Pengaruh Capital Edequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan To Deposit Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, NON PERFORMING LOAN, OPERATING RATIO, DAN

LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

NAMA : REYNALDO HAMONANGAN

NIM : 050503071

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 19 Juni 2009 Yang Membuat Pernyataan,

Reynaldo Hamonangan NIM : 050503071


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan berkat dan kasih-Nya yang membimbing dan memampukan penulis dengan segala hikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini hingga selesai, penulis telah mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Dr. Agusni Pasaribu, MBA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, saran dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak selaku dosen pembanding II yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Orangtuaku yang tersayang yaitu Drs. R. Simanjuntak dan bunda T.P. Gultom, S.Pd serta abang Leo dan kakak Berthy yang telah memberi semangat dan doa kepada penulis. Teman-teman saya di Akuntansi 2005 serta semua pihak yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 19 Juni 2009

Penulis,

Reynaldo Hamonangan


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, aktiva, rentabilitas, dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan,

Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel independen dan Return On Equity (ROE) sebagai variabel dependen.

Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data

cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 19 bank yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun periode 2005-2008. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial capital adequacy ratio dan

debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity.

Sementara itu, non performing loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity. Hasil uji F menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing

loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio berpengaruh secara bersama-sama

terhadap return on equity.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing

Loan, Operating Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Equity.


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of capital, assets, earning, dan liquidity to profitability that list in Bursa Efek Indonesia. This research use Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, and Loan to Deposit Ratio as independent variable and Return On Equity (ROE) as dependent variable.

This research use associative method. Data pooling use in this research is a combination among cross section and time series that it’s got from 4 years annual report of 19 bank listing in Bursa Efek Indonesia period 2005-2008. The analysis method used statistical method which is double linear regression, t test and F test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.

The result of this research shows that capital adequacy ratio and debt to equity ratio have not significant influence to return on equity ratio. Otherwise, non performing loan, operating ratio, and loan to deposit ratio have negative and significant influence to return on equity. The result of F test shows that capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing loan, operating ratio, and loan to deposit ratio have simultaneous influence to return on equity.

Keywords : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan to Deposit Ratio, and Return on Equity


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

KATA PENGANTAR ……….... ii

ABSTRAK ………..…. iv

ABSTRACT ……….… v

DAFTAR ISI ……….….. vi

DAFTAR TABEL ……….…. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 7

C. Tujuan Penelitian ………. 8

D. Manfaat Penelitian ………... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ………... 10

1. Bank ………... 10

2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ……….. 11

3. Analisis Laporan Keuangan ………. 15

4. Pengertian Rasio Keuangan ………. 18

a. Capital Adequacy Ratio ………... 18


(8)

c. Non Performing Loan ……… 22

d. Operating Ratio ……….… 24

e. Loan to Deposit Ratio ……… 25

f. Return On Equity ………..……….…… 26

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ………. 27

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 28

2. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ………..…………..….. 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……….………….. 32

C. Jenis dan Sumber Data ……….….……….….. 34

D. Teknik Pengumpulan Data ……….….. 34

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ……….…… 35

F. Metode Analisis Data ………..… 38

G. Jadwal Penelitian ……… 45

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ………..….. 46

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif ……….…………..…… 47

2. Uji Asumsi Klasik ………..…… 49

a. Uji Normalitas ………..…….. 49


(9)

c. Uji Heteroskedastisitas ………... 58

d. Uji Autokorelasi ………...………. 59

3. Pengujian Hipotesis ………...………... 61

a. Persamaan Regresi ………..……….... 61

b. Koefisien Determinasi ……….. 63

c. Uji t dan uji F ……… 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 71

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 76

B. Keterbatasan Hasil Penelitian ……….. 77

C. Saran ……… 78

DAFTAR PUSTAKA ………. 79 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……….. 28

Halaman Tabel 3.1 Sampel Perusahaan Perbankan ... 33

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 45

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 48

Tabel 4.2 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi ... 50

Tabel 4.3 Uji Normalitas Sesudah Data Ditransformasi ... 53

Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ... 56

Tabel 4.5 Coefficient Corelations ... 57

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi ... 60

Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi ... 61

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi ... 63

Tabel 4.9 Hasil Uji t ... 65


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... ... 30

Halaman Gambar 4.1 Histogram (sebelum data ditransformasi) ... 51

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot (sebelum data ditransformasi) ... 52

Gambar 4.3 Histogram (sesudah data ditransformasi) ... 54

Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot (sesudah data ditransformasi) ... 55


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan ……….. 82

Halaman Lampiran 2 Data Capital Adequacy Ratio (CAR)... 83

Lampiran 3 Data Debt to Equity Ratio (DER) ... 84

Lampiran 4 Data Non Performing Loan (NPL) ... 85

Lampiran 5 Data Operating Ratio (OR) ... 86

Lampiran 6 Data Loan to Deposit Ratio (LDR) ... 87

Lampiran 7 Data Return On Equity (ROE) ……….. 88

Lampiran 8 Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi ... 89

Statistik Deskriptif Sesudah Transformasi ………… 89

Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ……… 90

Hasil Uji Normalitas Sesuda h Transformasi ……… 90

Histogram Sebelum dan Sesudah Transformasi ... 91

Grafik normal P-P Plot Sebelum dan Sesuda h Transformasi 92 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi.. . 93

Hasil Uji Multikolinieritas Sesudah Transformasi ... 94

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi.. 95

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sesudah Transformasi.. 95

Hasil Uji Autokorelasi ... 96


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, aktiva, rentabilitas, dan likuiditas terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan,

Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio sebagai variabel independen dan Return On Equity (ROE) sebagai variabel dependen.

Metode penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pooling, yang merupakan kombinasi antara data

cross section dan data time series yang diambil dari laporan tahunan 19 bank yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 tahun periode 2005-2008. Pengujian data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda, uji t dan uji F. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial capital adequacy ratio dan

debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return on equity.

Sementara itu, non performing loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return on equity. Hasil uji F menunjukkan bahwa capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing

loan, operating ratio, dan loan to deposit ratio berpengaruh secara bersama-sama

terhadap return on equity.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing

Loan, Operating Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Return on Equity.


(14)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of capital, assets, earning, dan liquidity to profitability that list in Bursa Efek Indonesia. This research use Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, and Loan to Deposit Ratio as independent variable and Return On Equity (ROE) as dependent variable.

This research use associative method. Data pooling use in this research is a combination among cross section and time series that it’s got from 4 years annual report of 19 bank listing in Bursa Efek Indonesia period 2005-2008. The analysis method used statistical method which is double linear regression, t test and F test. T test is used to analysis the partial influence of independent variable to dependent variable. F test is used to analysis simultaneous of independent variable to dependent variable.

The result of this research shows that capital adequacy ratio and debt to equity ratio have not significant influence to return on equity ratio. Otherwise, non performing loan, operating ratio, and loan to deposit ratio have negative and significant influence to return on equity. The result of F test shows that capital adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing loan, operating ratio, and loan to deposit ratio have simultaneous influence to return on equity.

Keywords : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan to Deposit Ratio, and Return on Equity


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank sebagai lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang sangat memerlukan dana (defisit unit). Bank diharapkan mampu memobilisasi dana tabungan masyarakat dalam rangka mengembangkan industri perbankan di Indonesia.

Namun dalam perkembangannya, industri perbankan di Indonesia telah mengalami pasang surut. Sebelum terjadinya krisis pada tahun 1997, industri perbankan telah menghadapi sejumlah permasalahan mendasar. Masalah tersebut meliputi lemahnya corporate governance, buruknya manajemen risiko, besarnya eksposur pinjaman valuta asing, tingginya kredit bermasalah (non-performing

loan) yang timbul akibat pemberian pinjaman yang tidak berhati-hati khususnya

kepada kelompok bisnis terkait dan sektor properti, serta adanya pinjaman luar negeri sektor swasta dalam jumlah besar. Pada saat itu, untuk tetap menjaga kondisi kesehatan perbankan, Bank Indonesia lalu mengadopsi strategi resolusi penyelamatan bank (open bank resolution) dalam penanganan permasalahan bank-bank melalui pemberian pinjaman darurat baik untuk kebutuhan likuiditas maupun untuk modal. Hal itu didasarkan pada keyakinan bahwa penutupan bank akan mengurangi kepercayaan terhadap sistem perbankan, serta menyebabkan penarikan dana besar-besaran dan membahayakan stabilitas sistem perbankan.


(16)

Namun dalam prakteknya, Akibat lemahnya penegakan hukum dan pengawasan bank, strategi ini terbukti tidak efektif. Selain itu, kemudahan dalam hal ketentuan deregulasi di bidang perbankan seperti perizinan pendirian bank, pemilik/pengurus bank yang kurang memperhatikan faktor prudential banking dalam pengelolaan bank yang baik, asas good corporate governance yang diabaikan sama sekali, tiadanya solusi yang tepat yang disertai dengan kelemahan pengawasan dan pengaturan bank meningkatkan kerentanan sistem perbankan.

Akibat dari adanya hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja bank yaitu banyak debitur yang tidak mampu membayar hutangnya baik bunga maupun pokok pinjaman yang akhirnya dikategorikan sebagai kredit macet, sehingga bank mengalami kerugian sampai pada batas yang maksimal menggerogoti modal setornya. Disamping itu posisi dana pihak ketiga dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan. Puncaknya pada saat Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997, ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likuiditas bahkan ditutup oleh Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan. Oleh karena itu, pemerintah perlu untuk menyelamatkan bank-bank lainnya yang tidak ditutup dimulai dengan adanya restrukturisasi kredit dan pembentukan badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Selain itu, dengan melakukan fit and proper test. Uji kemampuan dan kepatutan ini dilakukan untuk menilai kompetensi, independensi, integritas, dan komitmen dari para pemegang saham pengendali (yang memiliki lebih dari 25% saham bank), dewan komisaris, dan dewan direksi bank.

Setelah krisis tahun 1997, kini perbankan Indonesia dihadapkan kembali dengan krisis yang lebih dahsyat yaitu krisis keuangan global. Berawal dari resesi


(17)

ekonomi AS berupa kondisi perekonomian internal dan eksternal AS yang tidak kondusif, disusul kemudian dengan kasus subprime mortgage atau kredit macet sektor perumahan. Kondisi tersebut menghantam dunia perbankan AS yang berdampak pada ambruknya pasar modal AS dengan anjloknya indeks saham di New York Stock Exchange (NYSE). Dengan adanya krisis di Amerika akan berakibat penurunan pertumbuhan global, karena bagaimanapun juga pilar/pondasi ekonomi dunia masih didominasi oleh AS.

Kondisi perekonomian Indonesia sesungguhnya sudah terkena dampak dari krisis keuangan global tersebut yang ditandai dengan mengetatnya likuiditas valas, turunnya kinerja pasar modal, tekanan inflasi, melemahnya perekonomian di sektor riil, dan mengetatnya likuiditas rupiah. Namun pengaruhnya belum terlalu signifikan khususnya di sektor perbankan. Hal ini sesuai dengan pandangan para pengamat ekonomi bahwa krisis saat ini berbeda dengan krisis tahun 1997 – 1998. Pada saat itu jumlah bank di Indonesia sangat banyak, banyak eksposure atas valas perbankan yang tidak tercatat, serta adanya pelanggaran aturan pemberian kredit. Namun, pada saat ini jumlah bank sudah terkonsolidasi, pengawasan bank jauh lebih baik, besarnya permodalan, dan sehatnya kredit yang diberikan oleh bank. Sementara itu, kinerja Bank Indonesia pada masa resesi global saat ini cukup baik khususnya untuk mengatasi kesulitan likuiditas yang dialami oleh bank - bank di Indonesia. Misalnya untuk mendapatkan likuiditas, selain menghimpun dana dari pihak ketiga, bank bisa juga masuk ke Pasar Uang Antar Bank (PUAB) untuk mendapatkan pinjaman. Jika masih mengalami kesulitan mendapatkan likuiditas dari PUAB, bank bisa melakukan transaksi repo


(18)

dengan mengagunkan aset, seperti Surat Utang Negara (SUN) atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ke Bank Indonesia. Selain itu, bank juga bisa mendapatkan dana dari pooling fund, yaitu pengumpulan dana untuk mengatasi krisis likuiditas bank, yang kini dalam tahap pembentukan oleh Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas). Pada tahap ini, bank kemungkinan besar bisa mendapatkan likuiditas. (Kompas,19 Maret 2009).

Pengalaman dari krisis ekonomi pada tahun 1997-1998 telah menyadarkan kita bahwa sektor perbankan pada akhirnya harus dirombak untuk menumbuhkan kembali citra perbankan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat tehadap sektor perbankan sehingga ketika menghadapi krisis global saat ini, industri perbankan bisa tetap eksis dan kuat dilihat dari segi permodalan, kualitas aset, pendapatan, dan likuiditas. Meskipun tekanan terhadap kondisi perekonomian nasional ini dinilai kurang kondusif bagi dunia usaha dan perbankan, namun sampai dengan triwulan IV tahun 2008 bank tetap mampu mengelola risiko pada seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent banking). Selain itu, sistem pengendalian risiko secara umum tetap kuat karena bank akan terus meningkatkan penyesuaian pengelolaan manajemen risiko di semua aktivitas fungsionalnya sehingga setiap risiko yang ada dapat diidentifikasi, diukur, dipantau dan dikendalikan dengan baik.

Hal ini penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor penting yang mendukung sistem perbankan yang kuat, berkualitas, tetap berlandaskan pada prinsip terpercaya, dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik adalah terwujudnya bank yang sehat.


(19)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum menetapkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan. Adapun yang menjadi tolok ukur dasar penilaian kesehatan bank umum adalah penilaian faktor CAMELS yaitu permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (Earnings), likuiditas (liquidity) dan sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk).

Tidak semua bank di Indonesia dapat dikatakan sehat, khususnya di bidang permodalan. Peranan modal sangat penting dalam usaha perbankan. Bank Indonesia telah menaikkan bobot CAR yang pada awalnya hanya 4% menjadi 8% yang berlaku sejak tahun 2001. Kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila bank tersebut memiliki modal yang cukup sehingga pada saat-saat kritis, bank tetap dalam posisi aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004:47). Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010. Kecukupan modal pada penelitian ini diwakili oleh Capital

Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio.

Dalam ketentuan kualitas aktiva, aset yang dinilai kualitasnya mencakup aktiva produktif dan aktiva non produktif. Menurut Siamat (2005:229), ”dalam penetapan kualitas kredit sebagai bagian dari aktiva produktif, bank wajib memperhatikan faktor prospek usaha, kinerja, dan kemampuan membayar dari


(20)

debitur.” Sebagai salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian dari kredit bermasalah, bank juga dapat melakukan restrukturisasi kredit untuk debitur yang masih memiliki prospek usaha dan kemampuan membayar setelah dilakukan restrukturisasi. Pada penelitian ini untuk mengukur kualitas aktiva bank maka digunakan rasio keuangan Non Performing Loan (NPL)

Di samping kualitas aktiva, rentabilitas atau profitabilitas merupakan faktor yang sangat penting, terutama berkaitan dengan kesinambungan dan stabilitas bisnis perbankan. ”Rentabilitas bisnis perbankan adalah kesanggupan bisnis perbankan untuk mendapatkan laba berdasarkan investasi yang dilakukannya.”(Sastradipoera,2004:274). Pada penelitian ini untuk mengukur rentabilitas bank digunakan rasio keuangan Operating Ratio/ rasio BOPO dan

Return On Equity (ROE)

Kesehatan bank juga dipengaruhi oleh tingkat likuiditas bank. Menurut Chairuddin (2002:1), ”Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan.” Dalam hal ini likuiditas yang baik tidak akan membuat bank berkurang apabila deposan menagih bank sewaktu–waktu. Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Sementara itu, dengan menggunakan rasio–rasio tersebut di dalam melakukan penilaian kesehatan perbankan maka akan dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki masing-masing perusahaan perbankan, sehingga akan


(21)

menjadi suatu informasi yang sangat berharga bagi pihak–pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan pertimbangan perumusan masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan,

Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE)

Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah diatas maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE) ?

2. Apakah Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE) ?

3. Apakah Non Performing Loan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE) ?

4. Apakah Operating Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Return On Equity (ROE) ?

5. Apakah Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on Equity (ROE) ?


(22)

6. Apakah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing

Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

2. Untuk mengetahui apakah Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE),

3. Untuk mengetahui apakah Non Performing Loan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE),

4. Untuk mengetahui apakah Operating Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE),

5. Untuk mengetahui apakah Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE).

6. Untuk mengetahui apakah Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity

Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit

Ratio secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap Return On Equity (ROE)

D. Manfaat Penelitian


(23)

1. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dalam menulis karya ilmiah dan memperdalam wawasan sehubungan dengan pengaruh rasio keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2. Bagi manajemen bank, untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam menjaga profitabilitas bank dengan memperhatikan kecukupan modal, kualitas assets, pendapatan, dan likuiditas,

3. Bagi pihak lain, yaitu sebagai bahan referensi dan data tambahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan bidang akuntansi perbankan


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Definisi ini mencerminkan dua peran utama bank sebagai financial intermediate maupun

institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah

menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyaluran dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Hal tersebut merupakan komitmen baik setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.

Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan sebagai :

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan

dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.


(25)

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagai perantara keuangan (financial intermediary), bank menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan kemudian menyalurkan kredit kepada masyarakat yang kekurangan dana. Menurut Siamat (2005:6) “proses intermediasi dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara membeli sekuritas primer yang diterbitkan oleh unit defisit dan dalam waktu yang sama mengeluarkan sekuritas sekunder kepada penabung atau unit surplus.” Sekuritas primer misalnya saham, obligasi,

commercial paper, perjanjian kredit, dan sebagainya, sedangkan sekuritas

sekunder antara lain giro, tabungan, deposito berjangka, sertifikat deposito, polis asuransi, reksa dana , dan sebagainya.

2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya

Untuk melihat suatu kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebgai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.


(26)

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208) Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3, Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut

1. Permodalan (capital)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah

b. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Kualitas Aset (asset quality)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)


(27)

b. Kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

3. Manajemen (management)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko b. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen

kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4. Rentabilitas (earning)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),

Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank

b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional.

5. Likuiditas (liquidity)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi

Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi

pendanaan

b. Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and

liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan,

dan stabilitas pendanaan.

6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk)

Yang meliputi penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar

b. Kecukupan penerapan manajemen risiko pasar

Menurut Kasmir (2004:260), disamping dengan penilaian analisis CAMELS yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank adalah penilaian terhadap :

1. Pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK) harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Pelaksanaan pemberian kredit ekspor sesuai dengan ketentuan yang telah diterapkan.


(28)

3. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

4. Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto (PDN)

Menurut Rizky (2008:126), hasil penilaian faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam lima peringkat komposit (PK) yaitu: Sangat Baik (PK-1), Baik (PK-2), Cukup baik (PK-3), Kurang Baik (PK-4), dan Tidak Baik (PK-5). Menurut Siamat (2005:217), “peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis.” Kriteria penetapan peringkat komposit bank umum diartikan sebagai berikut:

a. PK-1 : Mencerminkan bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif dari kondisi perekonomian dan industri keuangan

b. PK-2 : Mencerminkan bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan, namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin

c. PK-3 : Mencerminkan bank tergolong cukup baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan korektif.

d. PK-4 : Mencerminkan bank tergolong kurang baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak


(29)

dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.

e. PK-5 : Mencerminkan bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya

3. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Halsey,dkk (2005:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis laporan keuangan mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan, dan intuisi dalam pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, salah satu informasi penting yang perlu disediakan oleh perusahaan adalah informasi laporan keuangan. Mengapa informasi laporan keuangan ini penting ? Laporan keuangan ini penting karena melalui informasi laporan keuangan, kita bisa melihat sejauhmana perkembangan yang telah terjadi dalam suatu perusahaan dan juga berdasar informasi tersebut kita nantinya bisa menyusun langkah–langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Hal ini bisa juga dianalogikan dengan laporan kesehatan seseorang yang biasa dipakai oleh tenaga medis untuk melihat perkembangan seseorang atau untuk mengambil suatu tindakan medis untuk meningkatkan kesehatan seseorang.

Informasi laporan keuangan ini sangat berguna, tidak saja bagi manajer seperti untuk mengetahui sejauhmana perkembangan finansial perusahaan selama suatu periode, tetapi juga bisa berguna bagi para investor saham untuk melihat


(30)

prospek perusahaan di masa yang akan datang. Para kreditor (misalnya bank) perlu mengetahui informasi laporan keuangan ini untuk melihat risiko perusahaan Selain itu, pihak pemerintah juga memanfaatkan informasi ini untuk keperluan pajak.

Menurut Kasmir (2004:240) secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki.

2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.

4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang

dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.

6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan

Menurut Abdullah (2005:123) berdasarkan jenisnya, analisis laporan keuangan dapat dibedakan menjadi :

a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan laporan keuangan 2 periode atau lebih dengan menggunakan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif)

b. Analisa trend (Tendensi Posisi)

Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, maka analisa trend menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.


(31)

Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui berapa besar poporsi setiap pos aktiva maupun hutang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun hutang. Atau dengan kata lain, berguna untuk mengungkapkan perubahan proporsional pos dalam kelompok aktiva, kewajiban, beban, dan kategori lainnya.

d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahu sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu.

e.Analisa Sumber dan Penggunaan Kas

Analisis ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab-sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisa Rasio Keuangan

Analisis ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

g. Analisa Perubahan Laba Kotor

Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang dibudgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan.

h. Analisa Break Even

Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan.

Sebagai tambahan, menurut Tangkilisan (2003:162) alternatif lain untuk menganalisis kinerja keuangan adalah dengan :

menggunakan pendekatan berdasarkan metode MVA (market value added) dan EVA (economic value added). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar (market value) ekuitas dengan modal ekuitas yang disetor oleh investor. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah perkembangan nilai perusahaan selama suatu periode tertentu. Sedangkan EVA adalah nilai tambah kepada pemegang saham selama periode akuntansi tertentu. Ukuran ini bisa dipakai untuk melihat sejauh manakah efektivitas manajerial perusahaan selama periode tertentu.


(32)

4. Pengertian Rasio Keuangan.

Menurut Riyadi (2004:137), “rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali.” Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.

Rasio perbankan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah Capital

Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loan

(NPL), Operating Ratio (OR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan Return On

Equity (ROE)

a. Capital Adequacy Ratio

Menurut Dendawijaya (2004:12) “CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain.”

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : CAR = Modal x 100%

ATMR

Modal bank bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal bank akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam hal pencapaian tingkat laba, di satu pihak


(33)

dan kemungkinan timbulnya resiko di pihak lain. Modal yang terlalu besar misalnya, akan dapat mempengaruhi jumlah perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para deposan, debitur, dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Hal itu semakin menguatkan argumen bahwa modal memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu bank (Kasmir, 2004: 47).

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 mewajibkan bank-bank untuk memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8%. Hal ini didukung oleh Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 mewajibkan bank-bank di Indonesia dengan kualifikasi tertentu untuk memperhitungkan risiko pasar (market risk) dalam perhitungan rasio kewajiban penyediaan modal minimum dan wajib memenuhi rasio kewajiban penyediaan modal minimum sebesar 8% dengan memperhitungkan risiko pasar

Menurut Riyadi (2003:150) minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking for International Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva. Sementara itu, Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban penyediaan modal inti minimum


(34)

bank umum sebesar Rp.80 Milyar pada akhir tahun 2007 dan meningkat menjadi Rp.100 Milyar pada akhir tahun 2010.

Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Resiko (ATMR)

Menurut Kasmir (2004:257), dalam praktiknya modal terdiri dari dua macam yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas. Sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Rincian masing-masing komponen masing-masing modal bank di atas adalah sebagai berikut :

1. Modal inti terdiri dari : a. Modal disetor

Merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Agio saham

Merupakan kelebihan harga saham atas nilai nominal saham yang bersangkutan.

c. Modal sumbangan

Merupakan modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk modal dari donasi dari luar bank

d. Cadangan umum

Merupakan cadangan yang diperoleh dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

e. Cadangan tujuan

Merupakan bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu.

f. Laba ditahan

Merupakan saldo laba bersih setelah diperhitungkan pajak dan telah diputuskan RUPS untuk tidak dibagikan.

g. Laba tahun lalu

Merupakan seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak. h. Rugi tahun lalu

Merupakan kerugian yang telah diderita pada tahun lalu. i. Laba tahun berjalan


(35)

Merupakan laba yang telah diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak.

j. Rugi tahun berjalan

Merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan.

2. Modal pelengkap terdiri dari : a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Merupakan cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang dimiliki bank.

b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif

Merupakan cadangan yang dibentuk dengan cara membebankan kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterima seluruh atau sebagian aktiva produktif (maksimum 1,25% dari ATMR)

c. Modal pinjaman

Merupakan pinjaman yang didukung oleh warkat-warkat yang memiliki sifar seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti). d. Pinjaman subordinasi

Merupakan pinjaman yang telah memenuhi syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman, memperoleh persetujuan BI dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan perjanjian lainnya.

Menurut Siamat (2005:253), Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) terdiri atas:

(1) aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar resiko kredit yang melekat pada setiap pos aktiva,

(2) beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontijensi (off

balance sheet account) yang diberikan bobot dan sesuai dengan kadar

resiko kredit yang melekat pada setiap pos, setelah terlebih dahulu diperhitungkan dengan bobot faktor konversi.

b. Debt to Equity Ratio

“Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri.” (Dendawijaya,2005:121). Menurut Tangkilisan (2003:155)


(36)

“Perhitungan yang menggunakan hutang jangka pendek maupun jangka panjang disebut juga dengan istilah struktur keuangan (financial structure).”

Menurut Masyhud (2004:307), “Mengenai kemampuan permodalan yang dapat disediakan calon debitur sesuai dengan struktur permodalan atau DER yang disepakati, bank harus mendapatkan keyakinan bahwa dana sendiri tersebut benar-benar berasal setoran modal pemegang saham dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak ketiga”

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : DER = Total Kewajiban x 100%

Total Ekuitas

Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar Debt Equity Rasio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik terutama bagi investor yang bukan risk taker, akibatnya harga saham akan turun

c. Non Performing Loan

Menurut Siamat (2005:358), “Non Performing Loan atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.” Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang


(37)

memiliki kualitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss).

Menurut Almilia (2002:7), “Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank.” Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Sebaliknya apabila semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.

Menurut Rizky dan Majidi (2008:228), “Rasio NPL dapat dihitung dengan membandingkan total NPL dengan total kredit (dinyatakan dalam persen).”

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

NPL = Kredit bermasalah x 100%

Total kredit

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 maksimal kredit bermasalah (non-performing loan) yang diperkenankan secara neto adalah maksimal 5% dari total kredit


(38)

d. Operating Ratio

“Operating Ratio atau rasio BOPO adalah kelompok rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya.” (Dendawijaya, 2005:119). Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Operating Ratio = Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional

Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Menurut Riyadi (2004:141) Besarnya rasio BOPO yang dapat ditolerir oleh perbankan di Indonesia adalah sebesar 93,52 %, hal ini sejalan dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat) maka biaya dan pendapatan operasional didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga. Secara teoritis, menurut Kasmir (2004:110) biaya operasional terdiri dari biaya bunga, biaya umum dan administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya lain-lain. Sementara itu, pendapatan operasional sebagian besar diperoleh dari interest income (pendapatan bunga) dari


(39)

jasa pemberian kredit kepada masyarakat, seperti bunga pinjaman, provisi kredit dan komisi, laba selisih kurs – bersih, keuntungan dari penjualan surat-surat berharga dan obligasi pemerintah, dan pendapatan operasional lain-lain.

e. Loan to Deposit Ratio

Menurut Juli Irmayanto,dkk (2004:90) “LDR adalah rasio untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat.” Dengan kata lain bank dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

LDR = Jumlah Kredit yang diberikan x 100% Dana pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti

Dimana KLBI = Kredit Likuiditas Bank Indonesia

Menurut Riyadi (2004:147) “LDR dapat dijadikan tolok ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds).”

Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut :


(40)

1. Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

2. Untuk rasio LDR di bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut dinilai sehat

Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan

to Deposit Ratio maka memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

Menurut Dendawijaya (2005:117), sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari Loan to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%.

f. Return On Equity

Menurut Sutrisno (2002:267) “ROE atau sering disebut Rate of Return on

Net Worth, adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan modal yang dimiliki sendiri.”

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank (Almilia,2002:8)

Menurut Riyadi (2004:137), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : ROE = Laba Setelah Pajak x 100%


(41)

Menurut Siamat (2005:290), “Pemilik bank lebih tertarik pada seberapa besar kemampuan bank memperoleh keuntungan terhadap modal yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dan bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian di bidang perbankan sudah sering dilakukan. Adapun ringkasan penelitian terdahulu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu PENELITI JUDUL VARIABEL &

SAMPEL

HASIL PENELITIAN Imam Gozali Pengaruh

CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap profitabilitas bank syariah Mandiri

Variabel Independen :

CAR, FDR, BOPO, NPL

Variabel Dependen :

ROE.

(Sampel Penelitian : Bank Syariah Mandiri Periode Januari:2004 – Juli: 2006)

Variabel FDR dan BOPO berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel CAR dan NPL berpengaruh negatif dan signifikan.

Wahyu Prasetyo Pengaruh rasio CAMEL terhadap kinerja keuangan pada bank

Variabel Independen :

CAR, NPL, LDR, GWM, BO/PO, dan NIM

Variabel Dependen :

Kinerja keuangan bank. (Sampel Penelitian : 20 bank go public di BEJ periode 2001-2005)

Secara parsial hanya variabel CAR, NPL, BO/PO,dan NIM yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Sedangkan secara bersama semua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Kamalia Saragih Pengaruh Kecukupan Modal dan Likuiditas Variabel Independen:

CAR, LDR, QR, LAR

Variabel Dependen:

ROA.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak


(42)

terhadap profitabilitas pada bank umum di Indonesia

(Sampel Penelitian : 32 bank yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2004-2006 )

mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA. Sementara itu LAR dikeluarkan dari penelitian ini untuk mengatasi masalah multikolonieritas.

Ira Windi Raya Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Variabel Independen :

Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio

Variabel Dependen :

Return On Equity (Sampel Penelitian : 22 bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2004-2006)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial debt to asset ratio dan equity to asset ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return on equity Sementara itu, secara bersama-sama debt to asset ratio dan equity to asset ratio tidak berpengaruh terhadap return on equity.

Luciana Spica Almilia dan Winny Herdinigtyas Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi kondisi bermasalah pada lembaga perbankan periode 2000-2002

CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva Produktif, Pemenuhan PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR

(sampel penelitian:terdiri dari dari 16 bank sehat, 2 bank yang mengalami kebangkrutan dan 6 bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan)

rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000 – 2002 adalahCAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, BOPO. Dimana CAR mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan,APB,ROA,dan NIM mempunyai pengaruh yang negatif dan tidak signifikan, NPL dan PPAPAP berpengaruh positif dan tidak signifikan, sedangkan BOPO berpengaruh signifikan dan positif. Sumber : Diolah dari berbagai sumber, 2009

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian A. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor–faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu (Erlina dan Mulyani,2007:28). Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel–variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.


(43)

Return On Equity (ROE)

(Y) Adapun yang menjadi kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) H1

H2

H3

H4

H5

H

Gambar 2.1 6

Kerangka Konseptual

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina dan Mulyani, 2007 : 41). Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio

(X2)

Non Performing Loan

(X3)

Operating Ratio

(X4)

Capital Adequacy Ratio

(X1)

Loan to Deposit Ratio


(44)

H1

H

: Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)

2

H

: Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity

(ROE) 3

H

: Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)

4

H

: Operating Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity

(ROE) 5

H

: Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE)

6 : Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan,

Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio secara bersama–sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity (ROE).


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian assosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. (Sugiyono, 2006 :11)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2006:55). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi jumlah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 31 perusahaan.

“Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi” (Erlina dan Mulyani, 2007:74). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Non -

Probability Random Sampling dengan metode Purposive Sampling. “Purposive

Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Kriteria yang ditentukan penulis adalah :

1. Perusahaan perbankan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum 1 januari 2005


(46)

2. Perusahaan perbankan tersebut mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap dan tidak keluar (delisting) selama periode 2005 – 2008.

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh banyaknya sampel yaitu 19 perusahaan yang diperlihatkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Sampel Perusahaan Perbankan

No. Nama Perusahaan Kode Tanggal

berdiri

Tanggal Listing 1. PT. Bank Artha Graha Int.

Tbk

INPC 7 September 1973

10 Juli 1990 2. PT. Bank Bumiputera

Indonesia Tbk.

BABP 31 Juli 1989 5 Desember 1997 3. PT. Bank Central Asia Tbk. BBCA 10 Agustus

1955

31 Mei 2000. 4. PT. Bank Danamon

Indonesia Tbk.

BDMN 16 Juli 1956 8 Desember 1989 5. PT. Bank Eksekutif

Internasional Tbk.

BEKS 11 September 1992

13 Juli 2001. 6. PT. Bank Internasional

Indonesia Tbk.

BNII 15 Mei 1959 2 Oktober 1989

7. PT. Bank Kesawan Tbk. BKSW 1 April 1913 21 November 2002

8. PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI 2 Oktober 1998

14 Juli 2003 9. PT. Bank Mayapada

Internasional Tbk.

MAYA 7 September 1989

7 Agustus 1997

10. PT. Bank Mega Tbk. MEGA 15 April 1969 17 April 2000 11. PT. Bank Negara Indonesia

Tbk.

BBNI 5 Juli 1946 25 November 1996

12. PT. Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 26 September 1955

29 Nopember 1989

13. PT. Bank OCBC NISP Tbk. NISP 4 April 1941 20 Oktober 1994 14. PT. Bank Nusantara

Parahyangan Tbk.

BBNP 18 Januari 1972

14 Desember 2000

15. PT. Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 17 Agustus 1971

28 Oktober 1982 16. PT. Bank Permata Tbk. BNLI 17 Desember

1954

15 Januari 1990


(47)

17. PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.

BBRI 18 Desember 1968

31 Oktober 2003 18. PT. Bank Swadesi Tbk. BSWD 28 September

1968

1 Mei 2002 19. PT. Bank Victoria

Internasional Tbk.

BVIC 28 Oktober 1992

14 Agustus 2000 Sumber: Penulis, 2009

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo, (2002:147) “Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).” Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

Penelitian ini menggunakan kombinasi antara data time series dan cross

section atau sering disebut dengan pooling data. Data time series atau disebut juga

data deret waktu merupakan sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.Sedangkan data cross section atau sering disebut data satu waktu merupakan sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja. (Umar, 2003:61)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik

dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data–data yang ada


(48)

Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id berupa laporan keuangan publikasi per 31 Desember.

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini pada dasarnya adalah segala sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Jogiyanto, 2004:31).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (“X”) atau Independent Variabel

Variabel bebas adalah “variabel yang tidak tergantung pada variabel lain” (Umar,1997:44). Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

X1

Rasio ini digunakan untuk mengukur kecukupan modal guna menutupi kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit (Abdullah, 2005:125).

= Capital Adequacy Ratio (CAR)

Dengan rumus :

Modal Bank x 100%


(49)

X2

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. (Dendawijaya, 2005:121).

= Debt to Equity Ratio (DER)

Dengan rumus :

Total Kewajiban x 100% Total Ekuitas

X3

Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. (Almilia, 2002:7)

= Non Performing Loan (NPL)

Dengan rumus :

Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit

X4

Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur membandingkan satu terhadap lainnya (Dendawijaya, 2005:119)

= Operating Ratio (OR)

Dengan rumus :

Biaya Operasional x 100% Pendapatan Operasional


(50)

X5 = Loan To Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar semua dana masyarakat serta modal sendiri dengan mengandalkan kredit yang telah didistribusikan ke masyarakat. (Juli Irmayanto,dkk 2004:90)

Dengan rumus :

Jumlah Kredit yang diberikan x 100% Dana pihak Ketiga + KLBI + Modal Inti

Dimana KLBI = Kredit Likuiditas Bank Indonesia

2. Variabel Tidak Bebas (“Y”) atau Dependent Variabel

Variabel tidak bebas adalah “variabel yang tergantung pada variabel lain” (Umar, 1997:44).Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profitibilitas Bank (ROE).

Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. (Almilia, 2002:8)

Dengan rumus :

Return on Equity = Laba Setelah Pajak x 100%


(51)

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS 16. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data tersebut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahulu untuk menentukan apakah distribusi data normal, sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi :

a. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2005:110), “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jika nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.” Menurut Ghozali (2005:110), ”cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,


(52)

2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

”Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima. Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto (2004:172), yaitu:

1) Dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, yaitu: Logaritma Natural, akar kuadrat, atau Logaritma 10.

2) Lakukan trimming, yaitu memangkas observasi yang bersifat outlier, 3) Lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai-nilai data outliers menjadi

nilai-nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusinya menjadi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Erlina dan Mulyani (2007:107), “Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen.” Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel


(53)

independen. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolonirietas menurut Ghozali (2005:91) dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation

factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

multikolinieritas adalah tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Jika nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka mengindikasikan terjadi multikolinieritas.

c.Uji Heterokedastisitas

Menurut Erlina dan Mulyani (2007:107), “Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.” Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas.

Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik

Scaterplot antar nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya.

Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.


(54)

Menurut Gozali (2005:107) ”analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil.”

Ada beberapa uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain:

1).Uji Park, 2).Uji Glejser.

d. Uji Autokorelasi

Pada data time series sering ditemukan adanya masalah autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:95) “Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).” Pada penelitian ini, autokorelasi diuji dengan menggunakan uji Durbin – Watson (DW test). Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu :

1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif..


(55)

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.

a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing–masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Adapun yang menjadi model persamaannya adalah :

1. untuk Capital Adequacy Ratio

2. untuk Debt to Equity Ratio

3. untuk Non Performing Loan

4. untuk Operating Ratio

5. untuk Loan to Deposit Ratio

Sementara itu, untuk pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut :

Ho : b1,b2,b3,b4,b5 = 0, artinya Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity

Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio

Y = a + b1X1 + e

Y = a + b2X2 + e

Y = a + b3X3 + e

Y = a + b4X4 + e


(56)

secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return

On Equity (ROE)

Ha : b1,b2,b3,b4,b5

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji – t dengan tingkat pengujian pada α = 5%.

≠ 0, artinya Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio

secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On

Equity (ROE)

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung > t tabel Ha diterima jika t

atau signifikansi > 0,05 hitung < t tabel atau signifikansi < 0,05

b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel–variabel independen secara bersama–sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05.

Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :


(57)

Y = Return On Equity a = Konstanta

X1 X

= Capital Adequacy Ratio 2

X

= Debt to Equity Ratio 3

X

= Non Performing Loan 4

X

= Operating Ratio 5

b

= Loan to Deposit Ratio 1,b2,b3,b4,b5

e = Error (Pengganggu)

= Koefisien regresi

Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut : Ho : b1 = b2 = b3 = b45 = b5

Ha : b

= 0, artinya Capital Adequacy Ratio, Debt to

Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit

Ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama

terhadap Return On Equity (ROE) 1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji – F dengan tingkat pengujian pada α = 5%.

0, artinya Capital Adequacy Ratio, Debt to

Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit

Ratio mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama–sama terhadap

Return On Equity (ROE)


(58)

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima.

c. Koefisien Determinasi (Goodness of fit test)

Pengujian ini bertujuan untuk menguji tingkat keeratan atau keterikatan antarvariabel dependen dan variabel independen yang bisa dilihat dari besarnya nilai koefisien determinan determinasi multiple R2. Nilai R2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0≤R 2≤1) Semakin tinggi R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol.

G. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.2

Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Juni Penyelesaian dan

Pengajuan Proposal Penyerahan

proposal Kepada dosen Pembimbing Bimbingan dan Perbaikan proposal Seminar proposal Pengumpulan dan Pengolahan data Analisis data Bimbingan skripsi Penyelesaian skripsi


(59)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel

penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapat 19 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2005-2008.

Daftar Sampel Perusahaan Perbankan

No. Nama Perusahaan Kode Tanggal

berdiri

Tanggal Listing 1. PT. Bank Artha Graha Int.

Tbk

INPC 7 September 1973

10 Juli 1990 2. PT. Bank Bumiputera

Indonesia Tbk.

BABP 31 Juli 1989 5 Desember 1997 3. PT. Bank Central Asia Tbk. BBCA 10 Agustus

1955

31 Mei 2000. 4. PT. Bank Danamon

Indonesia Tbk.

BDMN 16 Juli 1956 8 Desember 1989 5. PT. Bank Eksekutif

Internasional Tbk.

BEKS 11 September 1992

13 Juli 2001. 6. PT. Bank Internasional

Indonesia Tbk.

BNII 15 Mei 1959 2 Oktober 1989

7. PT. Bank Kesawan Tbk. BKSW 1 April 1913 21 November 2002


(60)

8. PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI 2 Oktober 1998

14 Juli 2003 9. PT. Bank Mayapada

Internasional Tbk.

MAYA 7 September 1989

7 Agustus 1997

10. PT. Bank Mega Tbk. MEGA 15 April 1969 17 April 2000 11. PT. Bank Negara Indonesia

Tbk.

BBNI 5 Juli 1946 25 November 1996

12. PT. Bank CIMB Niaga Tbk. BNGA 26 September 1955

29 Nopember 1989

13. PT. Bank OCBC NISP Tbk. NISP 4 April 1941 20 Oktober 1994 14. PT. Bank Nusantara

Parahyangan Tbk.

BBNP 18 Januari 1972

14 Desember 2000

15. PT. Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN 17 Agustus 1971

28 Oktober 1982 16. PT. Bank Permata Tbk. BNLI 17 Desember

1954

15 Januari 1990 17. PT. Bank Rakyat Indonesia

Tbk.

BBRI 18 Desember 1968

31 Oktober 2003 18. PT. Bank Swadesi Tbk. BSWD 28 September

1968

1 Mei 2002 19. PT. Bank Victoria

Internasional Tbk.

BVIC 28 Oktober 1992

14 Agustus 2000 Sumber: Penulis, 2009.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang diperoleh dari

berupa data keuangan sampel perusahaan perbankan dari tahun 2005 sampai tahun 2008 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.

Variabel dari penelitian ini terdiri dari Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity

Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio sebagai

variabel bebas (independent variable) dan Return On Equity (ROE) sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut


(1)

(2)

Lampiran 9 (lanjutan)

Hasil Uji Multikolinearitas sebelum transformasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.691 .339 4.993 .000

SQRT_X1 -.320 .340 -.163 -.942 .350 .296 3.384

SQRT_X2 -.009 .047 -.036 -.187 .853 .243 4.115

SQRT_X3 -.449 .166 -.273 -2.698 .009 .865 1.156

SQRT_X4 -.760 .231 -.365 -3.282 .002 .720 1.389

SQRT_X5 -.502 .130 -.426 -3.866 .001 .734 1.363

a. Dependent Variable: SQRT_Y

Coefficient Correlationsa

Model SQRT_X5 SQRT_X3 SQRT_X1 SQRT_X4 SQRT_X2

1 Correlations SQRT_X5 1.000 -.043 .477 -.141 .501

SQRT_X3 -.043 1.000 -.001 -.229 -.098

SQRT_X1 .477 -.001 1.000 -.238 .822

SQRT_X4 -.141 -.229 -.238 1.000 -.403

SQRT_X2 .501 -.098 .822 -.403 1.000

Covariances SQRT_X5 .017 .000 .021 -.004 .003

SQRT_X3 .000 .028 -6.145E-5 -.009 .000

SQRT_X1 .021 -6.145E-5 .116 -.019 .013

SQRT_X4 -.004 -.009 -.019 .054 -.004

SQRT_X2 .003 .000 .013 -.004 .002


(3)

Hasil Uji Multikolinearitas sesudah transformasi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant

) 1.691 .339 4.993 .000

SQRT_X1 -.320 .340 -.163 -.942 .350 .296 3.384

SQRT_X2 -.009 .047 -.036 -.187 .853 .243 4.115

SQRT_X3 -.449 .166 -.273 -2.698 .009 .865 1.156

SQRT_X4 -.760 .231 -.365 -3.282 .002 .720 1.389

SQRT_X5 -.502 .130 -.426 -3.866 .000 .734 1.363

a. Dependent Variable: SQRT_Y

Coefficient Correlationsa

Model SQRT_X5 SQRT_X3 SQRT_X1 SQRT_X4 SQRT_X2

1 Correlations SQRT_X5 1.000 -.043 .477 -.141 .501

SQRT_X3 -.043 1.000 -.001 -.229 -.098

SQRT_X1 .477 -.001 1.000 -.238 .822

SQRT_X4 -.141 -.229 -.238 1.000 -.403

SQRT_X2 .501 -.098 .822 -.403 1.000

Covariances SQRT_X5 .017 .000 .021 -.004 .003

SQRT_X3 .000 .028 -6.145E-5 -.009 .000

SQRT_X1 .021 -6.145E-5 .116 -.019 .013

SQRT_X4 -.004 -.009 -.019 .054 -.004

SQRT_X2 .003 .000 .013 -.004 .002


(4)

Lampiran 9 (lanjutan)

Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum transformasi


(5)

Lampiran 9 (lanjutan)

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .636a .404 .360 .0978298 1.812

a. Predictors: (Constant), SQRT_X5, SQRT_X3, SQRT_X1, SQRT_X4, SQRT_X2 b. Dependent Variable: SQRT_Y


(6)

Lampiran 10

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.691 .339 4.993 .000

SQRT_X1 -.320 .340 -.163 -.942 .350 .296 3.384

SQRT_X2 -.009 .047 -.036 -.187 .853 .243 4.115

SQRT_X3 -.449 .166 -.273 -2.698 .009 .865 1.156

SQRT_X4 -.760 .231 -.365 -3.282 .002 .720 1.389

SQRT_X5 -.502 .130 -.426 -3.866 .000 .734 1.363

a. Dependent Variable: SQRT_Y

Hasil Uji Hipotesis (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .435 5 .087 9.089 .000a

Residual .641 67 .010

Total 1.076 72

a. Predictors: (Constant), SQRT_X5, SQRT_X3, SQRT_X1, SQRT_X4, SQRT_X2 b. Dependent Variable: SQRT_Y


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Cost To Income Ratio (CIR), Debt To Equity Ratio (DER), Size Bank, Return On Asset (ROA), Earnings Per Share (EPS), Dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 118 116

Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Earning Per Share, Debt To Equity Ratio, Dan Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratiopada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

12 54 89

Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio(LDR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 83

Pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), dan Firm Size (FS) terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 74 97

Pengaruh Pertumbuhan Laba, Return on Asset, Return on Equity, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Loan to Deposit Ratio pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Effek Indonesia

1 76 125

Pengaruh Capital Adequwacy Ratio (CAR),Retrn On Asset (ROA), Retrn On Equwacy (ROE), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Price EarningRatio (PER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

1 41 115

Pengaruh Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment ( ROI), Debt to Equity Ratio ( DER), dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di Bursa Efek Indonesia

2 71 93

Pengaruh Return On Equity, Capital Adequacy Ratio, Net Interest Margin Dan Dividen Payout Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 45 79

Pengaruh Equity Multiplier, Firm Size, Debt To Equity Ratio (Der), Dan Net Profit Margin (Npm) Terhadap Rasio Profitabilitas (Roe) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

6 109 63

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96