Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN

OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN

DAERAH

OLEH

Nehemia Nainggolan 090502079

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN

ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Asset.

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan

Capital Adequacy Ratio (X1) , Non Performing Loan (X2), Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (X3), Net Interest Margin (X4), dan Loan to Deposit Ratio (X5 ) berpengaruh secara posistif dan signifikan terhadap Return on Asset (Y) . Secara parsial variabel Net Interest Margin memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Return on Asset dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return on Asset. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Net Interest Margin dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memberikan pengaruh besar terhadap Return On Asset.

Kata kunci : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset.


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO ANALYSIS , NON-

PERFORMING LOAN , ON OPERATING EXPENSES OPERATING INCOME , NET INTEREST MARGIN , AND LOAN TO DEPOSIT RATIO OF RETURN

ON ASSETS ON REGIONAL DEVELOPMENT BANK

This research aims to determine the effect of the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin and Loan to Deposit Ratio Return on Assets .

The population in this research is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2012 . The sampling technique using purposive sampling method . The number of samples in this research were 22 of Regional Development Banks . The analysis technique used in this research is a multiple linear regression to obtain result regarding relationship between one variable with other variable .

The results of this research indicate that simultaneous Capital Adequacy Ratio ( X1 ) , Non Performing Loan ( X2 ) , Operating Expenses to Operating Income ( X3 ) , Net Interest Margin ( X4 ) , and Loan To Deposit Ratio ( X5 ) influence positive and significant impact on Return on Assets ( Y ) . In partial Net Interest Margin has a positive significant impact on Return on Assets and Operating Expenses to Operating Income has a significant negative effect on return on assets . While the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , and Loan to deposit ratio has a positive but not significant effect on Return On Assets . The results of the study can be seen that the variable Net Interest Margin and Operating Expenses to Operating Revenue provides a major influence on Return On Assets .

Keywords : Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin , Loan to Deposit Ratio , Return on Assets .


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas anugerahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah ”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa pengerjaan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Teristimewa untuk kedua orangtua terkasih, ayahanda G. Nainggolan dan ibunda M. Manurung beserta seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih yang begitu berharga kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., selaku Plt. Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.E., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen. 3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku sekretaris Departemen Manajemen

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

6. Ibu Dra.Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga, saran dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dr.Khaira Amalia Fachruddin,S.E., M.B.A., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah menyediakan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara atas jasa yang telah diberikan.

9. Untuk Keluargaku bang Giovanni dan keluarga, Kakak ku Hariani, Bernike, Meli dan adikku Charlie dan Gordon serta keluarga besar Nainggolan dan Manurung secara khusus keluarga Uda Lau, Uda Jonathan, Uda Monique, yang telah memberikan dukungan doa, semangat, dana, dan perhatian bagiku. 10. Terimakasih atas doa dan dukungan buat sahabat di KMK FE USU, khususnya Koordinasi 2009 (Manna, Melly, Monang, Pandapotan, Lucy, Artha, Masria), adik Kelompok Kecilku (Inggrid, Rut, Eva, Sry Lamtiar, dan Yohana), PKK ku Kak Ira dan Bang Leonard, teman KTB ku Ester dan Rosianna, sahabat ku Romedina, Dewi, dan Fitriani, temanku Manajemen 2009 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Akhir kata peulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat kepada pembaca dan peneliti selanjutnya.

Medan, Januari 2014 Penulis

Nehemia Nainggolan NIM. 090502143


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II URAIAN TEORITIS ... 13

2.1 Uraian Teoritis ... 13

2.1.1 Kinerja Perbankan ... 14

2.1.2 Laporan Keuangan ... 15

2.1.3 Rasio Keuangan ... 16

2.1.5.1 Return on Asset ... 18

2.1.5.2 Capital Adequacy Ratio ... 19

2.1.5.3 Non Performing Loan ... 21

2.1.5.4 BOPO ... 23

2.1.5.5 Net Interest Margin ... 24

2.1.5.6 Loan to Deposite Ratio... 25

2.2. Penelitian Terdahulu ... 26


(7)

2.4 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Batasan Operasional ... 35

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 36

3.5 Populasi Dan Sampel ... 40

3.6 Jenis Data ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.8 Metode Analisis Data ... 42

3.8.1 Uji Asumsi Klasik ... 43

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... 45

3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Gambaran Umum ... 49

4.1.1 Profil Bank Pembangunan Daerah ... 49

4.1.2 Gambaran Umum Bank Pembangunan Daerah ... 50

4.1.2.1 BPD Bali ... 50

4.1.2.2 BPD Jawa Barat dan Banten ... 51

4.1.2.3 BPD Bengkulu ... 52

4.1.2.4 BPD Daerah Istimewa Yoygakarta ... 53

4.1.2.5 BPD Daerah Khusus Ibukota Jakarta ... 54

4.1.2.6 BPD Jambi ... 54

4.1.2.7 BPD Jawa Tengah ... 55

4.1.2.8 BPD Bali Jawa Timur ... 56

4.1.2.9 BPD Kalimantan Barat ... 56


(8)

4.1.2.11 BPD Kalimantan Timur ... 58

4.1.2.12 BPD Kalimantan Tengah ... 58

4.1.2.13 BPD Lampung ... 59

4.1.2.14 BPD Maluku ... 60

4.1.2.15 BPD Nagari (Sumatera Barat) ... 61

4.1.2.16 BPD Nusa Tenggara Barat ... 62

4.1.2.17 BPD Nusa Tenggara Timur ... 63

4.1.2.18 BPD Papua ... 63

4.1.2.19 BPD Riau Kepri ... 64

4.1.2.20 BPD Sulawesi Selatan ... 64

4.1.2.21 BPD Sulawesi Tenggara ... 65

4.1.2.22 BPD Sulawesi Utara ... 68

4.1.2.23 BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung ... 70

4.1.2.24 BPD Sumatera Utara ... 70

4.2 Hasil Penelitian ... 71

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 71

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 73

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 73

4.2.2.2 Uji Multikolineritas ... 79

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 79

4.2.2.1 Uji Heterokedastisitas ... 81

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 83

4.2.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 83

4.2.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 84

4.2.4 Koefisien Determinasi ... 87

4.3 Pembahasan ... 87


(9)

5.1 Kesimpulan ... 91 5.2 Saran ... 93


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Rasio Keuangan ROA,CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR... 8

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 3.1 Operasionalisasi dan Skala Pengukuran Variabel ... 39

Tabel 3.2 Nama-nama bank pembangunan daerah ... 41

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 72

Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ... 75

Tabel 4.3 Uji Normalitas K-S setelah Tansformasi data...76

Tabel 4.4 Uji Multikolineritas ... 80

Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ... 81

Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas (Uji Glejser) ... 80

Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan( Uji F ) ... 83

Tabel 4.8 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 86


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 33

Gambar 4.1 Grafik Normal Probability P.Plot ... 78

Gambar 4.2 Histogram ... 79


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, BEBAN OPERASI TERHADAP PENDAPATAN OPERASI, NET INTEREST MARGIN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN

ON ASSET PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin,dan Loan to Deposit Ratio terhadap Return on Asset.

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun 2009-2012. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purpossive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 22 Bank Pembangunan Daerah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda untuk memperoleh hasil mengenai hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya.

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan

Capital Adequacy Ratio (X1) , Non Performing Loan (X2), Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi (X3), Net Interest Margin (X4), dan Loan to Deposit Ratio (X5 ) berpengaruh secara posistif dan signifikan terhadap Return on Asset (Y) . Secara parsial variabel Net Interest Margin memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap Return on Asset dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return on Asset. Sedangkan Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, dan Loan to Deposit Ratio memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Return On Asset. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Net Interest Margin dan Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi memberikan pengaruh besar terhadap Return On Asset.

Kata kunci : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio, Return on Asset.


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO ANALYSIS , NON-

PERFORMING LOAN , ON OPERATING EXPENSES OPERATING INCOME , NET INTEREST MARGIN , AND LOAN TO DEPOSIT RATIO OF RETURN

ON ASSETS ON REGIONAL DEVELOPMENT BANK

This research aims to determine the effect of the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin and Loan to Deposit Ratio Return on Assets .

The population in this research is the Regional Development Banks registered in Bank Indonesia in 2009-2012 . The sampling technique using purposive sampling method . The number of samples in this research were 22 of Regional Development Banks . The analysis technique used in this research is a multiple linear regression to obtain result regarding relationship between one variable with other variable .

The results of this research indicate that simultaneous Capital Adequacy Ratio ( X1 ) , Non Performing Loan ( X2 ) , Operating Expenses to Operating Income ( X3 ) , Net Interest Margin ( X4 ) , and Loan To Deposit Ratio ( X5 ) influence positive and significant impact on Return on Assets ( Y ) . In partial Net Interest Margin has a positive significant impact on Return on Assets and Operating Expenses to Operating Income has a significant negative effect on return on assets . While the Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , and Loan to deposit ratio has a positive but not significant effect on Return On Assets . The results of the study can be seen that the variable Net Interest Margin and Operating Expenses to Operating Revenue provides a major influence on Return On Assets .

Keywords : Capital Adequacy Ratio , Non-Performing Loans , Operating Expenses to Operating Income , Net Interest Margin , Loan to Deposit Ratio , Return on Assets .


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peran sektor keuangan dalam perekonomian sangat krusial. Utamanya dalam penyediaan dana bagi pembiayaan perekonomian (khususnya investasi). Perbankan merupakan salah satu sektor keuangan yang sangat diharapkan berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional maupun regional. Bank telah menempati posisi sentral dalam perkonomian modern. Hampir seluruh keperluan setiap orang dan segenap lapisan masyarakat dalam kegiatan perekonomian terkait dengan perbankan. Posisinya yang strategis dalam bidang ekonomi terutama berakar pada dua peranan pokok, yakni sebagai lembaga intermediasi atau institusi yang menjembatani pihak yang kelebihan dana (surplus unit) sebagai kreditor dengan pihak yang kekurangan dana (deficit unit) atau debitur serta peran bank sebagai lembaga penyelenggara dan penyedia layanan jasa-jasa di bidang keuangan dan lalu lintas pembayaran.

Bank dunia dalam laporannya bertajuk : “Global Financial Development Report 2013: Rethinking the role of The State in Finance” menyimpulkan bahwa, “tidak boleh sektor keuangan (khususnya perbankan) melaju ke arah yang berlawanan dengan tujuan ekonomi nasional (kesejahteraan sosial)”. (World bank: 2012). Pernyataan tersebut menekankan bahwa bank dimanapun saat ini dapat menggambarkan kondisi perkonomian negara dimana bank tersebut berdiri. Bahkan perkembangan bank suatu negara dapat dijadikan tolak ukur kemajuan di


(15)

negara tersebut. Sebab bukan hanya kepentingan pemerintah, melainkan juga kepentingan masyarakat luas maupun kalangan industri atau usaha sangat membutuhkan jasa bank untuk mendukung dan melancarkan aktivitasnya dalam menjalankan perekonomian.

Bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan paling kompleks dan terintegrasi, selain menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan lalu menyalurkannya kembali sebagai pinjaman atau kredit, bank menjadi sarana dan tempat untuk melakukan investasi dan berbagai jasa bank untuk memudahkan aktivitas masyarakat seperti jasa pengiriman uang, tempat pengamanan uang dan bahkan sarana melakukan pembayaran maupun melakukan tagihan. Oleh karenanya, bank menjadi salah satu solusi negara dalam memudahkan aktivitas setiap kalangan. Bahkan pada salah satu artikel Lembaga Penjamin Simpanan yang bertajuk: “LPS dan Upaya Disiplin Pasar” mengklaim bahwa bank merupakan jantung perekonomian suatu bangsa.

Dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi fungsinya bank dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat. Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan No.7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU RI No. 10 tahun 199, maka jenis perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPR adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip


(16)

syariah yang yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbedaannya disini adalah kegiatan BPR lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan Bank Umum (Kasmir, 2002:36).

Secara kinerja operasionalnya, bank umum adalah bank yang sangat besar peranannya bagi Indonesia. Terlihat dari fungsi pokok bank umum yang telah ditetapkan pemerintah dalam UU No. 7 Tahun 1992 dan telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi, menghimpun dana dan menyalurkannnya kepada masyarakat dan menawarkan jasa-jasa keuangan seperti jasa pengiriman uang, tempat pengamanan uang dan bahkan sarana melakukan pembayaran maupun melakukan tagihan.

Oleh karena pentingnya peran sektor perbankan,maka perbankan yang kuat dan sehat sangat dibutuhkan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi di Indonesia yang tentunya dimulai dari daerah-daerah hingga sampai ke pusat. Salah satu jenis bank umum yang sangat strategis untuk mewujudkan pembangunan ekonomi di daerah adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD).

Klasifikasi bank umum berdasarkan kepemilikan, Bank Pembangunan Daerah adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Bank milik pemerintah daerah didirikan berdasarkan UU No. 13 tahun 1962 yang bertujuan untuk membantu melaksanakan pembangunan yang merata keseluruh daerah di Indonesia. Bank Pembangunan Daerah sebagai salah satu bank yang ada pada sistem perbankan nasional memiliki fungsi dan peran yang signifikan dalam konteks pembangunan ekonomi regional karena Bank Pembangunan Daerah


(17)

mampu membuka jaringan pelayanan di daerah dimana secara ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh bank swasta.

UU No.13 tahun 1962 tentang asas-asas ketentuan Bank Pembangunan Daerah bekerja sebagai pengembangan perekonomian daerah dan menggerakkan pembangunan ekonomi daerah untuk taraf hidup masyarakat serta menyediakan pembiayaan keuangan pembangunan di daerah, menghimpun dana serta melaksanakan dan menyimpan kas daerah (pemegang/penyimpan kas daerah) di samping menjalankan kegiatan bisnis perbankan. Sementara KEPMENDAGRI No.62 tahun 1999 tentang pedoman organisasi dan tata kerja Bank Pembangunan Daerah pasal 2 juga mengatakan bahwa Bank Pembangunan Daerah didirikan adalah untuk mengembangkan perekonomian dan menggerakkan pembangunan daerah melalui kegiatan Bank Pembangunan Daerah sebagai sebuah bank. Saat ini jumlah BPD di Indonesia berjumlah 26 bank dengan jumlah kantor 1712 hingga Desember 2012.

Kondisi perbankan ini mendorong pihak-pihak yang terlibat di dalamnya untuk melakukan penilaian atas kesehatan bank. Salah satu pihak yang perlu mengetahui kinerja dari sebuah bank adalah stockholder (pemegang saham), sebab semakin baik kinerja dari sebuah bank maka jaminan keamanan atas dana yang diinvestasikan juga semakin besar. Kinerja keuangan bank dapat diketahui dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muljono (1999) bahwa perbandingan dalam bentuk rasio menghasilkan angka yang lebih objektif, karena pengukuran kinerja tersebut lebih dapat dibandingkan dengan bank-bank lain maupun periode-periode sebelumnya.


(18)

. Dan menurut Sofyan (2003), kinerja perbankan dapat diukur dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih lanjut lagi dalam penelitiannya mengatakan bahwa tingkat bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah rate of return equity (ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan return on aset (ROA) pada industri perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005).

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Apabila ROA meningkat berarti profitabilitas perusahaan semakin meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati pemegang saham.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bank adalah CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio keuangan yang berkaitan dengan permodalan perbankan dimana besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannnya. Jika modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu


(19)

menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, maka bank mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan bank diharapkan akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya ( Muljono, 1999). Dengan demikian CAR mempunyai pengaruh terhadap kinerja bank.

Menurut ketentuan Bank Indonesia, Beban Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan total pendapatan operasi. Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar (sesuai dengan harapan pihak manajemen dan pemegang saham) serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan berhasil guna (Mawardi, 2005). Dengan demikian efisiensi operasi suatu bank yang diproksikan dengan rasio BOPO akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Bank dalam menjalankan operasinya tentu tidak lepas dari berbagai macam risiko. Risiko usaha bank merupakan kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan (Idroes: 2008,4). Non Performing Loan merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit. Non Performing Loan adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan kepada debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah daripada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank memilki NPL yang tinggi, maka akan mempebesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank maka hal tersebut akan


(20)

mengganggu kinerja bank tersebut. Kemudian Net Interset Margin (NIM) mencerminkan risiko pasar yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar, dimana hal tersebut dapat merugikan bank. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia salah satu proksi dari risiko pasar adalah suku bunga, yang diukur dari selisih suku bung pendanaan (funding) dengan suku bunga pinjaman yang diberikan (lending) atau dalam bentuk absolut adalah selisih antara total biaya bunga pendanaan dan biaya bunga pinjaman dimana dalam istilah perbankan disebut Net Interest Margin (NIM) (Mawardi, 2005). Dengan demikian NIM akan mempengaruhi laba rugi bank yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja bank tersebut. Sementara Loan to Deposite Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank akan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut dapat menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut.

Dalam kenyataannya tidak semua teori seperti yang telah dipaparkan di atas (dimana CAR, NIM, LDR berbanding lurus terhadap ROA serta pengaruh BOPO dan NPL berbanding terbalik dengan ROA) sejalan dengan bukti empiris yang ada. Seperti yang terjadi dalam Bank Pembangunan Daerah yang ada di Indonesia dalam kurun waktu periode Desember 2009 sampai dengan Desember 2012. Adapun data tentang pergerakan rasio-rasio keuangan Bank Pembangunan Daerah yang tercatat di Laporan Publikasi Bank Indonesia pada periode Desember 2009 sampai dengan Desember 2012 adalah seperti pada tabel berikut :


(21)

Tabel 1.1

Rasio Keuangan ROA, CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR Bank Pembangunan Daerah yang tercatat di Bank Indonesia

Tahun 2009 – 2012

Periode Variabel ROA (%) CAR (%) BOPO (%) NIM (%) NPL (%) LDR (%)

2009 3,65 15,82 73,64 7,88 1,71 79,31

2010 3,82 16,68 77, 65 8,74 2.06 78,26

2011 3,53 15,09 76,54 8,16 2.11 70,13

2012 3,21 18,26 74,60 6,70 1,97 66,39

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia Februari 2013 (data diolah)

Dari Tabel 1.1, rasio keuangan yang dihitung dengan Return On Asset

(ROA) menunjukkan rata-rata yang mengalami fluktuasi. Jika kita lihat selama empat tahun terakhir, nilai ROA tertinggi ada pada tahun 2010 yaitu sebesar 3,82%, akan tetapi mengalami penurunan drastis pada tahun 2012 yang hanya 3,21%. Sementara standart terbaik untuk ROA adalah sebesar 1,5% (Infobank,2007). Jika diamati dari sisi permodalan yang diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami fluktuasi yang cukup satbil juga, dari tabel ditunjukkan bahwa angka CAR tertinggi ada pada tahun 2012 yaitu sebesar 18,26% dan CAR terndah ada pada angka 15,82% pada tahun 2009. Memang secara umum rasio CAR yang dimiliki Bank Pembangunan Daerah memenuhi persyaratan yaitu rasio CAR lebih dari 8%. Menurut teori, meningkatnya CAR akan memberikan hasil yang meningkatkan ROA juga. Namun, pada periode 2012 terjadi pergerakan CAR yang berbanding terbalik dengan ROA. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada.


(22)

Hal serupa juga terjadi pada tingkat efisiensi operasi bank, yang terlihat dari perolehan BOPO selama empat tahun terakhir yang juga mengalami fluktuasi yang cukup stabil. Secara operasi bank ini sudah memenuhi standart BOPO yang baik, dimana angka terbaik untuk BOPO adalah dibawah 90% (Infobank, 2007), jika rasio BOPO yang dihasilkan suatu bank melebihi 90% maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut tidak efisien dalam menjalankan operasinya. Jika rasio BOPO bank dalam kondisi efisien, laba yang akan diperoleh akan semakin besar karena biaya operasi yang ditanggung bank semakin kecil. Dengan meningkatnya laba, maka dapat dipastikan rasio ROA juga akan meningkat. Akan tetapi berdasarkan Tabel 1.1, dalam kaitan BOPO dengan ROA, arah pergerakan kedua rasio ini sering terlihat searah, yaitu pada periode 2010, dimana ketika BOPO meningkat dari periode sebelumnya, ternyata rasio ROA juga meningkat dan pada tahun 2012 rasio ROA yang menurun diikuti oleh angka BOPO yang menurun juga dari periode sebelumnya. Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, dimana jika rasio BOPO meningkat maka seharusnya rasio ROA mengalami penurunan.

Pergerakan rasio Net Interset Margin (NIM) cukup baik, berdasarkan Tabel 1.1 NIM bank Pembangunan Daerah telah memenuhi standart yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu di atas 6%. Pada tahun 2010 angka terbaik NIM yaitu 8,76%, walaupun pada tahun 2012 NIM menurun drastis menjadi 6,7%. Pergerakan NIM jika dibandingkan dengan pergerakan ROA, telah sesuai dengan teori yaitu jika rasio NIM meningkat maka akan disertai dengan meningkatnya rasio ROA.


(23)

Fenomena antar rasio-rasio keuangan juga terjadi terhadap Non Performing Loan (NPL) dan hubungannya dengan ROA, dimana seharusnya mempunyai hubungan yang terbalik. Berdasarkan Tabel 1.1 rasio NPL sudah menunjukkan angka yang baik dimana rasio NPL yang selalu di bawah 5% berdasrkan standart Bank Indonesia, dengan kata lain kredit bermasalah yang dihadapi Bank Pembangunan Daerah pada periode tersebut cukup baik. Akan tetapi angka NPL yang terus mangalami kenaikan menjadi sebuah tanda bagi bank untuk lebih memperhatikan tingat kredit yang diberikan pada pihak kreditor. Jika dikaitkan dengan hubungan NPL dengan ROA, sebenarnya terdapat ketidaksesuaian dengan teori pada beberapa periode, seperti yang terjadi pada 2009 ke tahun 2010, NPL mengalami kenaikan menjadi 2,06%, di sisi lain ternyata ROA juga mengalami kenaikan menjadi 3,82%. Hal ini tidak lagi sesuai teori, jika NPL meningkat maka seharusnya ROA mengalami penurunan.

Pada pergerakan Loan to Deposit ratio (LDR) dari Tabel 1.1 terlihat bahwa angka LDR tidak ada yang memenuhi standar Bank Indonesia yaitu lebih besar dari 80%. Angka LDR menunjukkan kemampuan bank menyalurkan kredit kepada masyarakat berdasarkan total dana pihak ketiga yang terhimpun, maka jika LDR mencapai atau bahkan lebih dari 80% hal ini menunjukkan fungsi intermediasi bank dijalankan dengan baik, maka hal ini yang membuat hubungan antara LDR dengan ROA seharusnya adalah berbanding lurus. Akan tetapi pada periode 2010, angka LDR mengalami penurunan (yaitu menjadi 78,26%) tidak berbanding lurus dengan rasio ROA yang justru mengalami kenaikan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori.


(24)

Melihat dinamika rasio ROA, BOPO, NIM, NPL, dan LDR pada Bank Pembangunan Daerah yang ada di Indonesia yang tidak menentu selama periode empat tahun (2009-2012), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakah terdapat Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah?”

1.3 Tujuan Penelitian

Bedasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi, Net Interest Margin, Dan Loan Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Pada Bank Pembangunan Daerah


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat dijadikan untuk mengetahui kinerja keuangannya sebagai bank pembangunan daerah dan sebagai bahan perbandingan dengan perusahaan lain dan masukan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil serta menyusun kebijakan perusahaan.

2. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan mencoba membandingkannya dengan praktek yang ada kemudian memperdalam pengetahuan dan memperluas cakrawala berpikir peneliti pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap profitabilitas yang diproksikan pada ROA pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kinerja Perbankan

Kamus Besar Bahas Indonesia mendefinisikan kinerja (perfomance) adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran tertentu diharapkan memperoleh hasil yang optimal,atau dengan hasil tertentu diharapkan mengeluarkan biaya seminimal mungkin.

Kinerja perbankan dapat diukur dengan berbagai macam variabel atau indikator, antara lan melalui laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan dapat diukur sejumlah rasio yang umum digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja keuangan perbankan. Dalam hal ini laba (profit) dapat dijadikan sebagai ukuran prestasi untuk mengukur laba yang dicapai oleh perusahaan.

Seperti diketahui bahwa fungsi bank pada umumnya :

a. Agent of trust

Merupakan lembaga yang landasannya adalah kepercayaan,baik dalam menghimpun dana maupun dalam penyaluran dana. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, begitu pula


(27)

sebaliknya pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan menyalahgunakana pinjamannya dan mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of development

Kegiatan bank berupa menghimpun dan menyalurkan dana merupakan hal yang sangat diperlukan bagi lancarnya perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, kegiatan distribusi serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,mengingat kegiatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini adalah tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of services

Bank merupakan yangmemobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi. Bank memberikan jasa perbankan yang lain pada masyarakat, jasa lain tersebut berupa jasa pengiriman uang, penitipan surat berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

Dari fungsi yang ada dapat dikatakan bahwa dasar beroperasinya bank adalah asas kepercayaan bank kepada masyarakat maupun sebaliknya. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kepercayaan tersebut, kesehatan bank perlu tetap diawasi dan dijaga. Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan


(28)

secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik melalui cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang menggambarkan secara menyeluruh tentang kondisi dan perkembangan perusahan, sehingga dapat menjadi salah satu sarana menilai tingkat profesionalisme perusahaan yang bersangkutan dalam melakukan kegiatan pengusaha. Laporan keuangan ini menunjukkan kinerja manajemen bank dalam periode tertentu. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan yaitu pihak manejemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta memperthankan kekuatan yang dimiliki.

Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat ukur berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Banyak perusahaan yang memiliki kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan dari bank karena masing-masing pihak memiliki kepentingan yang berbeda disesuaikan dengan sifat dan kepentingan masing-masing. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan suatu bank adalah:

1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaannya karena dengan laporan tersebut, pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manajer perusahaan dalam memimpin


(29)

perusahaannya dan kesuksesan manajer dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan.

2. Manajer atau Pemimpin Perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaanya periode yang baru lalu akan menyusun rencana yang lebih baik memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijakan yang lebih tepat.

3. Para Investor, mereka berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.

4. Para Kreditur, sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

5. Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh peusahaan juga sangat diperlukan oleh BPS sebagai dasar perencanaan pemeerintah, serta mengetahui kinerja dan prospek atas setiap perusahaan yang ada pada wilayah tertentu, apakah mendukung meningkatkan pembangunan ekonomi daerah atau sebaliknya.

2.1.3 Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002)


(30)

Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan untuk dapat menetukan tingkat kinerja suatu bank. Menurut Dendawijaya (2001) rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

1. Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam menilai kinerja suatu bank adalah

Cash Ratio, Reserve Requiremwnt, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio, Rasio kewajiban bersih call money (Dendawijaya, 2001)

2. Rasio Solvabilitas

Analisis Solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Di samping itu, rasio ini juga digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah dana yang diperoleh dari berbagai sumber seperti uang jangka pendek dan jangka panjang, serta sumber-sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Beberapa rasionya adalah

Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Asset Ratio (Dendawijaya, 2001)


(31)

3. Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan, selain itu rasio-rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini dapat dicari hubungan timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi, ataupun hubungan timbal balik antar pos yang ada pada laporan laba rugi dengan pos yanga ada pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang berangkutan. Analisis rentabilitas bank antara lain Return on Asset, Return on Equity, Net Profit Margin, dan Rasio biaya operasional (Dendawijaya, 2001)

2.1.3.1 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan (Mahrinasari, 2003). Sedangkan menurut Bank Indonesia ROA merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset dalam suatu periode. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan bank. Rasio ini sangat penting mengingat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset dapat mencerminkan tingkat efisiensi usaha dalam bank. BI memberikan score maksimal 100 (sehat) apabila bank memiliki ROA >1,5% (Hasibuan, 2001:100)


(32)

Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Total aset biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah aset-aset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2001)

2.1.3.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Peran modal sangat penting karena selain digunakan untuk kepentingan ekspansi,juga digunakan sebagai buffer untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Dalam hal ini bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal. Secara teknis analisis tentang permodalan disebut juga analisis solvabilitas atau juga disebut

capital adequacy analysis, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah permodalan bank yang ada telah mencukupi untuk mendukung kegiatan bank secara efisien, apakah permodalan bank tersebut akan mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) akan semakin besar atau semakin kecil (Muljono,1999). Lebih lanjut lagi menurut Muljono, untuk mengukur kemampuan permodalan tersebut digunakan : primary ratio, capital ratio dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Jumlah kebutuhan modal suatu bank meningkat dari waktu ke waktu tergantung dari tiga pertimbangan yaitu pertumbuhan aset dan simpanan, persyaratan kecukupan modal dari pihak yang berwenang dan ketersediaan serta biaya modal


(33)

bank. Menurut Muljono (1999), Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan sampai sejauh mana kemampuan permodalan suatu bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang mungkin terjadi sehingga semakin tinggi angka rasio ini, maka menunjukkan bank tersebut semakin sehat begitu juga dengan sebaliknya. Sementara peraturan Bank Indonesia, CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan surat berharga,tagihan pada bank lain) dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Sejalan dengan standart yang ditetapkan bank for International Settlement (BIS), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko.

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian bank yang disebabkan oleh operasional bank. Semakin besar rasio tersebut semakin baik posisi modal bank.

Penelitian yang dilakukan oleh Achmad et,al (2003) menunjukkan bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR) sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan suatu bank. Besar kecilnya modal yang dimiliki sebuah bank dapat digunakan untuk memprediksi apakah bank tersebut akan mengalami kebangkrutan atau tidak pada masa yang akan datang. Jadi dapat disusun sebuah logika bahwa dengan tercukupinya permodalan suatu bank maka bank tersebut dapat menjalakan


(34)

operasinya dengan efisien. Saat bank dikatakan efisien maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut mempunyai kinerja yang bagus, sehingga potensi untuk mengalami kerugian dapat diminimalisir. Dengan semakin kecil kerugian yang dialami, maka dapat dipastikan laba yang diperoleh bank tersebut semakin meningkat. Maka dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa besarnya bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) mempengaruhi profitabilitas bank yang dapat diukur dengan proksi Return on Asset (ROA) karena laba merupakan komponen pembentuk Return on Asset (ROA), jadi semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) akan berpengaruh kepada semakin besarnya Return on Asset (ROA).

2.1.3.3 Non Performing Loan (NPL)

Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 5 tahun 2003, risiko adalah potensi terjadinya peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian. Salah satu risiko usaha bank menurut peraturan Bank Indonesia adalah risiko kredit, yang didefinisikan sebagai risiko yang disebabkan oleh kegagalan counterparty

memenuhi kewajibannya tepat pada waktu yang ditentukan. Menurut Susilo,et al. (1999), credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman keapada masyarakat. Adanya berbagai sebab, membuat

debitur mungkin saja tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank, seperti pembayaran pokok pinjaman, pembayaran bunga dan lain-lain. Tidak terpenuhinya kewajiban nasabah bank menyebabkan kerugian dengan tidak diterimanya penerimaan yang sebelumnya sudah diperkirakan.


(35)

Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting dalam perusahaan yang usahanya memberikan kredit, karena semakin besar piutang yang diberikan semakin besar pula risikonya. Oleh karena itu perlu diantisipasi kemungkinan risiko yang timbul dalam menjalankan usaha perbankan. Sehingga menajemen perlu meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor produksi, sumber dana, dan sumber daya yang lain. Pengukuran risiko sangat berhubungan dengan pengukuran return, hal ini disebabkan karena bank menghadapi risiko yang mungkin timbul dalam rangka mendapatkan suatu return tertentu.

Rasio keuangan yang digunakan sebagai proksi terhadap nilai suatu risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL). Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin kecil Non Performing Loan (NPL) maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Agar nilai bank terhadap rasio ini baik, Bank Indonesia memberikan kriteria rasio NPL net di bawah 5%. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi, maka akan memperbesar biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank.

Dalam penelitiannya, Mawardi (2005) menyimpulkan bahwa NPL secara signifikan berpengaruh negatif terhdap Return on Asset (ROA). Jika semakin besar Non Performing Loan (NPL), akan mengakibatkan menurunnya Return on Asset (ROA), yang berarti kinerja keuangan bank juga akan menurun. Begitu pula


(36)

sebaliknya, jika Non Performing Loan (NPL) turun, maka Return on Asset (ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank akan semakin baik.

2.1.3.4 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Dalam perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank dilakukan dengan benar dalam arti sesuai dengan yang diharapkan manajemen dan pihak pemegang saham, efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasioanl terhadap pendapatan opersional (Dahlan Siamat, 2001). Semakin kecil rasio ini berati semakin efisien biaya operasioanl yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Keberhasilan bank didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Hal ini disebabkan setiap peningkatan operasi akan berakibat pada menurunnya laba sebelum pajak dan akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Menurut Dendawijaya (2001) berdasarkan ketentuan Bank Indonesia besarnya BOPO yang normal berkisar 94%-96%


(37)

2.1.3.5 Net Interest Margin (NIM)

Kegiatan utama bank sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya dan hasil bunga (Dendawijaya, 2003). NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

NIM merupakan rasio antara pendapatan bunga terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan diperoleh dari bunga yang diberikan dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang dikumpulkan. NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya kondisi pasar, dimana hal tersebut merugikan bank . NIM suatu bank dikatakan sehat apabila memiliki NIM datas 2% (Miljono, 1999). Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masing-masing sumber dana yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang dikeluarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank harus menetapkan tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasbah untuk memperoleh pendapatan neto bank. Dalam hal ini tingkat suku bunga menentukan NIM. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva prodiktif yang dikelola bank sehungga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.


(38)

2.1.3.6 Loan to Deposite Ratio (LDR)

Loan to Deposite Ratio (LDR) menunjukkan perbandingan antara volume kredit dengan volume deposit yang dimiliki oleh bank (Muljono, 1999). Loan to Deposite Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to Deposite Ratio (LDR) juga meruakan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Menurut Dendawijaya (2001) , batas toleransi berkisar antara 85%-100%.

Menurut Ali (2006) pengaturan likuiditas terutama dimaksudkan agar bank setiap saat dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang harus dibayar. Likuiditas dinilai dengan mengingat bahwa aktiva bank kebanyakan bersifat tidak likuid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Indikator likuiditas antara lain dari besarnya cadangan sekunder (secondary reserve) untuk kebutuhan likuiditas harian rasio konsentrasi ketergantungan dari dana besar yang relatif kurang stabil dan penyebaran sumber dana pihak ketiga yang sehat, baik dari segi biaya maupun sisi kestabilan. Menurut Bank Indonesia penilaian aspek likuiditas mencerminkan kemampuan bank untuk mengelola tingkat likuiditas yang memadai serta memenuhi kewajibannya secara tepat waktu dan untuk memenuhi kebutuhan lainnya.


(39)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), BOPO, Net Interset Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset

(ROA). Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut:

Almalia (2005) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan bank dan kesulitan keuangan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO. Metode penelitian yang diunakan adalah persamaan regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi kebangkrutan bank dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan.

Wisnu Mawardi (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Aset Kurang Dari 1 Triliun). Hasil dari penelitiannya menunjukkan keempat variabel CAR, NPL, BOPO, serta NIM secara bersama-sama mempengaruhi kinerja bank umum. Untuk variabel CAR dan NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel BOPO dan NPL, mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Dari keempat variabel, yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah variabel NIM.

Ponttie Prasnugraha (2007) juga melakukan penelitian tentang Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Di Indonesia. Adapun variabel


(40)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, NPL,LDR,BOPO, NIM, dan ROA. Menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap ROA secara positif dan signifikan adalah NIM dan NPL, yang berpengaruh negatif tetapi signifikan adalah variabel BOPO, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan.

Budi Ponco (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA (Studi kasus pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2007). Metode penelitian yang dipakai adalah analisis regresi linier berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positf dan signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, serta NPL yang tidak signifikan berpengaruh terhadap ROA.

Fitriani Prastiyaningtyas (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi Kasus Bank Umum Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008). Hasil penelitiannya menunjukkan keempat variabel CAR, NIM, LDR, dan Pangsa pasar berpengruh positif dan signifikan terhadap ROA dan variabel NPL dan BOPO berpengaruh secara signifikan tetapi negatif terhadap ROA.

Secara ringkas, hasil penelitian dari peneliti-peneliti terdahulu dapat disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini:


(41)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel

Penelitian

Model

Analisis Kesimpulan Almalia (2005) Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002 CAR, APB, NPL, PPAP, NIM, BOPO, dan ROA Regresi Linier Berganda Hasilnya menunjukkan bahwa CAR dan BOPO signifikan untuk memprediksi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor perbankan Wisnu Mawardi (2005) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia

(Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Aset Kurang Dari 1 Triliun) CAR,NPL,NIM, BOPO,dan ROA Regresi Linier Berganda variabel CAR dan NIM mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, sedangkan variabel BOPO dan NPL, mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA. Dari keempat variabel, yang paling berpengaruh terhadap ROA adalah variabel NIM Ponttie Prasnugraha (2007) Analisis Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum Di Indonesia CAR, NPL, LDR, BOPO, NIM, dan ROA

Regresi Linier Berganda variabel yang berpengaruh terhadap ROA secara positif dan signifikan


(42)

adalah NIM dan NPL, yang berpengaruh negatif tetapi signifikan adalah variabel BOPO, sedangkan CAR dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan. Budi Ponco (2008) Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR Terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2004-2007)

CAR, NPL, LDR, BOPO, NIM, dan ROA

Regresi Linier Berganda Hasilnya menunjukkan bahwa CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positf dan signifikan terhadap ROA, sedangkan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, serta NPL yang tidak signifikan berpengaruh terhadap ROA. Fitriani Prastiyaningtyas (2010) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi Kasus Bank Umum Yang CAR, NPL, LDR, BOPO, NIM, dan ROA

Regresi Linier Berganda Hasil penelitiannya menunjukkan keempat variabel CAR, NIM, LDR, dan


(43)

Listed Di Bursa Efek Indonesia

tahun 2005-2008).

Pangsa pasar berpengaruh positif dan signifikan

terhadap

ROA dan variabel NPL dan BOPO berpengaruh secara signifikan tetapi negatif terhadap ROA.

Sumber : Dari Berbagai Jurnal

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya. Kesamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah menganalisispengaruh rasio keuangan terhadap tingkat profitablitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Sedangkan perbedaannya adalah pada periode penelitian, dimana periode penelitian ini adalah pada tahun 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL),

Loan Deposit ratio (LDR) dan Return on Asset (ROA).

2.3 Kerangka Konseptual

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian dari yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh


(44)

benda tetap dan inventaris bank. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan sejauhmana penurunan aset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank.

Rasio Non Performing Loan menunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas suatu bank.

BOPO merupakan rasio antara biaya operasi terhadap pendapatan operasi (Dahlan Siamat,2005). Biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisien dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasional lainnya). Pendapatan operasioanl merupakan pendapatan utama bank, yaitu pendapatan bunga yang dipeeroleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi kerugian akibat ketidakefisienan bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat. Semakin


(45)

kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalakan aktivitas usahanya sehingga semakin sehat bank tersebut.

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktivitas produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pemberian kredit atau pinjaman, sementara bank memiliki kewajiban beban bunga kepada deposan. Semakin besar rasio ini maka meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Meningkatnya pendapatan bunga dapat memberikan kontribusi laba terhadap bank. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar periubahan Net Interest Margin (NIM) suatu bank, maka semakin besar pula profitabilitas bank tersebut, yang berarti kinerja keuangan bank tersebut semakin meningkat.

Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan oleh masyarakat. Loan to Deposit Ratio

(LDR) mencerminkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga.


(46)

Semakin tinggi nilai rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar, sebaliknya semakin rendah rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kurangnya efektifitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga hilangnya kesempatan bank untuk memperoleh laba. Meningkatnya laba maka Return on Asset (ROA) juga akan meningkat, karena laba merupakan komponen yang membentuk ROA.

Berdasarkan konsep teori di atas, peneliti mencoba menguraikan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

X1 (+)

X2 (-)

X3 (-)

X4 (+)

X5 (+)

Gambar 2.1: Kerangka Konseptual

CAR

NPL

ROA

BOPO

NIM


(47)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh hipotesis sebagai berikut:

1. Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)

2. Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA)

3. BOPO berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA)

4. Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif terhadap Return on Asset

(ROA)

5. Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA)


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian asosiatif atau hubungan. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubunngan antara dua variabel atau lebih.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui media internet dengan situs dan situs masing-masing bank pembangunn daerah. Waktu penelitian dimulai pada bulan September 2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: Capital Adequacy Ratio / CAR (X1), Non Performing Loan / NPL (X2) , Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional / BOPO (X3), Net Interset Margin / NIM (X4), dan Loan to Deposit Ratio / LDR (X5)

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)


(49)

c. Objek penelitian ini adalah 26 (Dua puluh enam) Bank Pembangunan Daerah di Indonesia pada periode 2009-2012.

3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Mendefinisikan konsep secara operasional adalah “menjelaskan karakteristik ke dalam obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian” (Erlina, 2011:48). Dengan definisi operasional, peneliti dapat mengumpulkan, mengukur, atau menghitung informasi melalui logika empiris.

Dalam penelitian, pengukuran merupakan “pemberian tanda berupa angka atau simbol untuk suatu fenomena empiris dengan satu atau beberapa kriteria tertentu” (Erlina, 2011:47). Pengukuran variabel menggunakan skala mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Tipe skala pengukuran terdiri dari : skala nominal, skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. (Erlina, 2011:49). Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Capital Adequacy Ratio / CAR (X1)

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2000). Rasio CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:


(50)

2. Non Performing Loan / NPL (X2)

NPL merupakan rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Rasio ini dapat diukur dengan rumus:

3. BOPO (X3)

BOPO merupakan rasio beban operasional yaitu perbandingan beban operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Modal

CAR = x 100%

Aktiva Tertimbang menurut Risiko

Kredit Bermasalah

NPL = x 100%

Total Kredit

Beban Operasional

BOPO = x 100%


(51)

4. Net Interset Margin / NIM (X4)

NIM yaitu rasio antara pendapatan bunga bersih dengan aktiva produktif suatu bank. NIM dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

5. Loan to Deposit Ratio / LDR ( X5)

LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingakat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

6. Return On Asset / ROA (Y)

ROA adalah perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva bank. Perhitungan ROA adalah sebagai berikut:

Pendapatan Bunga Bersih

NIM = x 100%

Aktiva Produktif

Jumlah Kredit yang Diberikan

LDR = x 100%

Total Dana Pihak Ketiga

Laba setelah Pajak

ROA = x 100%


(52)

Tabel 3.1

Operasionalisasi dan Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Formula Skala

1 Capital

Adequacy Ratio

(CAR),

�����

����������������������������� Rasio

2 Non

Performing Loan

(NPL)

��������������������ℎ

����������� Rasio

3 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

�����������������

���������������������� Rasio

4 Net Interset Margin (NIM), dan

��������������������ℎ

���������������

Rasio

5 Loan to Deposit Ratio

(LDR)

�����ℎ�������������������

�����������ℎ��������


(53)

6 Return on Asset

(ROA) ����������ℎ�����

���������

Rasio

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan untuk ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang berjumlah 26 bank.

3.5.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Bank Pembangunan Daerah yang dipilih berdasarkan metode purpossive sampling. Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan adalah Bank Pembangunan Daerah yang menyajikan laporan keuangan publikasi tahunan pada periode 2009 sampai dengan 2012. Sehingga diperoleh 24 bank sebagai objek penelitian. Dengan demikian terdapat 96 sampel dalam penelitian ini (hasil perkalian jumlah objek penelitian dengan jumlah tahun dalam penelitian). 24 Bank Pembangunan Daerah tersebut adalah sebagai berikut:


(54)

Tabel 3.2

Nama-nama Bank Pembangunan Daerah

No Daftar Bank

1 BPD BALI

2 BPD BANK JAWA BARAT DAN BANTEN (BJB) 3 BPD JAWA TENGAH (JATENG)

4 BPD DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

5 BPD DKI JAKARTA

6 BPD JAMBI

7 BPD JAWA TENGAH (JATENG) 8 BPD JAWA TIMUR (JATIM)

9 BPD KALIMANTAN BARAT (KALBAR)

10 BPD KALIMANTAN SELATAN (KALSEL) 11 BPD KALIMANTAN TENGAH (KALTENG) 12 BPD KALIMANTAN TIMUR (KALTIM)

13 BPD LAMPUNG

14 BPD MALUKU

15 BPD NAGARI (SUMATERA BARAT) 16 BPD NUSA TENGGARA BARAT (NTB) 17 BPD NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

18 BPD PAPUA

19 BPD RIAU KEPRI

20 BPD SULAWESI SELATAN (SULSEL) 21 BPD SULAWESI TENGGARA (SULTRA) 22 BPD SULAWESI UTARA (SULUT)

23 BPD SUMATERA SELATAN DAN BANGKA BELITUNG

24 BPD SUMATERA UTARA (SUMUT)

Sumber : Website Bank Pembangunan Daerah 3.6 Jenis Data

Data adalah “ sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan” (Kuncoro, 2009:145). Menurut sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Mudrajat Kuncoro (2009: 148) data sekunder adalah “data yang telah dikumpulkan oleh lembaga


(55)

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan Bank Pembangunan Daerah selama empat tahun berturut (2009-2012).

Menurut jenisnya, data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data kuantitatif adalah “data yang dapat diukur dalam suatu skala numerik (angka)” (Kuncoro, 2009:145). Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan bank,antara lain neraca, laporan laba rugi yang diperoleh langsung dari Direktori Bank Indonesia selama empat tahun berturut (2009-2012) yang menjadi objek penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis, adalah melalui studi pustaka, skripsi, jurnal, penelitian terdahulu dan memperoleh data melalui situs internet yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Peneliti juga mengumpulkan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan Bank Pembangunan Daerah yang dipublikasikan di situs masing-masing bank pembangunan daerah dan direktori Bank Indonesia dengan situs

3.8 Metode Analisis Data

Terdapat beberapa teknik statistik yang dapat digunakan untuk menganalisis data. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mendapatkan informasi yang relevan yang terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya


(56)

untuk memcahkan suatu masalah. Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia pada tahun 2009-2012. Sebelum analisis regresi linier dilakukan, maka harus diuji dulu dengan uji asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi. Jika terpenuhi maka model analisis layak digunakan.

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Pengukuran asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokolerasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel bebas dan veriabel terikat terditribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah meiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan Kolmogrov Smirnof.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelai antar variabel bebas atau tiak. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas.


(57)

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat diketahui dari nilai tileransi dan nilai variance inflation factor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan leh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolearitas yang tinggi. Nilai out off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. c. Uji Heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual pengamatan 1 ke pengamatan yang lain tetap. Hal seperti itu juga disebut sebagai homokedatisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID dengan residual error yaitu ZPREID. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual


(58)

periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang bagus adalah bebas dari autokorelasi.

3.8.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier berganda yaitu siuatu model linier regresi yang variabel dpependennya merupakan fungsi linier dari beberapa variabel bebas. Regresi linier berganda sangat bermanfaat untuk meneliti pengaruh beberapa variabel yang berkorelasi dengan variabel yang diuji. Teknik analisis ini sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah.

Hubungan fungsi antara satu variabel terikat dengan lebih dari satu variabel bebas dapat dilakukan dengan analisis regresi berganda, dimana ROA sebagai variabel terikat sedangkan CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR sebagai variabel bebas.

Persamaan regresiyang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = bo + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + b5 x5 + e

Keterangan:

Y = Return on Asset (ROA)

bo = Konstanta

b1 – b5 = Koefisien regresi variabel bebas


(59)

x2 = Non Performing Loan (NPL)

x3 = BOPO

x4 = Net Interset Margin (NIM)

x5 = Loan to Deposit Ratio (LDR)

e = error

3.8.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan pebgujian secara stimultan (uji F).

1. Pengujian secara parsial (uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Ho = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh signifikan dari variabel bebas

terhadap veriabel terikat.

2. Ho = b1≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

Untuk menghitung t hitung digunaan rumus : Koefisien regresi b1

t

hitung=


(60)

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel bebas

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel bebas

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

2.Pengujian secara stimultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara bersama-sama apakah variabel bebas berpengaruh secara siginifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah

Dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan

dari variabel bebas secara bersama-sama.

2. Ho : b1 ≠ b2 ≠ 0 (terdapat dari dua atau lebih variabel tidak sama), artinya

ada pengaruh secara signifikan dari variabel secara bersama-sama. Penetuan besarnya F hitung menggunakan rumus:

R2 / ( k-1 ) F hitung =


(61)

Keterangan:

R = Koefisien determinan

n = jumlah observasi

k = jumlah variabel

Kriteria pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel. Artinya variabel bebas

secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel. Artinya variabel bebas

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

3. Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinan berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) adalah besar

terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat


(62)

(Y) semakin kecil. Secara verbal, R2 mengukur proporsi (bagian) atau persentase total variasi dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi.


(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Profil Bank Pembangunan Daerah

Dalam bidang pembangunan, pemerintah pada 25 Mei 1960 mendirikan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan tugas utama untuk membantu pemerintah dalam membiayai usaha-usaha pembangunan nasional. Sebelumnya, fungsi bank pembangunan telah dijalankan oleh Bank Industri Negara (BIN) yang kemudian fungsinya dimasukkan ke dalam Bapindo pada 17 Agustus 1960. Selain Bapindo, pemerintah juga membentuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ketentuannya diatur dalam UU No. 13/1962. Bank Pembangunan Daerah didirikan dengan tujuan untuk membantu melaksanakan pembangunan yang merata ke seluruh daerah di Indonesia.

Dengan UU No. 13/1962 ditetapkan ketentuan-ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah (BPD). Mengenai kedudukan kelembagaannya, BPD berada di dalam lingkungan Depdagri, sedangkan untuk aspek teknis perbankan dan teknis perusahaannya, bank-bank tersebut mendapat pengawasan dan bimbingan dari BI dan Bapindo. Syarat-syarat pembukaan kantor-kantor cabang dan perwakilan serta BPD ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri UBS No. 6/63/Kep/MUBS tertanggal 17 April 1963. Jumlah BPD berkembang dari 2 bank pada tahun 1959 menjadi 22 bank pada tahun 1965. Jumlah kantor cabang juga berkembang dari satu cabang (1959) menjadi 17 cabang (1965). Dan hingga saat ini di Indonesia terdapat 26 Bank Pembangunan Daerah.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji penelitian Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap ROA pada Bank Pembangunan Daerah di Indonesia pada tahun 2009-2012, maka dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat disimpulkan bahwa:

a. Varabel CAR tidak berpengaruh terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga X1 yang menyatakan bahwa rasio CAR berpengaruh positif terhadap ROA tidak dapat diterima.

b. Variabel NPL tidak berpengaruh terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga X2 yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA tidak dapat diterima. c. Variabel BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA

pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga X3 yang menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA pada bank Pembangunan daerah di Indonesia dapat diterima.

d. Variabel NIM berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga X4 yang


(2)

menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia dapat diterima

e. Variabel LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia. Sehingga X5 yang menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA pada bank Pembangunan daerah di Indonesia dapat diterima

2. Hasil pengujian hipotesis secara simultan (uji F ) menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 41,990 dengan probabilitas 0,000. Dengan siginifikansi sebesar 0,000 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi ROA bank atau dapat dikatakan bahwa CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR mempunyai pengaruh terhadap ROA pada bank pembangunan daerah di Indonesia.

3. Hasil uji koefisien determinasi, besarnya nilai adjusted R square dalam model regresi sebesar 0,687. Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independent yaitu CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR terhadap variabel dependent yaitu ROA yang dapat dijelaskan oleh model persamaan ini sebesar 68,7% sedangkan sisanya sebesar 31,3% dapat dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa CAR, NPL, BOPO, NIM, dan LDR semakin kuat pengaruhnya dalam menjelaskan variabel terikat ROA.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian seperti yang telah dikemukakan sebelumnya maka saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan perbankan atau Bank Pembangunan Daerah

a. Dari hasil penelitian, Bank Pembangunan Daerah di Indonesia dapat meningkatkan ROA nya dengan menekan (memperkecil) BOPO, lebih meningkatkan NIM dan meningkatkan penyaluran kredit atas dana yang dikumpulkan oleh BPD atau dengan meningkatkan LDR.

b. CAR dalam Bank Pembangunan Daerah di Indonesia tidak mempengaruhi kemampuan BPD memperoleh ROA, oleh sebab itu sebaiknya BPD di Indonesia lebih memperhatikan variabel lain yang dapat meningkatkan ROA bank seperti: tetap meningkatkan penyaluran kredit bagi masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap ROA bank melalui pendapatan bunga atas kredit serta lebih mengefisienkan beban operasional atas pendapatan operasional bank. c. Bank Pembangunan Daerah di Indonesia tetap mempertahankan ROA

nya, karena Bank Pembangunan Daerah di Indonesia umumnya adalah milik pemerintah daerah yang sangat potensial sebagai sumber pendapatan daerah yang dapat digunakan dalam pembangunan daerah- daerah di Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2001. Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta.

Darmawi,Herman, 2011. Manajemen Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman,2001. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta Hasan, Iqbal, 2004. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta. Husnan, Suad,1998. Manajemen Keuangan- Teori dan Penerapan, BPFE.

Yogyakarta

Idroes, Ferry N., 2008. Manajemen Risiko Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kasmir, 2004. Manajemen Perbankan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. _______, 2008. Pemasaran Bank, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga Jakarta.

Manurung. Mandala, Rahatja, Prathama, 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Muljono, Teguh Pudjo , 1999. Analisis Laporan Keuangan untuk Perbankan, Djambatan, Jakarta.

Munawir,S., 2002.Analisis laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2005. Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan edisi kelima, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Situmorang, Syafrizal Helmi, dkk, 2008. Analisis Data Penelitian (Menggunakan

Program SPSS), USU Press, Medan.

Triandanu, Sigit, Budisantoso, Totok, 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Salemba Empat, Jakarta.

Umar, Husein, 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan.PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

SKRIPSI

Almalia, 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan periode 2000-2002. Skripsi Universitas Diponegoro.

Mawardi, Wisnu, 2005. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Keuangan bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset kurang dari 1Triliun). Skripsi Universitas Diponegoro

Nainggolan, Marnov P.P., 2009. Analisis Pengaruh LDR, NIM, dan BOPO Terhadap ROA Bank Umum Indonesia. Skripsi Universitas Sumatera Utara.


(5)

Ponco, Budi, 2008.Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOP, NIM, dan LDR terhadap ROA (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2004-2007). Skripsi Universitas Diponegoro

Prasnugraha, Ponttie, 2007. Analisis Rasio Keuangaan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Skripsi Universitas Diponegoro

Prastiyaningtyas, Fitriani, 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas Bank (Studi Kasus bank Umum yang Listeddi BEI tahun 2005-2008). Skripsi Universitas Diponegoro

JURNAL

Mahardani, Pandu, 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap Kinerja Perbankan. Universitas Diponegoro

Riskita, Andra, 2007. Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR terhadap perubahan laba Perbakan yang terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang

Novelina, Esther,2012. Analisis Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Universitas Brawijaya Malang

Muh.Sabir, Muh. Ali, dan Abd.Hamid, 2012. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Konvensional di Indonesia. Jurnal Analisis,Volume 1 Nomor 1 hal 79

Karunia, Clorinda, 2013. Analisis Pengaruh Rasio Capital, Asset Liquidity, dan Liquidity Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah,Volume2 Nomor 1.

Moury, Tryo Hasan, 2011. Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO, dan LDR terhadap ROA Studi pada Bank Umum Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Universitas Diponegoro

Almilia, Spica Luciana dan Winny Herdiningtyas, 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 7 Nomor 2, Nopember 2005.

WEB


(6)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

9 80 121

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

Analisis Pengaruh Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio, Loan Analisis Pengaruh Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Efisiensi Operasi, dan Net Interest Margin terhadap Return On Assets Pada Bank Umum Swasta Nasio

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Efisiensi Operasi, dan Net Interest Margin terhadap Return On Assets Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

0 1 8

NASKAH PUBLIKASI Analisis Pengaruh Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio, Loan Analisis Pengaruh Non Performing Loan , Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Efisiensi Operasi, dan Net Interest Margin terhadap Return On Assets Pada Bank

0 2 20

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Net Interest Margin (Nim), Non Performing Loan (Npl) Terhadap Return On Asset (Roa)

0 0 13

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Net Interest Margin (Nim), Non Performing Loan (Npl) Terhadap Return On Asset (Roa)

0 0 2

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Net Interest Margin (Nim), Non Performing Loan (Npl) Terhadap Return On Asset (Roa)

0 0 7

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Net Interest Margin (Nim), Non Performing Loan (Npl) Terhadap Return On Asset (Roa)

0 0 21

Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Net Interest Margin (Nim), Non Performing Loan (Npl) Terhadap Return On Asset (Roa)

0 0 2