MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN SEMESTER 4 (1)

MAKALAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
TENTANG HAKIKAT PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individual
Mata kuliah: Sosiologi Pendidikan

Disusun oleh :
Nama

: AHMAD MAHRUM

NIM

: 12.IA.I.0086

Fakultas

: Tarbiyah PAI

Semester


: IV (Empat)

Dosen Pembimbing : Muhammad Toha, M.Pd
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR
(STAIMA) CITANGKOLO – BANJAR
Jln. Pesantren No. 02 Citangkolo, Kujangsari, Langensari, Kota Banjar,
Ciamis, Jawa Barat Telp. (0265) 743197-71398-7432201
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi Pendidikan
tentang “Hakikat Pendidikan” tanpa ada alangan suatu apa.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi
tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan Semester 4 Sekolah Tinggi Agama Islam
Miftahul Huda Al-Azhar, (STAIMA) Citangkolo – Kota Banjar. Makalah ini
ditulis dan disusun berdasarkan materi semester 4 yang telah disampaikan oleh
dosen pembimbing

makalah ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai
pihak, maka dari itu kami mengucapkan terimakasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. S. Sukirman PW, MM.Pd. selaku kepala DPA STAIMA wilayah
Gandrungmangu.
2. Bapak Muhammad Toha, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa maupun mahasiswi yang telah menyumbangkan
gagasannya dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami berharap, dengan selesainya penyusunan makalah

ini akan

menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan serta kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Gandrungmangu, 10 April 2015
Penyusun


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................
1
B. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................
2
C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. HAKIKAT PENDIDIKAN.......................................................................
3
B. LANDASAN PENDIDIKAN...................................................................
5

C. ASA-ASAS PENDIDIKAN .....................................................................
6
D. MAKNA PENDIDIKAN MEMPERDAYAKAN SUMBER DAYA
MANUSIA ................................................................................................
12
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................
13
B. SARAN......................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi
kita, terlebih lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita
sepakat bahwa pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua

golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan
itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung
terlupakan makna dasar dan hakikatnya. Karena itu benarlah kalau dikatakan
bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu
merenungkan makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya di tengahtengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna education, Tarbiyah,
pendidikan yang terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan
memberikan gambaran perbedaan makna tarbiyah, ta’lim, tadris, tahdzib,
Ta’dib dan tadrib dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar

pendidikan baik dari literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah ini
dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan
terminologis untuk mengantarkan pembahasan pada hakikat pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
penyusun dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang diumaksud dengan Hakikat Pendidikan?
2. Apa saja dan bagaimana Landasan-landasan Pendidikan itu?
3. Apa saja Asas-asas Pendidikan itu?
4. Apa itu Panca Darma Taman Siswa?

5. Bagaimana Makna Pendidikan Memberdayakan Sumber Daya Manusia?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka adapun tujuan penyusun
dalam menulis makalah ini. Tujuan dari pembahasan ini diantaranya :
1. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui dan memahami tentang
maksud dari hakikat pendidikan.
2. Mahasiswa

dan

mahasiswi

mengetahui

tentang

landasan-landasan

pendidikan.
3. Mahasiswa dan mahasiswi mengetahui tentang asas-asas pendidikan.

4. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui panca darma taman siswa.
5. Mahasiswa dan mahasiswi mampu mengetahui tntang makna pendidikan
memberdayakan sumber daya manusia.
6. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Sosiologi Pendidikan”
Semester 4 STAIMA – Banjar, yang dibina oleh bapak Muhammad Toha,
M.Pd.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan
Kata

pendidikan,

pendidik,

guru

dan


pengajar,

telah

menjadi

pembicaraan, bahkan pembahasan kita sehari-hari. Namun demikian, masih
terjadi kekeliruan dalam mengartikan sesuai dengan hakikatnya. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini, marilah kita gali konsep yang tepat tentang
pendidikan tersebut. Pendidikan diartikan sebagai proses kegiatan mengubah
perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan.
Dalam mekanisme pendidikan, ada proses, proses kegiatan, kegiatan ;
perilaku yang dikembangkan meliputi sikap, ketrampilan, pengetahuan; subjeksubjek pelaku, meliputi individu, anggota masyarakat, peserta didik, orang
yang lebih tua.
Pendidikan sebagai proses perilaku, secara alamiah berjalan spontan.
Namun apabila kita menghendaki pendidikan yang terarah, harus melalui
perncanaan, perancangan, pemrograman atau berdasarkan kurikulum/program
yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Oleh kerena itu, proses yanng ditempuh
oleh pelaksana pendidikan itu juga sangat terbuka mulai keluarga (informal),


masyarakat (non formal) dalam lembaga/sekolah (formal). Subjek dan objek
pendidikan juga sangat terbuka mulai dari diri sendiri, anggota keluarga,
anggota masyarakat, murid, mahasiswa.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan
transfer of culture and transfer of religious yang semoga diarahkan pada
upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai
upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilainilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Menurut pandangan Paula Freire
pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri
sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan
nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan AsSunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (Insan Kamil)
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai,
motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat
dirumuskan sebagi berikut:
1. Pendidikan

merupakan

proses


interaksi

manusiawi

yang

ditandai

keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Pendidikan berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu. Pendidikan mempunyai banyak definisi
sepanjang waktu dan sepanjang banyak orang. Setiap definisi menujukan
pandangan individu dalam lapangan pengetahuan masing-masing.


 Menurut ahli biologi


: Pendidikan adalah adaptasi.



 Menurut ahli psikologi

: Pendidikan sinonim dengan belajar.



 Menurut ahli Filsafat

: Pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran
yang dimilikinya dan sebagainya.

Menurut Brown pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar
dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri
orang lain itu melalui kelompok dari pandangan ini berarti pendidikan adalah
suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.
Menurut Brown ada 3 plaku pendidikan yaitu :
1) Lembaga-lembaga pendidikan formal. Misalnya : sekolah lembaga-lembaga
ke agamaan, musium, perpustakaan, rekreasi dll
2) Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan
yang penting.
3) Organisasi-organisasi yang bersifat kormesial dan industri. Misalnya tokotoko, industri dan perkebunan.

B. Landasan-landasan Pendidikan
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan manusia peserta didik
menjadi sumber daya (SDM) yang cocok untuk segala lingkungan dan
perkembangan jaman dan harus di landasi oleh nilai-nilai yang sesuai dengan
hakikat manusia selaku makhluk sosial budaya. Oleh karena itu pendidikan
harus dilandasi oleh nilai-nilai agama, filsafat dan moral pembahsan tentang
landasan-landasan akan dipaparkan secara berikut :
1. Landasan Agama
Berdasarkan keyakinan kita masing-masing, agama merupakan wahyu
Tuhan Yang Maha Kuasa yang di turunkan untuk menjadi landasan hidup
bagi kehidupan manusia sampai akhir zaman. Agama sebagai landasan
pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di lembaga
pendidikan TK/RA, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA dan Perguruan Tinggi.
Melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga informal dan di
masyarakat non formal.
Negara Republik Indonesia telah mengakui lima Agama yaitu : Islam,
Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha sebagai Agama resmi.

2. Landasan Filsafat
Pendidikan suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia menjadi
SDM yang berkualitas, harus dilandasi oleh sifat dan sikap yang arif serta
bijaksana, sifat dan sikap yang demikian, selain terbina dari pengalaman
serta pendikikan, juga berasal dari hasil perenungan melalui pikiran yang
mendalam tentang hal-hal baik yang dipertentangkan dengan hal-hal buruk,
kejujuran dengan kebohongan, dan seterusnya.
Filsafat

sebagia

suatu kajian

yang

mendasasr, tidak

hanya

mengungkapkan hal-hal yang terlihat kasat mata, melainkan lebih
mendalam lagi.
3. Landasan Budaya
Manusia sebagai makhluk hidup, telah difitrahkan menjadi makhluk
budaya. Namun demikian, karena meninggalkan perilaku sebagai makhluk
budaya yang beradab dewasa ini, menunjukan perilaku yang lebih buas dsari
srigala.
Sadisme, premanisme, brital menjadi hakim sendiri, merampok,
mengalahkan segala cara, dan lainnya, telah menjadi perilaku sebagian
makhluk yang disebut manusia. Manusia “keluar” dari sifat, sikap dan
nurani kemanusiaan yang manusiawi. Manusia cenderung “keluar
meninggalkan” fitrahnya sebagai makhluk budaya.
Budaya yang melekat pada diri manusia sebagai hasil karsa, raasa,
cita, citra dan karya, menjadi karakter manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, dalam bentuk kebudayaan. Perubahan yang bertahap dialami
oleh setiap makhluk, termasuk oleh manusia, membawa perubahan tatanan
budaya, juga dalam mekanisme evolusi budaya. Evolusi ini, tidak keluar
dari konteks manusia sebagai suatu kelompok, atau dengan perkataan lain,
budaya termasuk evolusinya ada dalam tatanan yang disebut masyarakat.
4. Landasan Moral
Agama, filsafat dan budaya sebagai sumber nilai bagi individu dan
masyarakat, penampilannya muncul dari perilaku, perbuatan serta tindakan

manusia dalam bentuk reaksi emosional, interlektual, spiritual, sosial dan
ketrammpilan terhadap lingkungannya. Tinggi rendahnya kualitas reaksi
manusia terhadap lingkungan tadi, sangat dipengaruhi oleh kadar dan bobot
etika serta moral yang melekat pada diri manusia yang bersangkutan.
Kualitas bobot dan kadar tersebebut, tepulang pada pendidikan sebagai
proses serta kegiatan yang dialami individu masing-masing.
C. Asas-Asas Pendidikan
Proses,

kegiatan

dan

pelaksanaan

pendidikan

yang

bertujuan

menanamkan nilai-nilai ke dalam budi seseorang,
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Perubahan perilaku individu pada umumnya, berlangsung secara
bertahap dan berkesinambungan. Proses kematangan mulai dari masa bayi,
balita, batita, usia sekolah, remaja, dewasa sampai lanjut usia atau tua,
berlangsung terus sesuai dengan perkembangan mental, psikolog dan
spiritual masing-masing. Penyimpangan yang terjadi pada individu tertentu,
terutama pada pribadi yang genius, hanyalah kasus dari sekian ribu orang.
Penerapan dan pengembangan asas pendidikan sepanjang hayat,
sesuai dengan perkembangan alamiah yang terjadi pada diri tiap orang.
Hakikat yang demikian itu, harus diketahui dan didasari oleh para pendidik,
mulai dari orang tua, orang yang tua, orang yang lebih tua, guru, tokoh
masyarakat dan para pemimpin. Secara wajar, proses pendidikan itu
bertahap, berkesinambungan, sampai akhir hayat. Dalam arti luas,
pendidikan itu dilakukan diri sendiri, oleh atau dari (alamiah), oleh orang
tua, dan oleh oranng-orang yang dikatagorikan sebagai pendidik.
2. Asas Kasih Sayang
Tiap waktu dan tiap kesempatan, kita selalu mulai dengan
mengucapkan “atas nama tuhan yang maha pengasih dan penyayang”, maka
kasih sayang itu, harus menjadi bagian yang melekat pada diri kita masing-

masing. Atas dasar sifat ksih sayang yang menjadi salah satu kodrat tuhan
yang maha kuasa, kita berupaya menjadikan dan menerapkan asas kasih
sayang dalam pendidikan.
Dalam proses dan kegiatan pendidikan, hubungan serta suasana yang
kita kembangkan, dalam konteks interaksi edukatif. Hubungan antara
pendidik dengan peserta didik, dibina dalam suasana kasih sayang yang
terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai
yang bermakna dalam kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai dan
sejahtera. Suasana dan hubungan kehidupan yanng lebih luas, maka kita
berpegang serta menerapkan asas-asas :
 Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Berbakti kepada orang tua
 Menghormati orang yang lebih tua dan orang yang dituakan
 Menghargai sesama
 Menyayangi orang yang lebih muda
Suasana dan hubungan interaksi edukatif antara pendidikan dengan
peserta didik, terjalin dalam kasih sayang, dalam mekanisme ini, pendidik
berinteraksi dengan peserta didik yang dikategorikan lebih muda yang
secara kelender memang lebih muda, dan atau karena ststus serta posisinya
ditetapkan sebagai pihak yang lebih muda. Dengan demikian, dalam proses
dan kegiatan pendidikan asas kasih sayang menjadi salah satu asas utama.
3. Asas Demokrasi
Demokrasi dapat dartikan sebagai suatu filsafat, atau sistem sosial
yang menekankan kepada partisipasi pengawasan yang proprosional
terhadap kehidupan suatu komunitas oleh para anggotanya yang
berlandaskan kepedulian masing-masing sebagai umat manusia dengan
mengabaikan kualitas, pangkat, status atau posisinya masing-masing.
Dalam suasana demokrasi seperti ini, dua pihak, pendidik dengan
peserta didik setara sebagai umat manusia, namun “berbeda” dalam fungsi,

peranan, hak dan kewajiban mengisi mekanisme proses kegiatan
pendidikan. Perlakuan demokratis dari pendidik kepada peserta didik,
menjadi acuan, dalam rangka membentuk serta mengembangkan SDM yang
bersikap mental demokrasi. Dlam proses krgiatan pendidikan, penerapan
asas demokrasi ini, tentu saja “situsional”, dengan pengertian, keseluruhan
proses interaksi edukatif itu demokratis, namun pada situasi-situasi tertentu
yang menghendaki, pendekatan “otoriter” dapat diterapkan.
4. Asas Keterbukaan dan Transparasi
Keterbukaan

sebagai

suatu

konsep,

berbeda

dengan

konsep

transparansi. Namun demikian, diantara keduanya ada keterkaitan yang erat,
bahkan dalam hal-hal tertentu dapat dikatakan “berimpit”. Oleh karena itu,
sebelum kita kembangkan dan terapkan keterbukaan dan transparansi
sebagai suatu asas dalam pendidikan.
Keterbukaan sebagai phenomena yang berkenan dengan prilaku
manusia, dapat terkait dengan hati nurani, kebijakan dan suatu keputusan.
Keterbukaan yang melekat pada hati nurani seseorang, atau bahkan pada diri
kita masing-masing, berarti dalam diri kita itu “tidak ada rahasia” yang
disembunyikan. Apa yang ada dan terjadi dalam diri kita, terbuka untuk
diketahui oleh pihak atau orang lain.
5. Asas Tanggung Jawab
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan untuk mencapai
keberhasilan tertentu, termasuk pendidikan, hakikatnya adalah suatu
tanggung jawab. Kita melakukan dan mengerjakan suatu tanpa tanggung
jawab dapat mengakibatkan hal-hal tidak kita harapkan, atau tegasnya
menimbulkan masyarakat. Hidup dan kehidupan yang kita yakini sebagai
ibadah, memilliki makna yang mendalam dilandasi oleh tanggung jawab.
Secara luas dan menyeluruh, tanggung jawab itu meliputi tanggung
jawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, dan

akhirnya pada Al Khalik Yang Maha Kuasa, jika perbuatan, perilaku, dan
tindakan kita itu dilandasi oleh tanggung jawab kepada segala pihak yang
berhadapan dengan kita, insya Allah, kita akan selalu ada di jalan yang
benar.
6. Asas Kualitas
Suatu pekerjaan, perilaku, perbuatan, dan tindakan yang berkualitas,
tidak dapat dilepaskan dari sifat serta sikap kasih sayang, demokratis,
keterbukaan dan transparasi, serta tanggung jawab. Begitulah pula jika kita
bicara tentang pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, asas kualitas
dalam proses dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari
asas-asas pendidikan sepanjanng hayat, kasih sayanng, demokrasi,
keterbukaan dan transparasi serta tanggung jawab dengan mengembangkan
dan menerapkan asas kualitas pada proses kegiatan pendidikan, secara ideal
kita mampu menciptakan SDM yang berkualitas.
Proses kegiatan pendidikan yang secara ideal bertujuan menciptakan
SDM yang berkualitas seperti yang dideskripsikan diatas, mau tidak mau
harus barlandaskan asas kualitas dalam segala perangkat, kerja dan
kinerjanya.
7. Panca Darma Taman Siswa
Mengembangkan lima asas dalam pendidikan yang di konsepkan
sebagai panca darma, yang meliputi asas-asas kodrat alam, kemerdekaan,
kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Untuk membandingkan, bahkan
melengkapi asas-asas yanng telah kita bahas. Marilah kita lihat secara rinci
panca darma taman siswa. Uraian pokoknya dapat di ikuti dibawah ini.
a. Asas Kodrat Alam
Semua mahluk baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Mahluk
apapun mengalami perkembangan dan perubahan. Manusia berdasarkan
kodratnya tumbuh dalam rahim ibu, lahir sebagai bayi sampai akhirnya
meninggal dunia. Namun demikian, sesuai dengan kodratnya manusia

berbeda dengan makhluk lainnya yaitu dikaruniai akal dan pikiran yang
berkembang dan dapat dikembangkan. Pengembangan kemampuan
manusia secara disengaja dan direncanakan itulah yang dikonsepkan
sebagai “Pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan melayani
dan mengembangkan potensi peserta didik sejak lahir.
b. Asas Kemerdekaan
Sesuai dengan kodrat alam, bayi pad waktu lahir, dapat dikatakan
tidak berdaya, sepenuhnya bergantung pada orang lain, taitu orang tua,
terutama ibu. Namun demikian, sesuai juga dengan kodrat alam, individu
yang lahir dengan berbagai potensi, dari waktu kewaktu mengalami
perkembangan. Pada usia tertentu, ia mencapai tingkat kemandirian.
Perkembangan mencapai derajat kemandirian berlangsung melalui proses
yang kita konsepkan sebagai belajar secara spontan maupun dengan
bimbingan.
Individu dengan potensinya, merupakan sosok yang memiliki
kebebasan yang mengarah kepada “Kemerdekaan”. Pencapaian taraf
kemerdekaan

ini,

melalui

perjuangan

yang

disebut

belajar.

Perkembangan belajar dari waktu kewaktu, dari tahap ketahap
berikutnya, dari satu jenjang ke jenjang yang lainnya.
Memberikan makna kepada kebebasan, menjadi kemerkaan yang
hakikatnya tidak lain adalah kebesan yang dilandasi tanggung jawab.
Oleh karena itu, proses kegiatan pendidikan yang berpegang pada asas
kemerdekaan, berarti memberikan kebebasan kepada peserta didik.
Untuk mengembangkan potensinya menjadi kemampuan, dalam suasan
yang penuh dengan tanggung jawab.
c. Asas Kebudayaan
Dalam kodratnya, manusia itu sebagai “makhluk budaya”. Oleh
karena itu, kebudayaan merupakan bagian yang melekat pada diri
manusia. Dengan demikian, pengembangan dan penerapan asas

kebudayaan ada proses kegiatan pendidikan, suatu kewajaran yang sesuai
dengan kodrat manusia sendiri.
Budaya itu meliputi aspek yang luas yang melekat dalam diri
individu atau kelompok, sebagai hasil pengembangan akal pikiran
manusia yang berlangsung turun temurun. Sehingga budaya tidak dapat
dipisahkan dari manusia dalam konteks kelompok atau tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat.
d. Asas Kebangsaan
Pengembangan dan penerapan “asas kebangsaan” pada proses
kegiatan

pendidikan

Indonesia,

selain

berdasarkan

fakta,

juga

mengandung “kebhinekaan” atau “kemajemukan" yang menjadi salah
satu ciri utama bangsa Indonesia. Bahwa kebhinekaan itu telah melekat
pada diri masyarakat bangsa Indonesia.
Menurut Siswono Yudhosodo menyatakan bahwa rasa kebangsaan
adalah kesadaran berbangsa yaitu kesadaran untuk bersatu sebagai suatu
bangsa yang lahir secara alamiah karena sejarah, karena aspirasi
perjuangan masa lampau, karena kebersamaan kepentingan, karena
senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa kini
dengan kata lain kebangsaan itu adalah perekat yang mempersatukan dan
memberi dasar kepada jati diri kita sebagai bangsa.
e. Asas Kemanusiaan
Kita telah membahas empat asas dari lima asas panca darma
perguruan taman sisiwa, yang merupakan wawasan pendidikan Ki Hajar
Dewantara. Dari empat asas yang telah kita kembangkan, selanjutnya
berdasarkan makna yang kita hayati, akhirnya bermuara kepada
kemanusiaan. Oleh karena itu, berdasarkan penalaran intelektual,
emosional, dan spiritual, apa yang telah diurutkan Ki Hajar dewantara,
sangat tepat. Selanjutnya, marilah kita kembangkan pembahasan asas
kemanusiaan itu lebih lanjut.

Penerapan asas kemanusiaan dalam proses kegiatan pendidikan,
memiliki

makna

menanamkan

dan

mengembangkan

nilai-nlai

kemanusiaan pada diri pesertra didik. Melalui proses ini, peserta didik
dibimbing dan dibina dirinya untuk mengenal serta menyadari diri
sendiri, orang lain mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, bangsa,
sampai pada masyarakat dunia, secara bertahap sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Melalui asas kemanusiaan, peserta didik dibimbing menyadari
harga dan martabat diri, serta nilai kemanusiaan yang secara kodrati
melekat pada menusia dengan kehidupannya selaku umat yang sederajat
atau sama dihadapan Tuhan.
D. Makna Pendidikan Memperdayakan Sumber Daya Manusia
Pada awal Bab lll, telah kita bahas bahwa “pendidikan diartikan sebagai
proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan
kematangan” makna kedewasaan pada konotasi ini, tidak terbatas hanya pada
usia kalender, melainkan lebih berbobot mental-spiritual, sikap, nalar, baik
intelektual maupun emosianal, sosial dan emosional. Dengan demikian, pada
tingkat dan bobot kedewasaan ini, terungkap pula kematangannya dalam
berucap, berpikir, berperilaku dan membuat keputusan. Kita yakin seyakin
yakinnya, dalam pencapaian kedewasaan dan kematangan tadi, kuncinya
terletak pada kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, pendidikan
yang tidak hanya terbatas pada pendidikan persekolahan (pendidikan formal).
1. Makna Pemberdayaan
Melalui proses pemberdayaan, peserta didik digiring dan di bimbing
menjadi SDM yang memiliki visi, sadar bahwa hidup dan kehidupan itu
berpijak diatas realita dimanapun kita hidup selalu berhadapan dengan orang
lain, serta dalam mengahadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan
ancaman hambatan gangguan, harus menampilkan diri sebagai orang yang
berani.

Dalam proses pemberdayaan diri terutama pada peserta didik harus
berpijak diatas realita, kehidupan yang sedang kita jalani ini juga penuh
persaingan, tantangan gangguan hambatan dan ancaman bahkan juga sangat
beresiko itulah realita sesungguhnya yang kita hadapi.
2. Pendidikan Sebagai Proses Pemberdayaan
Ketidakberdayaan

individu

dan

kelompok

terletak

pada

keterbelenggunya dalam aspek-aspek sosial budaya, sosial ekonomi, sosial
psikologi dan sosial politik.
Reformasi pendidikan sebagai tuntunan perkembangan kualitatif dan
pertumbuhan kuantitatif kehidupan, harus beramni mengubah strategi, dari
pendekatan

kuantitatif

ke

pendekatan

kualitatif.

Penerapan

dan

pengembangan metodologi yang bobotnya kualitatif harus menjadi pilihan
untuk memenuhi tuntunan reformasi pendidikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sesuai dengan pembahasan di BAB II yang telah dipaparkan, maka kami
sebagai penyusun dapat menyimpulkan, diantaranya sebagai berikut:
1. Hakikat pendidikan merupakan suatu proses kegiatan mengubah perilaku
individu ke arah kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluasluasnya, baik melalui pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan
dari belenggu kebodohan, kemiskinan, rendah diri.
2. Pendidikan sebagai proses kegiatan, terutama diindonesia, dan landasan
pokoknya melekat pada agama, filsafat, budaya, dan moral.
3. Asas-asas yang diterapkan pada proses serta kegiatan pendidikan, meliputi
pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan
transparasi, tanggung jawab serta kualitas
4. Panca darma sebagai asas pendidikan, yang meliputi asas kodrat alam,
kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Panca darma
dapat memperkuat asas pendidikan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat. Tentunya masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Sehingga kritik dan saran yang sifatnya konstruktif
sangat kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
www. Google. com