Ushul Fiqh UTS Makalah 'Hukum Hijab dan Batas Aurat Bagi Wanita'

  

MAKALAH USHUL FIQH

HUKUM HIJAB DAN BATAS AURAT BAGI WANITA

Dosen Pembimbing:

Drs. Mona Eliza, M.Ag

  

Disusun Oleh:

Vanny Rosa Marini

1113051000025

Jakarta, 2013

  

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

  

Kata Pengantar

  

Assalamu’alaykum warohmatullah. Segala puji hanya milik Allah yang dengan

  nikmatNya segala bentuk kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusanNya Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

  Makalah berjudul “Hukum Hijab dan Batas Aurat bagi Wanita” untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester ini saya persembahkan spesial untuk para saudariku Muslimah yang ada di bumi ini agar kita bersama bisa saling mengingatkan dan ber-amar ma’ruf nahi munkar dalam menjalankan perintahNya, mematuhi aturanNya dan menjauhi apa yang telah dilarangNya.

  Makalah ini hadir sebagai pencerahan bagi seluruh saudariku Muslimah, sebagai pengingat, penjelasan dan penuntun bagi kita untuk mengenali dan menerapkan Syariat sebagai hamba Allah yang Taat.

  Disini saya insya Allah akan memaparkan tentang hukum-hukum hijab dan aurat bagi wanita. Mungkin diantara kita sudah ada yang tau tentang wajibnya namun belum mengetahui dalilnya, atau ada yang belum mengetahui sama sekali. Perkara hijab yang terlihat remeh ternyata mampu menjadi identitas Muslimah yang sebenarnya, yang bisa mengantarkannya menuju kebaikan maupun sebaliknya. Semoga kita semua selalu dalam perlindungannya agar terhindar dari hal-hal yang salah dan menyesatkan.

  Ya Allah Ya Rahmaan, Engkaulah yang akan mengadili perkara-perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaMu. Tunjukkanlah saya jalan kebenaran dengan izinMu untuk menyelesaikan makalah ini. Ridhoilah usaha hamba sebagai hal yang bermanfaat bagi ummat.

  Jakarta Timur, 17 Dhulhijjah 1434 H / 22 Oktober 2013

  Vanny Rosa Marini

  

Daftar Isi

  

BAB I PENDAHULUAN A. Islam Memandang Wanita Sejak zaman dahulu, wanita selalu dianggap makhluk kelas dua, yang rendah, terbelakang dan tidak punya hak asasi yang berarti. Wanita lebih sering dianggap objek daripada manusia. Peradaban Yunani Kuno yang memperbolehkan wanita diperjualbelikan layaknya budak, bangsa Romawi yang karya-karya seninya sering mengeksploitasi bagian tubuh wanita, Yahudi Konservatif

  yang menganggap wanita tidak lebih dari pembantu begitu pula dengan Teologi Nasrani yang menganggap wanita (Hawa) bertanggung jawab atas diusirnya Adam dari surga.

  Kemudian Islam datang sebagai rahmatan lil ‘alamin mengahapus segala macam anggapan yang merendahkan dan melecehkan wanita. Dalam Islam, lelaki atau wanita selama ia beriman memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pahala di jalannya masing-masing. Islam datang untuk memuliakan wanita, Islam ada untuk memanusiakan wanita.

  ginilah

  Islam memandang wanita karena keindahannya, ia tak boleh dilihat dan dinikmati oleh sembarang orang yang tak berhak. Islam menjaga wanita dari pandangan-pandangan tak bertanggung jawab dengan Hijab. Hijab –dalam ajaran Islam- menanamkan suatu tradisi yang universal dan

  

  B. Ta’rif Hijab

  Hijab ( باجح) sesuai makna harfiahnya adalah pemisah, dalam pergaulan antara laki-laki dan wanita. Tanpa adanya pemisah ini akan sukarlah mengendalikan luapan nafsu syahwat yang

  

  merupakan naluri yang sangat kuat dan dominaalam bidang fiqh, salah satu pengertian hijab ialah segala seuatu yang menghalangi dan menutup aurat muslimah dari pandangan mata.

  Hukum hijab dan menutup aurat secara syar’i adalah Wajib. Tidak ada ulama yang berselisih pendapat tentang hukumnya, mereka hanya berselisih pendapat tentang batas-batas aurat bagi muslimah. Jadi tidak ada alsan bagi seorang wanita yang beriman untuk tidak mengenakannya. Dalil-dalil tentang hijab akan kita bahas pada bab selanjutnya.

  Islam adalah agama yang memandang wanita sebagai makhluk nan agung, mereka harus terlindung dengan jilbab dan kerudung. Islam bukan bermaksud memasung, namun agar wanita terhormat dan terlindung. Hijab adalah identitas wanita muslimah agar ia dikenal dan tidak

  

  C. Urgensi Ilmu Fiqh Hukum Hijab

  Kita hidup di Indonesia negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, namun bukanlah negara Islam. Maka tidak mengagetkan banyak penduduk muslim nya yang masih belum tau 1 kewajiban-kewajiban apa saja yang harus ditunaikan seorang muslimin dan muslimah. 2 HR. Muslim 3 Husein Shahab. Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Mizania. 2013. hlm.15 4 Ibid. hlm. 15-16 Terjemah QS. Al-Ahzab [33] ayat 59

  Hijab bukanlah sekedar tradisi, adat istiadat atau peninggalan kaum Arab sehingga yang bukan orang Arab tidak wajib untuk mengenakannya, sama sekali tidak. Para wanita Arab jahiliyah malah tidak berhijab, tapi kemudian Nabi Muhammad SAW. datang membawa risalahnya sebagai

  rahmatan lil ‘alamin menjaga wanita dengan Hijab. Kesalahpahaman inilah yang membuat cara

  bepikir orang Indonesia yang menganggap “lebih baik meng-hijab hati dulu.” Ini jelas salah dan tidak ada dalilnya. Berakhlak baik sama mutlak hukum wajibnya dengan menutup aurat. Semua dikerjakan berbarengan, tidak ada yang dilakukan lebih dulu daripada yang lainnya.

  Ada yang sudah berhijab namun masih belum mengetahui bagaimana hukum-hukum hijab berdasarkan dilalah al-Qur’an dan Hadits, sehingga tujuan hijab melenceng dari fungsi sesungguhnya yaitu menutup aurat secara syar’i. Ada yang berhijab tapi kelakuan dan akhlaknya masih jauh dari nilai Islam. Semua itu tidak ada yang salah, dalam ilmu ushul fiqh seseorang belum bisa disebut mukallaf jika belum mengetahui hukum-hukum yang dibebankan atas dirinya, yang salah adalah ketika kita sudah tau hukum-hukumnya namun tetap enggan untuk melaksanakannya. Yang terpenting dalam mengkaji ilmu-ilmu Islam-dalam hal ini adalah masalah hijab- ialah pembelajaran tanpa henti.

  Ilmu Fiqh tentang hijab memang harus lebih sering diedukasikan kepada para muslimah negeri ini supaya hukum hijab berjalan sebagai mana mestinya seperti yang telah diperintahkan Allah SWT dan diajarkan Rasulullah SAW. Sehingga para muslimah di Indonesia khususnya lebih mencerminkan cara berpakaian yang telah diatur Islam.

  Semoga kita semua selalu dalam tuntunan dan bimbingan Allah dalam menjalankan syariat- syariat yang telah diaturNya. Semoga hidayah dan cahaya ilmu Allah senantiasa masuk kedalam diri kita.

BAB II AURAT WANITA A. Batas Aurat Dari Khalid ibn Duraik: ‘A’isyah r.a. berkata, “Suatu hari, Asma’ binti Abu Bakar menemui Rasulullah SAW dengan mengenakan pakaian tipis. Beliau berpaling darinya dan berkata, ‘Wahai Asma’ jika perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini’- sambil menujuk ke wajah dan kedua telapak tangan.” (HR. Abu Dawud). Kaum muslimin telah sepakat mengenai ketentuan bahwa menutup aurat bagi wanita adalah

  wajib sejak masa Rasulullah hingga sekarang, dan telah menjadi pengetahuan agama yang tidak diragukan lagi. Dan pendapat inilah yang dipengang oleh jumhur ulama, tak seorang pun dari kalangan ulama terpercaya yang menentangnya, yang mereka perselisihkan hanyalah batas- batasnya.

  Sebagian ulama Hanafi, khususnya Imam Abu Hanifah mengatakan selain wajah dan telapak tangan, Kaki-yang dimaksud adalah dari tumit ke bawah, atau dalam bahasa arabnya

  

qadam- juga bukan termasuk aurat yang wajib ditutup karena ada alasan kedaruratan yang tak bisa

  dihindari, seperti aktivitas wanita yang membutuhkan langkah kesana dan kemari. Para wanita pengikut madzhab Hanafi sudah merasa cukup shalat menggunakan rok/gamis panjang tanpa menggunakan kaus kaki. Mengapa mereka tak menggunakan mukenah? Dalam syarat sah-nya shalat ialah menutup aurat, bukan mengenakan mukenah. Sehingga selama wanita sudah menutup auratnya, shalatnya sudah dianggap sah. Mengenai mukenah adalah seperti ‘urf yang hanya ada di sebagian kecil (atau satu-satunya) negara, termasuk Indonesia.

  Menurut Dr. Fuad, penulis buku Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Islam, kata aurat berasal dari tiga unsur kata dalm bahasa arab yang salah satunya adalah a’wara. A’wara berarti sesuatu yang jika dilihat akan mencemarkan. Disini, aurat berarti sebuah anggota badan yang harus ditutup dan dijaga sehingga tidak menimbulkan rasa kekecewaan dan malu.

12 Titik Aurat Wanita Menurut Al-Qur’an dan Hadits

   B.

  1. Bulu Kening Yang dimaksut aurat disini adalah, seorang wanita dilarang mencukur atau menipiskan bulu keningnya dengan tujuan untuk bertabarruj atau mempercantik diri.hal ini berlandaskan pada dalil berikut, “Rasulullah melaknat perempuan yang mencukur atau

  menipiskan bulu kening atau meminta supaya dicukur bulu keningnya.” (HR. Abu Daud)

  Larangan Rasulullah ini tentunya bukan tanpa alasan, selain mengubah ciptaan Allah, mencukur bulu kening juga tidak baik dari segi kesehatan. Namun jika bulu kening terlalu lebat dan niatnya hanya ingin merapihkan saja, maka hukumnya boleh jika yang dihilangkan hanya beberapa helai.

  2. Kaki Sebagaimana kita ketahui, aurat wanita ialah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak 5 tangan, maka dari itu menutup kaki hukumnya adalah wajib. Kaus kaki wajib dikenakan

  Rujukan penting pembahasan sub-bab ini adalah Puaskan Matamu Dengan Auratku!. Oleh Siti Nur Khamzah. Jogjakarta: DIVA Press. hlm.41-136 bagi wanita jika ia keluar rumah, karena yang begitu ialah lebih aman dan menjaga auratnya ketika ia melangkah.

  Kemudian mengacu pada Surah an-Nuur ayat 31, “…dan janganlah mereka

  

(perempuan) menghentakkan kaki agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.”

  yang menegaskan bahwa wanita haram memakai gelang kaki berlonceng yang bila kaki melangkah menimbulkan bunyi.

  3. Wewangian Rasulullah bersabda. “Siapa pun wanita yang menggunakan minyak wangi (atau

  parfum) lalu berjalan melewati sekelompok kaum agar mereka bisa mencium bau wanginya, maka wanita itu adalah pezina.” (HR. Nasa’i, Ahmad dan Al-Hakim).

  Disini Rasul benar-benar melarang wanita yang sedang keluar rumah untuk memakai parfum. Apalagi jika wanita tersebut ingin melakukan sholat jama’ah di masjid, maka ia sudah ditaklifi untuk memakai pakaian yang menutup aurat dan tidak memakai wewangian yang dikhawatirkan akan menimbulkan syahwat bagi lawan jenis yang menciumnya.

  4. Dada Masih banyak muslimah yang beranggapan bahwa hanya dengan memakai kerudung itu sudah menutup aurat, entah itu kerudungnya sekedar menutupi rambut dan tidak menjulur sampai ke dada. Ini sangat bertentangan dengan firman Allah, “…dan hendaklah

  mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” dalam Surah an-Nuur ayat 31

  5. Gigi Yang dimaksud gigi adalah aurat, yaitu keharaman untuk mengubah gigi ciptaaan

  Allah dengan cara mengikirnya, hal ini disebabkan oleh sebuah hadits, “Rasulullah

melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya.” (HR.

Thabrani). Mengikir gigi jika tujuannya mempercantik diri tentu dilarang, namun jika terpaksa dilakukan karena gigi mengganggu ataupun masalah kesehatan lainnya, maka hukumnya boleh untuk mengikir gigi seperlunya saja.

  6. Leher Leher termasuk salah satu titik aurat yang paling bisa menimbulkan syahwat, maka leher wajib ditutup, bukan sekedar dibungkus. Apa yang dimaksud membungkus?

  Sebagaimana kita ketahui, perbedaan antara menutup dan membungkus adalah jika menutup itu adalah menutup secara kaffah tidak terlihat bentuk dan lekuk dari leher tersebut. Sedangkan membungkus sama halnya dengan membalut yang masih menampakkan lekuk leher.

  Maka hendaklah kita mengulurkan kerudung hingga batas dada, yang demikian itu lebih aman dan menjaga bagi wanita.

  7. Tangan Yang bukan termasuk aurat hanyalah wajah dan telapak tangan (pergelangan tangan) sedangkan bagian yang diatasnya yaitu lengan adalah termasuk aurat. Maka bagian tangan selain pergelangan tangan hendaklah juga kita jaga seperti menjaga bagian aurat kita yang lain. Tidak dibenarkan seorang muslimah memakai pakaian yang tidak sepanjang lengan tangannya sehingga ada sebagian lengannya yang terlihat. Juga dengan tidak memakai pakaian tipis dan transparan yang menyebakan terlihatnya kulit dan lekuk tangan kita.

  Wanita juga hendaknya menjaga tangannya dengan tidak bersentuhan atau berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.

  8. Mata Mata adalah aurat wanita yang paling rentan terhadap maksiat. Allah memerintahkan kita baik wanita maupun pria untuk ghodul bashor karena pandangan mata yang berlebihan bisa menyebabkan zina pandangan. Menahan pandangan memang susah dijaman sekarang yang dimana wanita dan pria banyak melakukan interaksi yang tidak ada penghalangnya, seperti di sekolah, kampus atau pasar.

  Maka dari itu seorang muslimah harus pandai bergaul, tidak melakukan interaksi yang berlebihan kepada lawan jenis sebagai langkah awal kita menjaga pandangan, dan menjaga mata dari maksiat.

  9. Mulut (Suara) Apakah maksutnya suara muslimah adalah aurat? Apakah kita tidak boleh berbicara? Tentu boleh karena memang berbicara adalah cara kita untuk berinteraksi dengan orang lain.

  Lalu mengapa saya memasukkan suara sebagai salah satu aurat? Yang dimaksud suara adalah aurat disini adalah, jenis cara berbicara muslimah yang sangat tidak dianjurkan oleh syariat yaitu dengan sengaja wanita memperlembut suaranya, merayu, mendesah dan sebagainya yang dapat menimbulkan syahwat dari kaum lelaki. Al- Habib Umar bin Hafidh menjelaskan bahwa berdosa jika wanita memperlembut suaranya untuk menarik perhatian pria.

  10. Kemaluan Kemaluan adalah aurat yang paling penting untuk dijaga dan merupalan simbol kesucian wanita. Wanita harus benar-benar menjaga pergaulan dan kehormatannya supaya terjaga dari segala perbuatan yang dilarang agama, seperti berbuat zina, berpacaran atau berselingkuh jika sudah bersuami.

  Syariat telah menetapkan batas-batas aurat wanita dan menetapkan aturan serta batas- batas mengenai tata cara pergaulan antara wanita dan pria, di mana pergaulan keduanya yang bukan mahram dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan zina.

  11. Pakaian Ada dua jenis pakaian yang dilarang bagi muslimah untuk mengenakannya, yang pertama pakaian yang tidak secara syar’i dapat menutup aurat. Rasulullah bersabda, “Ada

  

dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum yang

memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang

berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang

miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya,

walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim). Imam

  Nawawi menulis dalam Syarh Muslim, “Hadis ini merupakan salah satu mukjizat Rasulullah SAW. Apa yang telah beliau kabarkan kini telah terjadi.”. Yang dimaksud berpakaian tapi telanjang ialah: 1) berpakaian tapi tidak menutup aurat secara menyeluruh, 2) memakai pakaian yang ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, 3) memakai pakaian yang tipis sehingga terlihat warna kulitnya.

  Kedua, Rasulullah bersabda, “Barang siapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan,

  

terutama yang mencolok mata maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari

akhirat nanti.” sudah jelaslah hadits ini sangat menganjurkan bahwa kita semua hendaknya

  berpakian yang sederhana, bukan untuk mengejar popularitas atau supaya dipandang oleh manusia lain.

  12. Rambut Tidak ada satu ulama pun yang berselisih pendapata tentang wajibnya menutup rambut, sebagaimana sabda Rasulullah, “Adapun perempuan-perempuan yang akan

  digantung rambutnya hingga medidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia

tidak mau menutup rambutnya agar tidak dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya.”

  Wanita juga dilarang memotong rambut dengan niat mengikuti trend wanita kafir, menyambung rambut, rebonding atau perbuatan lain yang mengubah ciptaan Allah SWT.

C. Mahram

  Makna mahram ada tiga, yaitu: tidak boleh menikah, boleh memperlihatkan sebagian aurat, boleh mempelihatkan sebagian aurat dan boleh bersalaman. Ada tiga hal yang menyebabkan wanita mempunyai hubungan mahram atau tidak dengan seseorang, yaitu: Nasab, Hubungan Persusuan dan Perkawinan.

  Siapa saja mahram seorang wanita telah diatur Allah dalam firmannya:

   …                                                 …         

  “…dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara- saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…”

  (QS. An-Nuur [24]: 31) Dari ayat tersebut dapat kita dapatkan bahwa mahram wanita adalah:

  1. Suami

  2. Bapak kandung

  3. Bapak mertua

  4. Anak laki-laki

  5. Anak laki-laki dari suami

  6. Kakak/adik laki-laki kandung

  7. Anak laki-laki dari kakak/adik

  8. Wanita lain yang beragama Islam

  9. Hamba sahaya/budak/pembantu

  10. Pembantu lelaki yang tidak punya syahwat terhadap wanita

  11. Anak kecil-laki laki atau perempuan- yang belum mengerti tentang aurat wanita Selain yang disebutkan diatas kita wajib menutup aurat kita didepan mereka, karena yang tidak disebutkan diatas bukan merupakan mahram seorang wanita. Kecuali dalam keadaan darurat yang syar’i, seperti di depan dokter yang hendak memeriksa atau mengoperasi karena kita mempunyai penyakit yang mengancam keselamatan.

BAB III HIJAB SYAR’I A. Dilalah Hijab Dalam al-Qur’an ada dua pakaian yang diisyaratkan sebagai penutup aurat. Yaitu kerudung

  

   Dalil Jilbab

                         

  “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang- orang Mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan Jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan

  Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59)

  Ulama-ulama berbeda pendapat dalam mengartikan arti jilbab yang disebutkan dalam ayat diatas. Ada yang mengartikan sebagai kerudung, mantel atu baju kurung yang memiliki lengan. Al- Biqa’i dalam tafsirnya menjelaskan tak ada ulama yang salah dalam mengartikan jilbab. Karena jilbab adalah segala jenis pakaian longgar yang dapat menutupi seluruh tubuh muslimah (Al-

7 Qamish) atau yang pada jaman sekarang biasa kita sebut gamis.

   Dalil Khimar

   …                  …  

  “Dan Katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya…”

  (QS. An-Nuur [24]: 31)

  

Khumur adalah jamak dari kata khimar yang berarti kerudung longgar yang menutupi

  rambut, telinga, anting-anting dan leher yang menjulur hingga menutupi dada. Mengapa ayat diatas turun memerintahkan muslimah untuk mengenakan kerudung hingga menutupi dada? Karena 6 kerudung yang dipakai oleh kaum muslimah sebelum turunnya ayat diatas hanya menutupi rambut 7 Felix Y. Siauw, Emeralda Noor Achni. Yuk Berhijab!. Bandung: Mizania. 2013. hlm.7 Ibid. hlm.80 kemudian disingkap kebelakang hingga telihatlah telinga, leher dan dada mereka. Maka memakai kerudung yang lebar hingga menutup dada merupakan pengaplikasian dari ayat diatas.

B. Syarat-Syarat Hijab Syar’i

  1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan

  “jika perempuan sudah mengalami haid, tidak boleh ada anggota tubuhnya yang terlihat kecuali ini dan ini’- sambil menujuk ke wajah dan kedua telapak tangan.” (HR. Abu

  Dawud).

  2. Longgar dan tidak ketat sehingga tidak menampakkan lekuk tubuh

  “Termasuk golongan ahli neraka, wanita yang berpakaian, tetapi (sebenarnya) telanjang.” (HR. Ahmad). Berpakaian tapi telanjang telah kita bahas pada bab sebelumnya

  (bab II, hal.5) Selain dilarang oleh agama, pakaian atau celana ketat bisa menimbulkan penyakit

  Parestesia (kesemutan, rasa panas dan sejenisnya), ancaman jamur, berbekas hitam pada

  tubuh diakarenakan iritasi sebab tubuh mengalami banyak gesekan dengan benda asing yang hanya bisa ditimbulkan oleh pakaian / celana ketat dan yang paling parah bisa menyebabkan kemandulan.

  3. Tebal sehingga tidak memperlihatkan warna kulit atau bentuk tubuh.

  Pernah Rasulullah dihadiahi sepotong bahan pakaian tipis. Beliau kemudian menghadiahkannya kepada Usamah bin Zaid yang pada gilirannya, menghadiahkannya kepada istrinya. Mengetahui hal itu, Rasulullah bersabda: “Mintalah ghalalah (suatu bahan pakaian tebal yang dipakai dibawah jilbab) karena aku khawatir bahwa jilbab itu akan

  

  4. Tidak mencolok

  “Barang siapa memakai pakaian yang mencolok, maka Allah akan memalingkan

   pandangan-Nya dari orang tersebut hingga ia menanggalkannya.”

  5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

  “Rasulullah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, begitu pula wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Ahmad)

  6. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir

  “Barang siapa meniru atau menyerupai cara hidup suatu kaum, maka sesungguhnya ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad)

  7. Sederhana Dari Mu’adz ibn Anas r.a., bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Baramg siapa

  

meninggalkan pakaian yang mewah karena tawadhu kepada Allah, padahal ia mampu

8

untuk membelinya, nanti pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan para

9 Husein Shahab. Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Mizania. 2013. hlm. 74-75 Ibid. hlm. 76

  makhluk untuk disuruh memilih pakian iman mana yang ia kehendaki untuk dipakainya.”

  (HR. at-Tirmidzi)

  8. Bukan untuk mencari popularitas

  “Siapa yang mengenakan pakaian syuhrah (untuk berbangga, menyombongkan diri atau mencari popularitas) maka Allah akan kenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)

C. Pakaian Muslimah Sehari-Hari

  1. Pakaian Ketika Shalat Dalam shalat, salah satu syaratya adalah menutup aurat, sehingga jika muslimah hanya memakai al-tsaub (pakaian rumah) ditambah dengan khimar hingga menutup dadanya yang memungkinkan untuk tidak terlihat auratnya kecuali wajah dan pergelangan tangannya, maka itu sudah cukup menjadikan shalatnya sah.

  Namun belum tentu pakaian yang menutupi aurat tersebut bisa digunakan muslimah untuk keluar rumah. Karena ketika keluar rumah muslimah sudah ditaklif-I untuk berpakaian secara syar’i.

  2. Pakaian Ketika Bersama Mahram Pada dasarnya aurat wanita ketika bersama dengan mahramnya adalah antara pusar sampai lutut. Namun muslimah juga dituntut untuk memakai pakaian yang pantas atau al-

  

tsaub untuk menutup bagian-bagian tubuh yang bisa menimbulkan syahwat bagi lawan

jenisnya meskipun ia merupakan mahram.

  3. Pakaian Wanita Dalam Hayaatul ‘Am (Ruang Publik) Yang termasuk hayaatul ‘am antara lain: sekolah, kampus, pasar, mall, kantor, taman dan sebagainya dimana ada ramai orang didalamnya. Ketika keluar rumah dan bercampur dengan masyarakat yang sedang berada di hayaatul ‘am maka muslimah sudah wajib mengenakan hijab syar’i dan tentunya muslimah harus sebisa mungkin menjaga diri dan pergaulannya supaya tidak terjadi fitnah.

  4. Pakaian Wanita Dalam Hayaatul Khas (Ruang Khusus)

  

Hayaatul khas ialah tempat dimana muslimah biasanya beraktivitas dengan

  mahramnya, maka Allah memperbolehkan muslimah hany menggunakan al-tsaub dan tidak wajib menggunakan pakaian secara syar’i.

  Namun, bagaimana jika di rumah, kontrakan atau kos ada lelaki yang bukan mahram, misalnya kedatangan seorang tamu. Maka muslimah wajib mengenakan al-tsaub yang tetap sesuai syariat, tidak tipis, ketat atau memmperlihatkan lekuk tubuh ditambah khimar yang menutupi hingga dada.

BAB IV HIJAB DAN PERMASALAHANNYA DI MASA KINI A. Muslimah Tapi Tak Berhijab Apapun alasan muslimah, di negeri manapun ia tinggal, seburuk apapun tabiatnya,

  bagaimanapun rupanya, apapun pekerjaannya, serendah apapun pengetahuan agamanya tetap tidak menggugurkan kewajibannya sebagai hamba Allah, sebagai penduduk bumi ciptaan Allah untuk berhijab karena hukumnya sudah ditentukan oleh Allah dan Rasulnya.

  “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu suatu kaum

yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan para wanita yang berpakaian

tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti

itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim).

  Hadits diatas sudah cukuplah untuk menjadi penegur kita para wanita akhir zaman. Dengan menanggalkan hijab sama saja kita tidak beriman kepada al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah. Ada sebagian yang menganggap muslimah yang tidak berhijab telah berbuat fasik, bahkan ada yang mengatakan telah kafir, karena memakai pakaian seperti orang kafir dan menjadikan orang kafir sebagai panduannya dalam berpakaian dimana orang kafir tentulah tidak berhijab.

  Rasulullah bersabda, “Barang siapa meniru atau menyerupai cara hidup suatu kaum, maka

  sesungguhnya ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad)

  Dan Allah berfirman,

  

           …



  “…Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat Termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 5)

  Sungguh rugi jika kita sebagai muslimah namun masih enggan melaksanakan perintah Allah dimana perintah Allah adalah mutlak untuk kita kerjakan. Sesungguhnya Allah tidaklah membutuhkan kita untuk berhijab justru kitalah yang butuh untuk berhijab sebagai tanda ketaatan kita kepada Dzat Yang telah Menciptakan kita.

  Bagi yang telah berhijab namun belum sesuai syar’i atau muslimah yang masih dalam tahap memperbaiki ahlak selama niatnya adalah untuk taat kepada Allah itu insya Allah sudah menapat pahala niat kebaikan sebagaimana yang disampaikan Rasulullah, “Sesungguhnya amal perbuatan

  itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.”

  (Muttafaqun ‘Alaih). Yang penting kita selalu berusaha memperbaiki iman dan akhlak serta senantiasa mengupgrade ilmu agama yang akan menjadi bekal kita kelak ketika berjumpa denganNya.

B. Hijab Fashion

  Merupakan fenomena yang sedang booming untuk beberapa tahun terakhir, dimana memadukan hijab dengan trendfashion, yang menjadi permasalahan saat ini adalah apakah boleh dan masih syar’i jika memakai hijab yang di-fashion-kan?

  Telah kita kaji sebelumnya fungsi hijab pada dasarnya ialah menutupi perhiasan,

  … …   

  “..dan janganlah menampakkan perhiasannya..” (QS. An-Nuur [24]: 31)

  Hijab ditujukan untuk menutupi perhiasan wanita dan melindungi keindahannya, bukan malah justru menjadi perhiasan baru atau pengganti keindahan. Kerudung bukanlah pengganti keindahan ketika keindahan rambut tak bisa ditampakkan hungga dibentuk menyerupai rambut, bahkan dengan kerudung yang dibentuk segala rupa untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari sekedar rambut. Jilbab juga bukan pengganti kemolekan tubuh, yang ketat dan menampakkan lekuk

  

  Dan bahwa syarat-syarat hijab yang syar’i antara lain: tidak mencolok, sederhana serta bukan sebagai pakaian syuhrah aatu untuk mencari popularitas. Memang masalah niat tiada yang tahu, namun perhatian orang kepada kita harusnya sudah cukup bagi kita meninggalkan cara

  

  Tujuan Hijab syar’i ialah melindungi keindahan namun fashion diciptakan untuk estetika, diranncang bukan untuk melindungi keindahan, namun untuk mengekspos keindahan. Pada poin inilah hijab bukan sebuah fashion dan fashion bukan bagian dari hijab. Lalu bagaimana degan Muslimah yang masih lalai dengan bentuk hijab yang masih menampakkan sebagian aurat atau ketat sehingga membentuk lekuk tubuh? Bagaimana dengan muslimah yang masih mengenakan hijab untuk mencari perhatian atau agar diperhatikan? Tentu semangat mereka perlu dihargai. Tentu

  

  Dari Abu Umamah ibn Tsa’labah, bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya

  

pakaian sederhana termasuk iman. Sesungguhnya pakaian sederhana termasuk iman.” (HR. Abu

  Dawud). Dari hadits ini kita mengetahui betapa memakai pakaian yang sederhana mendatangkan suatu keuntungan dengan meningkatnya iman kita, insya Allah.

  Namun demikian, bukan berarti kita tidak boleh memakai pakaian baru. Karena kita pun hendaknya tidak sampai menurunkan harga diri karena pakaian yang kita kenakan terlalu buruk, misalnya. Konteks hadits diatas adalah berkenanaan dengan pakaian yang mewah, bukan pakaian yang baru. Rasulullah SAW. justru menganjurkan kita memakai pakaian yang baru sebagai ditampakkannya nikmat Allah. “Sesungguhnya Allah suka melihat bekas nikmatnya kepada

  

  10 11 Felix Y. Siauw & Emeralda Noor Achni. Yuk Berhijab!. Bandung: Mizania. 2013. hlm. 108-109 12 Ibid. hlm. 110 13 Ibid. hlm. 112

M. Fauzi Rachman. 150 Ibadah Ringan Berpahala Besar. Bandung: Mizania. 2013. hlm. 250

C. Niqab

  Niqab atau yang biasa kita sebut cadar dalam bahasa Indonesia, merupakan sesuatu yang

  Nabi tidak mewajibkan muslimah untuk mengenakannya. Namun tidak serta merta membawa kebolehan untuk memandang wajah seorang wanita bagi lelaki yang bukan mahramnya dan dibolehkan sesuai dengan batas-batas syar’i yang seperlunya saja. Allah berfirman:

  

         

       

  “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.”

  (QS. An-Nuur [24]:30) Kembali ke pada ‘urf, kita hidup di Indonesia maka akan mencolok sekali jika memakai pakaian yang serba hitam dan memakai niqab, namun jika di kita berada di lingkungan yang mayoritas muslimahnya memakai niqab maka baiknya kita juga mengikuti ‘urf nya. Islam sendiri tidak mewajibkan atau mengharamkannya, kecuali sebagian Imam madzhab yang bersikap wara’ seperti Imam Syafi’I yang mewajibkan wanita untuk menutup wajahnya jika keluar rumah.

  Niqab tidak boleh digunakan hanya saat ihram, sama seperti kaum laki-laki yang

  membiarkan kepalanya terbuka, hal ini karena mereka yang tengah melakukan ihram harus merasakan panas atau dingin yang berlangsung selama musim haji supaya dapat mengambil hikmah dari kesusahpayahan tersebut.

  

PENUTUP

Wallahu a’lam bishshowab. Kebenaran hanya bersumber dari Allah, dan kesalahan adalah

  bersumber dari saya. Alhamdulillah dengan bantuan, bimbingan dan tuntunan Allah akhirnya saya bisa menyelesaikan makalah “Hukum Hijab dan Batas Aurat Bagi Wanita” ini yang saya harap bisa membantu menyelesaikan masalah-masalah yang sedang beredar sekarang, memberi pengetahuan lebih kepada seluruh saudariku muslimah dan berguna bagi ummat luas.

  Dengan tersusunnya makalah ini yang saya harap hanyalah Ridho Allah, semoga makalah ini bisa benar-benar bergua bagi pembacanya. Sekarang kita tau bahwa hijab bukanlah kebiasaan bangsa Arab, namun memang identitas kita sebagai seorang muslimah yang taat. Saya harap makin banyak wanita yang tergerak hatinya untuk menutup aurat secara kaffah, menjadi muslimah yang semangat dalam menjaga kehormatannya dan insya Allah bahagia dunia dan akhirat.

  Makalah ini masih sangat jauh dari sempurna, maka dari itu saya selaku penulis dengan senang hati jika pembaca berkenan memberikan argumen, perbaikan, saran atau kritiknya. Makalah ini hanyalah ibarat setetes air dari lautan ilmu, namun saya pribadi berharap makalah ini ibarat sebuah tetesan penyejuk dahaga untuk orang yang sedang haus akan ilmu.

  Ya Allah, berikanlah kami ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima. Jadikan makalah ini ladang amal jariyah bagi siapapun yang mengamalkan isinya. Tunjukkan kami jalan yang lurus, jalan yang benar dan Engkau ridhoi.

  Wassalamu’alaykum warohmatullah.

  

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qur’an dan Terjemahannya.

  Aizid, Rizem. Kesalahan-Kesalahan Busana Shalat Penyebab Shalatmu Tidak Sah. Jogjakarta: DIVA Press, 2012. Al Jifari, Abu Habib Zain. Agar Wanita Shalatnya Tak Sia-Sia. Solo: Pustaka Iltizam, 2013. Al-Syaikh, Badwi Mahmud. 100 Pesan Terakhir Nabi Untuk Wanita. Translated by M. Khoiron Durori. Bandung: Mizania, 2013. Al-Wazan, Amin bin Yahya. Fatwa-Fatwa Tentang Wanita Jilid 2. Translated by Zaenal Abidin Syamsudin. Jakarta: Darul Haq, 2008. An-Nawawi, Imam. Hadits Arba'in An-Nawawiyah (Terjemah). Translated by Tim Sholahuddin.

  Jakarta Timur: Sholahuddin Press, 2012. Djalil, A. Basiq. Ilmu Ushul Fiqh Satu & Dua. Jakarta: Kencana, 2010. Ibn. Haj, Mulhandy, Kusumayandi, Taufik Amir, dkk. Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab. Jogjakarta: Espe Press, 1992.

  Ibrahim, Majdi Sayyid. Menjadi Muslimah Bahagia Sepanjang Masa. Bandung: Mizania, 2010. Khamzah, Siti Nur. Puaskan Matamu dengan Auratku! Jogjakarta: DIVA Press, 2011. Rachman, M. Fauzi. 150 Ibadah Ringan Berpahala Besar. Bandung: Mizania, 2013. Shahab, Husein. Hijab Menurut Al-Quran dan Al-Sunnah. Bandung: Mizania, 2013. Siauw, Felix Y., Emeralda Noor Achni. Yuk, Berhijab! Bandung: Mizania, 2013.