BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

  Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak juga fenomena-fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari khususnya didalam masyarakat. Diantara fenomena tersebut adalah fenomena ekonomi, sosial , politik dan bidang hukum. Dari fenomena-fenomena di atas yang menjadi pokok kajian utama adalah sosial khususnya yang berkaitan dengan permasalahan kesejahteraan sosial lanjut usia.

  Dari permulaan adanya peradaban manusia, misteri yang meliputi proses penuaan dan kehidupan itu selalu menjadi pergumalan manusia, terutama bagi para ilmuan. Semuanya menginginkan adanya keperkasaan dan keabadian untuk kesempurnaan hidup, suatu hal yang hampir pasti mustahil diciptakan oleh manusia. Namun, kenyataannya sejarah menunjukkan bahwa peradaban moderen ternyata telah meningkatkan usia harapan hidup manusia oleh berbagai faktor. Kalau kita kembali kepada peradaban zaman dahulu , maka bukti – bukti menunjukkan bahwa pada zaman purbakala, manusia dahulu hanya sanggup bertahan maksimal 18 tahun. Lalu sekitar 2000 tahun lalu manusia rata – rata bisa mencapai 20 tahun.

  Pada zaman abad pertengahan manusia mencatat usia harapan hidup setelah adanya penemuan teknologi dan ilmu pengetahuan di abad 18, 19 dan 20.

  Pada abad 18 angaka harapan hidup mencapai 29 tahun, dan melonjak menjadi 45 tahun pada abad 19. Pada tahun 1990-an yang lalu diperkirakan semua negara industri memiliki Umur Harapan Hidup ( UHH ) sekitar 75 tahun dan angka ini akan terus bertambah. Secara umum angka harapan hidup selama abad 20 telah meningkat sekitar 60%, suatu peningkatan yang luar biasa yang belum pernah terjadi dalam abad – abad selanjutnya.

  Diharapkan pada abad 21 ini peningkatan Umur Harapan Hidup ( UHH ) akan mencapai suatu tahapan yang memungkinkan semakin banyak orang mencapai 3 ( tiga ) digit, dengan kata lain menjadi centenarian ( berusia 100 tahun lebih ) ( Hutapea, 2005 : 8 ).

  Penuaan dan berbagai masalah yang terkait didalamnya sudah tidak dianggap enteng lagi, karena menyangkut semua pihak. Sesudah berabad – abad manusia menghadapai masalah yang diakibatkan ancaman bencana, penyakit, dan ujung – ujungnya kematian, maka dimasa mendatang yang tidak kalah pentingnya justru karena manusia itu semakin lama hidup. Dalam abad mendatang ini, ratusan juta manusia semakin sadar akan kemungkinan manusia hidup selama mungkin di ujung batas – batas yang dimungkinkan oleh potensi biologisnya . Pakar – pakar masalah penuaan terbagi pendapatnya mengenai sejauh mana batas – batas ini dan seberapa lamakah usia harapan hidup dapat diperpanjang.

  Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census Amerika Serikat , indonesia dalam kurun waktu 1990-2050 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia sekitar 414 % , artinya , ini yang paling tinggi di dunia. Di duga pada tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 24, 4 juta orang , atau 10 % dari seluruh pendudk Indonesia saat ini, dan pada tahun 2020 akan mencapai sekitar 30 juta orang.

  Belum banyak informasi yang diperoleh oleh lansia di negara – negara berkembang seperti di Asia Tenggara, tetapi yang pasti kondisi kesehatan lansia belum sepenuhnya tertangani oleh pemerintah setempat . Jadi peningkatan usia harapan hidup tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi para lansia.

  Dengan semakin pesatnya perkembangan dalam bidang kependudukan , negara- negara maju telah sejak lama mengusahakan berbagai program pendidikan serta upaya lain untuk menunjang kesehatan para lansia . Sementara di negara berkembang seperti Indonesia tampaknya baru menapak ke arah itu. Sehingga nyatalah , bahwa saat ini kita sudah sangat perlu mengantisipasi adanya ledakan atau bom lansia dimasa mendatang saat ini.

  Pembicaraan tentang kaum lanjut usia dalam beberapa tahun terakhir ini makin gencar. Undang – undang tentang lansia pun direncanakan diterbitkan. Namun yang mengetahui persis tentang undang – undang itu tentunya hanya para lansia. Menurut Mundiharno, peneliti Lembaga Demografi UI, selama ini perhatian pemerintah terhadap penduduk lanjut usia masih setengah – setengah. Kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada penduduk lanjut usia selama ini masih bersifat sektoral, lebih tertuju pada lansia bermasalah yang penanganannya diserahkan hanya kepada Departemen Sosial. Pemantauan terhadap persoalan lansia yang dilakukan pemerintah masih terbatas pada Kelompok Kerja Kesejahteraan Lansia ( Pokja Jahlansia ) yang dibentuk Menko Kesra beberapa tahun yang lalu.

  Berdasarkan proyeksi dari World Health Organization ( WHO ) pada tahun 1995, dimana pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia dengan rata – rata di atas 75 tahun, yaitu sebesar 414% Thailand, 337% India, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesai, menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17. 478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 dari total penduduk sebesar 228.018.900, sedangkan perkiraan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Ini merupakan suatu jumlah yang sangat begitu besar , sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak dini akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari , dan pada saat ini jumlah lanjut usia sudah mencapai 20 juta jiwa, dan 2,8 juta di antaranya lanjut diakses pada pukul 11.30 WIB, 10 Mei 2014. usia terlantar (

  ) Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ) provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah sebanyak 805.500 jiwa ( 6,08% ) dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa ( laki- laki 371.200 jiwa dan perempuan 434.300 jiwa ) yang diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Medan. Berdasarkan data statistik kota Medan 2012, menampung 2.122.804 jiwa dan mengalami peningkatan jumlah lansia secara signifikan setiap tahunnya . Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di kota Medan mencapai 117.216 jiwa ( 5,59 % ) yang jumlahnya meningkat dari tahun 2005 sebesar 77.837 jiwa 3, 85% ( BPS, Kota Medan ).

  Data di atas yang menggambarkan kecendrungan peningkatan populasi lansia secara signifikan. Konsekuensi yang muncul timbul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi lanjut usia dengan baik. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak dan golongan guan menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia.

  Semakin lanjut usianya seseorang, maka semakin banyaknya permasalahan yang akan dialami. Secara individu proses menjadi lanjut usia menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Di samping kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, pemerintah juga belum menempatkan masalah kesejahteraan lanjut usia ini sebagai masalah prioritas yang perlu mendapatkan perhatian.

  Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan lanjut usia terlihat jelas hampir semua daerah belum mempunyai peraturan tentang lanjut usia, kecuali Jawa Timur dan Jawa Barat. Ketidaktahuan Masyarakat , baik keuarga maupun lanjut usia itu sendiri serta para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan lanjut usia. Akibat dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya pemenuhan kebutuhan diri mereka untuk berkembang serta berpartisipasi di dalam pembangunan ( Komnas Lansia, 2009).

  Sesuai dengan amanat Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia , pasal 3 dan 4 bahwa semua pihak harus berperan dalam meningkatkan kesejahteraan yang bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup, masa produktif, kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia. Dalam hal ini, Pemerintah bertugas mengarahkan , membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia . Di sisi lain, pemerintah bersama masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia ( Kemensos, 2013 ).

  Indonesia sudah saatnya menerapkan paradigma baru dalam menangani lansia. Dr. Soesilo Wibowo, DSJP yang menjadi ketua Panitia Pelaksana Peringatan Hari Lansia tahun 1999 lalu mengatakan cara berpikir yang cendrung menganggap lasia sebagai orang yang tidak berguna, beban keluarga dan masyarakat, penyakitan dan tidak produktif, serta membutuhkan santunan dan perawatan harus diubah menjadi pendekatan yang betul – betul manusiawi dan positif. Karena kenyataannya, 60-65 % lansia masih bekerja dan menjadi kepala rumah tangga. Bahwa ada lansia yang menjadi pengemis atau lansia jalanan, katanya itu merupakan akibat dari kesalahan dan kurangproaktifnya pandangan masyarakat. Memang itu harus ditanggulangi, misalnya dengan memberikan santunan atau memasukkan mereka ke rumah sosial, tetapi jangan itu yang menjadi image. Katanya, sebab sebenarnya santunan dan perawatan merupakan langkah yang paling akhir yang dibutuhkan lansia.

  Dikatakan, pemberdayaan lansia belum optimal diterapkan, karena masih adanya pemikiran yang keliru di masyarakat tentang lansia. Ironis, karena sebetulnya Indonesia sudah memiliki perangkat hukum yang ( seharusnya ) menjamin pemberdayaan lanisa, yaitu undang – undang 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Soesilo yang juga Ketua Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif ( PPKAI ) menambahkan, paradigma baru perlukan karena jumlah lanisa cendrung meningkat, seiring makin panjangnya usia harapan hidup.

  Sebagai wujud nyata dari pelayanan terhadap kesejahteraan sosial lanjut usia, pemerintah telah menetap Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dirumuskan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 28/HUK/1987 adalah Warga Masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial, serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial serta sukarela mengabdi dibidang Kesejahteraan Sosial. Dimana dalam hal ini pekerja sosial masyarakat mencoba untuk membantu lanjut usia yang mengalami masalah sosial khususnya yang kurang berinterraksi dengan lingkungan sosialnya sehingga bisa melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya, memecahkan permasalahannya ataupun memenuhi kebutuhannya. Sehingga keberfungsian sosial dapat pula dilihat dari tiga kategori bahwa keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.

  Kehadiran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam dunia kesejahteraan sosial tidak terlepas sejarahnya yang cukup panjang sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Bahkan komitmen Kementerian Sosial telah meletakkan posisi PSM sebagai mitra sejarah dengan infrastruktur lainnya.Sejarah terminologi PSM mulai dari Sosiawan/Sosial, Pembimbing Sosial, Penggerak Sosial, Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM), Pembimbing Sosial Lapangan (PSL), Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKSS), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) kemudian sebutan mereka tergabung dalam kelompok yang disebut Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM).

  Walaupun istilah sudah berganti-ganti, pada prinsipnya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi dibidang sosial kemanusiaan. Jadi dapat dikatakan bahwa awalnya mereka adalah relawan-relawan sosial dan pemuka masyarakat yang memiliki latar belakang pekerjaan dan pendidikan bervariasi dan pada umumnya terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat, pamong desa, guru, kaum cerdik cendekia dan para relawan lainnya diakses pada pukul 17.50 WIB, 19 Mei 2014 )

  Selama ini kita ketahui bahwa pelayanan lansia yang di dalam panti sudah diupayakan semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu untuk menangai permasalahan yang dihadapi oleh lansia. Untuk menjawab atas permasalahan yang dihadapi oleh lansia tersebut, disini pekerja sosial masyarakat memberikan pelayanan terhadap lansia agar bisa kembali lagi ke fungsi sosialnya.

  Dengan rasa kepedulian dan memiliki wawasan yang membuat pekerja sosial masyarakat berkomitmen untuk membantu para lansia mewujudkan kesejahteraan sosialnya tanpa mengharapkan balasan ataupun imbalan dari pihak manapun. Mengacu kepada undang- undang no. 6 tahun 1974 mengamanatkan bahwa tiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha- usaha kesejahteraan sosial.

  Tumbuhnya pekerja sosial masyarakat merupakan salah satu hasil upaya memupuk dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial yang sanagat diperlukan dalam usaha kesejahteraan sosial. Dengan adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab inilah yang membuat para pekerja sosial masyarakat membantu para lansia yang mengalami masalah- masalah sosial.

  Mengingat pentingnya pemberian pelayanan kesejahteraan sosial kepada lansia, dan untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan lanjut usia tersebut, maka disini Pekerja Sosial Masyarakat Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan kepada lansia agar mereka mampu berfungsi secara sosial baik dari segi kesehatan maupun peningkatan masalah kerohaniaannya.

  Pekerja Sosial Masyarakat yang berada di Kelurahan Rengas Pulau sudah berdiri sejak tahun 2008 , dimana PSM yang berada dikelurahan tersebut mengabdikan diri semenjak ada kejadian yang menimpa sauadaranya yang tidak bisa dia tolong, semenjak itu ibu Roma Uli berjanji untuk mengabdikan dirinya untuk membantu siapa saja yang memerlukan pertolongon terhadap siapa saja terkecuali lansia sendiri. Adapun yang menjadi fokus kajian saya dalam penelitian ini adalah mengenai lansia yang ditangani oleh PSM tersebut.

  Ibu Romauli selaku ketua PSM di Kelurahan tersebut melakukan penangan terhadap Lansia yang berada disekitar lingkungan tersebut, tetapi tidak membatasi bagi para Lansia yang mau datang ketempat Ibu Romauli untuk mendapatkan pelayanan mengenai kesehatan dan Pelayanan lainnya. Dimana para Lansia yang ditangani oleh PSM tersebut bekerja sama dengan Kelurahan setempat, jadi Ibu Romauli tidak sendirian menangani para Lansia.

  Berdasarkan observasi yang saya lakukan, terdapat 200 Lansia yang ditangani oleh PSM semenjak mulai berdirinya PSM di tempat tersebut. Jumlah Lansia yang peneliti sebutkan diperoleh berdasarkan data Lansia yang ada di tempat PSM tersbut.

  Dalam penangan Lansia yang di lakukan oleh PSM terdapat berbagai perbedaan dengan penanganan yang diberikan oleh Panti Asuahn. Adapun yang menjadi perbedaan penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan panti asuhan lainnya ialah bahwa penanganan yang dilakukan PSM dengan memberikan pengobatan gratis kepada Lansia, selanjutnya Lansia yang ditangani oleh PSM tidak tingal ditempat yang sudah ada, melainkan mereka pulang kerumahnya masing-masing. Sedangkan penanganan yang diberian oleh panti asuhan ialah para Lansia yang diatangi tinggal di panti asuhan tersebut. Selanjutnya yang menjadi perbedaannya ialah bahwa dana yang digunakan dalam melakukan Pelayanan terhadap Lansia dana yang digunakan ialah dari PSM itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain. Jadi itulah salah satu yang menjadi perbedaan penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan Panti Asuhan.

  Adapun Penangan yang dilakukan oleh PSM di Kelurahan tersebut ialah dengan memberikan Pelayanan Kesehatan secara gratis, memberikan Makanan Tamabahan dan juga dengan melakukan kegiatan Senam Pagi setiap hari minggu. Disamping Pelayanan Kesehatan yang diberikan secara gratis, PSM juga memberikan pengobatan gratis bagi para Lansia yang mengalami stroke terhadap kakinya dalam sekali dalam tiga minggu.. Pelayanan yang diberikan oleh Pekerja Sosial Masyarakat di Kelurahan Rengas Pulau cukup membantu pemerintah setempat dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh Lansia terutama dalam kesehatan.

  Adapun yang menjadi ketertarikan saya untuk melakukan penelitian ini ialah karena saya tertarik, selanjut saya juga ingin mengetahui bagaimana Program yang diberikan PSM ini dapat membantu para Lansia yang mengalami masalah Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan juga untuk melihat sejauh mana Peranan PSM dalam dalam menangani Lansia tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebutlah yang menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk meneliti PSM yang ada dikelurahan Rengas Pulau.

  Atas dasar pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang hasilnya nanti akan dituangkan kedalam skripsi dengan judul “ Perenan Pekerja Sosial

  

Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat

Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan “

  1.2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Peranan Pekerja Sosial

  

Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia di Jalan Marelan Gang Sepakat

Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan ? “

  1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1.3.1. Tujuan Penelitian

  Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) dalam penanganan lanjut usia di kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.

  1.3.2. Manfaat Penelitian

  Adapun beberapa manfaat daripada penelitian ini sebagai berikut : 1.

  Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan serta juga informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Akademis

  Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian bagi peneliti juga para mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.

1.4. Sistematika Penulisan

  Penulisan penelitian ini disajikan dengan dalam 6 ( enam ) bab dengan sistematika sebagai berikut :

  BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian , serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan

  masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.

  BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi

  penelitian dan data–data lain yang turut memperkarya karya ilmiah ini.

  BAB V: ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI: PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Dokumen yang terkait

Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

5 78 104

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Terhadap Pemanfaatan Imunisasi Di Lingkungan XXXI Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan 2004

0 37 75

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Peranan Cost Channel ( Jalur Biaya ) Dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia Periode 2003-2012

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - BAB I PENDAHULUAN

0 3 16

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah - Efektivitas Pelaksanaan Program Pemberdayaan Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial (UPT) Tuna Rungu Wicara Dan Lanjut Usia Di Kelurahan Bukit Sofa Kecamatan Siantar Sitalasari Kotamadya Pema

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Fenomena Anak Putus Sekolah Pada Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Pasar II Natal, Kecamatan Natal, Kabupaten Mandailing Natal

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Penerapan Konsep-Konsep Pemberdayaan Masyarakat Dalam Meningkatkan Sosial Ekonomi Anggota CU Karya Murni Di Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - Usahatani dan Strategi Pengembangan Pertanian Organik Vertikultur di Kecamatan Medan Marelan Kota Medan (Studi Kasus : Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan )

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan 2.1.1. Pengertian Peranan - Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan

0 0 30