Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Ber

Strategi
Pengembangan
Kerukunan
Umat Beragama
Di Era Global
Lusius Sinurat, SS, M.Hum

PENGANTAR
Keywords: agama, kebudayaan, modernisme, globalisasi

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

2



Tema tentang Agama di abad ini sebetulnya
tak terlalu menarik. Sejak era modernisme
berkumandang, topik agama sudah

dipetikemaskan pada kaidah subyektif: di
mana agama dikembalikan pada ranah
pribadi dan bukan urusan sosial atau urusan
negara.



Tetapi berkat globalisasi—yang secara
bersamaan membawa efek hilangnya
identitas budaya suatu bangsa, tema ‘agama’
pun sering menjadi “sesuatu” yang perlu
dibahas.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

3




Tema tentang Agama di abad ini sebetulnya tak terlalu
menarik. Sejak era modernisme berkumandang, topik
agama sudah dipetikemaskan pada kaidah subyektif: di
mana agama dikembalikan pada ranah pribadi dan
bukan urusan sosial atau urusan negara.



Tetapi berkat globalisasi—yang secara bersamaan
membawa efek hilangnya identitas budaya suatu
bangsa, tema ‘agama’ pun sering menjadi “sesuatu”
yang perlu dibahas.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

4




Tak hanya di negara yang agama tertentu sebagai minoritas,
tetapi juga di negara di mana mereka jadi mayoritas, trik
“perang agamaa” justru nge-hits hari-hari ini.



PERANG ANTAR-AGAMA ternyata juga memiliki SISI
POSITIF, khususnya bagi umat beragama minoritas. Mereka
mau tidak mau harus mampu mempertahankan imannya
ditengah badai yang datang silih berganti.



Sebaliknya, SISI NEGATIF justru ditanggung oleh kaum
mayoritas karena para elit politik yang berkuasa adalah
bagian dari mereka, dan oleh karenanya punya
kecenderungan berdiri sebagai pihak yang menentukan
mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang salah.


Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

5



Dalam konteks bermedia, agama semestinya dipahami
sebagai 'MEDIA YANG MENGGAPAI DAN
MENGHIDUPI KEBENARAN“, dan bukan malah sebagai
alat politis, apalagi sebagai alat kepongahan mayoritas
terhadap minoritas!



Ketika agama adalah alat untuk mengumpulkan
kekuatan untuk memerangi yang lain, maka serentak
agama lebih kecil daripada sebuah kelompok etnis atau

bangsa.



Di titik inilah agama harus digiring kembali pada misi
mulianya: menyempurnakan dunia dengan cinta tak
bersyarat.

Lantas, apakah masih dimungkinkan kerjasama
strategis antar pemeluk agama di era globalisasi ini?
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

6

PENGERTIAN
Keywords: strategi, kerukunan, era global

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global


Lusius Sinurat, SS, M.Hum

7



STRATEGI = Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus.



KERUKUNAN (dari kata ruknun atau arkān, Arab) = suatu
kesatuan yang terdiri dari berbagai unsur yang berlainan dan
setiap unsur tersebut saling menguatkan, kesatuan tidak
dapat terwujud jika ada diantara unsur tersebut yang tidak
berfungsi




ERA GLOBAL = sebuah tatanan kehidupan dunia di mana
tidak ada lagi batas nyata (borderless) dalam tata kehidupan
masyarakat yang ditopang oleh masifnya perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi.



MakaJadi, STRATEGI PENGEMBANGAN KERUKUNAN UMAT
BERAGAMA DI ERA GLOBAL berarti sebuah pendekatan
menyeluruh dalam rangka mengembangkan kerukukunan
umat beragama di era global.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

8

AGAMA &
PROBLEMATIKNYA

Kewords: simalakama agama, konflik agama, kekerasan atas nama agama

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

9

● Agama mempunyai kontribusi yang
berpengaruh terhadap dinamika kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat.
● Secara negatif, klaim kebenaran (trust claim)
atas nama agama kerap menjadi sumber
konfik yang berkepanjangan. Konflik tersebut
kemudian aklan melahirkan disharmoni antar
umat beragama.
● Itulah yang pernah terjadi di Poso, Ambon,
pembakaran Masjid di Tolikara, pembakaran
Gereja di Aceh Singkil, dan berbagai kasus
lain di Indonesia, tak terkecuali kasus

terorisme.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

10

A. Paradoks Agama


Di satu sisi, kini, dunia sedang doyan membicarakan



Bagi sebagaian orang, agama justru dipandang
mengecewakan karena.:

agama, baik sisi kekuatan maupun kelemahannya.

1)


Agama terlalu banyak mengumbar janji-janji gombal
yang tak kunjung mampu ia realisasikan.

2)

Kehidupan beragama sudah terlanjur dipenuhi oleh ilusiilusi yang pada gilirannya membuat agama itu sendiri
kehilangan kehormatan dan keanggunannya.

3)

Orang beragama terlalu sering mengklaim dirinya
sebagai manusia-manusia pilihan Tuhan.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

11




Apatisme terhadap agama di atas memang ada
benarnya. Ini semacam otokritik dari para penganut
agama yang gundah dengan tingkah umatnya yang
justru semakin menjauh dari kebenaran yang
terkandung dalam agama yang dianutnya.



Maka, agar tak menjadi kambing hitam atas berbagai
persoalan sosial, agama dan penganutnya harus keluar
dari tradisi “memenjarakan kebenaran dalam
doktrinnya”. Kini, sudah saatnya agama harus melirik
kebenaran di luar dirinya.



Bersamaan dengan upaya itu, agama juga harus
menghindari ekslusivitas berlebihan. Bukankah agama
seharusnya menjadi solusi bagi konflik sosial di tengah
jaman?

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

12

B. Agama
bukan
sekedar
urusan
pribadi

Agama itu
ranah pribadi.
Begitu
juga relasi
antar
penganutnya tak boleh berhenti di ranah privat.


Eksistensi agama semestinya mendapat perhatian dari
berbagai pihak, terutama pemerintah dan masyarakat
(tokoh agama, tokoh masyarakat).



Buktinya banyak kerusuhan dan kekerasan yang
mengatas-namakan agama; dan bila dibiarkan maka
pemerintah akan dituduh gagal melindungi warganya.



Agama hanya akan menjadi urusan privat apabila para
penganutnya lebih suka menjadi “sebab” bagi
keharmonisan sosial terlebih dahulu sebelum mereka
kemudian peduli terhadap realitas sosial

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

13

C. Agama ada untuk bekerjasama


Ketidakrukunan antar umat beragama menjadi bukti
bahwa umat beragama gagal mengaplikasikan ajaran
agamanya dalam kehidupan bermasyarakat.



Padahal kerjasama antarumat beragama dan tradisi
antara tradisi keagamaan bukan hanya sekedar isu,
tetapi menjadi pilihan nyata dalam bingkai persatuan
indonesia.



Mengapa?

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

14

(1) Pluralitas itu melekat pada diri kita


Pluralitas (keberagaman) itu bagian yang
sedemikian melekat dan tidak terpisahkan dari
diri kita.



Khusus bagi kita, warga Indonesia, pluralitas
itu bahkan terjustifikasi dalam semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.

v

Pluralitas ini adalah modal sosial (social
capital), sumber kearifan luhur yang dapat
menjadi perekat harmonisasi hubungan sosial,
dan energi pengikat yang membaurkan
berbagai elemen masyarakat yang heterogen.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

15

(2) Kerukunan itu bersumber dari
upaya untuk saling memahami


Kerukunan antar umat beragama bersumber
dari pemahaman yang tepat dari setiap
penganut agama mengenai (ajaran) agamanya.



Maka, kerukunan harus dicapai lewat
pendekatan yang sistematis, rasional, dan
holistik, baik dintinjau dari segi ajaran, sejarah,
maupun peradabannya.



Sebab, dalam bahasa gaul anak muda kekinian,
“hanya orang yang tak mengerti agamanya
yang mampu menghidupi ajarannya.”

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

16

(3) kerukunan sebagai agree in
disagreement


Perbedaan iman bukanlah tembok penghalang
bagi bertautnya dua hati anak manusia yang
berbeda kayakinan.



Tanpa ketulusan, kerjasama yang dibangun
oleh para penganut agama akan terasa kering
dan berada pada tataran fisikal saja.



Mewujudkan kerukunan umat beragama bisa
digapai lewat prinsip agree in disagreement
(setuju atas ketidaksetujuan), dialog
antaragama dan urgensi disiplin ilmu
perbandingan agama.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

17

STRATEGI PENGEMBANAN
KERUKUNAN UMAT
AGAMA DI ERA GLOBAL
Kewords:
kerjasama antar –negara, kerjasama antar-agama, terorisme, agama sebagai media

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

18



Keterbukaan global telah memaksa setiap negara
untuk saling membuka diri bagi negara lain.



Kerjasama antar negara di berbagai bidang pun
menjadi sesuatu yang niscaya, tak terkecuali kerjasama
dalam upaya membangun kerukunan hidup antar
umat beragama.



Di titik inilah agama harus juga berbicara tentang
masalah-masalah dunia dan masalah yang dihadapi
oleh umat manusia, diluar bidang agama.



Menurut Hans Kung, “Tidak ada perdamaian dunia,
jika tidak ada perdamaian agama.” Artinya, perdamaian
hanya dapat terwujud melalui dialog dan kerjasama
yang dilaksanakan secara baik dan konsisten.



Persoalannya, perang antar negara di berbagai bidang
seringkali tak terlepas dari kepentingan agama dari
masing-masing negara.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

19



Kemajuan teknologi informasi dan transportasi adalah faktor



Bila teknologi informasi membuat berita cepat tersiar,
termasuk berita yang salah dan bersifat provokatif,
maka kemajuan bidang transprtasi telah membuat
manusia mudah bergerak dari satu daerah ke daerah
lain, termasuk daerah konflik, baik antar daerah dalam
suatu negara atau bahkan antar negara.



Melalui kemajuan tersebut, ajaran agama pun rentan
menjadi media yang mengaburkan kebenaran, dan
bukan mewartakan kebenaran.



Agar relasi sosial umat beragama kembali mesra dan
kehidupan sosial kembali berlangsung dalam harmoni,
maka seluruh umat berabama perlu bersama-sama
mencari strategi terbaik untuk mengembangkan

yang amat penting dalam relasi global.

kerukunan.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

20

Strategi Mengembangkan Kerukunan


Ada 2 aspek yang mendasari pentingnya kerukunan
antar umat beragama, (1) aspek KEILMUAN yang dapat
digapai lewat pendekatan metodis yang tepat dalam
memahami kenyataan akan keberagamaan itu sendiri
dan (2) aspek RELASI SOSIAL yang dibangun di atas
dasar keluasan pandangan dalam berelasi antar umat
beragama itu sendiri.



Mari kita lihat satu per satu!

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

21

(1) Pendekatan Konseptual (Keilmuan)


kerukunan umat beragama harus dibangung di atas dialog
antar-agama secara hakiki. Dialog itu harus berangkat dari
etos saling menghargai, pandangan humanisme universal
yang benar-benar menghargai kemanusiaan, persamaan
martabat umat manusia, menghapuskan egoisme,
kesepakatan untuk menerima kebenaran dari pihak lain
tanpa tendensi meremehkan atau mendistorsi



Dititik ini penting mengetahui bahwa keberagaman adalah
bagian dari anatomi agama yang dianut oleh masyarakat.
Keberagaman itu masalah yang urgen dan signifikan secara
analitis. Buktinya, tidak ada suatu bangsa atau masyarakat
pun di dunia ini yang benar-benar tunggal (unitery) dan
tanpa ada unsur-unsur perbedaan di dalamnya.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

22

Keberhasilan pendekatan metodis (aspek
keilmuan ini) dapat terwujuda dalam tiga bentuk
pemahaman tentang keberagaman berikut ini:
1)

membangun sikap personal terhadap
keberagaman itu sendiri. Sikap yang mesti
dipertimbangkan adalah:
a)

mencari cara yang tepat untuk mendamaikan
klaim-klaim kebenaran kita dengan klaimklaim kebenaran orang lain.

b) kesadaran tentang keberagaman agama
sebagai isyarat bahwa masing-masing agama
secara nyata memiliki karakter yang tidak
dapat direduksi dan tidak bisa dijadikan bahan
perbandingan.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

23

2) Peduli pada ko-eksistensi dari agamaagama yang berbeda. Persoalan yang harus
didiskusikan adalah :
a)

tujuan, prasyarat dan modalitas-modalitas
yang dipergunakan untuk melakukan
komunikasi antar umat beragama;

b) harapan-harapan dari terjadinya
komunikasi antar-umat beragama; dan
c) konsekuensi-konsekuensi dari komunikasi
ini terhadap pemaknaan dan pemahaman
agama masing-masing.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

24

3)

Implementasi konsep di tataran praksis dalam
hubungan antar-agama. Di titik ini dibutuhkan:
a)

penggunaan bahasa dan wacana bersama untuk
mewujudkan pertemuan antar-agama yang
harmonis dan jauh dari sikap curiga.

b)

Upaya pembaruan dan pengkajian ulang atas
pemahaman agama masing-masing yang selama
ini terbatas pada batas-batas sempit pengetahuan
dan alam kesadaran kita.

Dalam pencapaian langkah-langkah tersebut,
diperlukan juga refleksi ulang tentang keberadaan
umat beragama lain, partisipasi gender, dan dialog
antaragama yang tidak hanya dibatasi oleh lembaga
keagamaan yang cenderung formalistis dan sempit
pemahamannya.
Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

25

(2) Pendekatan Relasional (Relasi Sosial)


Di tataran nasional, ajakan untuk memperkuat
soliditas keindonesiaan kita adalah lewat upaya
membumikan empat pilar kehidupan berbangsa,
yakni, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika.



Landasan untuk membina kerukunan hidup umat
beragama haruslah bersifat (1) filosofis berupa
falsafah negara (Bdk. Pancasila) yang mengundang
niali-nilai dan prinsip-prinsip dasar yang dapat
diterima oleh semua pihak dan golongan; (2)
pragmatis, yakni demi pembangunan bangsa.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

26



Umat beragama diajak untuk menyikapi dan
mengapresiasi secara jujur dan penuh kearifan
belajar dari orang-orang yang datang dari berbagai
latar belakang agama yang berbeda telah berhasil
melakukan pemaknaan nilai dan ajaran agama ke
dalam realitas konkret.



Memandang dan menghayati keberagaman sebagai
landasan bagi persatuan sekaligus mengutuk
perpecahan dan segala bentuk aksi yang mengarah
kepada disintegrasi bangsa.



Di tataran praksis, kita semua, umat beragama harus
berupaya menjadikan nilai agama sebagai nilai
universal-transformatif yang dikontekstualisasikan
ke dalam realitas sosial yang rukun-guyub dan
harmoni.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

27

PENUTUP
Refleksi dan harapan

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

28

Ketidakrukunan agama bisa saja terjadi, entah karena
alasan faktor keagamaan atau faktor non-keagamaan.
(1) Faktor Keagamaan

(2) Faktor Non-Keagamaan:

1. penyiaran agama,
2. bantuan keagamaan dari luar negeri,
3. perkawinan antar pemeluk agama yang
berbeda,
4. pengangkatan anak,
5. pendidikan agama,
6. perayaan hari besar keagamaan,
7. perawatan dan pemakaman jenazah,
8. penodaan agama,
9. kegiatan kelompok sempalan,
10. transparansi informasi keagamaan, dan
11. pendirian rumah ibadat.

1. kesenjangan
ekonomi,
2. kepentingan politik,
3. perbedaan nilai
sosial budaya, dan
4. kemajuan teknologi
informasi dan
transportasi.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

29

Konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kedua faktor di atas bisa
diatas dengan mengubah cara pandang dan pemahaman mereka
terhadap agamanya sendiri dan agama orang lain, termasuk cara
hidup dengan kelompok-kelompok lain.
Caranya adalah dengan senantiasa mengusahakan pluralitas
agama yang bertoleransi dan saling menghargai lewat :

1.

komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing yang
diikuti oleh kemampuan mensosialisasikan semangat ajaran
serta keteladanan para pendiri agamanya.

2.

pemahaman atas kepekaan masing-masing dari kita
menyangkut kecintaan serta ikatan batin dengan “panutan”nya.. Untuk itu, umat beragama seyogyanya tidak
terpengaruh oleh sejarah konflik yang pernah terjadi di dunia
luar.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

30





Adapun sikap kita terhadap pluralitas agama dalam term
agree in disagreement yang mesti dibangun, yakni
1)

setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima dan
menghormati orang lain dengan segala totalitasnya,

2)

menerima dan menghormati orang lain dengan seluruh
aspirasinya, keyakinannya, kebiasaannya dan pola
hidupnya,

3)

menerima dan menghormati orang lain dengan
kebebasannya untuk menganut agamanya.

Upaya lain untuk meminimalkan adanya ketegangan di
antara pemeluk agama adalah lewat transformasi
pemahaman agama secara benar kepada masyarakat.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

31



Pemimpin agama harus mampu menampilkan agama yang
menyuguhkan nilai-nilai inklusivisme, humanisme, serta
bersifat transformatif kepada segenap ruang-ruang
kehidupan. Untuk itu di dalam setiap agama dibutuhkan
suatu perkembangan dinamis dalam kehidupan personal
seseorang atau sekelompok yang didasarkan pada dinamika
perubahan sosial.



Salah satu upya terbaik untuk mengembangkan kerukunan
umat eragama di era global ini adalah lewat sebuah dialog:
dialog yang yang tidak berkutat pada dokumen-dokumen
dan masuk ke dalam living human documents, hingga
mempercakapkan persoalan kemanusiaan manusia melalui
bahasa agama yang mampu mengangkat mereka.



Media sosial adalah satu panggung terbaik dan paling efektif
untuk mewujudkan upaya ini.

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

32

terimakasih
Medan, 12 Agustus 2017

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum
33

Lusius Sinurat, S.S, M.Hum

www.lusius-sinurat.com
+62 81 36247 6565
fb/luciusinurat

LAHIR:
Bahtonang-Simalungun, 04 November 1976

@luciusinurat

Alamat:
Jl. AR. Hakim, Gg. Bunga No. 12 Sukaramai II, Medan | HP: 081322438482

@lusiussinurat

PENDIDIKAN FORMAL
v Master Humaniora pada Magister Ilmu Teologi FF Unpar Bandung (2003-2005)
v Sarajana Filsafat pada FF Universitas Katolik Parahyangan Bandung (1998-2002)
PENDIDIKAN NON-FORMAL
v Finance Auditory Course pada Tim Audit Keuangan CMVE, Jakarta (2014)
v TOT Work Readiness pada PLAN INTERNATIONAL Semarang (2012)
v TOT Soft-skill trainer pada Indonesia Business Link Regio Jawa Tengah (2011)
v Outward Outbound pada Musumase Consulting Jakarta (2007)
PEKERJAAN :
Self-employed di bidang Pelatihan SDM, Konsultan Pendidikan, Penulis /Editor Buku, Blogger & Copywriter
untuk berbagai media cetak dan media online, Narasumber untuk tema-tema filsafat, sosial, budaya dan
agama.
PENGALAMAN KERJA:
Guru Etika dan Kepribadian pada SD Bintang Laut Bandung (2000-2001), SMP Ursula Bandung (2001-2002), dan
SMA St. Aloysius Bandung (2004-2005), Project Manager PT Edo Jakarta (2007-2008), Softskill Trainer pada
PLAN International (2011-20014), Child and Family Counsultant pada CFDC Misericordia Semarang (2011-20013)

Strategi Pengembangan Kerukunan Umat Beragama di Era Global

Lusius Sinurat, SS, M.Hum

34