pengaruh urbanisasi terhadap pemukiman da
Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota
Permukiman Kumuh Dampak dari Urbanisasi
Dosen :
Dr-Ing Jo Santoso
Suryono Herlambang, S.T., M.Sc.
Asisten Dosen :
Nadia Ayu L, S.T.
Oleh :
Maria Gratia Plena M
Irma Dela Larasita
345160020
345160024
LATAR BELAKANG
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dengan adanya daya tarik
pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat
kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha
di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota.
Semakin tingginya permintaan akan tempat tinggal, tidak sebanding dengan lahan yang
tersedia di perkotaan. Karena itu timbulah pemukiman pemukiman ilegal yang didirikan di
sekitar bantaran sungai, bantaran rel kereta api, sekkitar sembatan, dan lain lain.
Pertambahan penduduk yang tak terkendali di perkotaan. Hal ini menyebabkan beragam
permasalahan, salah satunya yaitu banyaknya pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh
merupakan tempat tinggal yang tidak layak secara fisik maupun non fisik. Perumahan kumuh
dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh
adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.
Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber
penyakit sosial lainnya.
STUDI LITERATUR
Kemiskinan
Menurut Bappenas, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak
dapat dihindari oleh oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya. Sedangkan, menurut
Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi
pada sejumlah atau golongan bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di
masyarakat sekitarnya. Saat ini, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
tumbuhnya pemukiman kumuh di Jakarta. Dengan pendapatan yang minim, masyarakat
miskin lebih memilih untuk tinggal di pemukiman kumuh dan membangun rumahnya sendiri,
walau terkadang sangat kecil dan dengan lingkungan sekitarnya kebersihannya tidak
memadai, serta dibangun di atas lahan yang ilegal.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Persebaran penduduk yang tidak
merata antara desa dan kota membuat peningkatan penduduk yang berasal dari kota menjadi
sangat signifikan tanpa diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum,
perumahan, aparat penegak hukum, penyedian pangan dan lain sebagainya, hal ini tentunya
menjadi suatu masalah yang harus diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Perpindahan itu
sendiri dikategorikan menjadi 2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas
penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan
untuk menetap di kota, sedangkan mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk yang
hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Permukiman
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang,
permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang
sentral, dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.
Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu
mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan,
transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Permukiman Kumuh
Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat
tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan,
kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai,
membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya.
Masrun (2009) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan
hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan
permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik,
sosial ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak
bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam
lingkungan yang sangat membahanyakan kehidupannya. Pada umumnya permukiman kumuh
memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk yang sangat rendah, tidak memadainya kondisi
sarana dan prasarana dasar, seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas
pendidikan, ruang terbuka / rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbelanjaan.
BPS DKI Jakarta (Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta, 2011, hal. 1) membagi
penyebab munculnya lingkungan pemukiman yang kumuh menjadi 3 aspek, yaitu :
a. Kelemahan SDM
Pendidikan rendah serta kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, menjadikan
masyarakat tidak bisa menata pemukimannya agar sehat.
b. Faktor ekonomi
Masyarakat yang ada pada kantong-kantong kumuh umumnya tidak memiliki penghasilan
tetap.
c. Kepemilikan tanah tempat tinggal
Banyak masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh itu menempati tanah yang bukan
miliknya (temasuk menempati tanah Negara).
PEMBAHASAN
Permukiman kumuh di Jakarta merupakan salah satu akibat dari adanya arus urbanisasi yang
tinggi ke Jakarta. Sebagian besar orang yang melakukan urbanisasi berpikir akan dapat
mengubah nasibnya dengan merantau ke kota. Bagi orang-orang dengan ketrampilan yang
cukup mungkin akan mendapatkan pekerjaan, walaupun saat ini sudah sulit mencari
pekerjaan di Jakarta. Namun, bagi orang-orang yang tidak memiliki cukup kemampuan akan
sulit baginya mencari pekerjaan di kota Jakarta. Sehingga pada akhirnya mereka akan
menjadi pengangguran dan menjadi warga liar di Jakarta. Orang-orang inilah yang pada
akhirnya berusaha bertahan hidup di kota Jakarta dan mencari tempat untuk menetap.
Beberapa orang yang tidak memiliki cukup biaya, biasanya akan membangun rumah mereka
sendiri di tempat-tempat yang tidak seharusnya, seperti di pinggir rel kereta, di bantaran
sungai/kali, di kolong jembatan, dll. Dari data BPS, mencatat jumlah pemukiman kumuh
sebanyak 181.256 unit dengan katagori kumuh berat 21.720 unit, pemukiman teesebut
terdapat di 278 RW kumuh di daerah Jakarta.
Gambar 1. Kawasan permukiman kumuh di bantaran kali Ciliwung
Sumber : http://www.beritasatu.com/
Gambar di atas merupakan salah satu contoh dari kawasan permukiman kumuh di Jakarta
yang berlokasi di bantaran kali Ciliwung. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa permukiman
kumuh dapat mengganggu estetika dari sebuah kota dan mengganggu utilitas kota, karena
permukiman tersebut dibangun di atas tanggul sungai. Selain itu, pembangunan permukiman
kumuh biasanya menyalahgunakan fungsi lahan yang tidak seharusnya dibangun
permukiman.
Tabel 1. Permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat
Klasifikasi Kumuh
Jumlah KK
Persentase
Berat
8.712
44 %
Sedang
9.617
48 %
Ringan
1.542
8%
Total
19.871
100 %
Sumber : Jurnal teknik pomits Vol. 3, No. 2, (2014)
Klasifikasi permukiman kumuh yang berada di Kelurahan Kapu, Jakarta Barat. Dari tabel di
atas, dapat dilihat pengklasifikasian pemukiman dari yang berat hingga ringan. Permukiman
kumuh tersebut tersebar di RW 07 ( kumuh ringan), RW 01, 03, 06 dan 13 (kumuh sedang)
RW 12 dan 16 (kumuh berat).
Sebagian besar masyarakat terpaksa tinggal di permukiman kumuh karena harga lahan di
Jakarta yang semakin mahal. Hal ini juga dikarenakan jumlah lahan yang sudah tidak
sebanding dengan banyaknya penduduk, sehingga kota Jakarta saat ini semakin padat.
Dampak
Dampak dari permukiman kumuh ini antara lain :
1. Terjadi pendangkalan sungai akibat penimbunan sampah rumah tangga dan lumpur.
2. Menyebabkan banjir karena adanya pendangkalan sungai.
3. Mengganggu estetika dan penataan kota.
4. Tingkat kriminalitas meningkat karena adanya kemiskinan dan tingkat pendidikan yang
rendah.
5. Terganggunya kesehatan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, karena sanitasi
serta ventilasi yang tidak memadai.
6. Rawan terjadi kebakaran karena rumah yang berhimpitan satu sama lain dan jaringan
listrik yang semrawut.
Tabel 2. Jumlah permukiman kumuh di Jakarta
TAHUN
2008
2012
2013
JUMLAH RW
415
309
264
Sumber : http://www.beritasatu.com/
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pada jumlah permukiman kumuh
di Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengurangi jumlah permukiman
kumuh. Solusi-solusi yang sudah dilakukan pemerintah antara lain melakukan relokasi
terhadap warga yang tinggal di bantaran sungai ke rumah susun, pelebaran GSS (Garis
Sepadan Sungai) seperti yang dilakukan di Kampung Pulo, peremajaan kampung di sekitar
sungai, dll.
Gambar 2. Kampung Batik di Jakarta Selatan
Sumber : http://www.athba.net/
Gambar di atas merupakan salah satu contoh dari perumahan kumuh yang saat ini sudah
berhasil diremajakan dan dikenal dengan nama Kampung Batik karena bangunan serta sarana
umum lainnya dilukis dengan pola batik. Kampung tersebut terletak di RW 04 Jl. Palbatu II
Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Ide pembuatan Kampung
Batik ini dipelopori oleh Ade Santoso, yang merupakan salah satu warga di kampung
tersebut, yang tergerak hatinya melihat kondisi kampung yang jauh dari siat bersih. Dari situ
terbesit ide dalam benaknya untuk menghias tembok bangunan dan sarana umum lainnya
dengan batik.
Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa penanganan terhadap pemukiman kumuh kini
mulai banyak digalakkan. Hal itu dapat dilihat dari tabel 1 yang menunjukkan jumlah
permukiman kumuh yang terus menurun. Namun, penanganan terhadap permukiman kumuh
ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus ada kesadaran dari setiap warga untuk
tetap menjaga kerapian dan kebersihan kampungnya, serta kesadaran warga untuk
membangun pemukiman di tempat yang seharusnya. Dengan demikian, Kota Jakarta dapat
terbebas dari pemukiman kumuh sedikit demi sedikit sehingga dapat memaksimalkan fungsi
kota itu sendiri.
Menurut kami, masalah pemukiman ini sering di bahas oleh pemerintahan namun sampai saat
ini belum mendapatkan solusi yang tepat. Seperti pembangunan rumah susun yang saat ini
belum menjadi solusi yang tepat, karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan
fasilitas penunjang aktivitas mereka saat berada di rumah susun. Sebelum membangun
rumah susun dapat dilakukan pemberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman
kumuh, agar masyarakat yang akan tinggal dirumah susun dapat menjaga kebersihan, dan
nyamanan supaya tidak timbul kawasan kumuh baru. Atau dengan program perbaikan
kampung, agar kampung lebih tertata dan rapih.
KESIMPULAN
Permukiman kumuh dapat mengakibatkan berbagai macam masalah terutama pada
permukiman kumuh yang berdiri di bantaran sungai, sehingga mengakibatkan banjir. Peran
pemerintah beberapa tahun teraakhir ini sudah cukup baik dalam menangani permukiman
kumuh. Namun peran masyarakat juga dibutuhkan dalam membatu membangun permukiman
menjadi lebih layak huni.
SARAN
Walaupun pemerintah sudah melakukan progam unruk membangun rumah susun untuk
mengatasi permukiman kumuh. namun cara tersebut belum sepenuhnya berhasil. Karena
perelokasian, dan peremajakan tidak sepenuhnya dapat dimiliki oleh warga, harga sewa yang
tidak sebanding dengan fasilitas atau pengahasilan mereka. Seharusnya pemerintah
melakukan sosialisasi dan mencari alteranatif penganti pemukiman yang memadai sesuai
dengan aktivias yang mata pencariannya atau kemampuan daya beli masyarakat. Dan bagi
masyarakat harus menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http:/www.seputarpengetahuan.com/2016/06/9-pengertian-kemiskinan-menurut-paraahli-dan-penyebabnya-lengkap.html
http://ensiklopediasli.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-urbanisasi-transmigrasiimigrasi-emigrasi-sirkulasi-ruralisasi.html
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/09/definisi-permukiman.html
http://retnokartikasari717.blogspot.co.id/2015/06/permukiman-kumuh.html
http://www.athba.net/2013/05/10-kawasan-kumuh-yang-menjadi-kampung.html
Permukiman Kumuh Dampak dari Urbanisasi
Dosen :
Dr-Ing Jo Santoso
Suryono Herlambang, S.T., M.Sc.
Asisten Dosen :
Nadia Ayu L, S.T.
Oleh :
Maria Gratia Plena M
Irma Dela Larasita
345160020
345160024
LATAR BELAKANG
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Dengan adanya daya tarik
pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat
kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha
di pusat kota, tentu saja memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota.
Semakin tingginya permintaan akan tempat tinggal, tidak sebanding dengan lahan yang
tersedia di perkotaan. Karena itu timbulah pemukiman pemukiman ilegal yang didirikan di
sekitar bantaran sungai, bantaran rel kereta api, sekkitar sembatan, dan lain lain.
Pertambahan penduduk yang tak terkendali di perkotaan. Hal ini menyebabkan beragam
permasalahan, salah satunya yaitu banyaknya pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh
merupakan tempat tinggal yang tidak layak secara fisik maupun non fisik. Perumahan kumuh
dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dampak sosial, dimana sebagian masyarakat kumuh
adalah masyarakat berpenghasilan rendah dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah
dianggap sebagai sumber ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.
Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat
merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber
penyakit sosial lainnya.
STUDI LITERATUR
Kemiskinan
Menurut Bappenas, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak
dapat dihindari oleh oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya. Sedangkan, menurut
Suparlan, kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena kekurangan materi
pada sejumlah atau golongan bila dibandingkan dengan standar kehidupan yang berlaku di
masyarakat sekitarnya. Saat ini, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
tumbuhnya pemukiman kumuh di Jakarta. Dengan pendapatan yang minim, masyarakat
miskin lebih memilih untuk tinggal di pemukiman kumuh dan membangun rumahnya sendiri,
walau terkadang sangat kecil dan dengan lingkungan sekitarnya kebersihannya tidak
memadai, serta dibangun di atas lahan yang ilegal.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Persebaran penduduk yang tidak
merata antara desa dan kota membuat peningkatan penduduk yang berasal dari kota menjadi
sangat signifikan tanpa diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum,
perumahan, aparat penegak hukum, penyedian pangan dan lain sebagainya, hal ini tentunya
menjadi suatu masalah yang harus diatasi dan dicarikan jalan keluarnya. Perpindahan itu
sendiri dikategorikan menjadi 2 macam, yakni migrasi penduduk dan mobilitas
penduduk. Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang bertujuan
untuk menetap di kota, sedangkan mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk yang
hanya bersifat sementara atau tidak menetap.
Permukiman
Pengertian dasar permukiman dalam UU No.1 tahun 2011 adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana,
utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Permukiman merupakan suatu kebutuhan pokok yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Dari deretan lima kebutuhan hidup manusia pangan, sandang,
permukiman, pendidikan dan kesehatan, nampak bahwa permukiman menempati posisi yang
sentral, dengan demikian peningkatan permukiman akan meningkatkan pula kualitas hidup.
Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu
mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan,
transportasi, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Permukiman Kumuh
Menurut UU No. 4 pasal 22 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, dimana
permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni antara lain karena berada pada
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkan atau tata ruang, kepadatan bangunan yang sangat
tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan,
kualitas umum bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai,
membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghuninya.
Masrun (2009) memaparkan bahwa permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan
hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan
permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk baik secara fisik,
sosial ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak mungkin dicapainya kehidupan yang layak
bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam
lingkungan yang sangat membahanyakan kehidupannya. Pada umumnya permukiman kumuh
memiliki ciri-ciri tingkat kepadatan penduduk yang sangat rendah, tidak memadainya kondisi
sarana dan prasarana dasar, seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas
pendidikan, ruang terbuka / rekreasi, fasilitas pelayanan kesehatan dan perbelanjaan.
BPS DKI Jakarta (Evaluasi RW Kumuh di Provinsi DKI Jakarta, 2011, hal. 1) membagi
penyebab munculnya lingkungan pemukiman yang kumuh menjadi 3 aspek, yaitu :
a. Kelemahan SDM
Pendidikan rendah serta kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, menjadikan
masyarakat tidak bisa menata pemukimannya agar sehat.
b. Faktor ekonomi
Masyarakat yang ada pada kantong-kantong kumuh umumnya tidak memiliki penghasilan
tetap.
c. Kepemilikan tanah tempat tinggal
Banyak masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh itu menempati tanah yang bukan
miliknya (temasuk menempati tanah Negara).
PEMBAHASAN
Permukiman kumuh di Jakarta merupakan salah satu akibat dari adanya arus urbanisasi yang
tinggi ke Jakarta. Sebagian besar orang yang melakukan urbanisasi berpikir akan dapat
mengubah nasibnya dengan merantau ke kota. Bagi orang-orang dengan ketrampilan yang
cukup mungkin akan mendapatkan pekerjaan, walaupun saat ini sudah sulit mencari
pekerjaan di Jakarta. Namun, bagi orang-orang yang tidak memiliki cukup kemampuan akan
sulit baginya mencari pekerjaan di kota Jakarta. Sehingga pada akhirnya mereka akan
menjadi pengangguran dan menjadi warga liar di Jakarta. Orang-orang inilah yang pada
akhirnya berusaha bertahan hidup di kota Jakarta dan mencari tempat untuk menetap.
Beberapa orang yang tidak memiliki cukup biaya, biasanya akan membangun rumah mereka
sendiri di tempat-tempat yang tidak seharusnya, seperti di pinggir rel kereta, di bantaran
sungai/kali, di kolong jembatan, dll. Dari data BPS, mencatat jumlah pemukiman kumuh
sebanyak 181.256 unit dengan katagori kumuh berat 21.720 unit, pemukiman teesebut
terdapat di 278 RW kumuh di daerah Jakarta.
Gambar 1. Kawasan permukiman kumuh di bantaran kali Ciliwung
Sumber : http://www.beritasatu.com/
Gambar di atas merupakan salah satu contoh dari kawasan permukiman kumuh di Jakarta
yang berlokasi di bantaran kali Ciliwung. Dalam gambar tersebut terlihat bahwa permukiman
kumuh dapat mengganggu estetika dari sebuah kota dan mengganggu utilitas kota, karena
permukiman tersebut dibangun di atas tanggul sungai. Selain itu, pembangunan permukiman
kumuh biasanya menyalahgunakan fungsi lahan yang tidak seharusnya dibangun
permukiman.
Tabel 1. Permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat
Klasifikasi Kumuh
Jumlah KK
Persentase
Berat
8.712
44 %
Sedang
9.617
48 %
Ringan
1.542
8%
Total
19.871
100 %
Sumber : Jurnal teknik pomits Vol. 3, No. 2, (2014)
Klasifikasi permukiman kumuh yang berada di Kelurahan Kapu, Jakarta Barat. Dari tabel di
atas, dapat dilihat pengklasifikasian pemukiman dari yang berat hingga ringan. Permukiman
kumuh tersebut tersebar di RW 07 ( kumuh ringan), RW 01, 03, 06 dan 13 (kumuh sedang)
RW 12 dan 16 (kumuh berat).
Sebagian besar masyarakat terpaksa tinggal di permukiman kumuh karena harga lahan di
Jakarta yang semakin mahal. Hal ini juga dikarenakan jumlah lahan yang sudah tidak
sebanding dengan banyaknya penduduk, sehingga kota Jakarta saat ini semakin padat.
Dampak
Dampak dari permukiman kumuh ini antara lain :
1. Terjadi pendangkalan sungai akibat penimbunan sampah rumah tangga dan lumpur.
2. Menyebabkan banjir karena adanya pendangkalan sungai.
3. Mengganggu estetika dan penataan kota.
4. Tingkat kriminalitas meningkat karena adanya kemiskinan dan tingkat pendidikan yang
rendah.
5. Terganggunya kesehatan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, karena sanitasi
serta ventilasi yang tidak memadai.
6. Rawan terjadi kebakaran karena rumah yang berhimpitan satu sama lain dan jaringan
listrik yang semrawut.
Tabel 2. Jumlah permukiman kumuh di Jakarta
TAHUN
2008
2012
2013
JUMLAH RW
415
309
264
Sumber : http://www.beritasatu.com/
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan pada jumlah permukiman kumuh
di Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengurangi jumlah permukiman
kumuh. Solusi-solusi yang sudah dilakukan pemerintah antara lain melakukan relokasi
terhadap warga yang tinggal di bantaran sungai ke rumah susun, pelebaran GSS (Garis
Sepadan Sungai) seperti yang dilakukan di Kampung Pulo, peremajaan kampung di sekitar
sungai, dll.
Gambar 2. Kampung Batik di Jakarta Selatan
Sumber : http://www.athba.net/
Gambar di atas merupakan salah satu contoh dari perumahan kumuh yang saat ini sudah
berhasil diremajakan dan dikenal dengan nama Kampung Batik karena bangunan serta sarana
umum lainnya dilukis dengan pola batik. Kampung tersebut terletak di RW 04 Jl. Palbatu II
Kelurahan Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. Ide pembuatan Kampung
Batik ini dipelopori oleh Ade Santoso, yang merupakan salah satu warga di kampung
tersebut, yang tergerak hatinya melihat kondisi kampung yang jauh dari siat bersih. Dari situ
terbesit ide dalam benaknya untuk menghias tembok bangunan dan sarana umum lainnya
dengan batik.
Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa penanganan terhadap pemukiman kumuh kini
mulai banyak digalakkan. Hal itu dapat dilihat dari tabel 1 yang menunjukkan jumlah
permukiman kumuh yang terus menurun. Namun, penanganan terhadap permukiman kumuh
ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus ada kesadaran dari setiap warga untuk
tetap menjaga kerapian dan kebersihan kampungnya, serta kesadaran warga untuk
membangun pemukiman di tempat yang seharusnya. Dengan demikian, Kota Jakarta dapat
terbebas dari pemukiman kumuh sedikit demi sedikit sehingga dapat memaksimalkan fungsi
kota itu sendiri.
Menurut kami, masalah pemukiman ini sering di bahas oleh pemerintahan namun sampai saat
ini belum mendapatkan solusi yang tepat. Seperti pembangunan rumah susun yang saat ini
belum menjadi solusi yang tepat, karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan
fasilitas penunjang aktivitas mereka saat berada di rumah susun. Sebelum membangun
rumah susun dapat dilakukan pemberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman
kumuh, agar masyarakat yang akan tinggal dirumah susun dapat menjaga kebersihan, dan
nyamanan supaya tidak timbul kawasan kumuh baru. Atau dengan program perbaikan
kampung, agar kampung lebih tertata dan rapih.
KESIMPULAN
Permukiman kumuh dapat mengakibatkan berbagai macam masalah terutama pada
permukiman kumuh yang berdiri di bantaran sungai, sehingga mengakibatkan banjir. Peran
pemerintah beberapa tahun teraakhir ini sudah cukup baik dalam menangani permukiman
kumuh. Namun peran masyarakat juga dibutuhkan dalam membatu membangun permukiman
menjadi lebih layak huni.
SARAN
Walaupun pemerintah sudah melakukan progam unruk membangun rumah susun untuk
mengatasi permukiman kumuh. namun cara tersebut belum sepenuhnya berhasil. Karena
perelokasian, dan peremajakan tidak sepenuhnya dapat dimiliki oleh warga, harga sewa yang
tidak sebanding dengan fasilitas atau pengahasilan mereka. Seharusnya pemerintah
melakukan sosialisasi dan mencari alteranatif penganti pemukiman yang memadai sesuai
dengan aktivias yang mata pencariannya atau kemampuan daya beli masyarakat. Dan bagi
masyarakat harus menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
DAFTAR PUSTAKA
http:/www.seputarpengetahuan.com/2016/06/9-pengertian-kemiskinan-menurut-paraahli-dan-penyebabnya-lengkap.html
http://ensiklopediasli.blogspot.co.id/2016/04/pengertian-urbanisasi-transmigrasiimigrasi-emigrasi-sirkulasi-ruralisasi.html
http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/09/definisi-permukiman.html
http://retnokartikasari717.blogspot.co.id/2015/06/permukiman-kumuh.html
http://www.athba.net/2013/05/10-kawasan-kumuh-yang-menjadi-kampung.html