Stasiun (Stations)

Pada proyek jakarta MRT PC103 ini terdapat 4 stasiun yang akan dibangun. Stasiun tersebut yaitu: - Haji Nawi Station - Blok A Station - Blok M Station - Sisingamangaraja Station

Adapun beberapa item pekerjaan yang kami amati pada saat melakukan kerja praktek adalah sebagai berikut:

- Pekerjaan piling AS11C, AS9C, AS7C, AS5C, dan AS 3C pada stasiun Blok A - Pekerjaan Pile Cap MS7R, MS5R dan MS3R pada stasiun Blok M

4.4.1 Pekerjaan Tiang Pancang (Piling)

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Pada proyek Jakarta MRT ini pekerjaan tiang pancang menggunakan metode HiFB Method (High Friction strong Bearing Method) yaitu pemancangan dengan metode pengeboran tanah terlebih dahulu sebelum dilakukan pemancangan tiang. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan persiapan

a. Survey lapangan Survey topografi dilakukan untuk menentukan koordinat titik pancang tersebut sesuai dengan shop drawing.

Gambar 4.4 Survey Penentuan Koordinat Tiang Pancang

b. penentuan layout pekerjaan penentuan layout ini bertujuan agar peralatan dan material diatur pada posisi yang tepat agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan pemancangan ini.

Gambar 4.5 Layout Persiapan Pekerjaan Piling

2. Pengeboran (Drilling)

Pengeboran tanah ini dilakukan pada titik yang telah ditandai (marking) oleh surveyor. Pada proyek Jakarta MRT ini pengeboran dilakukan menggunakan mesin bor dengan diameter 0,75m dan kedalaman 40m sesuai dengan design. Selama pengeboran, lubang boran disii air untuk memudahkan pelaksanaan serta ditambahkan bentonit seperlunya. Ketika lubang bor telah mencapai kedalaman yang ditentukan dalam shop drawing, maka pengeboran selesai.

Gambar 4.6 Pekerjaan Pengeboran

3. Injeksi cairan pembentuk pangkal (base-forming liquid)

Setelah pengeboran mencapai titik tertentu, ganti cairan pengebor dengan base-forming liquid. Injeksi dilakukan dari ujung mata bor ke dalam dasar lubang ketika peralatan pengeboran-pengaduk diputar. Sisa dari base-forming liquid diinjeksikan ketika peralatan pengaduk-pengeboran dinaikkan.

4. Injeksi cairan pengikat pancang ( pile-bonding liquid) Setelah injeksi base forming liquid selesai isi cairan diganti

dengan pile-bonding liquid. Cairan pengikat pancang ini dibuat dari percampuran air dan semen yang diukur dalam jumlah tertentu. Ketika proses penginjeksian cairan pile-bonding, secara bertahap bor ditarik dengan melakukan gerakan naik-turun secara berkala. Jumlah injeksi dikendalikan dengan flowmeter.

5. Penanaman Tiang Pancang (Pile Insertion)

Tiang pancang yang digunakan dalam pondasi ini berupa spun pile dengan diameter 600mm dengan panjang total tiang yaitu 39m. Dalam proses pemasanganya posisi tiang harus benar benar tegak lurus terhadap lubang bor. Proses pemasangan menggunakan crane.

Gambar 4.7 Penanaman Tiang Pancang

Sesuai dengan shop drawing tiang pancang terbagi atas 3 bagian yaitu bottom pile 9m, middle pile 15m dan top pile 15m dan ketiga tiang tersebut dihubungkan dengan Triple-Plat Bersama (Joint TP) dengan sebagai penguncinya, seperti yang digambarkan di bawah ini.

Gambar 4.8 Pile Jointing

Ketika tiang pancang yang dimasukkan telah mencapai pada kedalaman yang ditentukan, tiang pancang tidak langsung dilepas dari crane. Hal itu untuk menjaga agar tiang pancang tetap pada elevasi tersebut. Penahan tiang baru dilepas setelah air semen mengeras dan kuat untuk mempertahankan posisi tiang pancang. kemudian dilakukan perapihan tanah kembali agar lubang bor di atas tiang tertutup.

4.4.2 Pekerjaan Pile Cap

Pile cap merupakan pelat beton bertulang yang digunakan untuk menyalurkan beban konstruksi yang berada di atasnya, untuk selanjutnya diteruskan ke tiang pancang. Pekerjaan Pile cap yang kami tampilkan dalam laporan ini yaitu pekerjaan pilecap MS5R. Pile cap tersebut di design dengan ukuran penampang 5100 x 3900 mm dan tebal 1500mm. adapun tahapan pelaksanaanya sebagai berikut:

1. Pekerjaan survey Survey yang pertama dilakukan pada pekerjaan ini yaitu menentukan dimensi galian terlebih dahulu sesuai dengan koordinat yang ada pada shop drawing.

2. Pekerjaan galian Penggalian awal untuk pekerjaan pile cap ini menggunakan excavator sampai terlihat permukaan tiang pancang. Galian untuk pile cap ini berbentuk miring agar tanah tidak mudah longsor. Berikutnya penggalian dilakukan secara manual sampai kedalaman yang diperlukan, penggalian secara manual dilakukan untuk menghindari kerusakan tiang tersebut. Setelah galian telah selesei permukaan galian tersebut di padatkan menggunakan mesin Stamper.

Gambar 4.9 pekerjaan galian tanah pile cap

3. Pembuatan Lantai Kerja Beton lantai kerja menggunakan ready mix dengan mutu B-0 non struktural. Ketebalan lantai kerja di design 5cm dengan permukaan lantai kerja harus datar.

Gambar 4.10 Pebuaatan lantai kerja pile cap

4. Pemasangan stud Stud memakai bahan baja dengan diameter 19mm dengan panjang 150mm yang dilas pada permukaan pipa baja yang telah terpasang pada kepala tiang pancang. Seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.11 pekerjaan pemasangan stud

5. Pemasangan baja tulangan - Baja tulangan untuk pile cap harus sesuai dengan SNI 07- 2052-2002 dan saat memotong atau menekuk harus sesusai peraturan BS 8666: 2005.

- Baja tulangan yang dipakai adalah baja dengan mutu Fy= 390 Mpa - Pemotongan dan penekukan baja tulangan dilakukan di tempat fabrikasi yang berlokasi tidak jauh dari pekerjaan pile cap.

- Perakitan baja tulangan dilakukan secara manual dengan kawat sebagai ikatan antar besi tersebut. - pada perakitan tulangan pile cap dilakukan juga pemasangan tulangan vertikal kolom (starter bar), itu karena pekerjaan kolom berhubungan langsung pada pile cap.

Gambar 4.12 Instalasi tulangan Pile Cap

6. Bekisting untuk Pile Cap - Bekisting yang dipakai pada pile cap ini adalah bekisting dengan system knock down dengan bahan Plat baja. - Pekerjaan bekisting ini dikerjaan oleh sub kontraktor, akan tetapi pelaksanaan tetap diawasi penuh oleh Main kontraktor.

- Bekisting vertikal pile cap dipasang sesuai dengan marking yang telah dibuat oleh surveyor pada lantai kerja. - Setelah

pengawas lapangan memastikan kembali bahwa perkuatan bekisting benar benar sudah kuat dan siap untuk dilakukan pengecoran.

bekisting

terpasang

Gambar 4.13 pekerjaan bekisting pile cap

7. Pengecoran Beton yang dipakai untuk pondasi pile cap pada proyek Jakarta MRT adalah beton ready mix dengan mutu f’c 32Mpa. Sebelum melakukan pengecoran ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

- Persiapan lokasi, pekerja, dan peralatan yang akan digunakan.

- Pembersihan bagian-bagian yang akan dicor dari kotoran seperti potongan kawat pengikat, kayu, tanah longsoran,

dan lain-lain. - Pemeriksaaan penulangan yang meliputi letak, jumlah,

diameter, sambungan, dan jaraknya sesuai dengan perencanaan.

- Pemeriksaan terhadap kondisi vertikal bekisting kolom yang dipasang.

Adapun Langkah-langkah dalam pengecoran pile cap yaitu :