Penelusuran Senyawa Tri Windono dkk 96 P
Penelusuran Senyawa … (Tri Windono dkk)
PENELUSURAN SENYAWA TOKSIK TERHADAP LARVA Artemia salina
Leach. DARI SUBFRAKSI HEKSANA FRAKSI ETER EKSTRAK METANOL
DAUN TANAMAN DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L.) DC.
Tri Windono, Renny Haslinda, Fenny V., Alfulalila, Sayekti Palupi, dan Sutarjadi
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Abstract
n-Hexane sub fraction of ether fraction obtained from methanolic extract of “daun dewa” leaves
(Gynura pseudochina (L.) DC.) was evaluated using Brine Shrimp Lethality Test (BST). Column
chromatography with silica gel 60 and n-Hexane-ethyl acetate (4:1) as mobile phase has been used for
purification and guided by BST as bioassay method. The toxic compound, β-sitosterol was isolated by
that toxicity-guided fractionation.
Keywords: Daun dewa, Gynura pseudochina (L.) DC., Artemia salina Leach, β-sitosterol
PENDAHULUAN
Uji toksisitas pada larva Artemia salina Leach
(Brine shrimp lethality test) merupakan suatu metode
uji yang digunakan sebagai uji pendahuluan untuk
senyawa atau ekstrak tumbuhan sebelum dilakukan
uji antikanker atau sitotoksik (1,2). Siqueira et al (3)
menggunakan metode ini untuk menelusur komponen
aktif dari kulit batang Duguetia glabriuscula, dan
berhasil mengisolasi senyawa alkaloid oxobufoline
dan lanuginosine.
Daun
tanaman
daun
dewa
(Gynura
pseudochina (L.) DC.) digunakan oleh masyarakat
untuk pengobatan alternatif bagi penyakit kanker (4).
Tanaman ini pernah disebut juga dengan nama ilmiah
Gynura procumbens, Gynura procumbens Backer
atau Gynura procumbens var Macrophylla (5). Dari
daun tanaman ini telah berhasil diisolasi alkaloid
golongan pirolizidin (6), dan flavonoid golongan
isoflavon (7). Masayu dkk. (8) membuktikan bahwa
ekstrak n-heksana daun dewa (Gynura procumbens)
menunjukkan efek toksik yang lebih besar dibanding
ekstrak metanol maupun kloroform, terhadap larva A.
salina Leach. Berdasarkan polaritasnya, alkaloid
pirolizidin dan flavonoid tidak larut dalam pelarut nheksana, oleh karena itu senyawa toksik yang
terdapat dalam ekstrak n-heksana kemungkinan
bukan kedua golongan senyawa tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan
penelitian penelusuran senyawa toksik yang terdapat
dalam subfraksi heksana fraksi eter ekstrak metanol
daun dewa (G. pseudochina (L.) DC.) terhadap larva
A. salina Leach.
METODOLOGI
Bahan
1. Bahan tanaman
Bahan yang digunakan adalah daun tua
(mulai daun ke delapan dari pucuk) tanaman daun
96
dewa (G pseudochina (L.) DC.) yang ditanam dalam
pot di kampus Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya, pada bulan Januari-Agustus. Determinasi
tanaman dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi-LIPI, Bogor. Daun dicuci,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, ditumbuk
dan diayak dengan ayakan tepung.
2. Bahan kimia
Semua bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini berderajat pro analisis (E. Merck).
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah: Alat-alat gelas
laboratorium, Soxhlet ekstraktor, kolom gelas, penguap
putar (Buchi), seperangkat alat kromatografi lapis tipis
(Camag), alat pengukur titik leleh (Fisher Johns),
Spektrofotometer FT-IR (Jasco FT/IR 5300).
Metode
1. Metode ekstraksi dan fraksinasi
Serbuk daun tanaman daun dewa (1000 g),
disoxhletasi dengan metanol (72 jam). Ekstrak metanol
dipekatkan dengan penguap putar hingga kental. Ekstrak
kental diasamkan dengan HCl 2,5% (400 ml) dan
dikocok dengan eter (2,5 l). Fraksi eter diuapkan dengan
penguap putar, ditambah air (200 ml) dan amonia sampai
pH 7, dikocok dengan n-heksana. Subfraksi heksana
dikeringkan dengan Na2SO4 eksikatus dan diuapkan
dengan penguap putar, dilanjutkan di atas penangas air
pada suhu tidak lebih dari 50°C.
2. Metode uji toksisitas terhadap larva A. salina
Metode uji toksisitas terhadap larva A. salina
seperti yang dilakukan Meyer et al. (1) atau Anderson,
Goets and Mc Laughlin (2) yang dimodifikasi.
Perhitungan LC50 menggunakan Finney computer
Program atau program statistik SPSS.
3. Metode pemurnian
Pemurnian senyawa dilakukan dengan metode
sebagai berikut:
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003
Kromatografi kolom: fase diam silika gel 60 (mesh
230-400), fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1).
Pemantauan bercak secara KLT : fase diam silika gel
GF 254 , fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1),
penampak bercak Anisaldehid-asam sulfat. Uji
kemurnian secara KLT : fase diam silika gel GF 254 ,
fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1), kloroform,
kloroform-etil asetat (7 : 3), penampak bercak
Anisaldehid-asam sufat.
4. Metode Identifikasi
Identifikasi senyawa dilakukan dengan
KLT, penentuan titik leleh dan pengamatan spektrum
Inframerah (KBr).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 1000 g serbuk daun tanaman daun dewa
diperoleh 32,1 g subfraksi heksana kering. Hasil Uji
toksisitas terhadap larva A. salina dari subfraksi
heksana memberikan harga LC50 = 97 µg/ml,
sehingga dianggap toksik terhadap larva A. salina (2).
Hal ini berarti di dalam fraksi tersebut terdapat satu
atau lebih senyawa yang toksik terhadap larva A.
salina.
Subfraksi heksana (12 g) dimurnikan dengan
kromatografi kolom menghasilkan enam fraksi
(Fraksi I – VI). Fraksi I (1,92 g); fraksi II (1,56 g);
fraksi III (0,43 g); fraksi IV (0,72 g); fraksi V (1,30
g) dan fraksi VI (0,85 g), masing-masing memberikan
harga LC50 >1000 µg/ml; >1000 µg/ml; >1000
µg/ml; 287 µg/ml; 211 µg/ml dan 247 µg/ml. Dari ke
enam fraksi tersebut fraksi V mempunyai toksisitas
tertinggi, sehingga diperkirakan senyawa yang paling
toksik dari subfraksi heksana terdapat dalam fraksi ini.
Fraksi V (1 g) dilakukan kromatografi kolom,
menghasilkan tiga fraksi (Fraksi A, B dan C). Pada
pemantauan dengan KLT, fraksi B (0,18 g) memberikan
bercak yang terkuat. Selanjutnya fraksi B dilakukan
kromatografi kolom kembali menghasilkan tiga fraksi
(Fraksi B1, B2 dan B3). Fraksi B2 (0,10 g) direkristalisasi
dengan n-heksana menghasilkan Isolat X (0,03 g)
berupa kristal jarum putih.
Hasil identifikasi Isolat X adalah: Titik leleh 141,5 142,5 °C. KLT : Fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1),
Rf = 0,42; Fase gerak kloroform, Rf = 0,56; Fase gerak
kloroform – etil asetat (7 : 3), Rf = 0,89. Spektrum
Inframerah (KBr), memberikan serapan pada bilangan
gelombang (cm-1): 3425,9 (regang OH); 2937,8 (regang
CH); 2868,4 (CH3), 1464,1; 1381,16 (lentur CH), 1057,1
(C-O; 958,7 (lentur C=C). Gambar spektrum IR dapat
dilihat pada gambar 1. Hasil identifikasi tersebut sesuai
β-sitosterol
dengan
pembanding
(E.
Merck).
Berdasarkan hasil identifikasi dengan penentuan titik
leleh, KLT dan spektrum infra merah menggunakan
pembanding dapat disimpulkan bahwa isolat X adalah βsitosterol. Hasil pengujian toksisitas dengan larva A.
salina memberikan LC50 = 2,36 ug/ml. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa toksik
terhadap larva A. salina dari subfraksi heksana fraksi eter
ekstrak metanol daun daun dewa (Gynura pseudochina
(L.) DC.) adalah β-sitosterol. Skema penelusuran
senyawa toksik terhadap larva A. salina dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 1. Spektrum Infra Merah Isolat X dari Subfraksi Heksana Fraksi Eter Ekstrak Metanol Daun
Tanaman Daun Dewa (G. pseudochina (L.) DC.).
97
Penelusuran Senyawa … (Tri Windono dkk)
HO
Gambar 2. Struktur β-sitosterol
β-sitosterol merupakan senyawa yang mungkin
terdapat
pada
setiap
tumbuhan
tinggi
(ubiquitous) (9), sehingga ditemukannya
senyawa ini pada fraksi yang paling toksik
terhadap larva A. salina kurang memberikan
prospek yang baik untuk diteliti lebih lanjut pada
uji sitotoksik maupun uji antikanker lainnya.
Meskipun demikian kemungkinan masih terdapat
kandungan lain dalam subfraksi heksana fraksi
eter ekstrak metanol yang toksik. Di samping itu
adanya senyawa alkaloid dan flavonoid daun
daun dewa yang harus dibuktikan toksisitasnya
terhadap larva A salina.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari
subfraksi heksana fraksi eter ekstrak metanol
daun tanaman daun dewa (G. pseudochina (L.)
DC.) dapat diisolasi senyawa β-sitosterol, yang
toksik terhadap larva A. salina Leach.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE,
Jacobsen LB, Nicholas DE, Mc Laughlin
JL. Brine Shrimp: A Convenient General
Bioassay for Active Plant Constituent.
Planta Med 1982; 45: 31-4.
2. Anderson JE, Goets CM and Mc Laughlin.
A Blind Comparison of Simple Bench-Top
Bioassay and Human Tumor Cell
Cytotoxicities as Antitumor Prescreens.
Phytochem Analysis1991; 2: 107-11.
3. Siqueira JM, Ziminiani MG, Resende UM,
Boaventura MAD, Estudo fitoquimico das
cascas do caule de Duguetia glabriuscula-
98
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Annonaceae, Biomonitorado pelo ensaio de
toxicidade frente a Artemia salina leach,
Quim. Nova 2001; 24 (2) 185-7.
Asmino. Pengalaman pribadi dengan
pengobatan alternatif, Surabaya: Airlangga
University Press, 1995: 22-4.
Tri Windono, Sutarjadi. Pentingnya
informasi kepada masyarakat tentang
keamanan penggunaan tumbuhan obat.
Studi kasus daun dewa (Gynura procumbens
Backer) dan daun "dewa" (Gynura
procumbens (Lour.) Merr. Makalah poster
pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional
VII, Serpong, 1999.
Tri Windono, Ema S, Suastini NKD,
Kardono LBS, Isolasi senyawa alkaloid
pirolizidin dari daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC.), Artocarpus 2001; 1(2): 8691.
Tri Windono, Susilowati, Isolasi dan
identifikasi suatu senyawa Isoflavon dari
daun tanaman daun dewa (Gynura
procumbens Backer), Warta Tumbuhan
Obat Indonesia 2000; 6(1): 1-3.
Masayu I, Sutarjadi, Mangestuti A, Noor
Cholies
Z,
Sukardiman.
Penelitian
pendahuluan aktivitas antikanker dari
ekstrak daun dewa (Gynura procumbens)
dengan metode brine shrimp lethality test.
Bull ISFI Jatim 1994; 23 (1), 22-31.
Harborne JB. Metode Fitokimia Penuntun
cara modern menganalisis tumbuhan,
terbitan kedua, terjemahan Padmawinata K
dan Soediro I, Bandung: Penerbit ITB,
1987: 148.
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003
Serbuk daun dewa (1000 g)
MeOH
Ampas
Ekstrak MeOH
i diuapkan
ii HCl 2,5%
iii EtOet
Fraksi EtOet
i dipekatkan
ii air, NH4OH (pH 7)
iii n-heksana
Fraksi air
Alkaloid
Subfraksi heksana
Diuapkan
Fraksi air
Flavonoid
Subfraksi heksana kering (LC50= 97 ug/ml)
(Silika gel 60, n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi I
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi VI
Fraksi V
(LC50=247 ug/ml)
(LC50=211 ug/ml)
Fraksi III
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi II
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi IV
(LC50= 287 ug/ml)
(Silikagel 60,
n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
(silikagel 60,
n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi B1
Fraksi B2
Fraksi B3
Rekristalisasi n-heksana
Isolat X
KLT, TL, IR
β-sitosterol
(LC50 = 2,36 ug/ml)
Gambar 2: Skema Penelusuran Senyawa Toksik Subfraksi Heksana Fraksi Eter Ekstrak Metanol Daun
Dewa Dengan Uji Toksisitas Pada Larva A salina
99
PENELUSURAN SENYAWA TOKSIK TERHADAP LARVA Artemia salina
Leach. DARI SUBFRAKSI HEKSANA FRAKSI ETER EKSTRAK METANOL
DAUN TANAMAN DAUN DEWA (Gynura pseudochina (L.) DC.
Tri Windono, Renny Haslinda, Fenny V., Alfulalila, Sayekti Palupi, dan Sutarjadi
Fakultas Farmasi Universitas Surabaya
Abstract
n-Hexane sub fraction of ether fraction obtained from methanolic extract of “daun dewa” leaves
(Gynura pseudochina (L.) DC.) was evaluated using Brine Shrimp Lethality Test (BST). Column
chromatography with silica gel 60 and n-Hexane-ethyl acetate (4:1) as mobile phase has been used for
purification and guided by BST as bioassay method. The toxic compound, β-sitosterol was isolated by
that toxicity-guided fractionation.
Keywords: Daun dewa, Gynura pseudochina (L.) DC., Artemia salina Leach, β-sitosterol
PENDAHULUAN
Uji toksisitas pada larva Artemia salina Leach
(Brine shrimp lethality test) merupakan suatu metode
uji yang digunakan sebagai uji pendahuluan untuk
senyawa atau ekstrak tumbuhan sebelum dilakukan
uji antikanker atau sitotoksik (1,2). Siqueira et al (3)
menggunakan metode ini untuk menelusur komponen
aktif dari kulit batang Duguetia glabriuscula, dan
berhasil mengisolasi senyawa alkaloid oxobufoline
dan lanuginosine.
Daun
tanaman
daun
dewa
(Gynura
pseudochina (L.) DC.) digunakan oleh masyarakat
untuk pengobatan alternatif bagi penyakit kanker (4).
Tanaman ini pernah disebut juga dengan nama ilmiah
Gynura procumbens, Gynura procumbens Backer
atau Gynura procumbens var Macrophylla (5). Dari
daun tanaman ini telah berhasil diisolasi alkaloid
golongan pirolizidin (6), dan flavonoid golongan
isoflavon (7). Masayu dkk. (8) membuktikan bahwa
ekstrak n-heksana daun dewa (Gynura procumbens)
menunjukkan efek toksik yang lebih besar dibanding
ekstrak metanol maupun kloroform, terhadap larva A.
salina Leach. Berdasarkan polaritasnya, alkaloid
pirolizidin dan flavonoid tidak larut dalam pelarut nheksana, oleh karena itu senyawa toksik yang
terdapat dalam ekstrak n-heksana kemungkinan
bukan kedua golongan senyawa tersebut.
Berdasarkan permasalahan tersebut dilakukan
penelitian penelusuran senyawa toksik yang terdapat
dalam subfraksi heksana fraksi eter ekstrak metanol
daun dewa (G. pseudochina (L.) DC.) terhadap larva
A. salina Leach.
METODOLOGI
Bahan
1. Bahan tanaman
Bahan yang digunakan adalah daun tua
(mulai daun ke delapan dari pucuk) tanaman daun
96
dewa (G pseudochina (L.) DC.) yang ditanam dalam
pot di kampus Fakultas Farmasi Universitas
Surabaya, pada bulan Januari-Agustus. Determinasi
tanaman dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi-LIPI, Bogor. Daun dicuci,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan, ditumbuk
dan diayak dengan ayakan tepung.
2. Bahan kimia
Semua bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian ini berderajat pro analisis (E. Merck).
Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah: Alat-alat gelas
laboratorium, Soxhlet ekstraktor, kolom gelas, penguap
putar (Buchi), seperangkat alat kromatografi lapis tipis
(Camag), alat pengukur titik leleh (Fisher Johns),
Spektrofotometer FT-IR (Jasco FT/IR 5300).
Metode
1. Metode ekstraksi dan fraksinasi
Serbuk daun tanaman daun dewa (1000 g),
disoxhletasi dengan metanol (72 jam). Ekstrak metanol
dipekatkan dengan penguap putar hingga kental. Ekstrak
kental diasamkan dengan HCl 2,5% (400 ml) dan
dikocok dengan eter (2,5 l). Fraksi eter diuapkan dengan
penguap putar, ditambah air (200 ml) dan amonia sampai
pH 7, dikocok dengan n-heksana. Subfraksi heksana
dikeringkan dengan Na2SO4 eksikatus dan diuapkan
dengan penguap putar, dilanjutkan di atas penangas air
pada suhu tidak lebih dari 50°C.
2. Metode uji toksisitas terhadap larva A. salina
Metode uji toksisitas terhadap larva A. salina
seperti yang dilakukan Meyer et al. (1) atau Anderson,
Goets and Mc Laughlin (2) yang dimodifikasi.
Perhitungan LC50 menggunakan Finney computer
Program atau program statistik SPSS.
3. Metode pemurnian
Pemurnian senyawa dilakukan dengan metode
sebagai berikut:
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003
Kromatografi kolom: fase diam silika gel 60 (mesh
230-400), fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1).
Pemantauan bercak secara KLT : fase diam silika gel
GF 254 , fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1),
penampak bercak Anisaldehid-asam sulfat. Uji
kemurnian secara KLT : fase diam silika gel GF 254 ,
fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1), kloroform,
kloroform-etil asetat (7 : 3), penampak bercak
Anisaldehid-asam sufat.
4. Metode Identifikasi
Identifikasi senyawa dilakukan dengan
KLT, penentuan titik leleh dan pengamatan spektrum
Inframerah (KBr).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 1000 g serbuk daun tanaman daun dewa
diperoleh 32,1 g subfraksi heksana kering. Hasil Uji
toksisitas terhadap larva A. salina dari subfraksi
heksana memberikan harga LC50 = 97 µg/ml,
sehingga dianggap toksik terhadap larva A. salina (2).
Hal ini berarti di dalam fraksi tersebut terdapat satu
atau lebih senyawa yang toksik terhadap larva A.
salina.
Subfraksi heksana (12 g) dimurnikan dengan
kromatografi kolom menghasilkan enam fraksi
(Fraksi I – VI). Fraksi I (1,92 g); fraksi II (1,56 g);
fraksi III (0,43 g); fraksi IV (0,72 g); fraksi V (1,30
g) dan fraksi VI (0,85 g), masing-masing memberikan
harga LC50 >1000 µg/ml; >1000 µg/ml; >1000
µg/ml; 287 µg/ml; 211 µg/ml dan 247 µg/ml. Dari ke
enam fraksi tersebut fraksi V mempunyai toksisitas
tertinggi, sehingga diperkirakan senyawa yang paling
toksik dari subfraksi heksana terdapat dalam fraksi ini.
Fraksi V (1 g) dilakukan kromatografi kolom,
menghasilkan tiga fraksi (Fraksi A, B dan C). Pada
pemantauan dengan KLT, fraksi B (0,18 g) memberikan
bercak yang terkuat. Selanjutnya fraksi B dilakukan
kromatografi kolom kembali menghasilkan tiga fraksi
(Fraksi B1, B2 dan B3). Fraksi B2 (0,10 g) direkristalisasi
dengan n-heksana menghasilkan Isolat X (0,03 g)
berupa kristal jarum putih.
Hasil identifikasi Isolat X adalah: Titik leleh 141,5 142,5 °C. KLT : Fase gerak n-heksana-etil asetat (4 : 1),
Rf = 0,42; Fase gerak kloroform, Rf = 0,56; Fase gerak
kloroform – etil asetat (7 : 3), Rf = 0,89. Spektrum
Inframerah (KBr), memberikan serapan pada bilangan
gelombang (cm-1): 3425,9 (regang OH); 2937,8 (regang
CH); 2868,4 (CH3), 1464,1; 1381,16 (lentur CH), 1057,1
(C-O; 958,7 (lentur C=C). Gambar spektrum IR dapat
dilihat pada gambar 1. Hasil identifikasi tersebut sesuai
β-sitosterol
dengan
pembanding
(E.
Merck).
Berdasarkan hasil identifikasi dengan penentuan titik
leleh, KLT dan spektrum infra merah menggunakan
pembanding dapat disimpulkan bahwa isolat X adalah βsitosterol. Hasil pengujian toksisitas dengan larva A.
salina memberikan LC50 = 2,36 ug/ml. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa senyawa toksik
terhadap larva A. salina dari subfraksi heksana fraksi eter
ekstrak metanol daun daun dewa (Gynura pseudochina
(L.) DC.) adalah β-sitosterol. Skema penelusuran
senyawa toksik terhadap larva A. salina dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 1. Spektrum Infra Merah Isolat X dari Subfraksi Heksana Fraksi Eter Ekstrak Metanol Daun
Tanaman Daun Dewa (G. pseudochina (L.) DC.).
97
Penelusuran Senyawa … (Tri Windono dkk)
HO
Gambar 2. Struktur β-sitosterol
β-sitosterol merupakan senyawa yang mungkin
terdapat
pada
setiap
tumbuhan
tinggi
(ubiquitous) (9), sehingga ditemukannya
senyawa ini pada fraksi yang paling toksik
terhadap larva A. salina kurang memberikan
prospek yang baik untuk diteliti lebih lanjut pada
uji sitotoksik maupun uji antikanker lainnya.
Meskipun demikian kemungkinan masih terdapat
kandungan lain dalam subfraksi heksana fraksi
eter ekstrak metanol yang toksik. Di samping itu
adanya senyawa alkaloid dan flavonoid daun
daun dewa yang harus dibuktikan toksisitasnya
terhadap larva A salina.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari
subfraksi heksana fraksi eter ekstrak metanol
daun tanaman daun dewa (G. pseudochina (L.)
DC.) dapat diisolasi senyawa β-sitosterol, yang
toksik terhadap larva A. salina Leach.
DAFTAR PUSTAKA
1. Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE,
Jacobsen LB, Nicholas DE, Mc Laughlin
JL. Brine Shrimp: A Convenient General
Bioassay for Active Plant Constituent.
Planta Med 1982; 45: 31-4.
2. Anderson JE, Goets CM and Mc Laughlin.
A Blind Comparison of Simple Bench-Top
Bioassay and Human Tumor Cell
Cytotoxicities as Antitumor Prescreens.
Phytochem Analysis1991; 2: 107-11.
3. Siqueira JM, Ziminiani MG, Resende UM,
Boaventura MAD, Estudo fitoquimico das
cascas do caule de Duguetia glabriuscula-
98
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Annonaceae, Biomonitorado pelo ensaio de
toxicidade frente a Artemia salina leach,
Quim. Nova 2001; 24 (2) 185-7.
Asmino. Pengalaman pribadi dengan
pengobatan alternatif, Surabaya: Airlangga
University Press, 1995: 22-4.
Tri Windono, Sutarjadi. Pentingnya
informasi kepada masyarakat tentang
keamanan penggunaan tumbuhan obat.
Studi kasus daun dewa (Gynura procumbens
Backer) dan daun "dewa" (Gynura
procumbens (Lour.) Merr. Makalah poster
pada Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional
VII, Serpong, 1999.
Tri Windono, Ema S, Suastini NKD,
Kardono LBS, Isolasi senyawa alkaloid
pirolizidin dari daun dewa (Gynura pseudochina (L.) DC.), Artocarpus 2001; 1(2): 8691.
Tri Windono, Susilowati, Isolasi dan
identifikasi suatu senyawa Isoflavon dari
daun tanaman daun dewa (Gynura
procumbens Backer), Warta Tumbuhan
Obat Indonesia 2000; 6(1): 1-3.
Masayu I, Sutarjadi, Mangestuti A, Noor
Cholies
Z,
Sukardiman.
Penelitian
pendahuluan aktivitas antikanker dari
ekstrak daun dewa (Gynura procumbens)
dengan metode brine shrimp lethality test.
Bull ISFI Jatim 1994; 23 (1), 22-31.
Harborne JB. Metode Fitokimia Penuntun
cara modern menganalisis tumbuhan,
terbitan kedua, terjemahan Padmawinata K
dan Soediro I, Bandung: Penerbit ITB,
1987: 148.
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 2, No. 3, Januari 2003
Serbuk daun dewa (1000 g)
MeOH
Ampas
Ekstrak MeOH
i diuapkan
ii HCl 2,5%
iii EtOet
Fraksi EtOet
i dipekatkan
ii air, NH4OH (pH 7)
iii n-heksana
Fraksi air
Alkaloid
Subfraksi heksana
Diuapkan
Fraksi air
Flavonoid
Subfraksi heksana kering (LC50= 97 ug/ml)
(Silika gel 60, n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi I
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi VI
Fraksi V
(LC50=247 ug/ml)
(LC50=211 ug/ml)
Fraksi III
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi II
(LC50>1000 ug/ml)
Fraksi IV
(LC50= 287 ug/ml)
(Silikagel 60,
n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi A
Fraksi B
Fraksi C
(silikagel 60,
n-heksana-EtOAc, 4:1)
Fraksi B1
Fraksi B2
Fraksi B3
Rekristalisasi n-heksana
Isolat X
KLT, TL, IR
β-sitosterol
(LC50 = 2,36 ug/ml)
Gambar 2: Skema Penelusuran Senyawa Toksik Subfraksi Heksana Fraksi Eter Ekstrak Metanol Daun
Dewa Dengan Uji Toksisitas Pada Larva A salina
99