IDENTIFIKASI MASALAH MASALAH STRATEGIS D

TUGAS INDIVIDU
1. IDENTIFIKASI MASALAH – MASALAH STRATEGIS DI
PEMDA LUWU UTARA
1. Bidang Kesehatan
Kualitas pelayanan belum optimal karena belum semua sarana
pelayanan kesehatan melaksanakan standar pelayanan yang telah
ditetapkan. Keterjangkauan dan pemerataan pelayanan dapat dilihat
dengan rasio jumlah sarana yang ada. Jenis pelayanan bervariasi
sesuai dengan tenaga dan peralatan yang tersedia. Belum semua
peralatan dan tenaga tersedia sesuai kebutuhan dan standarisasi.
Disamping itu rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan sering
terjadi terutama pada masyarakat miskin karena kendala biaya (cost
barrier).
2. Pendidikan
Kualitas pendidikan relatif rendah dan belum mampu memenuhi
kebutuhan kompetensi peserta didik. Berbagai upaya pembangunan
pendidikan termasuk Wajib Belajar 9 tahun yang dicanangkan untuk
meningkatkan taraf pendidikan penduduk Kabupaten Luwu Utara.
Namun demikian sampai saat ini tingkat pendidikan penduduk relatif
masih rendah. Kondisi tersebut belum memadai untuk menghadapi
persaingan global dan belum mencukupi pula sebagai landasan

pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based
economy). Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu
memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik. Hal tersebut terutama
disebabkan oleh (1) ketersediaan pendidik yang belum memadai baik
secara kuantitas maupun kualitas, (2) kesejahteraan pendidik yang
masih rendah, (3) fasilitas belajar belum tersedia secara mencukupi,
dan (4) biaya operasional pendidikan belum disediakan secara
memadai.

Fasilitas

pelayanan

pendidikan

khususnya

jenjang

pendidikan menengah pertama dan yang lebih tinggi belum tersedia


secara merata. Adanya ketimpangan pemerataan dan perluasan
kesempatan

memperoleh

pendidikan

bukan

saja

terjadi

pada

penduduk usia sekolah, tetapi juga terjadi antar wilayah geografis,
gender

serta


antar

kawasan.

Perkembangan

pendidikan

mengungkapkan bahwa faktor ekonomi merupakan alasan utama anak
putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan, baik karena tidak
memiliki biaya sekolah maupun karena harus bekerja. Hal tersebut
berdampak pada tingginya kesenjangan partisipasi pendidikan antara
penduduk miskin dengan penduduk kaya.
3. Infrasruktur
Belum optimalnya pembangunan jalan dan jembatan serta sulitnya
pembebasan

lahan,


kurangnya

aksesbilitas

diwilayah

tertinggal/terpencil, Kurang tertibnya pemanfaatan Ruang Manfaat
Jalan oleh Pengguna Jalan yang mengakibatkan Hambatan lalu Lintas.
Kerusakan jalan akibat kondisi alam/tanah ekspansif dan bencana alam
yang mengakibatkan kerusakan sepanjang tahun. Berkembangnya
daerah pemukiman dan industri telah menurunkan area resapan air
dan mengancam kapasitas lingkungan dalam menyediakan air. Pada
sisi lain, kapasitas infrastruktur penampung air seperti waduk dan
bendungan makin menurun sebagai akibat meningkatnya sedimentasi,
sehingga menurunkan keandalan penyediaan air untuk irigasi maupun
air baku. Terbatasnya kemampuan masyarakat yang berpenghasilan
rendah akan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang sehat
4. UMKM dan Ketenagakerjaan
Pertumbuhan UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Luwu
Utara yang relatif rendah sebagai akibat belum bersinerginya potensi

pertanian dengan upaya pemanfaatan maupun peningkatan nilai
tambah pada produk-produk pertanian. Terbatasnya akses Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terhadap sumberdaya produktif yang
meliputi tiga aspek penting yaitu modal usaha yang bukan saja
mencakup

penyediaan

kredit

modal

kerja

dan

juga

Jumlah


pengangguran di Kabupaten Luwu Utara disebabkan antara lain oleh
rendahnya pertumbuhan dunia usaha dan pemulangan TKI ilegal. Di
samping itu juga disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM angkatan
kerja sehingga sulit mendapatkan pekerjaan atau bekerja di lapangan
kerja yang kurang produktif dan berakibat pada rendahnya pendapatan
yang diterima.
5. Upaya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan hidup
Dalam rangka peningkatan

kesejahteraan

masyarakat

belum

optimal. Sektor pertanian yang menjadi penggerak perekonomian
daerah merupakan sektor yang sangat tergantung pada sumber daya
alam. Saat ini efisiensi dan produktivitas pertanian relatif rendah
disebabkan oleh skala usaha yang relatif sempit/kecil. Disamping itu

rendahnya produktivitas dapat diilustrasikan menurut hasil penelitian,
bahwa kecepatan pertumbuhan nilai tambah bruto lebih lambat dari
pada pertumbuhan kesempatan kerja yang diciptakan. Dan juga,
keterbatasan terhadap penyediaan sarana produksi termasuk upaya
pengendalian hama dan penyakit, disamping kejadian bencana alam
banjir dan kekeringan yang setiap tahun terjadi juga mengganggu
sistem produksi. Khusus untuk padi, panen terbesar terletak dimusim
hujan, sehingga kualitas rendah, dan harga jatuh. Selanjutnya untuk
komoditi lain, seperti tembakau, tebu/gula juga terjadi dan hal ini
disebabkan oleh perilaku petani yang ikut-ikutan menanam komoditi
yang pada awal mulanya mempunyai prospek baik. Kondisi demikian
mengakibatkan tidak stabilnya harga produk pertanian. Minimnya
akses terhadap informasi dan sumber permodalan, menyebabkan
masyarakat petani/nelayan, dan masyarakat pesisir tidak dapat
mengembangkan usahanya secara layak.
6. Belum optimalnya Pelaksanaan Tata Kelola Kepemerintahan
Yang Baik (good governance)

Reformasi
masyarakat.


birokrasi
Hal

belum

tersebut

berjalan

terlihat

sesuai

dengan

dengan
masih

tuntutan

rendahnya

pelaksanaan prinsip-prinsip good govermance seperti transparansi,
akuntanbilitas dan partisipasi di lingkungan eksekutif, legislatif dan
yudikatif. Belum optimalnya koordinasi perencanaan pembangunan,
perencanaan pembangunan yang dilaksanakan selama ini masih
dirasakan belum optimal khususnya dalam koordinasi dan sinkronisasi.
Masih

terbatasnya

profesionalisme

di

kalangan

aparatur.

Masih


terbatasnya jumlah tenaga profesional, terampil khususnya tenaga
perencanaan di samping itu pula partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan sangat terbatas, serta masih belum meratanya distribusi
tenaga

yang

memenuhi

kompetensi

di

Dinas/Instansi.

Belum

optimalnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi di
kalangan aparatur pemerintahan. Perkembangan yang cepat dari

teknologi informasi dan komunikasi belum ditangkap sebagai peluang
dan kekuatan dalam pelaksanaaan pemerintahan dan pembangunan,
khususnya
kebijakan

dalam
dalam

sosialisasi

dan

pelaksanaan

pencarian

alternative-alternatif

pemerintahan

dan

pembangunan

maupun pengawasan. Belum optimalnya tingkat pelayan publik.
Terbatasnya tenaga yang profesional dan terampil berpengaruh pada
rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja, serta rendahnya kualitas
pelayanan umum. Belum optimal pelayan publik juga disebabkan oleh
terbatasnya sarana dan prasarana

2. PERATURAN

YANG

DIIMPLEMENTASIKAN
1. Bidang kesehatan

TELAH

DAN

SEDANG

Peraturan mentri kesehatan republic Indonesia nomor 36 tahun 2015
tentang pencegahan kecurangan dalam pelaksanaan program jaminan
kesehatan pada system jaminan social nasional
2. Bidang pendidikan
UU Nomor 20 Pasal 6 ayat (1)

Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) terkait wajib belajar 9 tahun
3. Bidang infrastruktur
Peraturan presiden republik Indonesia nomor 38 tahun 2015 tentang
kerjasama

pemerintah

dengan

badan

usaha

dalam

penyediaan

infrastruktur
4. Bidang ketanagakerjaan
Undang – undang republic Indonesia nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
5. Bidang pengelolaan sumber daya alam
UUD 1945 pasal 33 AYAT (3) Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
Undang – undang republic Indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara

3. KEBIJAKAN YANG TELAH DI IMPLEMENTASIKAN DAN
ANALISIS

BERDASARKAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENDEKATAN

PAKAR

 Upaya

pengelolaan

sumber

daya

alam

dan

pelestarian

lingkungan hidup
1. Menurut Van meter dan Van horn dalan budi winarno mendefinisikan implementasi
kebijakan public Sebago tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi public
yang diartikan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusankeputusan sebelumnya,
Kaitan teori Van meter dan Van horn terhadap kebijakan upaya pengelolaan sumber
daya alam dan pelestarian lingkungan hidup yaitu sebelumnya kebijakan ini telah
diatur pada UUD 1945 pasal 33 ayat 1 kemudian mengalami perkembanagan
kemudian ke UU RI nomor 4 tahun 2009 .
2. Implementasi

merupakan

salah

satu

bagian

dari

tahap-tahap

pembuatan kebijakan, secara keseluruhan tahapan tersebut berupa ;
penyusunan

agenda,

formulasi

kebijakan,

adopsi

kebijakan,

implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. (William N. Dunn, 1999
:hal. 24)
kaitannya teori William N. Dunn terhadap kebijakan upaya pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian lingkungan hidup yaitu kebijakan yang dibuat yan berupa
undang melalui tahapan dari pembuatan kebijakan yang dimaksud dalam teori
William N. Dunn.
3. Menurut Chandler dan Plano, 1988 adalah pemanfaatan yang strategis

terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan
masalah - masalah publik atau pemerintah
Kaitangnya teori Chandler dan Plano terhadap kebijakan upaya
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup
yaitu

dimana

teori

tersebut

menekankan

pada

pemanfaatan

terhadap sumberdaya yang ada dalam hal ini yaitu sumber daya
alam

untuk

bagaimana

memecahkan

masalah

public

atau

pemerintah.
4. Dalam kamus Webster (wahab, 2008) pengertian implementasi
dirumuskan

secara

pendek,

dimana

“to

implementation”

(mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying
out (menyediakan
practical

effect

sarana

untuk

melakukan

to” (menimbulakan

sesuatu);

dampak/

akibat

to

give

terhadap

sesuatu)
Kaitangnya teori Dalam kamus Webster (wahab, 2008) terhadap
kebijakan upaya pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan hidup yaitu dimana kebijakan yang dibuat menyediakan
sarana untuk melakukan sesuatu dalam hal ini sumber daya alam
dan menimbulkan dampak, jelas adanya dampak apabila hari ini
kekayaan alam Indonesia itu sendiri di eksplorasi.