Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan
PERANAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT ( PSM )
DALAM PENANGANAN LANJUT USIA DI JALAN MARELAN GANG SEPAKAT KELURAHAN RENGAS PULAU KECAMATAN MEDAN MARELAN
SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Oleh : IRSAN LUBIS
100902002
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Irsan Lubis, 100902002, Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.
( Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 89 halaman, 34 tabel, 5 lampiran, 18 kepustakaan ) ABSTRAK
Semakin lanjut usianya seseorang, maka semakin banyaknya permasalahan yang akan dialami. Secara individu proses menjadi lanjut usia menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Di samping kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, pemerintah juga belum menempatkan masalah kesejahteraan lanjut usia ini sebagai masalah prioritas yang perlu mendapatkan perhatian.
Penelitian ini dilakukan mengenai penangan terhadap lanjut usia yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) yang berada Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan. Lansia yang ditangani oleh PSM merupakan Lansia yang masih potensial yang mampu melakukan kegiatan sesuai dengan yang diinginkan, dan juga Lansia yang tempat tinggalnya di rumah mereka masing-masing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jumlah populasi 200 dengan sampling 20 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan meyebarkan kuesioner disertai dengan observasi dan wawancara terhadap responden. Penelitian ini menggunakan data statistik yang ditampilkan dalam tabel tunggal.
Hasil analisis data yang dilakukan , penulis menyimpulkan bahwa peranan PSM dalam menjalankan program Pelayanan Lansia yang dilakukan dalam pelaksanaannya sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari dari jawaban dari para responden terhadap pelaksanaan program pelayanan lanjut usia itu sendiri mulai dari pelayanan kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan bimbingan rohani sudah menunjukkan hasil yang baik dan program ini dapat dikatakan sangat bermanfaat bagi para Lansia.
(3)
University of north Sumatra
The faculty of social science and political science
Department of the science of social welfare
Irsan lubis, 100902002, the role of social worker participation of society ( PSM ) in handling aged on the road marelan gang agreed kelurahan rengas pulau sub-district marelan field. ( this thesis consisted of six chapters, 89 the courtyard 34 tables, 5 attachment, 18 literature available )
abstract
Someone, the more advanced in years then the increasing number of problem that will be experienced in. Individually the process of becoming aged led to various problems better off physically, biological, social and mental so that the elderly should receive a concern that seriously of all sectors for efforts to improve the welfare of the aged. Beside inattention in family and community, the government also has not put welfare problems aged this as a matter of priority should receive attention.
The study is done about tackling against aged undertaken by workers societys social ( PSM) that was on the road marelan gang agreed kelurahan rengas pulau sub-district marelan field. For the elderly which are handled by participation is still potential for the elderly are capable of performing activities in accordance with that which is desirable, And also seniors their residence in the house of each one of them. This research using methods research descriptive with a population of 200 with sampling 20 of respondents. Collecting data done with meyebarkan a questionnaire accompanied by observation and interview against respondents. This research using statistical data displayed in table single.
The result analysis of data done; the authors conclude that the role of social workers in running service program for the elderly done in practice have done well. It is visible from of answer of respondents were on the implementation of service program aged itself ranging from health services, additional provision of food and spiritual guidance it has demonstrated a good results and this program could be said to be very beneficial for the elderly.
(4)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya. Selanjutnya shalawat beriringkan salam kepada Baginda Rasulullah SAW sebagai penuntun ummat ke jalan Kebenaran.
Penulis dapat menyelesaikan penyususan Skripsi ini yang berjudul “ Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Menangani Lanjut Usia Di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan “.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu penulis mengharapakan kritik dan saran demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga Skiripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa Skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini , dengan hati ikhlas penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, Msp selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan kelapangan ataupun kemudahan berupa moril materil selama mengikuti pendidikan.
(5)
3. Bapak Husni Thamrin , S. Sos , MSP selaku Dosen Pembimbing saya yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
5. Kak Zuraida selaku pegawai di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang memberi dorongan dan kemudahan dalam mengurus administrasi penelitian.
6. Ibu Romauli Silalahi selaku Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis dan juga sangat membantu dalam memberikan pengetahuan selama penulis menjalani penelitian.
7. H . Irwan Daniel Nasution sebagai Lurah Kelurahan Rengas Pulau yang telah membantu mempermudah urusan peneliti selama melakukan penelitian di kelurahan tersebut.
8. Secara khusus penulis sampaikan beribu-ribu terima kasih yang sangat spesial kepada kedua orangtua tercinta, Bapak Arpan Lubis dan Ibu Dahliana Nasution yang telah sabar mendidik, membimbing dan memberi dorongan juga nasehat agar penulis bisa sampe sekarang ini. Dan juga terima kasih yang sedalam-dalamnya buat ibunda saya tercinta Rosnama Nasution yang telah melahirkan saya ke dunia ini dan juga buat almarhum papah saya Kasmir Rangkuti yang dulu sempat memberikan motivasi agar bagaimanapun keadaan keluarga saya , kuliah saya harus tetap diselesaikan. Semoga papah diberi kelapangan di alam sana, Amin. Tanpa dorongan dan juga cinta kasih sayang mereka penulis takkan sanggup berdiri sampai sekarang.
9. Terima kasih yang spesial penulis sampaikan kepada sahabat Kepompong “ M Raja Metar Nst alias Memet , Ramadhan alias Om, Surya alias Uya , Ismail Naibaho alias
(6)
Mael , Raisa Karina Nasution alias Icung , Eni Syafrida Nasution alias Mak Enot , Tania Willy Sara alias Ucok, Riza Pahlevi alias Rojak”. yang telah menemani hari-hari penulis selama mengikuti pendidikan sampe saat ini.
10.Seluruh teman-teman Se-Universitas Sumatera Utara khususnya stambuk 10 , jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Pramudihardja, Aisyah A.F Nasution, Wenny Marlinda, Nanda Berutu, Halason dan semuanya yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. 11.Terima kasih juga buat adek-adek junior Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan agar peneliti fokus menyelesaikan skripsinya.
12.Terima kasih juga buat abanganda Khadafi Kessos 08, Andi Mustika Kessos 09, Mhd Rizky Martua Lubis yang sudah membantu memberikan masukan dan juga dorongan selama penulis melakukan penelitian.
13.Kepada semua pihak yang tidak tersebutkan namanya terima kasih atas bantuan dan dukungan.
Penulis menyadari hasil penelitian ini belum sesuai dengan yang diharapakan dan masih jauh dari kesempurnaan mengingat pengetahuan, waktu dan kemampuan yang dimiliki. Dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritikan yang dapat membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang dan bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2014 Penulis
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
1.1 Latar Belakang……… 1
1.2 Perumusan Masalah……… 10
1.3 Tujuan Penelitian……… 10
1.4 Manfaat Penelitian………. 10
1.5 Sistematika Penulisan……… 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 12
2.1 Peranan………... 12
2.1.1 Pengertian Peranan………. 12
2.2 Pekerja Sosial………. 13
2.2.1 Pengertian Pekerja Sosial………... 13
2.2.2 Peran Pekerja Sosial... 15
2.2.3 Misi, Maksud dan Tujuan Pekerjaan Sosial………... 17
2.2.4 Pendekatan Pekerjaan Sosial……….. 18
2.2.5 Peranan Pekerja Sosial dalam Menangani Masalah... 18
2.3 Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )……… 22
2.3.1 Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM)……….. 22
2.3.2 Tugas Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )………. 23
2.3.3 Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )... 25
2.4 Lanjut Usia………. 26
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia……….. 26
2.4.2 Ciri-ciri Lansia... 28
(8)
2.5 Pelayanan Sosial……….. 32
2.5.1 Pengertian Pelayanan Sosial……… 32
2.5.2 Pelayanan Sosial Personal………... 33
2.5.3 Pelayanan Sosial Lanjut Usia... 33
2.6 Kesejahteraan Sosial……… 34
2.6.1 Pengertian Kesej ahteraan Sosial……….. 34
2.6.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial……… 35
2.7 Kerangka Pemiikiran……… 36
2.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional………. 39
2.8.1 Defenisi Konsep……….. 39
2.8.2 Defenisi Operasional……… 40
BAB III METODE PENELITIAN……….. 42
3.1 Tipe Penelitian……….. 42
3.2 Lokasi penelitian……….. 42
3.3 Populasi dan Sampel……… 42
3.3.1 Populasi……… 42
3.3.2 Sampel………. 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. 43
3.5 Teknik Analisis Data………... 44
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 45
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Rengas Pulau... 45
4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kelurahan Rengas Pulau... 45
4.1.2 Dasar Hukum... 45
4.2 Profil Kelurahan Rengas Pulau... 46
4.3 Batas-Batas dan Luas Wilayah... 46
4.4 Keadaan Penduduk... . 47
4.4.1 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 47
4.4.2 Penduduk Berdasarkan Agama... 48
4.4.3 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis... 49
(9)
BAB V ANALISIS DATA ... 52
5.1 Penyajian Data... 52
5.2 Analisis Identitas Responden... 52
5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Agama... 54
5.3 Analisis Data Penelitian... 57
5.3.1 Analisis Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )... 57
5.3.2 Distribusi Responden Atas Program Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )... 60
5.3.3 Peranan Mediator Terhadap Lansia... 62
5.4 Analisis Bimbingan Kesehatan... 64
5.4.1 Kesehatan Responden Setelah Mengikuti Bimbingan Fisik/Kebugaran... 75
5.4.2 Bimbingan Kesehatan Yang Diadakan Oleh PSM... 77
5.5 Pemberian Bimbingan Rohani... 78
5.5.1 Bimbingan Rohani Yang Dilaksanakan Oleh PSM... 83
BAB VI PENUTUP... . 85
6.1 Kesimpulan... 85
6.2 Saran... 86
DAFTAR PUSTAKA... 88
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 47
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama... 48
Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis... ... 49
Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur... 52
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 53
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku/Etnis... 54
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 55
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan... ... 56
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Informasi Pelaksanaan Program... 57
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Lansia Mengikuti Program... ... 58
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Pemahaman Program... 58
Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kesesuaian Jenis Pelayanan Kebutuhan... ... 59
Tabel 5.10 Distribusi Responden Terhadap Kepuasan Kinerja Fasilitator... 60
Tabel 5.11 Distribusi Respoonden Atas Peranan PSM Sebagai Mediator... 61
Tabel 5.12 Distribusi Responden Atas Kepuasan Peranan Yang Diberikan... 63
Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Kesehatan... 64
Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Sebelum Menjalani Program Pelayanan Kesehatan... ... 65 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Kesehatan Setelah Menjalani
(11)
Program Pelayanan Kesehatan... 66
Tabel 5.16 Distribusi Jawaban Responden Atas Perhatian... 67
Tabel 5.17 Distribusi Responden Atas Pelayanan Pengobatan... 68
Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Yang Diberikan... 69
Tabel 5.19 Distribusi nJawaban Responden Berdasarkan Partisipasi Lansia Dalam Bimbingan Fisik/Kebugar... 70
Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelaksanaan Bimbingan Fiski/Kebugaran... 71
Tabel 5.21 Kondisi Fisik Responden Sebelum Menerima Program Kebugaran... 72
Tabel 5.22 Kondisi Fisik Responden Setelah Menerima Program Kebugaran... 73
Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lansia Mengikuti Bimbingan Kesehatan... 74
Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap PSM Dalam Memberikan Bimbingan Kesehatan... 75
Tabel 5.25 Intensitas Pemanfaatan Program Pelayanan Kesehatan... 76
Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Bimbingan Rohani... 77
Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Partisipasi Lansia Dalan Menjalankan Bimbingan Rohani... 79
(12)
Setelah Menerima Bimbingan Rohani... 80
Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Lansia Mengikuti Bimbingan
Rohani... 81
Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap PSM Dalam Memberikan
Bimbingan Rohani... 82
Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kualitas Pelaksanaan Bimbingan
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner ( Angket ) 2. Nilai Seminar
3. Surat Keputusan Tentang Dosen Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian/Skripsi 4. Surat Pengantar Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara
(14)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Irsan Lubis, 100902002, Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.
( Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 89 halaman, 34 tabel, 5 lampiran, 18 kepustakaan ) ABSTRAK
Semakin lanjut usianya seseorang, maka semakin banyaknya permasalahan yang akan dialami. Secara individu proses menjadi lanjut usia menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Di samping kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, pemerintah juga belum menempatkan masalah kesejahteraan lanjut usia ini sebagai masalah prioritas yang perlu mendapatkan perhatian.
Penelitian ini dilakukan mengenai penangan terhadap lanjut usia yang dilakukan oleh Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) yang berada Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan. Lansia yang ditangani oleh PSM merupakan Lansia yang masih potensial yang mampu melakukan kegiatan sesuai dengan yang diinginkan, dan juga Lansia yang tempat tinggalnya di rumah mereka masing-masing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan jumlah populasi 200 dengan sampling 20 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan meyebarkan kuesioner disertai dengan observasi dan wawancara terhadap responden. Penelitian ini menggunakan data statistik yang ditampilkan dalam tabel tunggal.
Hasil analisis data yang dilakukan , penulis menyimpulkan bahwa peranan PSM dalam menjalankan program Pelayanan Lansia yang dilakukan dalam pelaksanaannya sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari dari jawaban dari para responden terhadap pelaksanaan program pelayanan lanjut usia itu sendiri mulai dari pelayanan kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan bimbingan rohani sudah menunjukkan hasil yang baik dan program ini dapat dikatakan sangat bermanfaat bagi para Lansia.
(15)
University of north Sumatra
The faculty of social science and political science
Department of the science of social welfare
Irsan lubis, 100902002, the role of social worker participation of society ( PSM ) in handling aged on the road marelan gang agreed kelurahan rengas pulau sub-district marelan field. ( this thesis consisted of six chapters, 89 the courtyard 34 tables, 5 attachment, 18 literature available )
abstract
Someone, the more advanced in years then the increasing number of problem that will be experienced in. Individually the process of becoming aged led to various problems better off physically, biological, social and mental so that the elderly should receive a concern that seriously of all sectors for efforts to improve the welfare of the aged. Beside inattention in family and community, the government also has not put welfare problems aged this as a matter of priority should receive attention.
The study is done about tackling against aged undertaken by workers societys social ( PSM) that was on the road marelan gang agreed kelurahan rengas pulau sub-district marelan field. For the elderly which are handled by participation is still potential for the elderly are capable of performing activities in accordance with that which is desirable, And also seniors their residence in the house of each one of them. This research using methods research descriptive with a population of 200 with sampling 20 of respondents. Collecting data done with meyebarkan a questionnaire accompanied by observation and interview against respondents. This research using statistical data displayed in table single.
The result analysis of data done; the authors conclude that the role of social workers in running service program for the elderly done in practice have done well. It is visible from of answer of respondents were on the implementation of service program aged itself ranging from health services, additional provision of food and spiritual guidance it has demonstrated a good results and this program could be said to be very beneficial for the elderly.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak juga fenomena-fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari khususnya didalam masyarakat. Diantara fenomena tersebut adalah fenomena ekonomi, sosial , politik dan bidang hukum. Dari fenomena-fenomena di atas yang menjadi pokok kajian utama adalah sosial khususnya yang berkaitan dengan permasalahan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Dari permulaan adanya peradaban manusia, misteri yang meliputi proses penuaan dan kehidupan itu selalu menjadi pergumalan manusia, terutama bagi para ilmuan. Semuanya menginginkan adanya keperkasaan dan keabadian untuk kesempurnaan hidup, suatu hal yang hampir pasti mustahil diciptakan oleh manusia. Namun, kenyataannya sejarah menunjukkan bahwa peradaban moderen ternyata telah meningkatkan usia harapan hidup manusia oleh berbagai faktor. Kalau kita kembali kepada peradaban zaman dahulu , maka bukti – bukti menunjukkan bahwa pada zaman purbakala, manusia dahulu hanya sanggup bertahan maksimal 18 tahun. Lalu sekitar 2000 tahun lalu manusia rata – rata bisa mencapai 20 tahun. Pada zaman abad pertengahan manusia mencatat usia harapan hidup setelah adanya penemuan teknologi dan ilmu pengetahuan di abad 18, 19 dan 20.
Pada abad 18 angaka harapan hidup mencapai 29 tahun, dan melonjak menjadi 45 tahun pada abad 19. Pada tahun 1990-an yang lalu diperkirakan semua negara industri memiliki Umur Harapan Hidup ( UHH ) sekitar 75 tahun dan angka ini akan terus bertambah. Secara umum angka harapan hidup selama abad 20 telah meningkat sekitar 60%, suatu peningkatan yang luar biasa yang belum pernah terjadi dalam abad – abad selanjutnya. Diharapkan pada abad 21 ini peningkatan Umur Harapan Hidup ( UHH ) akan mencapai
(17)
suatu tahapan yang memungkinkan semakin banyak orang mencapai 3 ( tiga ) digit, dengan kata lain menjadi centenarian ( berusia 100 tahun lebih ) ( Hutapea, 2005 : 8 ).
Penuaan dan berbagai masalah yang terkait didalamnya sudah tidak dianggap enteng lagi, karena menyangkut semua pihak. Sesudah berabad – abad manusia menghadapai masalah yang diakibatkan ancaman bencana, penyakit, dan ujung – ujungnya kematian, maka dimasa mendatang yang tidak kalah pentingnya justru karena manusia itu semakin lama hidup. Dalam abad mendatang ini, ratusan juta manusia semakin sadar akan kemungkinan manusia hidup selama mungkin di ujung batas – batas yang dimungkinkan oleh potensi biologisnya . Pakar – pakar masalah penuaan terbagi pendapatnya mengenai sejauh mana batas – batas ini dan seberapa lamakah usia harapan hidup dapat diperpanjang.
Berdasarkan laporan data penduduk internasional yang dikeluarkan oleh Bureau of Census Amerika Serikat , indonesia dalam kurun waktu 1990-2050 akan memiliki kenaikan jumlah penduduk lansia sekitar 414 % , artinya , ini yang paling tinggi di dunia. Di duga pada tahun 2015, jumlah lansia di Indonesia akan mencapai 24, 4 juta orang , atau 10 % dari seluruh pendudk Indonesia saat ini, dan pada tahun 2020 akan mencapai sekitar 30 juta orang. Belum banyak informasi yang diperoleh oleh lansia di negara – negara berkembang seperti di Asia Tenggara, tetapi yang pasti kondisi kesehatan lansia belum sepenuhnya tertangani oleh pemerintah setempat . Jadi peningkatan usia harapan hidup tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi para lansia.
Dengan semakin pesatnya perkembangan dalam bidang kependudukan , negara- negara maju telah sejak lama mengusahakan berbagai program pendidikan serta upaya lain untuk menunjang kesehatan para lansia . Sementara di negara berkembang seperti Indonesia tampaknya baru menapak ke arah itu. Sehingga nyatalah , bahwa saat ini kita sudah sangat perlu mengantisipasi adanya ledakan atau bom lansia dimasa mendatang saat ini.
(18)
Pembicaraan tentang kaum lanjut usia dalam beberapa tahun terakhir ini makin gencar. Undang – undang tentang lansia pun direncanakan diterbitkan. Namun yang mengetahui persis tentang undang – undang itu tentunya hanya para lansia. Menurut Mundiharno, peneliti Lembaga Demografi UI, selama ini perhatian pemerintah terhadap penduduk lanjut usia masih setengah – setengah. Kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada penduduk lanjut usia selama ini masih bersifat sektoral, lebih tertuju pada lansia bermasalah yang penanganannya diserahkan hanya kepada Departemen Sosial. Pemantauan terhadap persoalan lansia yang dilakukan pemerintah masih terbatas pada Kelompok Kerja Kesejahteraan Lansia ( Pokja Jahlansia ) yang dibentuk Menko Kesra beberapa tahun yang lalu.
Berdasarkan proyeksi dari World Health Organization ( WHO ) pada tahun 1995, dimana pada tahun 2050 dibandingkan pada tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia dengan rata – rata di atas 75 tahun, yaitu sebesar 414% Thailand, 337% India, dan China 220%. Jumlah lanjut usia Indonesai, menurut sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17. 478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 dari total penduduk sebesar 228.018.900, sedangkan perkiraan pada tahun 2020 jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Ini merupakan suatu jumlah yang sangat begitu besar , sehingga jika tidak dilakukan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia sejak dini akan menimbulkan permasalahan dikemudian hari , dan pada saat ini jumlah lanjut usia sudah mencapai 20 juta jiwa, dan 2,8 juta di antaranya lanjut usia terlantar ( diakses pada pukul 11.30 WIB, 10 Mei 2014. )
Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS ) provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera Utara pada tahun 2010 adalah sebanyak 805.500 jiwa ( 6,08% ) dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa ( laki- laki 371.200 jiwa dan perempuan 434.300 jiwa ) yang diperkirakan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya.
(19)
Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Medan. Berdasarkan data statistik kota Medan 2012, menampung 2.122.804 jiwa dan mengalami peningkatan jumlah lansia secara signifikan setiap tahunnya . Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di kota Medan mencapai 117.216 jiwa ( 5,59 % ) yang jumlahnya meningkat dari tahun 2005 sebesar 77.837 jiwa 3, 85% ( BPS, Kota Medan ).
Data di atas yang menggambarkan kecendrungan peningkatan populasi lansia secara signifikan. Konsekuensi yang muncul timbul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi lanjut usia dengan baik. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak dan golongan guan menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia.
Semakin lanjut usianya seseorang, maka semakin banyaknya permasalahan yang akan dialami. Secara individu proses menjadi lanjut usia menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologis, mental dan sosialnya sehingga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian yang serius dari semua sektor untuk upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. Di samping kurangnya perhatian dari keluarga dan masyarakat, pemerintah juga belum menempatkan masalah kesejahteraan lanjut usia ini sebagai masalah prioritas yang perlu mendapatkan perhatian.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan lanjut usia terlihat jelas hampir semua daerah belum mempunyai peraturan tentang lanjut usia, kecuali Jawa Timur dan Jawa Barat. Ketidaktahuan Masyarakat , baik keuarga maupun lanjut usia itu sendiri serta para pembuat keputusan dan pemberi pelayanan terhadap permasalahan lanjut usia. Akibat dari stigma masyarakat terhadap lanjut usia ini adalah terhambatnya pemenuhan kebutuhan diri mereka untuk berkembang serta berpartisipasi di dalam pembangunan ( Komnas Lansia, 2009).
(20)
Sesuai dengan amanat Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia , pasal 3 dan 4 bahwa semua pihak harus berperan dalam meningkatkan kesejahteraan yang bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup, masa produktif, kemandirian dan kesejahteraan lanjut usia. Dalam hal ini, Pemerintah bertugas mengarahkan , membimbing dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia . Di sisi lain, pemerintah bersama masyarakat dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia ( Kemensos, 2013 ).
Indonesia sudah saatnya menerapkan paradigma baru dalam menangani lansia. Dr. Soesilo Wibowo, DSJP yang menjadi ketua Panitia Pelaksana Peringatan Hari Lansia tahun 1999 lalu mengatakan cara berpikir yang cendrung menganggap lasia sebagai orang yang tidak berguna, beban keluarga dan masyarakat, penyakitan dan tidak produktif, serta membutuhkan santunan dan perawatan harus diubah menjadi pendekatan yang betul – betul manusiawi dan positif. Karena kenyataannya, 60-65 % lansia masih bekerja dan menjadi kepala rumah tangga. Bahwa ada lansia yang menjadi pengemis atau lansia jalanan, katanya itu merupakan akibat dari kesalahan dan kurangproaktifnya pandangan masyarakat. Memang itu harus ditanggulangi, misalnya dengan memberikan santunan atau memasukkan mereka ke rumah sosial, tetapi jangan itu yang menjadi image. Katanya, sebab sebenarnya santunan dan perawatan merupakan langkah yang paling akhir yang dibutuhkan lansia.
Dikatakan, pemberdayaan lansia belum optimal diterapkan, karena masih adanya pemikiran yang keliru di masyarakat tentang lansia. Ironis, karena sebetulnya Indonesia sudah memiliki perangkat hukum yang ( seharusnya ) menjamin pemberdayaan lanisa, yaitu undang – undang 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia. Soesilo yang juga Ketua Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif ( PPKAI ) menambahkan, paradigma
(21)
baru perlukan karena jumlah lanisa cendrung meningkat, seiring makin panjangnya usia harapan hidup.
Sebagai wujud nyata dari pelayanan terhadap kesejahteraan sosial lanjut usia, pemerintah telah menetap Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) yang dirumuskan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 28/HUK/1987 adalah Warga Masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial, serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial serta sukarela mengabdi dibidang Kesejahteraan Sosial. Dimana dalam hal ini pekerja sosial masyarakat mencoba untuk membantu lanjut usia yang mengalami masalah sosial khususnya yang kurang berinterraksi dengan lingkungan sosialnya sehingga bisa melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupannya, memecahkan permasalahannya ataupun memenuhi kebutuhannya. Sehingga keberfungsian sosial dapat pula dilihat dari tiga kategori bahwa keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya.
Kehadiran Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam dunia kesejahteraan sosial tidak terlepas sejarahnya yang cukup panjang sejak lebih dari setengah abad yang lalu. Bahkan komitmen Kementerian Sosial telah meletakkan posisi PSM sebagai mitra sejarah dengan infrastruktur lainnya.Sejarah terminologi PSM mulai dari Sosiawan/Sosial, Pembimbing Sosial, Penggerak Sosial, Pembimbing Sosial Masyarakat (PSM), Pembimbing Sosial Lapangan (PSL), Tenaga Kesejahteraan Sosial Sukarela (TKSS), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) kemudian sebutan mereka tergabung dalam kelompok yang disebut Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM).
Walaupun istilah sudah berganti-ganti, pada prinsipnya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi dibidang
(22)
sosial kemanusiaan. Jadi dapat dikatakan bahwa awalnya mereka adalah relawan-relawan sosial dan pemuka masyarakat yang memiliki latar belakang pekerjaan dan pendidikan bervariasi dan pada umumnya terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat, pamong desa, guru, kaum cerdik cendekia dan para relawan lainnya diakses pada pukul 17.50 WIB, 19 Mei 2014 )
Selama ini kita ketahui bahwa pelayanan lansia yang di dalam panti sudah diupayakan semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu untuk menangai permasalahan yang dihadapi oleh lansia. Untuk menjawab atas permasalahan yang dihadapi oleh lansia tersebut, disini pekerja sosial masyarakat memberikan pelayanan terhadap lansia agar bisa kembali lagi ke fungsi sosialnya.
Dengan rasa kepedulian dan memiliki wawasan yang membuat pekerja sosial masyarakat berkomitmen untuk membantu para lansia mewujudkan kesejahteraan sosialnya tanpa mengharapkan balasan ataupun imbalan dari pihak manapun. Mengacu kepada undang-undang no. 6 tahun 1974 mengamanatkan bahwa tiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-usaha kesejahteraan sosial.
Tumbuhnya pekerja sosial masyarakat merupakan salah satu hasil upaya memupuk dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab sosial yang sanagat diperlukan dalam usaha kesejahteraan sosial. Dengan adanya rasa kesadaran dan tanggung jawab inilah yang membuat para pekerja sosial masyarakat membantu para lansia yang mengalami masalah-masalah sosial.
Mengingat pentingnya pemberian pelayanan kesejahteraan sosial kepada lansia, dan untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan lanjut usia tersebut, maka disini Pekerja Sosial Masyarakat Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan memiliki
(23)
tujuan untuk memberikan pelayanan kepada lansia agar mereka mampu berfungsi secara sosial baik dari segi kesehatan maupun peningkatan masalah kerohaniaannya.
Pekerja Sosial Masyarakat yang berada di Kelurahan Rengas Pulau sudah berdiri sejak tahun 2008 , dimana PSM yang berada dikelurahan tersebut mengabdikan diri semenjak ada kejadian yang menimpa sauadaranya yang tidak bisa dia tolong, semenjak itu ibu Roma Uli berjanji untuk mengabdikan dirinya untuk membantu siapa saja yang memerlukan pertolongon terhadap siapa saja terkecuali lansia sendiri. Adapun yang menjadi fokus kajian saya dalam penelitian ini adalah mengenai lansia yang ditangani oleh PSM tersebut.
Ibu Romauli selaku ketua PSM di Kelurahan tersebut melakukan penangan terhadap Lansia yang berada disekitar lingkungan tersebut, tetapi tidak membatasi bagi para Lansia yang mau datang ketempat Ibu Romauli untuk mendapatkan pelayanan mengenai kesehatan dan Pelayanan lainnya. Dimana para Lansia yang ditangani oleh PSM tersebut bekerja sama dengan Kelurahan setempat, jadi Ibu Romauli tidak sendirian menangani para Lansia. Berdasarkan observasi yang saya lakukan, terdapat 200 Lansia yang ditangani oleh PSM semenjak mulai berdirinya PSM di tempat tersebut. Jumlah Lansia yang peneliti sebutkan diperoleh berdasarkan data Lansia yang ada di tempat PSM tersbut.
Dalam penangan Lansia yang di lakukan oleh PSM terdapat berbagai perbedaan dengan penanganan yang diberikan oleh Panti Asuahn. Adapun yang menjadi perbedaan penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan panti asuhan lainnya ialah bahwa penanganan yang dilakukan PSM dengan memberikan pengobatan gratis kepada Lansia, selanjutnya Lansia yang ditangani oleh PSM tidak tingal ditempat yang sudah ada, melainkan mereka pulang kerumahnya masing-masing. Sedangkan penanganan yang diberian oleh panti asuhan ialah para Lansia yang diatangi tinggal di panti asuhan tersebut. Selanjutnya yang menjadi perbedaannya ialah bahwa dana yang digunakan dalam melakukan Pelayanan terhadap Lansia dana yang digunakan ialah dari PSM itu sendiri tanpa ada bantuan dari pihak lain. Jadi
(24)
itulah salah satu yang menjadi perbedaan penanganan yang dilakukan oleh PSM dengan Panti Asuhan.
Adapun Penangan yang dilakukan oleh PSM di Kelurahan tersebut ialah dengan memberikan Pelayanan Kesehatan secara gratis, memberikan Makanan Tamabahan dan juga dengan melakukan kegiatan Senam Pagi setiap hari minggu. Disamping Pelayanan Kesehatan yang diberikan secara gratis, PSM juga memberikan pengobatan gratis bagi para Lansia yang mengalami stroke terhadap kakinya dalam sekali dalam tiga minggu.. Pelayanan yang diberikan oleh Pekerja Sosial Masyarakat di Kelurahan Rengas Pulau cukup membantu pemerintah setempat dalam mengatasi permasalahan yang dialami oleh Lansia terutama dalam kesehatan.
Adapun yang menjadi ketertarikan saya untuk melakukan penelitian ini ialah karena saya tertarik, selanjut saya juga ingin mengetahui bagaimana Program yang diberikan PSM ini dapat membantu para Lansia yang mengalami masalah Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan juga untuk melihat sejauh mana Peranan PSM dalam dalam menangani Lansia tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebutlah yang menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk meneliti PSM yang ada dikelurahan Rengas Pulau.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang hasilnya nanti akan dituangkan kedalam skripsi dengan judul “ Perenan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia Di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan “
(25)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimana Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Penanganan Lanjut Usia di Jalan Marelan Gang Sepakat Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan ? “
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) dalam penanganan lanjut usia di kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat daripada penelitian ini sebagai berikut : 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan pengetahuan serta juga informasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Akademis
Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian bagi peneliti juga para mahasiswa yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah ini.
(26)
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dengan dalam 6 ( enam ) bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian , serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data–data lain yang turut memperkarya karya ilmiah ini.
BAB V: ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan
2.1.1. Pengertian Peranan
Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan keudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan . Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status sosial dan fungsinya ( Ahmadi, 2007 : 106 ).
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya . Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur prilaku seseorang. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu dalam masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseoorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencaku tiga hal, yaitu sebagai berikut :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
(28)
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status . Setiap orang memiliki macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat atau lingkungannya kepadanya.
Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status yang dimilikinya, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Peranan seseorang tidak hanya menentukan prilaku seseorang tetapi juga keyakinan dan sikap. Pada umumnya peranan dilakukan oleh seseorang tidak hanya untuk menyalurkan prilakunya tetapi juga membbentuk sikapnya. Peranan juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang dipegang oleh orang dan mempengaruhi arah dari pertumbuhan dan perkembangan kepribadian mereka ( Dayaksini, 2003 : 18 ).
2.2. Pekerja Sosial
2.2.1. Pengertian Pekerja Sosial
Pekerja sosial adalah orang yang melaksanakan pekerjaan sosial sebagai profesi. Jadi pekerja sosial adalah pekerja sosial profesional, yaitu mereka yang telah mengikuti pendidikan pekerjaan sosial disuatu lembaga pendidikan tinggi pekerjaan sosial/ kesejahteraan sosial ( Fahruddin, 2012 : 59 ).
Pekerja sosial adalah tenaga profesional yang meningkatkan atau memperbaiki keberfungsian sosial orang lain dan juga telah menguasai pengetahuan, nilai dan
(29)
keterampilan. Kondisi ini menunjukkan agar kualitas pekerja sosial ini lebih baik lagi perlu diberi pemahaman berbagai ilmu. Diharapkan dengan adanya pemberian wawasan tentang pekerja sosial, dapat lebih meningkatkan kompetensi dalam pemberian pelayanan sosial. Pekerja sosial yang memiliki kompetensi untuk membantu individu tersebut diharapkan mampu menjalankan perannya sesuai dengan status sosial, tugas- tugas dan tuntutan norma lingkungan sosialnya disamping individu itu memiliki permasalahan sosial yang tengah dialaminya. Mandat utama pekerja sosial adalah memberikan pelayanan sosial baik kepada individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat yang membutuhkannya sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki oleh pekerja sosial.
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi profesional dalam pekerjaan sosial yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial (Kepmensos No. 10/HUK/2007).
Pekerja sosial sebagai penyandang keahlian pekerjaan sosial, harus memiliki kualifikasi sebagai berikut:
1. Memahami, menguasai, dan menghayati serta menjadi figur pemegang nilai-nilai sosio-kultural dan filsafat masyarakat.
2. Menguasai sebanyak dan sebaik mungkin berbagai perspektif teoritis tentang manusia sebagai makhluk sosial.
3. Menguasai dan secara kreatif menciptakan berbagai metode pelaksanaan tugas profesionalnya.
4. Memiliki mental wirausaha (Budhi Wibhawa, 2010: 53).
Menurut Asosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat ( NASW ) merumuskan pekerjaan sosial sebagai kegiatan profesional membantu individu, kelompok, atau masyarakat untuk meningkatkan atau memulihkan kemampuan mereka berfungsi sosial dan untuk
(30)
menciptakan kondisi sosial. Peraktik pekerjaan sosial terdiri atas penerapan profesional dari nilai–nilai , prinsip-prinsip, dan teknik-teknik pekerjaan sosial pada satu atau lebih dari tujuan-tujuan berikut : membantu orang memperoleh pelayanan-pelayanan nyata, memberikan konseling dan psikoterapi untuk individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok-kelompok, membantu komunitas atau kelompok memberikan atau memperbaiki pelayanan-pelayanan sosial dan kesehatan, dan ikut serta dalam proses-proses legislatif yang berkaitan. Profesi pekerjaan sosial meningkatkan perubahan sosial, pemecahan masalah dalam hubungan-hubungan manusia serta pemberdayaan dan pembebasan orang untuk meningkatkan kesejahteraan ( Fahruddin, 2012 : 60-62 ).
Disini Walter A. Friedlander dalam bukunya yang berjudul Introduvtion to Social Welfare mendefenisikan pekerjaan sosial sebagai suatu pelayanan profesional yang didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan keterampilan dalam hubungan manusia yang membantu individu – individu, baik secara perorangan maupun dalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan kebebasan sosial dan pribadi ( Hermawati, 2001 : 2-3 ).
Pada prinsipnya , defenisi tersebut menekankan bahwa pekerjaan sosial merupaka sustau profesi pelayanan sosial kepada individu, kelompok, dan masyarakat dengan didasarkan pada pengetahuan dan keterampilan ilmiah tentang relasi manusia , serta bertujuan untuk mencapai kepuasan pribadi, kepuasan sosial , dan kebebasan. Jadi yang menjadi inti profesi pekerjaan sosial menurut Friedlander adalah relasi atau interaksi antar manusia.
2.2.2 Peran Pekerja Sosial
Tujuan dasar dari pekerja sosial adalah menolong klien-kien agar berdaya menolong diri mereka sendiri atau menolong masyarakat agar dapat berdaya menolong diri mereka. Pekerja sosial berusaha menolong mereka untuk meningkatkan pemahamannya tentang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain, serta menghubungkannya dengan sisitem
(31)
sumber yang tersedia dalam masyarakat demi pemecahan masalah seseorang itu. Adapun peranan-peranan seorang pekerja sosial dalam menolong individu maupun masayarakat adalah :
1. Fasilitator
Dalam hal ini perlu disadari karena masyarakat seringkali dianggap sebagai pihak yang tidak mempunyai kemampuan, baik oleh masyarakat itu sendiri maupun dari pemerintah. Oleh karena itu, pekerja sosial harus tampil dengan pandangan yang berbeda dengan yang lainnya tentang keadaan masyarakat, yaitu dengan sikap optimistik bahwa masyarakat dapat dirancang unutk berkapabilitas . Masyarakat perlu di support dan dibantu untuk mengetahui kapasitas yang mereka miliki.
2. Perantara
Peran pekerja sosial sebagai perantara berarti mampu meningkatkan kualitas hubungan antara pihak-pihak yang terkait dengan masyarakat setempat sesuai dengan kemampuan dasar pekerja sosial, maka pekerja sosial harus mampu mengagitasi masyarakat bahwa kedua-duanya menghasilkan keuntungan dikedua belah pihak.
3. Pembela
Peranan pekerja sosial disini sebagai pembela adalah agar pihak-pihak yang melakukan program kesejahteraan sosial dapat menjalankan kewajiban hukum. Perlu dipahami bahwa pekerja sosial tidak tampil sebagai pembela dalam arti hukum atau institusi pengadilan , tetapi tampil dengan tindakan edukatif dengan tujuan agar pihak penyelenggara program menyadari kewajibannya terhadap masyarakat setempat demi menjalin hubungan yang baik.
4. Pelindung
Peran pekerja sosial sebagai pelindung sangat penting , dimana hal ini merupakan konsekuensi logis terhadap masyarakat setempat yang kerap kali menjadi pihak yang tidak
(32)
berdaya jika dihadapkan dengan pihak penyelnggara program. Oleh karena itu , perean pekerja sosial sebagai pelindung diharapkan dapat mendukung masyarakat setempat dalam upaya memperoleh hak-hak mereka ( Siagian, 2010 : 95-96 ).
2.2.3. Misi, Maksud dan Tujuan Pekerjaan Sosial
Misi utama profesi pekerjaan sosial menurut NASW adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia ( human well-being ) dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia , dengan perhatian khusus pada kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang rawan , tertindas, dan miskin. Demikian pula Dewan Pendidikan Pekerjaan Sosial ( CSWE ) menggambarkan profesi pekerjaan sosial sebagai mempunyai komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dan untuk mengurangi kemiskinan dan penindasan. Pekerjaan sosial berusaha uttuk memperkuat keberfungsian orang dan meningkatkan efektivitas lembaga-lembaga dalam masyarakat yang meneyediakan sumber-sumber serta kesempatan-kesempatan bagi warganya yang menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat.
Misi pekerjaan sosial tersebut diterjemahkan menjadi tujuan pekerjaan sosial yang memberikan arah yang lebih jelas. Tujuan praktik pekerjaan sosial menurut NASW adalah :
1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk memecahkan masalah, mengatasi, perkembangan.
2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang memberikan kepada mereka sumber-sumber, pelayanan-pelayanan, dan kesempatan-kesempatan.
3. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara manusiawi dari sistem-sistem yang menyediakan orang dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
4. Mengembangkan dan memperbaiki kebijakn sosial ( dalam Zastrow, 2008 ) ( Fahruddin, 2012 :66-67 ).
(33)
2.2.4. Pendekatan Pekerjaan Sosial
Peraktek pekerjaan sosial dilaksanakan dalam dua cara, yaitu secara langsung berhadapan dnegan klien, baik secara individual maupun dalam kelompok, dan secara tidak langsung berhadapan dengan klien , dalam arti memusatkan perhatian pada institusi kesejah teraan sosial, pada lembaga-lembaga atau organisasi kesejahteraan sosial, pada evaluasi , analisis, perumusan dan pengembangan program-program kesejahteraan sosial. Pendekatan praktek semacam ini kadang-kadang disebut juga sebgai jalur klinis dan jalur perubahan sosial, pelayanan pada individu, keluarga , dan kelompok, dan pelayanan perubahan sosial, pelayanan mikro dan makro.
Dalam kaitan dengan masyarakat, pekerjaan sosal pada umumnya menggunakan peraktik tidak langsung. Tetapi ada aspek-aspek dalam bekerja dengan masyarakat yang bersifat praktik atau pelayanan langsung. Hal ini misalnya kalau pekerja sosial memberikan pelayanan kepada kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi masyarakat yang memerlukan pelayanan langsung ( Gilbert, Miller, 1980 ) (Fahruddin, 2012 : 70-71 ).
2.2.5. Peranan Pekerja Sosial Dalam Menangani Masalah Sosial
Menurut Walter A Friedlander dalam Muhidin (1992:7), Pekerjaan Sosial adalah suatu pelayanan professional yang dilaksanakan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu, baik secara perorangan maupun didalam kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi dan sosial.
Pekerjaan sosial berusaha untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat mencapai tingkat kesejahteraan sosial, mental dan psikis yang setinggi-tingginya. Permasalahan dalam bidang pekerjaan sosial erat kaitannya dengan masalah fungsi sosial, yaitu kemampuan seseorang untuk menjalankan peranannya sesuai dengan tuntutan
(34)
lingkungannya. Oleh karena itu, usaha-usaha untuk memberikan pelayanan social, baik secara langsung maupun tidak langsung, juga diarahkan untuk membantu individu, kelompok maupun masyarakat dalam menjalankan fungsi sosialnya.
Pekerja-pekerja sosial menyediakan pelayanan-pelayanan pertolongan dalam arti yang dikenal dalam praktek pekerja sosial. Praktek pekerjaan sosial ini merupakan realisasi daripada tugas fungsional didalam system kesejahteraan sosial guna membantu orang-orang dalam usaha mereka memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Praktek pekerjaan sosial dapat didefinisikan sebagai kontelasi nilai, tujuan, pengetahuan dan metoda. Praktek pekerjaan sosial dikembangkan dari perangkat tujuan-tujuan professional sebagai yang diyakini dan diakui oleh masyarakat umum dan para pekerja sosial. Dari kerangka teori pengetahuan praktek, profesi pekerjaan social, yaitu yang berhubungan dengan metoda-metoda petolongan, proses-proses dan peranan-peranan.
Ada beberapa defenisi praktek pekerjaan sosial :
1. Kegiatan interventif yang diarahkan pada tujuan-tujuan dan dibimbing/didasari oleh nilai-nilai, pengetahuan, dan teknik yang secara kolektif diakui, diterima serta dikembangkan oleh profesi pekerjaan sosial.
2. Praktek pekerjaan sosial merupakan penerapan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku yang ditujukan untuk mengadakan perubahan perencana pada individu-individu, kelompok-kelompok serta system-sistem sosial.
Tindakan-tindakan yang ditujukan kearah perubahan didasari oleh nilai-nilai metoda serta teknik-teknik yang diakui, diterima dan dikembangkan oleh profesi pekerja sosial. Jadi, pekerjaan sosial merupakan praktek professional dalam pengertian bahwa tindakan serta pelayanan-pelayanan yang diberikannya dilaksanakan oleh anggota-anggota yang berpendidikan khusus dan secara formal diakui dan diterima oleh dan didalam profesi pekerjaan sosial. Para pekerja social mampu melakukan penilaian yang kompleks yang
(35)
diperlukan bagi pemecahan masalah-masalah manusia didalam suatu bidang kompetensi yang telah ditentukan.
Seorang pekerja sosial, mempunyai pemahaman tentang pribadi dan tingkah laku manusia serta lingkungan sosialnya atau kondisi dimana manusia itu hidup. Menurut pandangan Zastrow, setidaknya ada beberapa peranan yang biasa dilakukan oleh pekerja sosial, yaitu :
1. Enabler
Sebagai Enabler, seorang pekerja social membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan pola sikap kebutuhan mereka, mengidentifikasi masalah mereka dan mengembangkan kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.
2. Broker
Peranan sebagai Broker, yaitu berperan dalam menghubungkan individu ataupun kelompok dalam masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community service). Broker dapat juga dikatakan menjalankan peran sebagai mediator yang menghubungkan pihak yang satu dengan pemilik sumber daya.
3. Expert
Sebagai expert (tenaga ahli), ia lebih banyak memberikan saran dan dukungan informasi dalam berbagai hal. Misalnya saja, seorang tenaga ahli dapat memberikan usulan mengenai bagaimana struktur organisasi yang biasa dikembangkan dalam masyarakat tersebut dan kelompok-kelompok mana saja yang harus terwakili. Seorang expert harus sadar bahwa usulan dan saran yang diberikan bukanlah mutlak harus dijalankan masyarakat, usulan dan saran tersebut lebih merupakan masukan gagasan untuk menjadi pertimbangan masyarakat ataupunorganisasi dalam masyarakat tersebut.
(36)
4. Social Planner
Seorang social planner mengumpulkan data mengenai masalah social yang terdapat dalam masyarakat tersebut, menganalisanya dan menyajikan alternative tindakan yang rasional untuk menangani masalah tersebut. Setelah itu perencana sosial mengembangkan program, mencoba mencari alternative sumber dan mengembangkan consensus dalam kelompok yang mempunyai berbagai minat maupun kepentingan.
Peran expert dan sosial planner saling tumpang tindih. Seorang expert lebih memfokuskan pada pemberian usulan dan saran, sedangkan social planner lebih memfokuskan tugas-tugas terkait dengan pengembangan dan pengimplementasian program.
5. Advocate
Peran advocate merupaka peran yang aktif dan terarah. Dimana community worker menjalankan fungsi sebagai advocate yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu bantuan atau layanan. Tetapi, institusi yang seharusnya memberikan bantuan atau layanan tersebut tidak diperdulikan. Peran advokasi dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh lembaga non-pemerintah yang menyampaikan tuntutan pada pemerintah agar pemerintah menyediakan ganti-rugi yang memadai bagi mereka yang terpuruk, atau agar pemerintah meringankan biaya pendidikan.
6. Activist
Sebagai activist, seorang community worker melakukan perubahan institusional yang lebih mendasar dan sering kali tujuannya adalah pengalian sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok yang kurang mendapatkan keuntungan. Seorang activist biasanya memperhatikan isu-isu tertentu, seperti ketidaksesuaian dengan hokum yang berlaku, ketidakadilan dan perampasan hak. Seorang activist biasanya mencoba menstimulasikan
(37)
kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan tersebut untuk mengorganisir diri dan melakukan tindakan melawan struktur kekuasaan yang ada.
7. Educator
Dalam menjalankan peran sebagai educator (pendidik), pekerja social diharapkan mempunyai keterampilan sebagai pembicara dan pendidik. Pekerja social harus mampu berbicara didepan public untuk menyampaikan informasi mengenai beberapa hal tertentu, sesuai dengan bidang yang ditanganinya
2.3. Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )
2.3.1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )
Adapun pengertian mengenai Pekerja Sosial Masyarakat adalah warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang Kesejahteraan Sosial ( Kemensos, 2012 : 4 ).
Pekerja Sosial Masyarakat mempunyai ruang lingkup pengadilan di lembaga-lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial ataupun diluar lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial, baik di Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kotamadya, Provinsi maupun Nasional. Beberapa diantara mereka telah mengikuti suatu proses penyuluhan dan bimbingan sosial serta kursus atau latihan bidang Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh Departemen sosial.
Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) dalam melaksanakan tugasnya didasarkan atas : 1. Kesadaran dan tanggung jawab sosial.
2. Sukarela dan tanpa paksaan .
3. Pengabdian dan pengorbanan sebagai pejuang kemanusiaan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(38)
4. Tanpa pamrih dan tidak menuntut imbalan jasa, melainkan demi kepentingan masyarakat yang dibantu.
2.3.2. Tugas Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )
Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) bertugas melaksanakan usaha-usaha Kesejahteraan Sosial sesuai dengan bidang tugas pengabdiannya berdasarkan kebijaksanaan pemerintah dibidang Kesejahteraan Sosial. Pekerja Sosial Masyarakat yang ada di Kelurahan Rengas Pulau terfokus kepada Pelayanan Kesehatan secara gratis dan Kesejahteraan Sosial bagi para Lansia. Dimana ibu Romauli sebagai PSM di Kelurahan tersebut memberikan bantuan kepada Lansia yang kurang mampu dengan memberikan Pelayan Kesehatan secara gratis tanpa mengharapkan imbalan dari pihak manapun. Pelayan Kesehatan yang diberikan oleh Ibu Romauli semata-mata dengan keikhlasan hatinya dengan mengabdikan diri kepada masyarakat di Kelurahan tersebut.
Adapun fungsi dari Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) adalah sebagai berikut : 1. PSM berfungsi sebagai motivator yang berarti :
a. Pekerja Sosial Masyarakat memotivasi lingkungannya, termasuk para penyandang masalah kesejahteraan sosial, sehingga mereka sadar, mau dan mampu ikut serta secara aktif dalam kegiatan pembangunan, terutama dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
b. Pekerja Sosial Masyarakat menemukan potensi permasalahan kesejahteraan sosial serta sumber daya maupun dana di masyarakat yang dapat digali, diarahkan dan dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial dan dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat.
c. Pekerja Sosial Masyarakat dapat merumuskan langkah-langkah mengatasi masalah kesejahteraan sosial dengan kebijaksanaan pemerintah.
(39)
2. PSM berfungsi sebagai Dinamisator, yang berarti :
Pekerja Sosial Masyarakat berfikir dan bertindak dinamis, Pekerja Sosial Masyarakat menggerakkan , mengarahkan dan mengarahkan baik perorangan, keluarga, masyarakat keseluruhan maupun seluruh pilar pembangunan masyarakat lingkungannya dalam mengahadapi dan mengatasi masalah Kesejahteraan Sosial, secara berencana , terarah, konsisten dan berkesinambungan.
3. PSM sebagai pelaksana tugas-tugas pembangunan bidang Kesejahteraan Sosial dan pembangunan pada umumnya secara melembaga dan terorganisasi yang berarti : a. PSM melaksanakan kegiatan-kegiatan bidang usaha kesejahteraan sosial secara
profesional sesusai dengan bidang dan tingakatan pengabdiannya.
b. PSM melaksanakan kegiatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak manapun.
c. PSM melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial berdasarkan inisiatif dan swadaya PSM sendiri.
Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan terarah, berencana, konsisten, dan berkesinambungan, melembaga serta terorganisasikan, sehingga merupakan salah satu aspek perwujudan adanya masyarakat yang dinamis yang memungkinkan berlangsungnya swadaya sosial masyarakat dalam melaksanakan kegiatan usaha Kesejahteraan Sosial dan pembangunan pada umumnya ( Kemensos, 2012 : 7-8 ).
(40)
2.3.3 Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )
Adapun yang menjadi peranan Pekerja Sosial Masyarakat antara lain adalah : 1. Inisiator
Memprakarsai dan mengikut sertakan masyarakat dan lingkungan untuk mencermati masalah-masalah dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat agar diambil langkah-langkah penanganan
2. Motivator
Memotivasi masyarakat dalam lingkungannya termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ( PMKS ), pemili sumber daya dan dana untuk terlibat langsung dalam penanganan permaslahan Kesejahteraan Sosial
3. Dinamisator
Menggerakkan dan mengarahkan perorangan, kelompok maupun masyarakat serta lingkungannya dalam mencegah dan menanggulangi masalah Kesejahteraan Sosial serta berkesinambungan
4. Fasilitator
Menyediakan berbagai kemudahan agar masayarakat dapat menjangkau berbagai sumber yang diperlukan
5. Mediator
Menghubungkan antara PMKS dengan pihak terkait dalam mendukung pemecahan masalah.
(41)
2.4. Lanjut Usia
2.4.1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut Usia atau manusia lanjut adalah kelompok berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelmpokan tersendiri ini adalah populasi berumuran 60 tahun atau lebih ( Bustan, 2002 : 213 ). Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade ( Notoatmodjo, 2007 : 279 ).
Batasan penduduk Lanjut Usia dapat dilihat dari berbagai aspek biologi, ekonomi, sosial dan usia, jadi batasan usia tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aspek biologi
Penduduk lanjut usia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan seringnya meningkat usia, sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
b. Aspek ekonomi
Lanjut usia ditinjau dari aspek ekonomi adalah menjelaskan bahwa penduduk lannjut usia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang memasuki lapangan pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas rendah.
(42)
c. Aspek sosial
Dari aspek sosial , penduduk Lansia merupakan kelompok sosial yang tersendiri. Di negara Barat, penduduk Lansia menduduki strata sosial di bawah kaum muda . Sedangkan di masyarakat Indonesia sendiri, penduduk Lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarakat yang usia nya lebih muda.
d. Aspek umur
Dari ketiga aspek di atas , pendekatan umur atau usia adalah yang paling memungkinkan untuk mendefenisikan penduduk usia lanjut ( Notoatmodjo, 2007 : 280-281 ).
Beberapa para ahli memberikan pendapaat mengenai batasan umur kapankah orang disebut Lanjut Usia, sulit untuk dijawab secara memuaskan, dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO )
a) Usia pertengahan ( Middle Age ), ialah kelompok usia 45-59 tahun, b) Usia lanjut ( Elderly ), antara usia 60-70 tahun,
c) Usia lanjut tua ( Old ), antara usia 75-90 tahun, d) Usia sangat tua ( Very Old ), di atas 90 tahun
2. Menurut Koesoemato Setyonegoro ( dalam Nugroho, 1995 : 14 ) mengelompokkan Lanjut Usia sebagai berikut :
a) Usia dewasa muda ( Elderly adulhood ) usia 18/20-25 tahun,
b) Usia dewasa penuh ( Middle Years ) atau maturitas usia 25-60/65 tahun c) Lanjut usia ( Geriatric Age ) lebih dari 65/70 tahun, terbagi untuk umur
• Young Old( usia70-75 tahun )
• Old ( usia75-80 tahun )
(43)
Kalau dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang disebut Lanjut Usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas.
Secara fisik Lanjut Usia dapat dibedakan menjaddi dua jenis yaitu Lanjut Usia potensial dan Lanjut Usia tidak potensial. Lanjut Usia potensial adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sesuai dengan pilihannya. Lanjut Usia potensial merupakan sumber daya bagi dirinya serta bagi masyarakat pada umumnya yang didasarkan atas pengetahuan , pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan yang dimaksud dengan Lanjut Usia tidak potensial adalah kurang berdaya untuk memenuhi kebutuhannya sehingga memerlukan bantuan dari pihak lain. Kelompok inilah yang lebih memerlukan pelayanan secara khusus. Namun demikian, bahwa sebenarnya lanjut usia memerlukan perlindungan dan pelayanan dikarenakan menurunnya kemampuan fisik , psikis, dan sosial ( Departemen Sosial, 2001 : 10 ).
2.4.2. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Hurlock ( 1999 ) , priode Lansia sama dengan priode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang ditandai dengan prubahan fisik dan psikologis tertentu. Adapun ciri-ciri Lansia adalah :
a. Lansia merupakan priode kemunduran
Kemunduran yang terjadi pada Lansia berupa kemuduran fisik dan psikologis tertentu. Penyebab kemunduran fisik merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Penyebab kemunduran psikologis karena sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.
(44)
b. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Arti usia tua itu sendiri kabur dan tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak muda, maka individu cendrung menilai tua itu dalm hal penampilan dan kegiatan fisik. Banyak individu lansia melakukan segala apa yang dapat disembunyikan atau disamarkan menyangkut tanda-tanda penuaan fisik dengan memakai pakaian yang biasa dipakai orang muda dan berpura-pura mempunyai tenaga muda. Inilah cara lansia untuk menutupi dari dan membuat ilusi bahwa lansia belum berusia lanjut.
c. Sikap sosial terhadap Lansia
Pendapat klise tentang Lansia mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap sosial terhadap lanisia. Kebanyakan pendapat Klise tersebut tidak menyenangkan , sehingga sikap sosial tampaknya cendrung menjadi tidak menyenangkan.
2.4.3. Karakteristik Lanjut Usia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia addalah :
1. Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita , terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki dan wanita.
2. Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda /duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.
3. Kondisi kesehatan
a. Kondisi umum, kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orrang lain dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya, mandi, buang air kecil dan besar.
(45)
b. Frekuensi sakit, frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroninya sudah memerlukan perawatan khusus
4. Keadaan ekonomi
a. Sumber pendapatan resmi, pensiunan ditambah sumber pendapatn lain kalau masiih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan di daerah non pertanian. Lapangan sektor pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia , disamping sektor perdagangan dan sektor jasa.
b. Sumber pendapatan keluarga, ada tidaknya bantuan keuangan dari anak /keluarga lainnya , atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
c. Kemampuan pendapatan, lansia memerluka biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Sampai seberapa beasar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya ( Bustan, 2007 : 216-217 )
2.4.4. Permasalahan Lanjut Usia
Masa tua merupakan masa yang menimbulkan ke kawatiran terhadap setiap insan manusia, ketidak berdayaan , kekuatan mental yang mengalami kemunduran. Keadaan ketidak berdayan inilah yang menyebabkan sedikitnya menimbulkan ketergantungan terhadap orang lain, dimana ketergantungan ini membutuhkan pertolongan dari pihak lain seperti keluarga atau masyarakat b aik itu yang bersifat moril maupun materil.
Sebagai manusia, orang lanjut usia mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini mempunyai corak yang khas dan mendesak untuk dipenuhi. Bila ketergantungan dan kebutuhan yang mendesak ini tidak diatasi atau dipenuhi akan mengakibatkan terjadinya masalah bagi lanjut usia ( Sumarnugroho, 1991 : 111 ).
(46)
Adapun permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia meliputi, antara lain : 1. Permasalahan kesehatan
Terjadinya kemuduran fungsi-fungsi fisik yang membawa dampak pada kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik ( Departemen Sosial, 1997 : 1 ).
2. Permasalahan finansial
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sumber-sumber finansial orang lanjut usia sangat terbatas bahkan secara ekonomi golongan lanjut usia tida terjamin atau terlantar, terutama bagi mereka yang tidak terjangkau oleh jaminan atau tunjangan pensiun.
3. Permasalahan pekerjaan
Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan , hidup dan berada dalam kemiskinan. Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat sehingga mereka menjadi terlantar ( Departemen Sosial, 1997 : 1 ).
Masalah lansia bukanlah masalah kesehatan semata , bahkan lebih merupakan , masalah sosial ekonomi . Karena itu perlu pendekatan multidisiplin mengingat berbagai isu yang berhubungan dengan lansia seperti :
Perlunya menyiapkan sarana pelayanan bagi lansia.
Perlu adanya lembaga yang dapat mengayomi para lansia untuk dapat bekerja .
Diperlukan adanya jaminan penunjang biaya kesehatan untuk lansia.
Pemikiran untuk kondisi sosial keluarga yang mendukung kehidupan lansia seperti extended family daripada pengadaan nursing home atau rumah jompo.
(47)
Salah satu pendekatan utama yang penting adalah pendekatan keluarga. Dimana dalam pendekatan keluarga dianjurkan beberapa hal dalam menghadapi lansia :
1. Menghormati dan menghargai orang tua.
2. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap prilaku usia lanjut. 3. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu dan perhatian 4. Jangan menganganggabnya sebagi beban.
5. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama.
6. Mintalah nasehat pada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting. 7. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga.
8. Dengan memebri perhatian yang baik terhadap oarang tua, kelak anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita.
9. Membantu mencukupi kebutuhannya.
2.5. Pelayanan Sosial
2.5.1. Pengertian Pelayanan Sosial
Menurut Sainbury ( 1977 ) profesor dalam Social Administration di Inggris, menyatakan bahwa pelayanan sosial merupakan pelayanan yang digunakan untuk semua yang berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan mengurangi jenis-jenis masalah sosial tertentu khususnya, kebutuhan-kebutahan dan masalah-masalah yang memerlukan penerimaan publik secara umum atas tanggung jawab sosial dan yang tergantung pada pengorganisasian hubungan-hubungan sosial untuk pemecahannya. Menurut Sainbury pelayanan-pelayanan sosial secara luas ini meliputi kesehatan, pendidikan , pemeliharaan penghasilan , perumahan dan pelayanan sosisal personal(Fahruddin, 2012 : 50).
(48)
2.5.2. Pelayanan Sosial Personal
Pelayanan sosial personal atau pelayanan sosial umum adalah program-program yang melindungi atau mengembalikan kehidupan keluarga, membantu individu-individu mengatasi masalah-masalah yang berasal dari luar ataupun dari dalam diri,meningkatkan perkembangan dan memudahkan akses melalui pemeberian informasi, bimbingan advokasi dan beberapa jenis bantuan konkret.
Menurut Sainbury pelayanan sosial personal adalah pelayanan-pelayanan yang berkepentingan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang menghambat kebefungsian sosial individu secara maksimum, yang menghambat kebebasannya untuk mengembangkan kepribadiannya dan untuk mencapai aspirasi-aspirasinya melalui hubungannya dengan orang lain. Pelayanan sosial personal berkepentingan dengan kebutuhan-kebutuhan yang secara tradisional diatasi dengan tindakan pribadi atau keluarga ( Fahruddin, 2012 : 53 ).
2.5.3. Pelayanan Sosial Lansia
Pelayanan Sosial lanjut usia sangat penting dilakukan oleh masyarakat baik yang dilakukan dalam panti maupun luar panti. Pembinaan melalui luar panti memungkinkan masyarakat untuk ikut serta dalam pelayanan lanjut usia, karena pemerintah ssampai saat ini memiliki keterbatasan antara lain jumlah dana yang tersedia kurang seimbang dengan kebutuhan pelayanan sosial lanjut usia, pelayanan soisal lanjut usia yang belum optimal dan terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pelayanan lanjut usia ( Departemen Sosial : 2002 : 50-51 ).
Di masyarakat mereka perlu bersosialisasi dengan melakukan berbagai kegiatan sosial seperti kegiatan keagamaan , kesehatan dan olahraga agar mereka tidak terasing dari lingkungannya. Apabila mereka hidupt terasing, tidak ada yang mengurus atau tidak
(49)
berpenghasilan , maka mereka mempunyai masalah sosial yang pada akhirnya berpotensi terlantar. Oleh karena itu, perlu pemberdayaan lanjut usia agar mereka tetap melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ( diakses pada pukul 14.00 WIB, 17 Mei 2014 ).
2.6. Kesejahteraan Sosial
2.6.1 Penegertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial berasal dari kata “ sejahtera “. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa Sansekreta “ Catera “ yang berarti Payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti “catera “ adalah orang yang sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman dan tentram, baik lahir maupun batin. Sedangkan sosial berasal dari kata “ Socius “ yang berarti kawan, teman, dan kerja sama. Orang yang sosial adalah orang dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik
Sedangkan menurut Undang-undang No. 6 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1 kesejahteraan sosial ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materil maupun spritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia dengan Pancasila ( Fahruddin, 2012 : 8-9 ).
(50)
2.6.2. Tujuan Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan dalam rangka membantu lasia dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya , yaitu :
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan dan relasi-relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat dan lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.
Selain itu, Schneiderman ( 1972 ) mengemukakan tiga tujuan utama dari sistem kesejahteraan sosial yang samapai tingkat tertentu tercermin dalam semua program kesejahteraan sosial, yaitu pemeliharaan sistem, pengawasan sistem, dan perubahan sistem.
1. Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan keberadaan nilai-nilai dan norma sosial serata aturan-aturan kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk hal-hal yang bertalian denagn defenisi makna dan tujuan hidup, motivasi bagi kelangsungan hidup seorang atau kelompok, norma-norma yang menyangkut pelaksanaan peranan anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua dan peranan pria dan wanita, norma-norma yang berhubungan dengan produksi dan distribusi barang dan jasa, norma-norma yang berhubungan dengan penyelesaian konflik dalam masyarakat. 2. Pengawasan Sistem
Melakukan pengawasan secara efektif terhadap prilaku yang tidak sesuai atau menyimpang dari nilai-nilai sosial.
(51)
3. Perubahan Sistem
Mengadakan perubahan ke arah berkembangnya suatu sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat ( Fahruddin, 2012 : 10-12 ).
2.7. Kerangka Pemikiran
Keberhasilan suatu pembangunan membawa dampak peningkatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat sehingga harapan hidup semakin meningkat. Kondisi seperti inilah yang membawa suatu konsekuensi terhadap meningkatnya jumlah lanjut usia. Adapun yang menjadi konsekuensi dari dampak peningkatan jumlah lanjut usia ini adalah muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami oleh lanjut usia. Kondisi ini tentu membutuhkan perhatian dari berbagai pihak guna untuk menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia.
Sejauh ini bukan tidak ada pelayan terhadap lanjut usia , tapi sudah banyak bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah bersama dengan berbagai elemen masyarakat. Pelayanan lanjut usia tersebut dilaksanakan melalui pendekatan panti. Namun semua pelayanan lanjut usia yang sudah dilakukan selama ini baik melalui panti sosial belum sepenuhn ya mampu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Dikarenakan hal tersebut maka diperlukan suatu program penanganan yang dapat membantu memenuhi kebutuhhan lanjut usia. Penanganan terhadap lanjut usia dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan pekerja sosial masyarakat. Dalam hal ini, Pekerja Sosial Masyarakat menjalankan program-programnya dengan tujuan membantu para lansia untuk meningkatkan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi proses ketuaan, membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara sesama lanjut usia, keluarga dan pekerja sosial masyarakat yang memberikan pelayanan lanjut usia.
(52)
Dengan adanya program dari PSM tersebut banyak memberikan peranan ataupun kontribusi terhadap lansia di kelurahan Rengas Pulau seperti lansia yang tidak memiliki biaya diberikan pengobatan gratis oleh PSM, dan juga bagi lansia yang mengalami penyakit kaki diberikan pengobatan khusus oleh PSM. Maka dengan adanya peranan PSM tersebut sangat membantu para lansia yang di kelurahan tersebut.
(53)
Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran
Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM )
Kel. Rengas Pulau, Kec. Medan Marelan
Program Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) :
1. Pemeriksaan Kesehatan dan Pengobatan Gratis 2. Bimbingan Rohani
Warga Binaan PSM
Hasil yang Diharapkan :
1. Lanjut usia mendapatkan kesehatan yang baik 2. Lanjut usia memiliki semangat hidup
(54)
2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.8.1. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan dikaji. Sebagai konsekwensi lagis dari salah pengertian yang terjadi dalam memaknai suatu konsep , maka terbuka pula kemungkinan salah penggunaan atas konsep tersebut. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep – konsep yang dijadikan obyek penelitian , maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep – konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.
Secara sederhana defenisi ini diar tikan sebagai batasan arti. Dalam hal ini, perumusan defenisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh sipeneliti., jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian ( Siagian, 2011 : 136-138 ).
Konsep merupakan suatu unsur yang paling penting dalam penelitian. Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri – ciri yang berkaitan dengan berbagi peristiwa, objek, kondisi, situasi, dan hal – hal lain yang sejenis. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ( Silalahi , 2009 : 112 ).
(55)
Untuk memfokuskan penelitian ini , maka peneliti memberikan batasan konsep sebagai berikut :
1. Peranan merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status sosial dan fungsinya.
2. Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) merupakan warga masyarakat yang atas dasar rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.
3. Lanjut usia merupakan kelompok berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri ini adalah populasi berumuran 60 tahun atau lebih.
2.8.2. Defenisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah – langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep – konsep , baik berupa obyek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upaya trasformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep – konsep penelitian dapat diobservasi ( Siagian, 2011 : 141 ).
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan – rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam
(56)
melaksanakan kegiatan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dan konsep – konsep untuk menggambarkan tentang apa yang harus diamati ( Silalahi, 2009 : 120 ).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini dapat diukur dari indikator-indikator sebagai berikut :
1. Bimbingan kesehatan , meliputi :
a. Kegiatan Senam yang dilakukan setiap hari minggu b. Pemeriksaan kesehatan
c. Perawatan dan pengobatan kesehatan gratis
d. Terapi kaki bagi Lansia yang stroke setiap bulan jumat minggu ke-3 2. Bimbingan rohani, meliputi :
(1)
bimbingan kerohanian ini dilakukan pada hari jum’at setiap minggunya. Terlihat jelas antusias para lansia dalam mengikuti pengajian ini dengan melihat tingkat kehadiran para lansia tersebut.
(2)
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini, dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang bersifat representativ dalam penelitian tentang kondisi atau gambaran mengenai Peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) Dalam Menangani Lanjut Usia Di Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan. Adapun responden dalam penelitian ini sebanyak 20 orang. Sementara saran yang terdapat dalam bab ini merupakan ide, gagasan untuk dapat memberikan hal yang terbaik bagi PSM dalam menalankan fungsi sebagai pekerja sosial
6.1. Kesimpulan
Pada Uraian dan analisa data yang telah dilakukan penulis terhadap objek penelitian Berdasarkan hasil analisa BAB V penulis menyimpulkan bahwa peranan Pekerja Sosial Masyarakat ( PSM ) dalm menjalankan program pelayanan terhadap lanjut usia dalam pelaksanaannya sudah terlaksana dengan baik. Selain itu, program pelayanan lanjut usia ini telah memberikan banyak manfaat khususnya bagi Lansia yang tidak mampu untuk membeli obat dengan biaya mahalnya pengobatan sekarang dan juga memberikan motivasi bagi Lansia untuk menikmati dan bisa bersyukur di masa tuanya. Adapun dari dampak kegiatan, dapat dilihat bahwa kegitan ini memberikan dampak positif bagi para peserta program. Dimana para responden menjawab kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mereka terutama untuk mengisi waktu luang mereka untuk hal-hal yang berguna. Dengan adanya kegiatan ini banyak manfaat yang mereka rasakan misalnya saja peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan kondisi fisik mereka.
(3)
Kesimpulan dari segi indikator ini antara lain :
a. Dari Peranan PSM sangat berperan sekali dalam memberikan segala arahan ataupun program-program yang dijalankan oleh Lansia. Hal ini terlihat dari antusias Lansia dalam menjalankan berbagai program yang dijalankan.
b. Dari bimbingan kesehatan gratis dapat disimpulkan bahwa bimbingan kesehatan yang dilaksanakan oleh PSM sudah berjalan dengan baik, dengan antusias Lansia dalam mengikuti berbagai program kesehatan yang diberikan . Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas menjawab baik.
c. Dilihat dari bimbingan kerohanian dapat disimpulkan bahwa bimbingan kerohanian sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Terlihat dari antusiasnya Lansia dalam mengikuti bimbingan kerohanian karena PSM selalu mengundang ustad dari Medan.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut :
a. Bagi PSM, kiranya dapat meningkatkan pelayanannya dalam melaksanakan program pelayanan sosial lanjut usia. Pihak PSM juga harus lebih memperhatikan kader-kader PSM yang lain guna mempermudah dalam menjalankan program-program yang ada. Selanjutnya pendataan terhadap lansia yang menjadi bimbingan PSM lebih di perjelas lagi tidak hanya cuma di data saja. Dari segi pengobatan kiranya PSM lebih meningkatkan pengobatan yang ada karena kesehatan Lansia sangat membutuhkan pengobatan yang cukup.
b. Bagi lansia itu sendiri, diharapkan dapat menerima pengarahan dari PSM sehingga semua program yang ada dapat terlaksana dengan baik. Lansia juga diharapkan sabar terhadap pengobatan yang diberikan, mengingat pengobatan yang diberikan hanya
(4)
secara gratis tanpa ada pungutan biaya. Selanjutnya Lansia harus rajin dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan oleh PSM, karena semua bentuk kegiatan ataupun bimbingan yang dilaksanakan adalah untuk kebaikan Lansia itu sendiri.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M, N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT Rineka Cipta Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumatera Utara. 2012. Pedoman Pekerja Sosial
Masyarakat ( PSM )
Fahruddin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung : PT Rafika Aditama
Hermawati, Istiana. 2001. Metode dan Teknik Dalam Pratik Pekerjaan Sosial. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Di Usia Senja. Jakarta : PT Rineka Cipta Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2012. Pekerja Sosial Masyarakat
Maryam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Muhidin, Syarif. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS).
Nawawi, Hadari, Metode penelitian Bidang Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 1991 Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC
Nurdin, Fadhil. 1990. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung : Angkasa Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Peraktis Penelitian Bidang
Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan : Grasindo Monoratama
Sumber-Sumber Lain :
( 19 Mei 2014 )
(6)
pada pukul 14.00 WIB, 17 Mei 2014 )
( http://www.komnaslansia.or.id/d0wnloads/profil/Profil_Penduduk_Lanjut_Usia_ 2009.pdf, diakses pada pukul 08.52 WIB, 10 Mei 2014 ).