BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Bank

  Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan popular menjadi Bank. Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang pada umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa perbankan lainnya.

  Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia No. 7 tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berikut ini adalah pengertian atau definisi bank menurut beberapa ahli, antara lain :

a. Suyatno (2007:1)

  Definisi tentang bank dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

  Pertama , bank dilihat sebagai penerima kredit. Dalam pengertian pertama

  ini bank menerima uang serta dana-dana lainnya dari masyarakat dalam bentuk simpanan/tabungan, deposito, dan giro. Pengertian pertama ini mencerminkan bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara pasif dengan menghimpun uang dari pihak ketiga. Kedua, bank dilihat sebagai pemberi kredit, ini artinya bahwa bank melaksanakan operasi perkreditan secara aktif. Ketiga, bank dilihat sebagai pemberi kredit bagi masyartakat melalui sumber yang berasal dari modal sendiri, simpanan/tabungan masyarakat maupun melalui penciptaan uang bank.

  b. Kasmir (2007:11)

  Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

  c. Drs. H. Malayu S.P. Hasibunan (2007:2)

  Bank adalah lembaga keuangan berarti bank adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja.

  d. Prof. G. M. Verryn Stuart (dalam Hasibunan, 2007:2) Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the

money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the

new money . (Bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan

  orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam).

  e. Dr. B. N. Ajuha (dalam Hasibunan, 2007:2) Bank provided means by which capital is transferred from those who

cannot use it profitable to those who can use it productively for the society as

whole. Bank provided which channel to invest without any risk and at a good rate

of interest. (Bank menyalurkan modal dari mereka yang tidak dapat menggunakan

  secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuatnya lebih produktif untuk keuntungan masyarakat. bank juga berarti saluran untuk menginvestasikan tabungan secara aman dan dengan tingkat bunga yang menarik).

  f. Kuncoro (2002:68)

  bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2.2 Jenis Bank

  Kegiatan pihak perbankan secara sederhana adalah membeli uang (menghimpun dana) dan menjual uang (menyalurkan dana) kepada masyarakat umum.dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain

  (Kasmir, 2008:34):

1. Jenis bank dilihat dari segi fungsinya

  Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: a) Bank Umum

  Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu juga dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah.

  b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

  Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, artinya disini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

2. Dari segi kepemilikannya

  Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yangmemiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah: a)

  Bank milik pemerintah Dimana akte pendiriannya maupun modalnya dimiiki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. Adapun yang termasuk bank pemerintah adalah PT. Bank Negara Indonesia Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, dan PT. Bank Tabungan Negara Tbk. Namun Bank Indonesia selaku bank sentral menyebut keempat bank tersebut sebagai bank persero, karena keempat bank tersebut telah go public dan sahamnya tidak sepenuhnya lagi milik pemerintah melainkan sebagian merupakan milik masyarakat.

  b) Bank Pemerintah Daerah (DPD)

  BPD merupakan bank yang seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Yang termasuk kedalam BPD adalah BPD Sumut, BPD DKI Jakarta, DPD Jawa Barat, DPD Jawa Timur dan BPD lainnya.

  c) Bank milik swasta nasional

  Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannyapun didirikan oleh swasta, begitu pulapembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Adapun yang termasuk ke dalam bank milik swasta nasional adalah Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Bumi Putra dan lain sebagainya.

  d) Bank milik koperasi

  Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Sebagai contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia. e) Bank milik asing

  Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri,bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Yang termasuk dalam bank milik asing adalah American Express Bank, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, Bank of America, dan lain sebagainya.

  f) Bank milik campuran

  Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihakswasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Contohnya adalah Bank Sakura Swadarma, Bank Finconesia, Interpacific Bank, Mitsubishi Buana Bank, dan lain-lain.

3. Dari segi statusnya

  Dilihat dari segi kemampuannya dalam melayani masyarakat, maka bank dapat dibagi ke dalam dua macam. Pembagian jenis ini disebut juga pembagian berdasarkan kedudukan atau status bank tersebut. Kedudukan atau status bank ini menunjukan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Status bank yang dimaksud adalah sebagai berikut: a.

  Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang behubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter of Credit dan transaksi lainnya. Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia.

  b.

  Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

4. Dari segi menentukan harga

  Jenis bank jika dilihat dari segi atau cara dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok.

  a.

  Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:

  1) Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula dengan harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah based.

  2) Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.

  b.

  Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip konvensional. Bank berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.3 Peranan dan Fungsi Bank

  Menurut Herman (2006) bank mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan yaitu ; a.

  Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan Dewasa ini bank ditinjau dari segi operasinya dapat diibaratkan sebagai toko serba ada bagi penyedia jasa, baik di bidang yang ada kegiatannya dengan keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan, disamping melaksanakan tugas pokok sebagai perantara keuangan. Jadi, bank menjual produk keuangan yang bermacam beragam.

  b.

  Sebagai Jantung Perekonomian

  Kemampuan sistem perbankan untuk melaksanakan perannya yang sangat menentukan dalam perekonomian secara efisien dan efektif tergantung atas manajemen bank yang efisien dan efektif. Terjadinya kekacauan di dunia perbankan akan berdampak pula pada perekonomian. Oleh karena itu, setiap bank harus sehat dan mendatangkan laba yang memadai agar bank itu dapat berkembang dan tumbuh kuat serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

  c.

  Melaksanakan Kebijakan Moneter Bank berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan kebijaksanaan pemerintah di bidang perekonomian melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dengan mematuhi cadangan wajib.

  Menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso (2006), secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary”. Secara lebih spesifik fungsi bank sebagai berikut :

  a.

   Agent of Trust

  Kepercayaan merupakan suatu dasar utama kegiatan perbankan baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyetor dana. Dalam hal ini masyarakat akan menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank juga akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat, jika dilandasi dengan unsur kepercayaan. b.

  Agent of Development Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan ekonomi di sektor riil, kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Dimana kegiatan tersebut merupakan kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.

  c.

  Agent of Services Disamping kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran-penawaran atas jasa-jasa perbankan yang lain pada masyarakat. jasa-jasa yang diberikan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

2.4 Fungsi Intermediasi Bank

  Bank sebagai lembaga kepercayaan mempunyai fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada sektor-sektor riil. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dan telah diubah dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

  Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penting bagi bank untuk menjaga tingkat kepercayaan masyarakat. Masyarakat berharap dana yang mereka simpan di bank akan aman. Untuk itu bank harus menjaga tingkat kesehatannya karena bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalulintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dalam menjalankan kegiatan intermediasinya bank harus memperhatikan likuiditasnya yaitu terjadinya penarikan dana simpanan maupun pinjaman dengan tetap berupaya menjaga profitabilitasnya, untuk itu bank harus berhati-hati dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

  Salah satu ukuran untuk melihat fungsi intermediasi perbankan adalah

  

Loan to Deposit Ratio (LDR). Alasan LDR digunakan sebagai ukuran

  intermediasi karena LDR mengukur efektivitas perbankan dalam penyaluran kredit melalui dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. “LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya” (Dendawijaya, 2009). Jadi, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat mengim-bangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

  Tingginya rasio tersebut mengindikasikan semakin baik kemampuan bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio (LDR) suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%. Karena alasan tersebut sehingga dalam penelitian ini menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai indikator pengukur fungsi intermediasi perbankan.

2.5 Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio keuangan digunakan sebagai dasar perencanaan pengambilan keputusan untuk memperoleh gambaran perkembangan keuangan dan posisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, dan juga digunakan untuk pihak manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Dengan menggunakan analisa rasio, kita dapat menentukan tingkat kinerja keuangan suatu bank. Oleh karena itu rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu kondisi bank.

2.5.1 Return on Assets (ROA)

  (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk

   Return On Asset

  mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. “Semakin besar nilai rasio ini menunjukan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat” (Mahrinasari, 2003). Sedangkan menurut bank indonesia, ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset dalam suatu periode. Semakin besar ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan ROA sebagai indikator mengukur kinerja keuangan perusahaan perbankan.

  Return On Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja

  keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena, tingkat pengembaklian semakin besar. “Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh para pemegang saham” (Husnan, 1998).

  Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah “rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva”. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih.

  Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian atau deviden akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) “angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%”.

  ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi. Rumus untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut:

  Laba Bersih ROA = X 100%

  Total Asset

2.5.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

  Capital Adequacy Ratio menunjukkan kemampuan bank dalam

  mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Sufa, 2008). Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga.

  (CAR) menurut Achmad dan Kusuno

  Capital Adequacy Ratio

  (2003) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan semakin baik posisi modal. Berdasarkan Pakfeb 1991, perbankan diwajibkan memenuhi

  Kewajiban Penyertaan Modal Minimum atau dikenal dengan CAR (Capital Adequacy Ratio) yang diukur dari persentase tertentu terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). “Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR” (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

  Modal

  Bank

  CAR = x 100%

  

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

2.5.3 Non Performing Loan (NPL)

  Risiko kredit muncul akibat bank melakukan aktivitas-aktivitas seperti pemberian kredit. Jenis risiko ini merupakan risiko utama dalam aktivitas perbankan, terutama pada bank yang masih didominasi kegiatan tradisional dimana simpan pinjam masih menjadi aktivitas utama. Dengan tingkat eksposure yang signifikan, ketidakmampuan sebagian kecil debitur membayar kewajibanya dapat menghantarkan pada kondisi insolvensi.

  Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian di bank. Oleh karena situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami perkembangan pesat maka akan diikuti semakin komleksnya risiko bagi kegiatan usah perbankan. Menurut peraturan Bank Indonesia tersebut, salah satu risiko usaha bank adalah risiko kredit, yang didefinisikan sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajiban.

  Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah rasio Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkam kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank yang bersangkutan. Menurut Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL diukur dari rasio perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan.

  Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin

  kecil NPL, maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak- pihak bank. Dengan demikian apabila kondisi NPL suatu bank tinggi maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan akitiva produktif maupun biaya lainnya sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.

  Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba bank (Kasmir,2004). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004) :

  Jumlah

  Kredit Bermasalah

  NPL = x 100%

  

Total Kredit

2.5.4 Net Interest Margin (NIM)

  Net Interest Margin (NIM) merupakan salah satu indikator yang

  diperhitungkan dalam penilaian aspek profitabilitas. NIM merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya dalam rangka menghasilkan pendapatan bunga bersih. Menurut Riyadi (2004), “NIM adalah perbandingan antara

  

Interest Income (pendapatan bunga bank yang diperoleh) dikurangi

Interest expenses (biaya bunga bank yang menjadi beban) dibagi dengan

Average Interest Earning Assets (rata-rata aktiva produktif yang

digunakan)”.

  NIM) mencerminkan risiko pasar yang

  “Net Interest Margin (

  timbul karena adanya pergerakkan variable pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank” (Hasibuan,2007). Dalam mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada risiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi dimana dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh besarnya suku bunga. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih antara suku bunga pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest

  

Margin ( NIM) (Siamat, 2002). Dengan demikian besarnya Net Interest

  Margin (NIM) akan mempengaruhi laba rugi bank dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut.

  Rasio ini menggambarkan tingkat jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan menggunakan aktiva produktif yang dimiliki oleh bank. Semakin besar rasio ini maka semakin meningkatnya pendapatan bunga yang diperoleh dari aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kenungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Rasio Net Interest Margin dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) :

  Pendapatan Bunga Bersih

  NIM = x 100%

  Rata−rata Aktiva Produktif

  Sehingga unsur-unsur pembentuk NIM adalah pendapatan bunga bersih yang merupakan selisih dari pendapatan dengan beban bunga dan aktiva produktif.

2.6 Pengaruh Antarvariabel

  Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengaruh antarvariabel, yaitu pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Net

  Interest Margin (NIM) terhadap Return on Assets (ROA).

2.6.1 Pengaruh CAR terhadap ROA

  Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio

  kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan investaris bank. Seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR. Semakin besar

  

Capital Adequacy Ratio (CAR) maka keuntungan bank juga semakin

  besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank (Kuncoro dan Suhardjono, 2002).

  Menurut Gary C. Zimmerman (2000); “capital (modal) merupakan salah satu variabel yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja bank, yang tercermin dalam komponen CAMEL rating (Capital, Asset,

  Management, Earning, Liquidity)”. “besarnya modal suatu bank akan

  mempengaruhi jumlah aktiva produktif, sehingga semakin tinggi asset

utilization” (Timothy, 2000) maka modal harus bertambah besar.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR), maka Return on Asset (ROA) juga akan semakin besar, dalam hal ini kinerja perbankan menjadi semakin meningkat atau membaik.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Werdaningtyas (2002); Mawardi (2005); Suyono (2005) dan Merkusiwati (2007) menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :

  

Hipotesis 1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif

terhadap Return On Asset (ROA)

2.6.2 Pengaruh NPL terhadap ROA

  Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit

  yang dihadapi bank, semakin kecil Non Performing Loan (NPL), maka semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajiban. “Bank melakukan peninjauan, penilaian, dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit” (Ali, 2004). Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank.

  Risiko kredit yang diproksikan dengan non performing loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan return on asset (ROA). Sehingga jika semakin besar Non

  

Performing Loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya return on

asset , yang juga berarti kinerja keuangan bank yang menurun. Begitu pula

  sebaliknya, jika non performing loan (NPL) turun, maka return on asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat dikatakan semakin baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawardi (2005) dan Meydianawathi (2007) menunjukkan hasil bahwa Non

  

Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset

  (ROA). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :

  

Hipotesis 2 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif

terhadap Return On Asset (ROA)

2.6.3 Pengaruh NIM terhadap ROA

  Menurut Peraturan BI No.5/8 tahun 2003 risiko pasar merupakan jenis risiko yang ada pada industri perbankan. Risiko pasar merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, maupun ekuitas, dan komoditas. “Bank dapat terkena dampak faktor pembentuk harga di pasar modal, seperti suku bunga, karena adanya risiko suku bunga dalam pembukuan bank yang merupakan dampak dari struktur bisnis bank seperti aktivitas pemberian kredit dan penerimaan tabungan” (Ghozali, 2007).

  Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan

  kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga semakin besar perubahan Net Interest

  

Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank

  (ROA) yang diperoleh bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan sebaliknya, jika perubahan Net Interest Margin (NIM) semakin kecil, profitabilitas bank (ROA) juga akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin menurun.

  Penelitian yang dilakukan Mawardi (2005); Usman (2003) dan Sudarini (2005) menunjukkan hasil bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA). Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh hipotesis yaitu :

  Hipotesis 3 : Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA)

2.7 Review Peneliti Terdahulu

  Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:

1. Wardaningtyas (2002)

  meneliti tentang faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank take

  over pramerger di Indonesia. Dalam penelitiannya, faktor yang

  mempengaruhi profitabilitas adalah pangsa pasar, CAR, dan LDR, dimana pangsa pasar dibagi menjadi tiga komponen yaitu pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah pangsa pasar tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan variabel CAR mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas dan LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

  2. Mawardi (2005)

  menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan bank umum di Indonesia dengan total asset kurang dari 1 triliun.

  Dalam penelitiannya Mawardi menggunakan empat variabel, yaitu BOPO, NPL, NIM, dan CAR. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasilnya dapat disimpulkan bahwa variabel NIM yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap kinerja perbankan yang diproksikan dengan ROA. Untuk variabel BOPO dan NPL berpengaruh negatif terhadap ROA, sedangkan variabel NIM dan CAR mempunyai pengaruh positif terhadap ROA.

  3. Sarifudin (2005)

  melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laba pada perusahaan perbankan yang listed di BEJ periode 2000- 2002.

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BOPO, CAR, OPM, NPM, NIM, DER, LDR dan laba. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel BOPO berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba, sementara variabel CAR, OPM, NPM, NIM, DER, dan LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Laba.

  4. Suyono (2005)

  melakukan penelitian tentang analisis rasio-rasio bank yang berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Variabel yang digunakan adalah CAR, BOPO, LDR, NIM, NPL, pertumbuhan laba operasi, pertumbuhan kredit dan ROA. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio CAR, BOPO, dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Untuk NIM, NPL, pertumbuhan laba operasi dan pertumbuhan kredit menunjukkan hasil positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA.

  5. Almalia (2005)

  meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondosi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitas keuangan pada sektor perbankan.

  6. Merkusiwati (2007)

  meneliti tentang evaluasi pengaruh CAMEL terhadap kinerja perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, RORA, NPM, ROA, LDR. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio CAMEL pada tahun 1996-2000, 1998, 1999 dan 2000 berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, tahun 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

7. Meylianawathi (2007)

  menganalisis tentang perilaku penawaran kredit perbankan kepada sector UMKM di Indonesia (2002-2006). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penawaran kredit, DPK, CAR, ROA, NPL. Metode penelitian yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi modal kerja bank umum. NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit investasi modal kerja bank umum.

  Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu tersebut dapat disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu No Peneliti Variabel Metode Penelitian Kesimpulan 1.

  Werdaningtyas (2002)

  Pangsa pasar, CAR, LDR dan profitabil itas (ROA)

  Regresi linear berganda

  Hasil dari penelitian ini adalah pangsa pasar tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan variabel CAR mempunyai pengaruh positif terhadap profitabilitas dan

  LDR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Hasil dari penelitianya menunjukkan bahwa keempat variabel CAR, NPL, BOPO, serta NIM secara bersama sama mempengaruhi kinerja bank umum. Untuk variabel CAR

  Regresi dan CAR,

  NIM mempunyai NPL,

  2. Mawardi (2005) linear pengaruh positif BOPO, terhadap NIM, dan berganda ROA, sedangkan ROA variabel BOPO dan

  NPL, mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Dari keempat variabel, yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah variabel NIM Variabel BOPO berpengaruh positif

  BOPO dan CAR, signifikan terhadap

  Regresi OPM, Perubahan Laba,

  Sarifudin NPM, sementara variabel

  3. linear NIM, CAR, OPM, NPM,

  (2005) DER, NIM, berganda LDR dan DER, dan LDR perubaha berpengaruhnegatif n laba dan tidak signifikan terhadap

  Perubahan Laba. CAR, Rasio CAR, BOPO,

  4. Suyono (2005) Regresi LDR, dan LDR BOPO berpengaruh dan ROA linear positif dan signifikan terhadap ROA. berganda Untuk

  NIM, NPL, pertumbuhan laba operasi dan pertumbuhan kredit menunjukkan hasil positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA. CAR, CAR dan BOPO

  Almalia dan Regresi APB, signifikan untuk NPL, memprediksi kondisi

  5. Herdiningtyas linear PPAPAP, kebangkrutan dan ROA, kesulitas keuangan

  (2005) berganda NIM, dan pada sector BOPO perbankan.

  CAMEL pada tahun 1996-2000, 1998, 1999

  Regresi CAR, dan 2000

  Merkusiwati RORA, berpengaruh positif

  6. linear NPM, dan signifikan

  (2007) ROA, terhadap ROA, tahun berganda LDR 1997 tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap penawaran

  Penawara kredit investasi Regresi n modal

  Meylianawati kredit, kerja bank umum. 7. linear

  DPK, NPL berpengaruh (2007)

  CAR, negatif berganda ROA, dan signifikan NPL terhadap penawaran kredit investasi modal kerja bank umum Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dengan beberapa penelitian terdahulu adalah menganalisis tingkat kinerja dan profitabilitas perusahaan perbankan. Sedangkan perbedaannya adalah dalam periode penelitian, dimana dalam penelitian ini menggunakan periode 2006-2010. Selain itu, variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy

  Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), dan Return on Assets (ROA).

2.8 Kerangka Konseptual

  Berdasarkan model penelitian diatas, maka dapat dikembangkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  H4 (+) Dari gambar 2.1 diatas dapat dilihat bahwa kerangka konseptual menunjukkan hipotesis pertama (H1) yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA), H2 menunjukkan bahwa

  

Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return On Asset

  (ROA), H3 menunjukkan bahwa Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return On Asset (ROA), dan H4 menunjukkan bahwa CAR, NPL, dan NIM secara simultan berpengaruh positif terhadap ROA.

2.9 Hipotesis Penelitian

  Dari uraian diatas dapat diperoleh suatu hipotesis sebagai berikut: 1)

  Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return on

  Assets (ROA)

  2) Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on

  Assets (ROA)

  3) Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on

  Assets (ROA)

  4) Capital Adequacy Ratio (ROA), Non Performing Loan (NPL), dan Net

  Interest Margin

  (NIM) secara simultan berpengaruh positif terhadap Return on Assets (ROA).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Capital Adequacy Ratio, Dan Leverage Terhadap Opini Audit Going-Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

2 77 80

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

9 80 121

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

1 85 110

Pengaruh Capital Edequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan To Deposit Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 29 110

Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 45 79

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Pengaruh Profitabilitas, Capital Adequacy Ratio, Dan Leverage Terhadap Opini Audit Going-Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit - Pengaruh Profitabilitas, Capital Adequacy Ratio, Dan Leverage Terhadap Opini Audit Going-Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Perbankan - Pengaruh Non Perorming Loan, Loan To Deposit Ratio, Dan Net Interest Margin Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri Pada Industri Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahu

0 0 24

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

0 0 25